com/hidup-sehat/fakta-unik/bahaya-ndma-ranitidin-ditarik-kanker/
Beberapa minggu lalu, badan pengawas obat dan makanan Amerika Serikat, FDA, melaporkan
temuan zat pemicu kanker pada obat ranitidin. Namun, temuan itu belum membuat BPOM
Indonesia menarik peredaran ranitidin saat itu juga. Selang beberapa minggu, kini beberapa
produk yang mengandung ranitidin ditarik oleh BPOM untuk mencegah bahaya yang mungkin
timbul, sesuai temuan FDA.
Penarikan ranitidin di beberapa negara saat itu menindaklanjuti temuan Food and Drug
Administration (FDA) Amerika Serikat serta European Medicine Agency (EMA) yang
menemukan adanya kandungan bahaya yang berpotensi memicu kanker, yakni senyawa N-
nitrosodimethylamine (NDMA).
Ranitidin termasuk golongan obat histamine-2 receptor blockers. Obat-obatan lainnya yang
termasuk dalam golongan ini adalah nizatidine, famotidine, dan cimetidine. Obat yang berada di
dalam golongan ini mampu meredakan masalah lambung, dengan cara menurunkan produksi
asam di lambung.
Sebelum ditarik dari peredaran, ranitidin merupakan salah satu obat yang paling laris digunakan
untuk mengatasi berbagai masalah lambung kronis dan gejalanya. Berbagai produk generiknya
pun kian bermunculan seiring bertambahnya popularitas obat ini.
Belakangan, sejumlah negara menarik peredaran ranitidin setelah berembus kabar bahwa obat
ini mengandung zat pemicu kanker. Hal ini dibenarkan oleh FDA Amerika Serikat dalam edaran
yang diterbitkannya bulan September lalu.
Menanggapi edaran tersebut, BPOM pun melakukan pengujian terhadap beberapa produk
ranitidin. Dilansir dari laman CNN Indonesia, produk obat mengandung ranitidin yang ditarik
dari peredaran adalah yang mengandung cemaran NDMA di atas ambang batas aman.
Pada Rabu (9/10), produk obat mengandung ranitidin yang telah ditarik dari peredaran
merupakan produk dalam sediaan sirup dan cairan injeksi.
Namun, update terbaru sebagaimana dilansir dari situs resminya (11/10), Badan POM
Indonesia memerintahkan seluruh industri farmasi untuk menarik seluruh produknya yang
mengandung ranitidin dan menghentikan distribusi serta produksinya untuk sementara waktu.
Oleh karena sifatnya itulah, temuan NDMA dalam ranitidin dinilai dapat membawa bahaya bagi
pasien yang memiliki maag kronis.
Senyawa NDMA pada dasarnya tidaklah berbahaya selama berada dalam batas aman, yakni 96
ng per hari. Namun, pengujian terhadap beberapa sampel ranitidin yang ditarik menunjukkan
adanya jumlah NDMA melebihi batas tersebut sehingga bahaya yang ditimbulkan berpotensi
lebih besar.
Paparan NDMA melebihi batas aman dalam jangka panjang bisa meningkatkan risiko kanker
hati, saluran pernapasan, ginjal, dan pembuluh darah.
Meski demikian, masyarakat yang sudah telanjur dan masih mengonsumsi ranitidin tidak perlu
panik menanggapi hal ini.
Badan POM Indonesia menganjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan
obat alternatif. Beberapa obat yang bisa jadi alternatif dapat berasal dari golongan proton pump
inhibitors, seperti omeprazole dan lansoprazole.