Anda di halaman 1dari 22

Laporan Preplanning Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan Universitas Jember | 2019

LAPORAN PREPLANNING PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG


PENCEGAHAN JATUH (FALL PREVENTION) PADA NY. W
DI UPT PSTW BANYUWANGI

TUGAS
diajukan guna memenuhi tugas dalam Stase Keperawatan Gerontik

Oleh
Selasih Ilmi Nafi’ah
NIM 192311101098

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
Laporan Preplanning Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan Universitas Jember | 2019

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Analisa Situasi


Usia lanjut dalam perjalanan hidupnya akan mengalami segala
keterbatasannya dalam masalah kesehatan (Azizah, 2011). Keadaan tersebut
dipengaruhi dengan lansia yang lebih memiliki kecenderungan mengalami
kemunduran berbagai fungsi tubuh secara biologis, psikologis, sosial, ekonomi,
fisiologis.
Perubahan fungsi fisiologis diantaranya terjadi pada sistem neurologis,
sensori, dan muskuletal (Wallace, 2008). Perubahan sistem neurologis pada lansia
mengakibatkan peubahan kognitif, penurunan waktu reaksi, masalah
keseimbangan dan kinetik serta gangguan tidur. Perubahan fungsi sensori dapat
terjadi pada penglihatan, pendengaran dan sentuhan. Berkurangnya fungsi
pendengaran terkait dengan perubahan yang terjadi di telinga bagian dimana
terdapat vestibular sebagai sistem pengatur keseimbangan, penglihatan
mengurangi lapang pandang, penurunan sensivitas akan mengurangi deteksi dan
identifikasi pada kulit, serta perubahan muskuletal (Mauk, 2010). Kejadian jatuh
pada lansia dipengerahi oleh faktor intrinsik (dalam) dan faktor ekstrinsik (luar)
(Nugroho, 2012).
Salah satu masalah pada usia lanjut yang berkaitan dengan kondisi fisik
adalah masalah jatuh. Jatuh merupakan salah satu penyebab utama kematian dan
cedera yang banyak di alami oleh lanjut usia, dimana 20% - 30% dari lansia akan
mengalami keterbatasan fisik yang diakibatkan oleh jatuh dan mereka akan
mengalami kehilangan kebebasan ADL (aktivitas hidup seharihari), penurunan
kualitas hidup bahkan kematian (Jamebozorgi, 2013). Risiko jatuh merupakan
meningkatnya kerentanan peristiwa jatuh yang dapat menyebabkan bahaya fisik.
Menurut Miller (2012) selain perubahan fisik karena menua dan masalah
kesehatan yang umum terjadi pada lansia, kesehatan psikologis juga berpengaruh
terhadap penyebab risiko jatuh pada lansia.
Menurut NYC Vital Signs (2014) pada tahun 2011 di New York City
tingkat rawat inap akibat jatuh lansia perempuan sebanyak 1.938 per 100.000
penduduk dan lansia laki-laki sebanyak 1.365 per 100.000 penduduk, sedangkan
tingkat kematian akibat jatuh lansia laki-laki sebanyak 34 per 100.000 penduduk
dan lansia perempuan sebanyak 25 per 100.000 penduduk. Di Indonesia, insiden
jatuh setiap tahunnya meningkat dari 25% pada usia 70 tahun menjadi 35%
setelah berusia lebih dari 75 tahun (Riyadina, 2010). Prevalensi jatuh di Indonesia
tercatat mencapai 67.1% usia 65-74 tahun dan usia > 75 tahun mencapai 78.2%
(Riskesdas, 2013). Jambi merupakan kota di Indonesia yang mengalami
peningkatan prevalensi jatuh yaitu 7,6% per tahun (Yan et al, 2014).
Pencegahan jatuh merupakan intervensi kompleks yang dilakukan dengan
melibatkan faktor risiko lingkungan yang berhubungan dengan jatuh. Intervensi
ini ditujukan kepada lansia yang memiliki indikasi atau berisiko jatuh, termasuk
kepada Ny. W. Hal ini karena Ny. W memiliki gangguan persepsi/sensori
pendengaran dan penglihatan, serta keterbatasan mobilitas fisik. Oleh karena itu,
Laporan Preplanning Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan UniversitasJember | 2019

perlu dilakukan pendidikan kesehatan mengenai pencegahan jatuh dan


mendemontrasikan langkah-langkahnya sehingga Ny. W dapat dengan baik
mengurangi dan mencegah risiko jatuh.
DS:

1. Klien mengatakan kesulitan berjalan


2. Klien mengatakan nyeri pada lutut kedua kakinya dengan skala 3 dengan nyeri
hilang timbul

DO:

1. TD: 140/100 mmHg


2. Klien nampak sering berbaring ditempat tidur
3. Klien nampak menggunakan tongkat untuk berjalan
4.
5 5
4 4

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan analisa situasi di atas, maka perumusan masalah dalam
kegiatan yang akan dilakukan ini adalah pencegahan jatuh pada Ny. W di UPT
PSTW Banyuwangi.
Laporan Preplanning Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan UniversitasJember | 2019

BAB 2. TUJUAN DAN MANFAAT

2.1 Tujuan
2.1.1 Tujuan Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan, Ny. W dapat memahami tentang
pengertian pencegahan jatuh, tujuan, dan langkah-langkah pencegahan jatuh yang
dapat dilakukan secara mandiri oleh Ny. W.

2.1.2 Tujuan Khusus


a. Ny. W mampu menjelaskan pengertian pencegahan jatuh
b. Ny. W mampu menjelaskan tujuan pencegahan jatuh
c. Ny. W mampu menyebutkan dan mempromosikan langkah-langkah
pencegahan jatuh.

2.2 Manfaat
a. Ny. W mengetahui pengertian pencegahan jatuh
b. Ny. W mengetahui tujuan pencegahan jatuh
c. Ny. W mengetahui dan dapat menerapkan langkah-langkah pencegahan jatuh.
Laporan Preplanning Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan UniversitasJember | 2019

BAB 3. KERANGKA PENYELESAIAN MASALAH

3.1 Dasar Pemikiran


Jenis kegiatan pendidikan kesehatan ini merupakan salah satu upaya
mahasiswa dalam melihat fenomena yang terjadi pada lansia, salah satu
permasalahannya adalah Ny. W mengalami penurunan fungsi pendengaran dan
penglihatan serta hambatan mobilitas fisik yang dapat berakibat pada kurang
produktifnya serta terganggunya sumber daya manusia dalam hal ini pada dalam
menjalani aktivitas dan kehidupannya sebagai lansia. Metode dalam pendidikan
kesehatan ini menggunakan pendekatan pada Ny. W. Kegiatan pendidikan
kesehatan ini juga memberikan kesempatan kepada Ny. W untuk bertanya terkait
materi yang disampaikan. Tanya jawab dilakukan secara terbuka dalam bentuk
diskusi interaktif dengan warga mengenai materi yang disampaikan. Selain itu,
mahasiswa juga mendemonstrasikan langkah-langkah pencegahan jatuh yang
dapat dilakukan oleh Ny. W agar materi yang disampaikan lebih dapat dipahami
oleh Ny. W sehingga meminimalkan risiko jatuh.

3.2 Kerangka penyelesaian masalah


Upaya untuk menyelesaikan masalah tersebut, yaitu:
1. Mengadakan pendidikan kesehatan tentang pencegahan jatuh.
2. Mengadakan tanya jawab/diskusi secara terbuka setelah pemateri
memberikan materi sebagai bentuk evaluasi antara pemberi materi dengan
keluarga yang mengikuti pendidikan kesehatan tentang pencegahan jatuh
3. Mendemonstrasikan langkah-langkah pencegahan jatuh kepada Ny. W.
Laporan Preplanning Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan UniversitasJember | 2019

BAB 4. RENCANA PELAKSANAAN MASALAH

4.1 Realisasi Penyelesaian Masalah


Berdasarkan data pengkajian yang didapat pada Ny. W ditemukan masalah
bahwa Ny. W berisiko jatuh. Hal tersebut dikarenakan Ny. W memiliki penurunan
fungsi pendengaran dan penglihatan yang disertai hambatan mobilitas fisik yang
mana ditunjukkan dengan Ny. W menggunakan tongkat untuk berjalan. Oleh
karenanya, kami menyusun penyelesaian masalah berupa pendidikan kesehatan
tentang pencegahan jatuh. Pendidikan kesehatan yang dilakukan tidak hanya
melalui penyampaian materi, tetapi juga mengajarkan praktik langkah-langkah
pencegahan jatuh. Melalui pendidikan kesehatan ini, diharapkan Ny. W dapat
mengetahui dan memahami bagaimana manajemen pencegahan untuk jatuh.
Kegiatan pendidikan kesehatan akan dilaksanakan di UPT PSTW Banyuwangi.

4.2 Khalayak Sasaran


Khalayak sasaran pendidikan kesehatan tentang pencegahan jatuh adalah
Ny. W yang bertempat tinggal di UPT PSTW Banyuwangi karena Ny. W masih
belum memahami dengan baik bagaimana pencegahan untuk meminimalkan
risiko jatuh.

4.3 Metode yang Digunakan


Metode yang digunakan dalam pendidikan kesehatan tentang pencegahan
jatuh yang diberikan pada Ny. W menggunakan metode ceramah. Setelah ceramah
terkait materi, pemateri dan Ny. W melakukan diskusi tanya jawab tentang materi
yang telah disampaikan. Setelah sesi diskusi tanya jawab selesai, dilanjutkan
dengan mendemostrasikan langkah-langkah pencegahan jatuh Ny. W ikut
mempraktikkan bersama-sama pemateri. Agar pendidikan kesehatan ini lancar,
adapun langkah pokok yang akan kami lakukan saat pendidikan kesehatan antara
lain, menciptakan suasana pertemuan yang baik, mengidentifikasi pilihan
tindakan dan menetapkan tindakan lanjut.
Laporan Preplanning Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan UniversitasJember | 2019

DAFTAR PUSTAKA

Azizah, L.M. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta : Graha Ilmu.


Jamebozorgi, A. A. 2013. Investigation of the prevalent fall-related Risk Factors
of Fractures in erderly to Tehran Hospital. Medical journal of Islamic
Replublik of Iran.
Mauk, K.L.2010. Gerotological Nursing Competencies for Care. Sudbury: James
n Barltt Publiser.
Miller, C.A. 2012. Depression and Sicial Support. Effective Treatmants for
Homebound Elderly Adults. Philadelphia : Lippincott William & Wilkins.
Nugroho, W. 2012. Keperawatan Gerontik & Geriatrik Edisi 3. Jakarta. EGC.
NYC Vital Signs. 2014. Fall Among Older Adults in New York City. Department
of Health and Mental Hygiene. 13(1).
RISKESDAS. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta.
Riyadina, W. 2010. Profil Cidera Akibat Jatuh, Kecelakaan Lalu Lintas dan
Terluka Benda Tajam/Tumpul pada Masyarakat Indonesia. Jurnal
Penyakit Tidak Menular. Vol 2.
Wallace, M. 2008. Essentials of Gerontological Nursing. New York: Springer
Publising Company
Yan, L. S., Amatayakul, A., Thongtanunam, Y. 2014. Factors Relating to Falls
Risk Among Community-Dwelling Eldelry People in Jambi, Indonesia.
Journal International Proceedings of Social and Behavioral Sciences.
2(1): 23-30.
Laporan Preplanning Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan UniversitasJember | 2019

LAMPIRAN

Daftar lampiran:
Lampiran 1 : Berita Acara
Lampiran 2 : Daftar Hadir
Lampiran 3 : Satuan Acara Penyuluhan
Lampiran 4 : Standar Operasional Prosedur Posisi Trendelenburg
Lampiran 5 : Materi
Lampiran 6 : Media
Laporan Preplanning Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan UniversitasJember | 2019

Lampiran 1: Berita Acara

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
T.A 2017/2018

Pada hari, Sabtu tanggal 23 September 2019 pukul 11.00 s/d 11.30 WIB bertempat di
UPT PSTW Banyuwangi, telah dilaksanakan Kegiatan Pendidikan Kesehatan tentang
“Pencegahan Jatuh (Fall Prevention)” oleh Selasih Ilmi Nafi’ah. Kegiatan ini diikuti oleh
....... orang (daftar hadir terlampir).

Jember, .... September 2019

Pelaksana

Selasih Ilmi Nafi’ah


NIM 192311101098

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab Mata Kuliah
Keperawatan Keluarga

(Latifa Aini S., S.Kep., M.Kep.Sp.Kom.)


NIP 19710926 200912 2 001
Laporan Preplanning Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan UniversitasJember | 2019

Lampiran 2: Daftar Hadir

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
T.A 2017/2018

DAFTAR HADIR

No. Nama Alamat TTD

1.

2.

Jember, .... September 2019

Pelaksana

Selasih Ilmi Nafi’ah


Nim 19231101098

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab Mata Kuliah
Keperawatan Keluarga

(Latifa Aini S., S.Kep., M.Kep.Sp.Kom.)


NIP 19710926 200912 2 001
Laporan Preplanning Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan UniversitasJember | 2019

Lampiran 3: Satuan Acara Penyuluhan

SATUAN ACARA PENYULUHAN TENTANG PENCEGAHAN JATUH

Topik : Pencegahan Jatuh


Sub Topik : Definisi pencegahan jatuh, tujuan, dan langkah-langkah
pencegahan jatuh
Sasaran : Ny. W
Tempat : UPT PSTW Banyuwangi
Hari/Tanggal : Sabtu, 23 September 2019
Waktu : 15 menit
Penyuluh : Selasih Ilmi Nafi’ah

I. Analisa Data
A. Kebutuhan Peserta Didik
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan pada Ny. W, ditemukan
bahwa Ny. W memiliki risiko jatuh. Hal tersebut dikarenakan Ny. W memiliki
penurunan fungsi pendengaran dan penglihatan yang disertai hambatan mobilitas
fisik yang mana ditunjukkan dengan Ny. W menggunakan tongkat untuk berjalan.
B. Karakteristik Peserta Didik
Ny. W berumur 70 tahun. Ny. W mengaku tidak lulus SD karena berhenti
mengenyam pendidikan sejak kelas 2 SD. Ny. W merupakan lansia yang baru saja
dipindahkan ke UPT PSTW Banyuwangi beberapa bulan terakhir ini tahun 2019.
I. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang pencegahan jatuh,
diharapkan Ny. W dapat memahaminya dengan baik dan benar serta dapat
mengaplikasikannya dengan baik dalam kehidupan sehari-hari sehingga Ny. W
jauh dari risiko cedera karena jatuh
.
II. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan selama 15 menit, diharapkan Ny.
W mampu:
a. menjelaskan definisi pencegahan jatuh,
b. menjelaskan tujuan pencegahan jatuh,
c. menjelaskan dan mendemonstrasikan langkah-langkah pencegahan jatuh.
Laporan Preplanning Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan UniversitasJember | 2019

III. Materi (Terlampir)


a. Definisi pencegahan jatuh
b. Tujuan pencegahan jatuh
c. Langkah-langkah pencegahan jatuh.

IV. Metode
Ceramah, diskusi tanya jawab dan demostrasi.
V. Media
Leaflet
VI. Kegiatan Penyuluhan
KEGIATAN
NO. WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN
PESERTA
1. Pembukaan - Memberi salam - Menjawab salam
(2 menit) - Perkenalan - Mendengarkan
- Menjelaskan tujuan penyuluhan - Memahami
- Kontrak waktu untuk tujuan penyuluh
melakukan penyuluhan - Menyetujui
dengan kontrak
waktu
2. Inti (40 - Menanyakan (review) kepada - Menjawab
menit) Ny. W tentang pencegahan jatuh pertanyaan
menurut pengetahuan Ny. W. penyuluhan
- Menjelaskan materi tentang: - Mendengarkan
a. definisi pencegahan jatuh dan
b. tujuan pencegahan jatuh memperhatikan
c. langkah-langkah pencegahan - Bertanya pada
jatuh penyuluh bila
masih ada yang
belum jelas
- Ny. W ikut
melakukan
praktik
pencegahan jatuh
3. Penutup (3 - Evaluasi - Menjawab
menit) - Menyimpulkan pertanyaan
- Mengucapkan salam penutup - Memperhatikan
- Menjawab salam

VII. Evaluasi
1. Jelaskan apa itu pencegahan jatuh?
2. Apa tujuan dari pencegahan jatuh?
3. Bisakah lansia mempraktikkan pencegahan jatuh?
Laporan Preplanning Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan UniversitasJember | 2019

VIII. Referensi

Azizah, L.M. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta : Graha Ilmu.


Jamebozorgi, A. A. 2013. Investigation of the prevalent fall-related Risk Factors
of Fractures in erderly to Tehran Hospital. Medical journal of Islamic
Replublik of Iran.
Mauk, K.L.2010. Gerotological Nursing Competencies for Care. Sudbury: James
n Barltt Publiser.
Miller, C.A. 2012. Depression and Sicial Support. Effective Treatmants for
Homebound Elderly Adults. Philadelphia : Lippincott William & Wilkins.
Nugroho, W. 2012. Keperawatan Gerontik & Geriatrik Edisi 3. Jakarta. EGC.
NYC Vital Signs. 2014. Fall Among Older Adults in New York City. Department
of Health and Mental Hygiene. 13(1).
RISKESDAS. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta.
Riyadina, W. 2010. Profil Cidera Akibat Jatuh, Kecelakaan Lalu Lintas dan
Terluka Benda Tajam/Tumpul pada Masyarakat Indonesia. Jurnal
Penyakit Tidak Menular. Vol 2.
Wallace, M. 2008. Essentials of Gerontological Nursing. New York: Springer
Publising Company
Yan, L. S., Amatayakul, A., Thongtanunam, Y. 2014. Factors Relating to Falls
Risk Among Community-Dwelling Eldelry People in Jambi, Indonesia.
Journal International Proceedings of Social and Behavioral Sciences.
2(1): 23-30.
Laporan Preplanning Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan UniversitasJember | 2019

Lampiran 4: Standar Operasional Prosedur Pencegahan Jatuh (Fall


Prevention) pada Lansia

PENCEGAHAN JATUH
(FALL PREVENTION) PADA
LANSIA
FKEP
UNIVERSITAS JEMBER
PROSEDUR TETAP NO DOKUMEN NO REVISI: HALAMAN :
:

TANGGAL DITETAPKAN OLEH :


TERBIT :

1. PENGERTIAN Pencegahan jatuh merupakan intervensi kompleks


yang dilakukan pada sejumlah orang dan
melibatkan faktor risiko lingkungan yang
berhubungan dengan jatuh dengan mengorganisir
penyebab pada klien yang berisiko untuk injuri
karena jatuh.
2. TUJUAN Mencegah risiko injuri karena jatuh
3. INDIKASI Diagnosis keperawatan yang berhubungan dengan
jatuh, yaitu klien dengan:
a. Risiko terjadinya injuri
b. Gangguan persepsi/sensori pendengaran
c. Gangguan persepsi/sensori penglihatan
d. Keterbatasan mobilitas fisik
e. Self care deficit
4. KONTRAINDIKASI -
5. PERSIAPAN PASIEN Kaji setiap keterbatasan yang dimiliki oleh klien
sesuai dengan indikasi dilakukannya intervensi
pencegahan jatuh pada lansia
6. PERSIAPAN ALAT Sesuaikan dengan kebutuhan, keadaan klien, dan
lingkungan klien.
7. CARA KERJA a. Identifikasi keterbatasan kognitif atau fisik
yang dapat meningkatkan potensi untuk jatuh
b. Identifikasi karakteristik lingkungan yang
dapat meningkatkan potensi untuk jatuh (lantai
licin dan tangga yang terbuka)
c. Monitor gaya berjalan, keseimbangan, dan
tingkat kelelahan saat ambulasi
Laporan Preplanning Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan UniversitasJember | 2019

d. Bantu klien yang masih lemah dalam


melakukan ambulasi
e. Sediakan alat bantu untuk ambulasi
f. Kunci roda pada kursi dan tempat tidur selama
memindahkan klien
g. Letakkan buku/majalah di tempat yang mudah
dijangkau oleh klien
h. Instruksikan agar klien memanggil asisten saat
akan bergerak, jika dibutuhkan
i. Ajarkan bagaimana cara pencegahan atau
meminimalkan jatuh
j. Gunakan tehnik yang aman saat memindahkan
klien
k. Sediakan toilet duduk untuk memudahkan
klien
l. Sediakan kursi dengan ketinggian yang cocok
dengan pegangan atau penyangga tangan
m. Gunakan tempat tidur dengan pinggiran yang
kuat
n. Batasi aktivitas fisik untuk membatasi
pergerakan yang tidak aman
o. Tempatkan tempat tidur yang dekat dengan
lantai
p. Bantu klien ke toilet
q. Gunakan alarm tempat tidur
r. Cegah lantai licin
s. Sediakan penerangan yang adekuat
t. Sediakan lampu malam disamping tempat tidur
u. Sediakan permukaan lantai yang rata
v. Sediakan lemari yang mudah dijangkau
w. Sediakan furniture yang berat yang dapat
digunakan untuk membantu berpegangan
x. Yakinkan klien untuk menggunakan sandal
atau sepatu yang tidak licin dan sesuaikan
dengan ukuran kaki
y. Pendidikan kesehatan keluarga tentang faktor
risiko yang berhubungan dengan jatuh dan
bagaimana cara mengurangi faktor risiko
tersebut, kemudian bantu keluarga
mengidentifikasi benda-benda berbahaya di
rumah dan bagaimana cara memodifikasinya
z. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk
meminimalkan efek samping obat-obatan yang
dapat menyebabkan klien jatuh
8. HASIL a. Peningkatan pengetahuan mengenai keamanan
lansia
Laporan Preplanning Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan UniversitasJember | 2019

b. Klien dan keluarga mampu mengontrol dan


mendeteksi risiko jatuh
c. Klien mempertahankan perilaku aman:
pencegahan jatuh
d. Klien dan keluarga memperlihatkan perilaku
aman dalam memodifikasi lingkungan rumah
Laporan Preplanning Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan UniversitasJember | 2019

Lampiran 5: Materi

MATERI PENATALAKSANAAN HIPOTENSI DENGAN POSISI


TRENDELENBURG DAN KONSUMSI JUS YANG DAPAT
MENSTABILKAN TEKANAN DARAH
1. Pengertian
Menurut Morse (2009) usaha untuk mencegah jatuh pada lansia dilakukan
dengan mengantisipasi faktor penyebab jatuh sesuai dengan jenis/tipe jatuh. Tipe
jatuh menurut Morse (2009) adalah jatuh kecelakaan (accident fall), jatuh
fisiologis antisipasi (anticipated physiological falls), dan jatuh fisiologis tidak
terantisipasi (Un-anticipated physiological fall). Jatuh kecelakaan merupakan
jatuh yang dialami lansia karena lingkungan yang tidak aman (berbahaya). Oleh
sebab itu, usaha untuk mencegah jenis jatuh kecelakaan ini dilakukan dengan
menciptakan lingkungan yang aman bagi lansia.
2. Tujuan
Hipotensi dibagi menjadi 3 yaitu hipotensi ortostatik, hipotensi dimediasi
neural dan hipotensi akut. Hipotensi yang sering terjadi yaitu hipotensi ortostatik
dimana hipotensi jenis ini yaitu perubahan tiba-tiba posisi tubuh (Elseiver, 2010
dalam Sriminanda dkk). Penyebab tekanan darah rendah antara lain hipotensi
ortostatik. Seharusnya pembuluh darah berespon terhadap gravitasi dengan
kontraksi (menyempit), dan dengan demikian dapat meningkatkan tekanan darah,
jika kita berdiri dari posisi duduk atau berbaring. Hipotensi ortostatik berarti
bahwa pembuluh darah tidak disesuaikan diri terhadap posisi berdiri, sehingga
terjadi penurunan tekanan darah. Penyebab hipotensi orostatik meliputi: penyakit
sistem saraf, seperti neuropati, istirahat di tempat tidur dalam waktu yang lama,
irama jantung yang tidak teratur, penyakit kencing manis, dimana kerusakan saraf
mengganggu refleks yang mengontrol tekanan darah.
Penyebab hipotensi bisa diakibatkan oleh beberapa faktor eksternal
seperti:
a) dehidrasi (disebabkan karena kurang minum, diare, muntah),
b) konsumsi obat-obatan tekanan darah tinggi, jantung, anti-depresi, obat
disfungsi ereksi atau obat Parkinson,
c) penggunaan obat berefek diuretik secara berlebihan (seperti obat pelangsing),
d) anemia, infeksi berat, gangguan jantung, gangguan sistem saraf pusat,
gangguan endoktrin (termasuk hipotiroid, hipertiroid, diabetes, dan kadar gula
darah rendah) serta,
e) terlalu lama berada di udara panas, kehamilan, terlalu lama berbaring karena
sakit atau lanjut usia.
Laporan Preplanning Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan UniversitasJember | 2019

3. Tanda dan Gejala


Gejala tekanan darah rendah biasanya ditandai dengan adanya:
a) pusing (saat ganti posisi mendadak seperti bangun setelah posisi duduk
jongkok, atau berbaring),
b) mata berkunang-kunang,
c) mual,
d) haluaran urin menurun,
e) kulit pada bagian tangan dan kaki pucat,
f) gelisah,
g) bingung,
h) berkeringat dingin bahkan pingsan.

4. Pencegahan Jatuh
a. Latihan fisik
Latihan fisik diharapkan mengurangi resiko jatuh dengan meningkatkan
kekuatan tungkai dan tangan, memperbaiki keseimbangan, koordinasi, dan
meningkatkan reaksi terhadap bahaya lingkungan, latihan fisik juga bisa
mengurangi kebutuhan obat-obatan sedatif. Latihan fisik yang dianjurkan
yang melatih kekuatan tungkai, tidak terlalu berat dan semampunya, salah
satunya adalah berjalan kaki.
b. Managemen obat-obatan
a) Gunakan dosis terkecil yang efektif dan spesifik.
b) Perhatikan terhadap efek samping dan interaksi obat.
c) Gunakan alat bantu berjalan jika memang di perlukan selama
pengobatan.
d) Kurangi pemberian obat-obatan yang sifatnya untuk waktu lama
terutamasedatif dan tranquilisers.
e) Hindari pemberian obat multiple (lebih dari empat macam) kecuali
atas indikasi klinis kuat.
f) Menghentikan obat yang tidak terlalu diperlukan.
c. Modifikasi lingkungan
a) Atur suhu ruangan supaya tidak terlalu panas atau dingin untuk
menghindari pusing akibat suhu.
b) Taruhlah barang-barang yang memang seringkali diperlukan berada
dalam jangkauan tanpa harus berjalan dulu.
c) Gunakan karpet antislip di kamar mandi.
d) Perhatikan kualitas penerangan di rumah.
e) Jangan sampai ada kabel listrik pada lantai yang biasa untuk melintas.
f) Pasang pegangan tangan pada tangga, bila perlu pasang lampu
tambahan untuk daerah tangga.
g) Singkirkan barang-barang yang bisa membuat terpeleset dari jalan
yang biasa untuk melintas.
h) Gunakan lantai yang tidak licin.
Laporan Preplanning Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan UniversitasJember | 2019

i) Atur letak furnitur supaya jalan untuk melintas mudah,


menghindaritersandung.
j) Pasang pegangan tangan ditempat yang di perlukan seperti misalnya
dikamar mandi.
k) Hindari penggunaan furnitur yang beroda.
d. Memperbaiki kebiasaan pasien lansia misalnya :
a) Berdiri dari posisi duduk atau jangkok jangan terlalu cepat.
b) Jangan mengangkat barang yang berat sekaligus.
c) Mengambil barang dengan cara yang benar dari lantai.
d) Hindari olahraga berlebihan.
e. Alas kaki
a) Hindari sepatu berhak tinggi, pakai sepatu berhak lebar.
b) Jangan berjalan hanya dengan kaus kaki karena sulit untuk
menjagakeseimbangan.
c) Pakai sepatu yang antislip.
f. Alat bantu jalan
Terapi untuk pasien dengan gangguan berjalan dan keseimbangan
difokuskanuntuk mengatasi atau mengeliminasi penyebabnya atau faktor
yang mendasarinya. Pada penggunaannya, alat bantu jalan memang
membantu meingkatkan keseimbangan, namun di sisi lain menyebabkan
langkah yang terputus dan kecenderungan tubuh untuk membungkuk,
terlebih jika alat bantu tidak menggunakan roda., karena itu penggunaan
alat bantu ini haruslah direkomendasikan secara individual. Apabila pada
lansia yang kasus gangguan berjalannya tidak dapat ditangani dengan
obat-obatan maupun pembedahan.Oleh karena itu, penanganannya adalah
dengan alat bantu jalan seperti cane(tongkat), crutch (tongkat ketiak) dan
walker. (Jika hanya 1ekstremitas atasyang digunakan, pasien dianjurkan
pakai cane. Pemilihan cane type apa yang digunakan, ditentukan oleh
kebutuhan dan frekuensi menunjang berat badan. Jika ke-2 ekstremitas
atas diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan tidak perlu
menunjang berat badan, alat yang paling cocok adalah four-wheeled
walker. Jika kedua ekstremitas atas diperlukan untuk mempertahankan
keseimbangan dan menunjang berat badan, maka pemilihan alat
ditentukan oleh frekuensi yang diperlukan dalam menunjang berat badan.
g. Periksa fungsi penglihatan dan pendengaran.
Gunakan kacamata apabila mengalami gangguan fungsi penglihatan dan
alat bantu pendengaran apabila mengalami gangguan pendengaran.
h. Hip protektor : terbukti mengurangi resiko fraktur pelvis.
i. Memelihara kekuatan tulang
a) Suplemen nutrisi terutama kalsium dan vitamin D terbukti
meningkatkan densitas tulang dan mengurangi resiko fraktur akibat
terjatuh pada orangtua.
b) Berhenti merokok
c) Hindari konsumsi alkohol
d) Latihan fisik
Laporan Preplanning Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan UniversitasJember | 2019

e) Anti-resorbsi seperti biophosphonates dan modulator reseptor


estrogen.
f) Suplementasi hormone estrogen?hormon pengganti.
Laporan Preplanning Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan Universitas Jember | 2019

Lampiran 6: Media (Leaflet)


Laporan Preplanning Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan UniversitasJember | 2019

Anda mungkin juga menyukai