Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker merupakan suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan

mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak

terkendali, serta mengancam nyawa individu penderitanya (Baradero, 2008). Menurut WHO

(2004), angka kematian akibat kanker diperkirakan mencapai 7 juta orang, dua kali lebih

banyak dari angka kematian yang disebabkan HIV/AIDS, bahkan UICC (Union

Internationale Contre Le Cancer) memperkirakan jumlah penderita kanker di negara

berkembang pada tahun 2020 bisa mencapai 10 juta orang, dengan 16 kasus baru tiap

tahunnya. Kanker payudara merupakan penyakit keganasan yang paling sering dijumpai pada

perempuan, yakni mencapai 18% dari semua kanker yang terjadi pada perempuan. Setiap

tahun terjadi 1 juta kasus baru kanker payudara di seluruh dunia. (McPherson et al., 2000).

Faktor-faktor risiko reproduksi untuk kanker payudara meliputi nuliparitas atau

tidak pernah melahirkan, kehamilan pertama aterm yang terlambat, menarke atau menstruasi

pertama pada usia dini, serta menopause terlambat (McPherson et al., 2000).

Kelahiran pertama atau memiliki anak pertama kali berhubungan dengan

peningkatan risiko kanker payudara selama 10 tahun setelah kelahiran. Namun setelah waktu

10 tahun tersebut, risiko kanker payudara yang berhubungan dengan kelahiran menurun

apabila kelahiran terjadi sebelum usia 32 tahun. Tetapi jika kelahiran pertama terjadi setelah

usia 32 tahun, penurunan risiko tersebut tidak terjadi dan perempuan tersebut akan memiliki

risiko sepanjang hidup yang lebih besar dibandingkan dengan perempuan yang belum

memiliki anak (Kelsey et al., 1997).


Bukti-bukti lain yang menyatakan bahwa kanker payudara berhubungan dengan

faktor-faktor reproduksi adalah insidensi kanker payudara seratus kali lebih banyak terjadi

pada perempuan daripada laki-laki (Kubba, 2003).

Berdasarkan angka statistik, kanker payudara merupakan kanker dengan angka

kejadian tertinggi nomor 2 setelah kanker leher rahim pada wanita di Indonesia dan terdapat

kecenderungan peningkatan angka kejadian kanker payudara dari tahun ke tahun. di

Indonesia, berdasarkan Patological Based Registration atau berdasarkan pencatatan

pemeriksaan jaringan pada tahun 2005, kanker payudara diperkirakan di Indonesia

mempunyai angka kejadian minimal 20 ribu kasus baru pertahun, dengan kenyataan 50%

kasus baru ditemukan pada keadaan stadium lanjut.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, adapun permasalah yang akan dibahas

antara lain :

a. Jelaskan pengertian kanker payudara

b. Jelaskan mengenai gejala-gejala penyakit kanker payudara

c. Bagaimana perawatan medis yang harus dilalui oleh penderita kanker payudara ?

d. Bagaimana penanganan & pengobatan kanker payudara ?

e. Bagaimana Diagnosis yang harus ditegakkan untuk penyakit kanker payudara

f. Apa yang menyebabkan terjadinya kanker payudara pada seseorang

g. Jelaskan tentang tanda-tanda dan juga stadium-stadium pada kanker payudara

h. Bagaimana cara pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya kanker payudara

1.3 Tujuan Penulisan


a. Untuk menjelaskan pengertian kanker payudara

b. Untuk memberikan informasi mengenai penyebab seseorang dapat mengidap kanker payu

dara
c. Mengetahui cara perawatan medis untuk penderita kanker payudara

d. Dapat memberi penanganan & pengobatan pada pasien yang menderita penyakit kanker

payudara

e. Mengetahui diagnosis yang harus ditegakkan untuk penyakit kanker payudara

f. Untuk menjelaskan mengenai tanda-tanda dan juga stadium-stadium pada penyakit kanker

payudara

g. Untuk membahas mengenai cara mencegah kemungkinan terjadinya kanker payudara

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Bagi Petugas Kesehatan
Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan untuk meningkatkan pelayanan

kesehatan khususnya pemberian pelayanan dan informasi tentang penyakit kanker payudara

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai referensi bagi pendidikan Kebidanan tentang pengetahuan penyakit kanker

payudara.

1.4.3 Bagi Peneliti

Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dalam menerapkan ilmu

yang didapat dari pendidikan Kebidanan khususnya tentang kanker payudara.

1.4.4 Bagi Peneliti Selanjutnya

Agar dapat menjadi acuan materi perbandingan dimasa yang akan datang. Secara

umum dapat memberikan pengertian kepada semua orang agar bisa memahami dan mengerti

tentang tanda-tanda ciri dan bahaya kanker payudara, khususnya bagi para remaja wanita.

Dalam bahasan ini diuraikan bagaimana tanda-tanda dari kemungkinan menderita kanker

payudara, dengan begitu kita dapat mengetahui sedini mungkin gejala kanker payudara dan

melakukan tindakan medis apabila diketahui adanya kemungkinan sel kanker pada payudara,

sehingga potensi perkembangan sel kanker tersebut tidak terus menjalar dan meningkat

menjadi stadium selanjutnya dan menjadi ganas yang dapat berakibat pada kemungkinan
paling buruk yaitu kematian. Kanker payudara terbagi dalam beberapa stadium, dengan

adanya penjelasan mengenai pengertian, gejala atau tanda-tanda, determinan dan frekwensi,

stadium kanker, dan juga cara pencegahan, maka akan sangat membantu dalam menekan

terjadinya kasus-kasus kanker payudara.

1.5 Metode Penulisan


Dalam penyelesaian karya tulis ini, penulis menggunakan satu metode yaitu metode

studi pustaka.

1.6 Sistematika Penulisan


Dalam menyusun karya tulis ini, penulis membagi beberapa bab dimana tiap-tiap
bab penulis membagi menjadi beberapa bagian. Adapun isi dari tiap-tiap bagian tersebut
adalah :
a. Bagian Formalitas, terdiri dari halaman judul, pengesahan, kata pengantar, motto dan
persembahan, dan daftar isi.
b. Bagian isi, terdiri dari :
BAB I PENDAHULUAN
Meliputi : Latar belakang masalah, Rumusan masalah, Tujuan penulisan, Manfaat penulisan,

Metode penulisan dan Sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI


Meliputi : Pengertian kanker payudara, gejala dan tanda kanker payudara, faktor resiko
kanker payudara, stadium kanker payudara, type penyakit kanker payudara, cara penanganan
terhadap kanker payudara, penyebab terjadinya kanker payudara.
BAB III PEMBAHASAN
Meliputi : Penyebab kanker payudara, penjelasan tentang faktor yang menyebabkan
terjadinya kanker payudara, perawatan medis pada penderita kanker payudara, pembagian
tingkatan pada penyakit kanker payudara, penanganan dan pengobatan kanker payudara,
diagnosis untuk penyakit kanker payudara.
BAB IV PENUTUP
Meliputi : Kesimpulan dan saran.
Bagian akhir, berisi daftar pustaka yang digunakan penulis dalam resensi buku.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Kanker Payudara


Kanker payudara payudara terdiri dari kelenjar susu (kelenjar pembuat air susu),

saluran kelenjar (saluran air susu), dan jaringan penunjang payudara. Oleh Word Health
Organization (WHO) penyakit ini dimasukkan ke dalam International Classification of

Disease (ICD) dengan kode 174-175.15

Kanker payudara terjadi karena adanya kerusakan pada gen yang mengatur

pertumbuhan dan diffrensiasi sehingga sel itu tumbuh dan berkembang biak tanpa dapat

dikendalikan. Penyebaran kanker payudara terjadi melalui pembuluh getah bening dan

tumbuh di kelenjar getah bening, sehingga kelenjar getah bening aksila ataupun

supraklavikula membesar. Kemudian melalui pembuluh darah kanker menyebar ke organ lain

seperti paru-paru, hati dan otak.

2.2. Anatomi fisiologi

2.2.1 Anatomi payudara

Secara fisiologi anatomi payudara terdiri dari alveolusi, duktus laktiferus, sinus

laktiferus, ampulla, pori pailla, dan tepi alveolan. Pengaliran limfa dari payudara kurang lebih

75% ke aksila. Sebagian lagi ke kelenjar parasternal terutama dari bagian yang sentral dan

medial dan ada pula pengaliran yang ke kelenjar interpektoralis.

2.2.2 Fisiologi payudara

Payudara mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi hormon. Perubahan pertama

ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas, sampai ke

klimakterium dan menopause. Sejak pubertas pengaruh ekstrogen dan progesteron yang

diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan

timbulnya asinus. Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar

hari kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum

menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang

nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang menstruasi payudara menjadi tegang

dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada waktu
itu pemeriksaan foto mammogram tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu

menstruasi mulai, semuanya berkurang. Perubahan ketiga terjadi waktu hamil dan menyusui.

Pada kehamilan payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus

berproliferasi, dan tumbuh duktus baru. Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior

memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian

dikeluarkan melalui duktus ke puting susu. (Samsuhidajat, 1997, hal : 534-535)

2.3 Epidemologi Kanker Payudara


2.3.1 Distribusi dan Frekuensi
Semua wanita memiliki risiko terkena kanker payudara. Kanker payudara juga bisa

menyerang pria dengan perbandingan 1 : 100 antara pria dengan wanita. Kanker payudara

ditemukan di seluruh dunia. Tahun 2003, insidens kanker payudara di Belanda 91 per

100.000 penduduk, Amerika 71,7 per 100.000 penduduk, Swiss 70 per 100.000 wanita,

Australia 83,2 per 100.000 penduduk, Kanada 84,7, Indonesia 26 per 100.000 wanita pada

tahun 2002 dan Jepang 16 per 100.000 penduduk. Kanker payudara lebih sering dijumpai

pada umur 40-49 tahun yaitu sebesar 30,35%. Menurut Sukardja yang dikutip oleh Arlinda

(2002) di Amerika frekuensi kanker payudara tertinggi ditemukan pada umur 40-50 tahun.21

Demikian juga di Jepang yaitu sebesar 40,6% kanker payudara ditemukan pada umur 40-49

tahun dan jarang pada umur kurang dari 30 tahun.

2.3.2 Determinan
Penyebab pasti kanker payudara sampai saat ini belum diketahui. Penyebab kanker

payudara termasuk multifaktorial yaitu banyak faktor yang terkait satu dengan yang lainnya.

Beberapa faktor risiko yang mempengaruhi timbulnya kanker payudara adalah :

a. Usia
Risiko utama kanker payudara adalah bertambahnya usia. Berdasarkan penelitian

American Cancer Society tahun 2006 diketahui usia lebih dari 40 tahun mempunyai risiko

yang lebih besar untuk mendapatkan kanker payudara yakni 1 per 68 penduduk dan risiko ini

akan bertambah seiring dengan pertambahan usia yakni menjadi 1 per 37 penduduk usia 50
tahun, 1 per 26 penduduk usia 60 tahun dan 1 per 24 penduduk usia 70 tahun. Kanker

payudara juga ditemukan pada usia <40 tahun namun jumlahnya lebih sedikit yakni 1 per

1.985 penduduk usia 20 tahun dan 1 per 225 penduduk usia 30 tahun.22 Data American

Cancer Society (2007) melaporkan 70% perempuan didiagnosa menderita kanker payudara di

atas usia 55.

b. Jenis Kelamin
Kanker payudara lebih banyak ditemukan pada wanita. Pada pria juga dapat terjadi

kanker payudara, namun frekuensinya jarang hanya kira-kira 1% dari kanker payudara pada

wanita.

c. Riwayat Reproduksi
Riwayat reproduksi dihubungkan dengan banyak paritas, umur melahirkan anak

pertama dan riwayat menyusui anak. Wanita yang tidak mempunyai anak atau yang

melahirkan anak pertama di usia lebih dari 30 tahun berisik 2-4 kali lebih tinggi daripada

wanita yang melahirkan pertama di bawah usia 30 tahun. Wanita yang tidak menyusui

anaknya mempunyai risiko kanker payudara 2 kali lebih besar. Kehamilan dan menyusui

mengurangi risiko wanita untuk terpapar dengan hormon estrogen terus. Pada wanita

menyusui, kelenjar payudara dapat berfungsi secara normal dalam proses laktasi dan

menstimulir sekresi hormon progesteron yang bersifat melindungi wanita dari kanker

payudara.

d. Riwayat Kanker Individu


Penderita yang pernah mengalami infeksi atau operasi tumor jinak payudara berisiko

3-9 kali lebih besar untuk menderita kanker payudara. Penderita tumor jinak payudara seperti

kelainan fibrokistik berisiko 11 kali dan penderita yang mengalami operasi tumor ovarium

mempunyai risiko 3-4 kali lebih besar.

e. Riwayat Kanker Keluarga


Secara genetik, sel-sel pada tubuh individu dengan riwayat keluarga menderita kanker

sudah memiliki sifat sebagai embrio terjadinya sel kanker. Menurut sutjipto (2000) yang
dikutip oleh Elisabet T, kemungkinan terkena kanker payudara lebih besar 2 hingga 4 kali

pada wanita yang ibu dan saudara perempuannya mengidap penyakit kanker payudara.

f. Menstruasi cepat dan Menopause lambat


Wanita yang mengalami menstruasi pertama (Menarche) pada usia kurang dari 12

tahun berisiko 1,7 hingga 3,4 kali lebih tinggi daripada wanita dengan menstruasi yang

datang pada usia normal atau lebih dari 12 tahun dan wanita yang mengalami masa

menopausenya terlambat lebih dari 55 tahun berisiko 2,5 hingga 5 kali lebih tinggi. Wanita

yang menstruasi pertama di usia kurang dari 12 tahun dan wanita yang mengalami masa

menopause terlambat akan mengalami siklus menstruasi lebih lama sepanjang mengakibatkan

keterpaparan lebih lama dengan hormon estrogen.

g. Pajanan Radiasi
Wanita yang terpapar penyinaran (radiasi) dengan dosis tinggi di dinding dada

berisiko 2 hingga 3 kali lebih tinggi.

h. Obesitas dan Konsumsi makanan lemak tinggi


Wanita yang mengalami kelebihan berat badan (obesitas) dan individu dengan

konsumsi tinggi lemak berisiko 2 kali lebih tinggi dari yang tidak obesitas dan yang tidak

sering mengkonsumsi makanan tinggi lemak. Risiko ini terjadi karena jumlah lemak yang

berlebihan dapat meningkatkan kadar estrogen dalam darah sehingga akan memicu

pertumbuhan sel-sel kanker

2.4 Gejala dan Tanda Kanker Payudara


Di Indonesia, kanker payudara masih menjadi masalah besar karena lebih dari 70%

pasien datang ke dokter pada stadium yang sudah lanjut dengan berbagai bentuk luka, antara

lain tumor melekat pada kulit dan jaringan dibawahnya serta penyebaran pada kelenjar getah

bening regional. Gejala lain yang mungkin timbul adalah batuk dan sesak nafas karena

metastasis tumor pada paru, sakit di punggung akibat metastasis pada tulang belakang, berat

badan semakin menurun dan anemia.


1. Fase awal kanker payudara asimtomatik (tanpa tanda dan gejala). Tanda dan gejala yang

paling umum adalah benjolan dan penebalan payudara. Kebanyakan kira-kira 90%

ditemukan oleh penderita sendiri. Kanker payudara pada stadium dini biasanya tidak

menimbulkan keluhan.

2. Fase lanjut :

 Bentuk dan ukuran payudara berubah, berbeda dari sebelumnya

 Luka pada payudara sudah lama tidak sembuh walau sudah diobati.

 Eksim pada puting susu dan sekitarnya sudah lama tidak sembuh walau diobati.

 Puting sakit, keluar darah, nanah atau cairan encer dari puting atau keluar air susu pada wanita

yang sedang hamil atau tidak menyusui.

 Puting susu tertarik ke dalam.

 Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk (peud d’orange).

3. Metastase luas, berupa :

a. Pembesaran kelenjar getah bening supraklavikula dan servikal.

b. Hasil rontgen toraks abnormal dengan atau tanpa efusi pleura.

c. Peningkatan alkali fosfatase atau nyeri tulang berkaitan dengan penyebaran ke tulang.

d. Fungsi hati abnormal.

2.5 Stadium Kanker Payudara


Dibawah ini pembagian stadium klinis Portman yang disesuaikan dengan aplikasi

klinik :

Stadium I :
Tumor terbatas dalam payudara, jaringan infiltrasi sekitarnya, berkulit tidak dan

jaringan bebas dari klasifikas/ dibawahnya. Besar tumor 1-2 cm. KGB (Kelenjar Getah

Bening) regional belum teraba.

Stadium II :
Sama dengan stadium I, besar tumor 2-5 cm, sudah ada KGB aksila (+), tetapi masih

bebas dengan diameter kurang 2 cm.

Stadium IIIA :
Tumor berukuran 5-10 cm, tetapi masih bebas dari jaringan sekitarnya, KGB aksila

masih bebas satu sama lain.

Stadium IIIB :
Tumor meluas dalam jaringan payudara ukuran 5-10 cm, fiksasi pada kulit/ dinding

dada, kulit merah dan ada edema (lebih dari 1/3 permukaan kulit payudara), ulserasi, nodul

satelit, KGB aksila melekat satu sama lain atau ke jaringan sekitarnya dengan diameter 2-5

cm dan belum ada metastasis jauh.

Stadium IV :
Tumor seperti stadium I, II atau III tetapi sudah disertai dengan KGB aksila

supraklavikula dan metastasis jauh.

Selain itu, Bagian Patologi Anatomi FK UI membagi stadium klinik kanker payudara

atas stadium dini dan lanjut. Yang termasuk stadium dini adalah stadium I, stadium II dan

stadium IIIA, sedangkan yang termasuk stadium lanjut adalah stadium IIIB dan stadium IV.

2.6 Pencegahan Kanker Payudara


Pencegahan kanker payudara adalah pencegahan yang bertujuan menurunkan insidens

kanker payudara dan secara tidak langsung akan menurunkan angka kematian akibat kanker

payudara.

2.6.1. Pencegahan Primordial


Pencegahan primordial yaitu upaya pencegahan yang ditujukan kepada orang sehat

yang belum memiliki faktor risiko. Upaya ini dimaksudkan dengan menciptakan kondisi pada

masyarakat yang memungkinkan kanker payudara tidak mendapat dukungan dasar dari

kebiasaan, gaya hidup dan faktor risiko lainnya. Pencegahan primordial dilakukan melalui

promosi kesehatan yang ditujukan pada orang sehat melalui upaya pola hidup sehat.

2.6.2. Pencegahan Primer


Pencegahan primer pada kanker payudara dilakukan pada orang sehat yang sudah

memiliki faktor risiko untuk terkena kanker payudara. Pencegahan primer dilakukan melalui

upaya menghindarkan diri dari keterpaparan berbagai faktor risiko dan melaksanakan pola

hidup sehat.

Konsep dasar dari pencegahan primer adalah menurunkan insidens kanker payudara

yang dapat dilakukan dengan :

a. Mengurangi makanan yang mengandung lemak tinggi.

b. Memperbanyak aktivitas fisik dengan berolah raga.

c. Menghindari terlalu banyak terkena sinar-x atau jenis radiasi lainnya.

d. Mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak serat. Serat akan menyerap zat-zat yang

bersifat karsinogen dan lemak, yang kemudian membawanya keluar melalui feses.

e. Mengkonsumsi produk kedelai serta produk olahannya seperti tahu atau tempe. Kedelai

mengandung flonoid yang berguna untuk mencegah kanker dan genestein yang berfungsi

sebagai estrogen nabati (fitoestrogen). Estrogen nabati ini akan menempel pada reseptor

estrogen sel-sel epitel saluran kelenjar susu, sehingga akan menghalangi estrogen asli untuk

menempel pada saluran susu yang akan merangsang tumbuhnya sel kanker.

f. Memperbanyak mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran, terutama yang mengandung

vitamin C, zat antioksidan dan fitokimia seperti jeruk, wortel, tomat, labu, pepaya, mangga,

brokoli, lobak, kangkung, kacang-kacangan dan biji-bijian. Hampir setiap kanker payudara

ditemukan pertama kali oleh penderita sendiri daripada oleh dokter.

Karena itu, wanita harus mewaspadai setiap perubahan yang terjadi pada payudara.

Untuk mengetahui perubahan-perubahan tersebut dilakukan pemeriksaan sederhana yang

disebut pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). SADARI sebaiknya dilakukan setiap bulan

secara teratur. Cara ini sangat efektif di Indonesia karena tidak semua rumah sakit
menyediakan fasilitas pemeriksaan memadai. Kebiasaan ini memudahkan kita untuk

menemukan perubahan pada payudara dari bulan ke bulan. Pemeriksaan optimum dilakukan

pada sekitar 7- 14 hari setelah awal siklus menstruasi karena pada masa itu retensi cairan

minimal dan payudara dalam keadaan lembut dan tidak membengkak sehingga jika ada

pembengkakan akan lebih mudah ditemukan. Jika sudah menopause maka pilihlah satu hari

tertentu, misalnya hari pertama untuk mengingatkan melakukan SADARI setiap bulan.

SADARI dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

Langkah 1 :
Berdirilah di depan cermin, pandanglah kedua payudara. Letakkan kedua tangan di

pinggang dan dorong siku ke depan agar otot-otot dada menegang. Perhatikan kemungkinan

adanya perubahan yang tidak biasa seperti cairan dari puting, pengerutan, penarikan atau

pengelupasan kulit.

Langkah 2 :
Lebih arahkan perhatian ke cermin, tangkupkan kedua tangan di belakang kepala dan

tekan tangan ke depan.

Langkah 3 :
Angkatlah lengan kanan. Pergunakan 3-4 jari tangan kiri untuk memeriksa payudara

kanan secara lembut, hati-hati dan secara menyeluruh. Dimulai dari bagian tepi sisi luar,

tekankan ujung jari tangan membentuk lingkaran-lingkaran kecil dan pindahkan lingkaran itu

secara lambat seputar payudara. Secara bertahap lakukan ke arah puting. Pastikan mencakup

seluruh payudara. Berikan perhatian khusus di daerah antara payudara dengan ketiak,

termasuk bagian ketiak sendiri. Rasakan untuk setiap ganjalan yang tidak biasa atau benjolan

di bawah kulit.

Langkah 4 :
Dengan lembut, pijit puting susu dan lihat jika ada cairan yang keluar. Tidak normal

apabila keluar darah atau adanya cairan yang spontan.

Langkah 5 :
Ulangi langkah (3) dan (4) dengan posisi berbaring. Berbaringlah di tempat dengan

permukaan rata. Berbaringlah dengan lengan kanan di belakang kepala dan bantal kecil atau

lipatan handuk diletakkan di bawah pundak. Posisi menyebabkan payudara menjadi rata dan

membuat pemeriksaan lebih mudah. Lakukan gerakan melingkar yang sama seperti pada

tahap (3) dan (4). Lakukan pula untuk payudara kiri.

2.6.3. Pencegahan Sekunder


Pencegahan sekunder ditujukan untuk mengobati para penderita dan mengurangi

akibat-akibat yang lebih serius dari penyakit kanker payudara melalui diagnosa dan deteksi

dini dan pemberian pengobatan.

1. Diagnosa Kanker Payudara


Diagnosa kanker payudara dapat dilakukan dengan beberapa pemeriksaan yaitu :

A. Anamnesa
a. Anamnesa terhadap keluhan di payudara atau ketiak apakah ada benjolan, rasa sakit, edema

lengan atau kelainan kulit.

b. Anamnesa terhadap keluhan di tempat lain berhubungan dengan metastasis seperti nyeri

tulang vertebrata, sesak, batuk dan lain-lain.

c. Anamnesa terhadap faktor-faktor risiko (usia, riwayat keluarga, riwayat kanker individu dan

konsumsi lemak).

B. Pemeriksaan Fisik
Ketepatan mendiagnosa kanker payudara dengan pemeriksaan fisik sekitar 70%.

Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap status lokalis payudara kanan atau kiri atau bilateral

dan penderita harus diperiksa dalam posisi duduk dan terlentang. Kemudian payudara

diperiksa sehubungan dengan perubahan kulit, perubahan puting susu, status kelenjar getah

bening dan pemeriksaan padalokasi metastasis jauh.

C. Pemeriksaan Biopsi Jarum Halus


Pemeriksaan ini dilakukan pada lesi yang secara klinis dan radiologi dicurigai ganas.

Biopsi jarum halus dilakukan dengan menusuk tumor dengan jarum halus dan disedot dengan

spuit 10 cc sampai jaringan tumor lepas dan masuk ke dalam jarum. Kemudian jaringan
tumor diperiksa di laboratorium oleh ahli Patologi Anatomi untuk mengetahui apakah

jaringan tersebut ganas (maligna) atau jinak (benigna).

D. Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan radiologik dilakukan dengan menggunakan Mammografi dan USG

pemeriksaan payudara dengan menggunakan sinar X berintensitas rendah. Tujuan

pemeriksaan ini adalah untuk melihat ada tidaknya benjolan pada (Ultrasonografi) payudara.

Mammografi merupakan tindakan payudara. Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk

perempuan dengan keluhan perihal payudara, baik setelah ditemukan maupun sebelum

ditemukan adanya benjolan dan sebagai check up kanker payudara. American Cancer Society

dalam programnya menganjurkan sebagai berikut :

a. Untuk perempuan berumur 35-39 tahun, cukup dilakukan 1 kali mammografi dasar (Baseline

Mammogram).

b. Untuk perempuan berumur 40-50 tahun, mammografi silakukan 1 atau 2 tahun sekali.

c. Untuk perempuan berumur di atas 50 tahun, mammografi dilakukan setahun sekali. USG

sangat bermanfaat jika digunakan bersamaan dengan mammografi untuk tujuan diagnostik

untuk membantu membedakan kista berisi cairan atau solid. Untuk menentukan stadium

dapat menggunakan foto thoraks, USG abdomen, Bone Scanning (Scan tulang) dan CT Scan.

2. Pengobatan
Ada beberapa pengobatan kanker payudara yang penerapannya banyak tergantung

pada stadium klinis penyakit, yaitu :

A. Pembedahan (Operasi)

Operasi adalah terapi untuk membuang tumor, memperbaiki komplikasi dan

merekonstruksi efek yang ada melalui operasi. Namun tidak semua stadium kanker dapat

disembuhkan atau dihilangkan dengan cara ini. Semakin dini kanker payudara ditemukan
kemungkinan sembuh dengan operasi semakin besar. Jenis-jenis operasi yang dilakukan

untuk mengobati kanker payudara ada 2 yaitu :

1. Mastektomi

Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara. Ada 3 jenis mastektomi yaitu :

a. Modified Radycal Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara, jaringan

payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga, serta benjolan disekitar ketiak.

b. Total (Simple) Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara saja, tanpa kelenjar

di ketiak.

c. Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan sebagian dari payudara. Biasanya disebut

Lumpectomy, yaitu pengangkatan hanya pada jaringan yang mengandung sel kanker, bukan

seluruh payudara. Biasanya lumpectomy direkomendasikan pada pasien yang besar tumornya

kurang dari 2 cm dan letaknya di pinggir payudara.

2. Pengangkatan Kelenjar Getah Bening (KGB) Ketiak.


Pengangkatan KGB Ketiak dilakukan terhadap penderita kanker payudara yang menyebar

tetapi besar tumornya lebih dari 2,5 cm.

B. Terapi Radiasi
Radiasi adalah proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker dengan

menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel kanker yang masih

tersisa di payudara setelah operasi. Efek pengobatan ini adalah tubuh menjadi lemah, nafsu

makan berkurang, warna kulit di sekitar payudara menjadi hitam serta Hb dan leukosit

cenderung menurun sebagai akibat dari radiasi.

C. Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil cair

atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker. Obat –obatan ini tidak

hanya membunuh sel kanker pada payudara , tetapi juga seluruh sel dalam tubuh

D. Terapi Hormon
Pemberian hormon dilakukan apabila penyakit telah sistemik berupa metastasis jauh.

Terapi hormonal biasanya diberikan secara paliatif sebelum kemoterapi.

2.6.4. Pencegahan Tersier


Pencegahan tersier bertujuan untuk mengurangi terjadinya komplikasi yang lebih berat dan
memberikan penanganan yang tepat pada penderita kanker payudara sesuai dengan
stadiumnya untuk mengurangi kecacatan dan memperpanjang hidup penderita. Pencegahan
tersier ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita, meneruskan pengobatan
serta memberikan dukungan psikologis bagi penderita. Upaya rehabilitasi terhadap penderita
kanker payudara dilakukan dalam bentuk rehabilitasi medik serta rehabilitasi jiwa dan sosial.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pemahaman Tentang Kanker Payudara
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus

tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk bejolan di payudara. Jika

benjolan kanker itu tidak dibuang atau terkontrol, sel-sel kanker bisa menyebar (metastase)

pada bagian-bagian tubuh lain. Metastase bisa terjadi pada kelenjar getah bening (limfe)

ketiak ataupun di atas tulang belikat. Selain itu sel-sel kanker bisa bersarang di tulang, paru-

paru, hati, kulit, dan bawah kulit. (Erik T, 2005, hal : 39-40)

Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang

berubah menjadi ganas. (http//www.pikiran-rakyat.com.jam 10.00, Minggu Tanggal 29-8-

2005, sumber : Harianto, dkk)

3.2 Gejala-gejala Penyakit Kanker Payudara


Gejala-gejala kanker payudara antara lain, terdapat benjolan di payudara yang nyeri

maupun tidak nyeri, keluar cairan dari puting, ada perlengketan dan lekukan pada kulit dan

terjadinya luka yang tidak sembuh dalam waktu yang lama, rasa tidak enak dan tegang,

retraksi putting, pembengkakan lokal. Gejala lain yang ditemukan yaitu konsistensi payudara

yang keras dan padat, benjolan tersebut berbatas tegas dengan ukuran kurang dari 5 cm,
biasanya dalam stadium ini belum ada penyebaran sel-sel kanker di luar payudara. (Erik T,

2005, hal : 42)

3.3 Apa yang menyebabkan terjadinya kanker payudara pada seseorang


Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun beberapa faktor resiko

pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker payudara, yaitu :

 Tinggi melebihi 170 cm

Wanita yang tingginya 170 cm mempunyai resiko terkena kanker payudara karena

pertumbuhan lebih cepat saat usia anak dan remaja membuat adanya perubahan struktur

genetik (DNA) pada sel tubuh yang diantaranya berubah ke arah sel ganas.

 Masa reproduksi yang relatif panjang.

 Menarche pada usia muda dan kurang dari usia 10 tahun.

 Wanita terlambat memasuki menopause (lebih dari usia 60 tahun)

 Wanita yang belum mempunyai anak

 Lebih lama terpapar dengan hormon estrogen relatif lebih lama dibandingkan wanita yang

sudah punya anak.

 Kehamilan dan menyusui

 Berkaitan erat dengan perubahan sel kelenjar payudara saat menyusui.

 Wanita gemuk

 Dengan menurunkan berat badan, level estrogen tubuh akan turun pula.

 Preparat hormon estrogen

 Penggunaan preparat selama atau lebih dari 5 tahun.

 Faktor genetic

 Kemungkinan untuk menderita kanker payudara 2 – 3 x lebih besar pada wanita yang ibunya

atau saudara kandungnya menderita kanker payudara. (Erik T, 2005, hal : 43-46)

3.4 Stadium-stadium pada kanker payudara


Stadium dalam kanker, adalah untuk menggambarkan kondisi kanker, yaitu letaknya,

sampai dimana penyebarannya, sejauh mana pengaruhnya terhadap organ tubuh yang lain.

Dokter menggunakan test-test untuk menentukan stadium dari kanker. Jadi stadium belum

bisa ditentukan apabila test-test itu belum komplit / selesai. Dengan mengetahui stadium, ini

adalah salah satu cara yang membantu dokter untuk menentukan pengobatan apa yang cocok

untuk pasien.

Salah satu cara yang dokter gunakan untuk menggambarkan stadium dari kanker adalah

system TNM. System ini menggunakan tiga criteria untuk menentukan stadium kanker. Yaitu :

1. Tumor itu sendiri. Seberapa besar ukuran tumornya dan dimana lokasinya ( T, Tumor

2. Kelenjar getah bening di sekitar tumor. Apakah tumor telah menyebar kekelenjar

getah bening disekitarnya? ( N, Node )

3. Kemungkinan tumor telah menjalar ke organ lain ( M, Metastasis ).(Zaviera

Pamungkas,2012, hal :72-121)

STADIUM 0 :

Disebut Ductal Carsinoma In Situ atau Noninvasive Cancer. Yaitu kanker tidak

menyebar keluar dari pembuluh / saluran payudara dan kelenjar-kelenjar (lobules) susu pada

payudara.
STADIUM I

Tumor masih sangat kecil dan tidak menyebar serta tidak ada titik pada pembuluh

getah bening. (Zaviera Pamungkas,2012, hal :72-121)

STADIUM IIa :

Pasien pada kondisi ini :

 Diameter tumor lebih kecil atau sama dengan 2 cm dan telah ditemukan pada titik-

titik pada saluran getah bening di ketiak ( axillary limph nodes )

 Diameter tumor lebih lebar dari 2 cm tapi tidak lebih dari 5 cm. Belum menyebar ke

titik-titik pembuluh getah bening pada ketiak ( axillary limph nodes ).

 Tidak ada tanda-tanda tumor pada payudara, tapi ditemukan pada titik-titik di

pembuluh getah bening ketiak. (Zaviera Pamungkas,2012, hal :72-121)

STADIUM IIB :
Pasien pada kondisi ini :

1. Diameter tumor lebih lebar dari 2 cm tapi tidak melebihi 5 cm.

2. Telah menyebar pada titik-titik di pembuluh getah bening ketiak.

3. Diameter tumor lebih lebar dari 5 cm tapi belum menyebar. (Zaviera

Pamungkas,2012, hal :72-121)

STADIUM III A :

Pasien pada kondisi ini :

 Diameter tumor lebih kecil dari 5 cm dan telah menyebar ke titik-titik pada pembuluh

getah bening ketiak.

 Diameter tumor lebih besar dari 5 cm dan telah menyebar ke titik-titik pada pembuluh

getah bening ketiak.(zaviera, 72-121)

STADIUM III B :
Tumor telah menyebar ke dinding dada atau menyebabkan pembengkakan bisa juga

luka bernanah di payudara. Atau didiagnosis sebagai Inflammatory Breast Cancer. Bisa sudah

atau bisa juga belum menyebar ke titik-titik pada pembuluh getah bening di ketiak dan lengan

atas, tapi tidak menyebar ke bagian lain dari organ tubuh. (Zaviera Pamungkas,2012, hal :72-

121)

STADIUM IIIC :

Sebagaimana stadium IIIB, tetapi telah menyebar ke titik-titik pada pembuluh getah

bening dalam group N3 ( Kanker telah menyebar lebih dari 10 titik disaluran getah bening

dibawah tulang selangka ). (Zaviera Pamungkas,2012, hal :72-121)

STADIUM IV :

Ukuran tumor bisa berapa saja, tetapi telah menyebar ke lokasi yang jauh, yaitu :

Tulang, paru-paru,liver atau tulang rusuk. (Zaviera Pamungkas,2012, hal :72-121)


3.5 Mencegahan dan Mendeteksi Kemungkinan Terhadap Kanker Payudara

Perlu untuk diketahui, bahwa 9 di antara 10 wanita menemukan adanya benjolan di

payudaranya. Untuk pencegahan awal, dapat dilakukan sendiri. Sebaiknya pemeriksaan

dilakukan sehabis selesai masa menstruasi. Sebelum menstruasi, payudara agak membengkak

sehingga menyulitkan pemeriksaan. (dr. Monty P Soemitro, 2012, hal: 32-37)

Cara pemeriksaan adalah sebagai berikut :

a. Berdirilah di depan cermin dan perhatikan apakah ada kelainan pada payudara. Biasanya

kedua payudara tidak sama, putingnya juga tidak terletak pada ketinggian yang sama.

Perhatikan apakah terdapat keriput, lekukan, atau puting susu tertarik ke dalam. Bila terdapat

kelainan itu atau keluar cairan atau darah dari puting susu, segeralah pergi ke dokter.

b. Letakkan kedua lengan di atas kepala dan perhatikan kembali kedua payudara.

c. Bungkukkan badan hingga payudara tergantung ke bawah, dan periksa lagi.

d. Berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tangan kiri di belakang kepala, dan sebuah bantal

di bawah bahu kiri. Rabalah payudara kiri dengan telapak jari-jari kanan. Periksalah apakah

ada benjolan pada payudara. Kemudian periksa juga apakah ada benjolan atau pembengkakan

pada ketiak kiri.

e. Periksa dan rabalah puting susu dan sekitarnya. Pada umumnya kelenjar susu bila diraba

dengan telapak jari-jari tangan akan terasa kenyal dan mudah digerakkan. Bila ada tumor,
maka akan terasa keras dan tidak dapat digerakkan (tidak dapat dipindahkan dari tempatnya).

Bila terasa ada sebuah benjolan sebesar 1 cm atau lebih, segeralah pergi ke dokter. Makin

dini penanganan, semakin besar kemungkinan untuk sembuh secara sempurna.

f. Lakukan hal yang sama untuk payudara dan ketiak kanan. (dr. Monty P Soemitro, 2012, hal:

32-37)

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Di Indonesia, kanker payudara masih menjadi masalah besar karena lebih dari 70%

pasien datang ke dokter pada stadium yang sudah lanjut dengan berbagai bentuk luka, antara

lain tumor melekat pada kulit dan jaringan dibawahnya serta penyebaran pada kelenjar getah

bening regional. Gejala lain yang mungkin timbul adalah batuk dan sesak nafas karena

metastasis tumor pada paru, sakit di punggung akibat metastasis pada tulang belakang, berat

badan semakin menurun dan anemia.

Kanker payudara terjadi karena adanya kerusakan pada gen yang mengatur

pertumbuhan dan diffrensiasi sehingga sel itu tumbuh dan berkembang biak tanpa dapat

dikendalikan. Penyebaran kanker payudara terjadi melalui pembuluh getah bening dan

tumbuh di kelenjar getah bening, sehingga kelenjar getah bening aksila ataupun

supraklavikula membesar. Kemudian melalui pembuluh darah kanker menyebar ke organ lain

seperti paru-paru, hati dan otak.


Kanker payudara terdiri dari beberapa stadium, stadium klinik kanker payudara terdiri

atas stadium dini dan lanjut. Yang termasuk stadium dini adalah stadium I, stadium II dan

stadium IIIA, sedangkan yang termasuk stadium lanjut adalah stadium IIIB dan stadium IV.

Stadium I : Tumor terbatas dalam payudara, jaringan infiltrasi sekitarnya, berkulit tidak dan

jaringan bebas dari klasifikas/ dibawahnya. Besar tumor 1-2 cm. KGB (Kelenjar Getah

Bening) regional belum teraba.

Stadium II : Sama dengan stadium I, besar tumor 2-5 cm, sudah ada KGB aksila (+), tetapi

masih bebas dengan diameter kurang 2 cm.

Stadium IIIA : Tumor berukuran 5-10 cm, tetapi masih bebas dari jaringan sekitarnya, KGB

aksila masih bebas satu sama lain.

Stadium IIIB : Tumor meluas dalam jaringan payudara ukuran 5-10 cm, fiksasi pada kulit/

dinding dada, kulit merah dan ada edema (lebih dari 1/3 permukaan kulit payudara), ulserasi,

nodul satelit, KGB aksila melekat satu sama lain atau ke jaringan sekitarnya dengan diameter

2-5 cm dan belum ada metastasis jauh.

Stadium IV : Tumor seperti stadium I, II atau III tetapi sudah disertai dengan KGB aksila

supraklavikula dan metastasis jauh.

Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun beberapa faktor resiko

pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker payudara, yaitu :

 Tinggi melebihi 170 cm


 Masa reproduksi yang relatif panjang.

 Menarche pada usia muda dan kurang dari usia 10 tahun.

 Wanita terlambat memasuki menopause (lebih dari usia 60 tahun)


 Wanita yang belum mempunyai anak

 Lebih lama terpapar dengan hormon estrogen relatif lebih lama dibandingkan wanita yang

sudah punya anak.

 Kehamilan dan menyusui

 Berkaitan erat dengan perubahan sel kelenjar payudara saat menyusui.

 Wanita gemuk

 Dengan menurunkan berat badan, level estrogen tubuh akan turun pula.

 Preparat hormon estrogen

 Penggunaan preparat selama atau lebih dari 5 tahun.

 Faktor genetic

Perlu untuk diketahui, bahwa 9 di antara 10 wanita menemukan adanya benjolan di

payudaranya. Untuk pencegahan awal, dapat dilakukan sendiri. Sebaiknya pemeriksaan

dilakukan sehabis selesai masa menstruasi. Sebelum menstruasi, payudara agak membengkak

sehingga menyulitkan pemeriksaan.

Cara pemeriksaan adalah sebagai berikut :

a. Berdirilah di depan cermin dan perhatikan apakah ada kelainan pada payudara. Biasanya

kedua payudara tidak sama, putingnya juga tidak terletak pada ketinggian yang sama.

Perhatikan apakah terdapat keriput, lekukan, atau puting susu tertarik ke dalam. Bila terdapat

kelainan itu atau keluar cairan atau darah dari puting susu, segeralah pergi ke dokter.
b. Letakkan kedua lengan di atas kepala dan perhatikan kembali kedua payudara.

c. Bungkukkan badan hingga payudara tergantung ke bawah, dan periksa lagi.

d. Berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tangan kiri di belakang kepala, dan sebuah bantal

di bawah bahu kiri. Rabalah payudara kiri dengan telapak jari-jari kanan. Periksalah apakah

ada benjolan pada payudara. Kemudian periksa juga apakah ada benjolan atau pembengkakan

pada ketiak kiri.

e. Periksa dan rabalah puting susu dan sekitarnya. Pada umumnya kelenjar susu bila diraba

dengan telapak jari-jari tangan akan terasa kenyal dan mudah digerakkan. Bila ada tumor,

maka akan terasa keras dan tidak dapat digerakkan (tidak dapat dipindahkan dari tempatnya).

Bila terasa ada sebuah benjolan sebesar 1 cm atau lebih, segeralah pergi ke dokter. Makin

dini penanganan, semakin besar kemungkinan untuk sembuh secara sempurna.

Pencegahan kanker payudara adalah pencegahan yang bertujuan menurunkan insidens

kanker payudara dan secara tidak langsung akan menurunkan angka kematian akibat kanker

payudara.

1. Pencegahan Primordial

Pencegahan primordial yaitu upaya pencegahan yang ditujukan kepada orang sehat

yang belum memiliki faktor risiko.

2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan untuk mengobati para penderita dan mengurangi

akibat-akibat yang lebih serius dari penyakit kanker payudara melalui diagnosa dan deteksi

dini dan pemberian pengobatan.

3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier bertujuan untuk mengurangi terjadinya komplikasi yang lebih

berat dan memberikan penanganan yang tepat pada penderita kanker payudara sesuai dengan

stadiumnya untuk mengurangi kecacatan dan memperpanjang hidup penderita.


4.2 SARAN

DAFTAR PUSTAKA

Baradero, M. Dkk. (2008). Seri Asuhan Keperawatan pada Klien Kanker. Jakarta: EGC.

Bulechek, GM., Butcher, HK., & Dochterman, JM. (2008). Nursing Intervention Classification (NIC).

5th, ed. St Louis. Mosby Elsevier.

Daniele Gale., (1999), Rencana asuhan keperawatan onkologi (Onkologi Nursing Care Plans), Jakarta:

EGC.

Dongoes, Marylinn E., (2000), Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Penerbit Buku

Kedokteran, Jakarta: EGC

Doenges M., (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta: EGC

Mansjoer, dkk., (2000), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jakarta: EGC

Monty P Soemitro., (2012), Blak-blakan Kanker Payudara, Cetakan 1, Bandung: Mizan Pustaka

Sjamsuhidajat R., (1997), Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, Jakarta: EGC

Tapan., (2005), Kanker Anti Oksidan dan Terapi Komplementer, Jakarta: Elex Media Komputindo

Zaviera P., 2011, Deteksi Dini Kanker Payudara, Cetak 1, Jakarta: Buku Biru

Anda mungkin juga menyukai