PENDAHULUAN
1
Indonesia merupakan negara yang menempati urutan ke-7 dengan penderita
DM sejumlah 8,5 juta penderita setelah Cina, India dan Amerika Serikat, Brazil,
Rusia, Mexico. Angka kejadian DM menurut data Riskesdas 2017 terjadi peningkatan
dari 1,1 % di tahun 2013 meningkat menjadi 2,1 % di tahun 2017 dari keseluruhan
penduduk sebanyak 250 juta jiwa. Menurut International of Diabetic Federation
tingkat prevalensi global penderita DM pada tahun 2014 sebesar 8,3% dari
keseluruhan penduduk di dunia dan mengalami peningkatan pada tahun 2014 menjadi
387 juta kasus.3,4
Diabetes melitus menduduki 90% yang populasinya adalah penderita DM
type 2 atau Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin atau NIDDM. Penyakit DM
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu dengan cara hidup yang tidak sehat seperti pola
makan yang tidak sehat, kegemukan dan kurang olah raga. Selain itu terdapat juga
58% memakai dosis obat anti hiperglikemi yang salah dan 75% tidak mengikuti diet
yang dianjurkan. Penyakit DM akan menimbulkan komplikasi jika dibiarkan kadar
gula darah tidak terkendali dan akan menyebabkan kematian. Komplikasi yang dapat
timbul seperti penyakit jantung, ginjal, kebutaan dan amputasi.4,5
Upaya yang dilakukan dalam mengatasi masalah tersebut yaitu memberikan
penyuluhan dan pendidikan kesehatan (edukasi) tentang perawatan dan pengobatan
penyakit DM secara mandiri. Edukasi ini mencakup perencanaan makan (diet),
kegiatan olah raga (exercise), meningkatnya motivasi penderita DM untuk kontrol
secara teratur yang bertujuan menghilangkan gejala, mencegah komplikasi akut dan
kronik, mengurangi komplikasi yang sudah ada, mengobati penyakit penyerta,
menciptakan dan mempertahankan rasa sehat, memperbaiki kualitas hidup dan
mengurangi angka kematian.
1.2 Permasalahan
Berdasarkan laporan tahunan Puskesmas Jekan Raya tahun 2018, terdapat
kegiatan program upaya pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular yang
tingkat kinerjanya masih kurang, salah satunya yaitu upaya pencegahan dan
pengendalian penyakit diabetes melitus, yang cakupan pelayanannya 28,83%.
2
Angka kunjungan pasien diabetes melitus di puskesmas Jekan Raya selama
bulan Januari-Desember tahun 2018 ke Januari-November 2019 menunjukkan
peningkatan, sebanyak 18,8%. Dari data tersebut didapatkan penduduk puskesmas
Jekan Raya masih belum dapat mencegah terjadinya DM atau penderita DM yang
masih belum dapat memanajemen pengobatan DM sehingga tren penyaki meningkat.
Dari permsalahan tersebut mungkin disebabkan karena masih kurangnya pengetahuan
masyarakat wilayah puskesmas Jekan Raya tentang pencegahan dan pengendalian
penyakit DM. Selain itu hal tersebut juga dapat dilihat dari upaya pokok pencegahan
dan pengendalian penyakit DM oleh UPT puskesmas Jekan Raya yang cakupan
pelayanannya masih kurang.
Berdasarkan permasalahan seperti yang terdapat pada uraian dalam latar
belakang akar permasalahan pohon masalah sebagai berikut:
3
1.3 Prioritas Pemecahan Masalah
Penentuan prioritas masalah merupakan hal yang sangat penting, setelah
masalah-masalah kesehatan teridentifikasi. Metode yang dapat dilakukan dalam
penentuan prioritas masalah dibedakan atas 2, yaitu: secara scoring dan non-scoring.
Kedua metode tersebut pelaksanaanya berbeda-beda dan pemilihannya berdasarkan
data yang tersedia.
Pada kegiatan PBL ini, prioritas pemecahan masalah menggunakan teknik
scoring jenis metode CARL. Pemilihan prioritas dilakukan dengan memberikan score
untuk berbagai parameter tertentu yang telah ditetapkan. Metode CARL merupakan
metode terbaik yang dipilih karena pada metode ini biaya (cost) tidak terlalu
diperhitungkan dan data yang digunakan bersifat kualitatif. Setelah didapatkan daftar
masalah dan alternatifnya, maka ditentukan prioritas untuk pemecahan permasalahan
berdasarkan prioritas.
Metode CARL (Capability, Accesability, Readness, Leverage) dengan
menggunakan skor nilai 1 – 5.
Kriteria CARL tersebut mempunyai arti:
1. C: Ketersediaan sumber daya (dana dan sarana atau peralatan).
2. A: Kemudahan, masalah yang ada diatas atau ridak kemudahan dapat
didasarkan pada ketersediaan metode/cara/teknologi serta penunjang
pelaksanaan seperti peraturan.
3. R: Kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan sasaran seperti
keahlian/kemampuan dan motivasi.
4. L: Seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain dalam
pemecahan yang dibahas. Nilai total merupakan hasil perkalian C x A x R
x L, uraian ranking atau prioritas adalah nilai tertinggi samapai nilai
terendah.
4
Untuk menentukan prioritas masalah tersebut di atas penulis memilih metode
CARL yang memperhitungkan mengenai :
1. Kemampuan (Capability)
Adalah ketersediaan sumber daya dana dan sarana/peralatan diberi
skor 1–5 yaitu :
a. Sama sekali tidak tersedia
b. Tersedia dan terbatas
c. Tersedia namun kurang
d. Tersedia dan cukup
e. Tersedia dan melimpah
2. Kemudahan(Accessibility)
Adalah ukuran mudah atau tidaknya masalah diatasi didasarkan pada
ketersediaan metode/cara/teknologi serta penunjang pelaksanaan seperti
peraturan/juklak, diberi skor 1-5 yaitu:
a. Tidak mungkin diselesaikan
b. Mungkin tapi sangat sulit
c. Mungkin tapi sulit
d. Bisa diubah
e. Sangat mudah
3. Kesiapan (Redness)
Adalah kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan sasaran
seperti keahlian/kemampuan dan motivasi. Diberi skor 1 – 5 yaitu :
a. Tidak siap dalam 10 tahun ke depan
b. Tidak siap dalam 5 tahun ke depan
c. Siap dalam 1 tahun ke depan
d. Siap dalam 1-3 bulan ke depan
e. Siap, hanya perlu dimotivasi
5
4. Daya Ungkit (Leverage)
Adalah seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain
dalam pemecahan masalah. Diberi skor 1 – 5 yaitu :
a. Tidak bermakna dalam 1 tahun ke depan
b. Tidak bermakna dalam 6 bulan ke depan
c. Bermakna dalam 3 bulan ke depan
d. Bermakna bulan depan
e. Sangat bermakna dan merubah segalanya
Berdasarkan faktor-faktor di atas dapat ditentukan prioritas masalah. Metode
CARL digunakkan apabila pelaksana program masih mempunyai keterbatasan
(belum siap) dalam menyelesaikan masalah. Penggunaan metode ini menekankan
pada kemampuan pelaksana program.
5. Kelebihan pengunaan metode CARL
Dengan masalah yang relatif banyak, bisa ditentukan peringkat atas
masing-masing masalah sehingga bisa diperoleh prioritas masalahnya.
6. Kekurangan penggunaan metode CARL
a. Penentuan skor sangat subyektif, sehingga sulit untuk distandarisasi.
b. Penilaian atas masing-masing kriteria terhadap masalah yang diskor
perlu kesepakatan agar diperoleh hasil yang maksimal dalam penentuan
peringkat (prioritas).
c. Objektifitas hasil peringkat masalah kurang bisa
dipertanggungjawabkan karena penentuan skor atas kriteria yang ada
bersifat subyektif.
6
Di bawah ini adalah hasil penentuan prioritas masalah dengan menggunakan
metode scoring teknik CARL.
Tabel 1.1 Prioritas Pemecahan Permasalahan
Upaya peningkatkan
pengetahuan pasien 1
1. 3 4 5 5 300
terhadap penyakit
Diabetes Melitus
Pembuatan dan
pembagian leaflet
mengenai upaya
2. Meningkatkan 2 4 5 3 120 2
pengetahuan pasien
terhadap penyakit
Diabetes Melitus
7
BAB II
TARGET LUARAN DAN TUJUAN
8
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3. 1 Model Pendekatan
Berdasarkan pendekatan sasaran metode, pelaksanaan penyuluhan dilakukan
secara pendekatan kelompok. Pada pelaksanaan kegiatan Praktik Belajar Lapangan
(PBL) ini digunakan metode pendekatan kelompok dengan metode penyuluhan dan
diskusi, menggunakan leaflet yang berisi materi penyuluhan serta membagikannya
kepada peserta.
Metode ini merupakan salah satu cara promosi kesehatan dengan menjelaskan
sesuatu dengan lisan disertai dengan tanya jawab dan diskusi kepada kelompok
pendengar. Keberhasilan metode ini terletak pada kemampuan pemateri dalam
menguasai materi yang akan disampaikan. Salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap keberhasilan peningkatan pengetahuan masyarakat adalah pemilihan metode
yang tepat.
Pada kegiatan ini semua penderita diabetes melitus di Puskesmas Jekan Raya
dijadikan sebagai sasaran kegiatan penyuluhan.
3. 2 Sasaran
Sasaran pada kegiatan penyuluhan ini terbagi menjadi dua yaitu, sasaran
primer dan sasaran sekunder. Sasaran primer adalah sasaran yang mempunyai
masalah yang diharapkan adanya peningkatan pengetahuan mengenai diabetes
melitus dan memperoleh manfaat yang besar dari perubahan tersebut.
Sasaran primer pada kegiatan ini adalah semua usia lanjut yang datang saat
posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Jekan Raya. Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh penderita diabetes melitus yang ada di wilayah kerja Puskesmas
Jekan Raya yang berjumlah 32 pasien yang menderita diabetes melitus.
9
Teknik pengambilan sampel dalam kegiatan PBL ini adalah total sampling.
Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama
dengan populasi. Sampel yang diambil dari kegiatan PBL ini adalah 32 orang.
3. 4 Strategi/Metode Kegiatan
Dalam kegiatan ini dilakukan penyuluhan dengan menggunakan leaflet dan
pembagian soal pretest dan postest. Dari pemberian materi tersebut diharapkan
sasaran sudah mengetahui tentang pentingnya pengetahuan penyakit Diabetes
Melitus.
Materi penyuluhan yang disampaikan dalam kegiatan ini berupa penyuluhan
dalam upaya meningkatkan pengetahuan terkait pencegahan dan pengendalian pada
pasien Diabetes Melitus.
Manajemen kegiatan pada pelaksanaan penyuluhan ini adalah :
1. Perencanaan (Planning)
Kegiatan ini memiliki tujuan yang jelas yaitu untuk menilai peningkatan
pengetahuan masyarakat sebe lum dan sesudah penyuluhan mengenai upaya
meningkatkan pengetahuan terkait pencegahan dan pengendalian pada pasien
Diabetes Melitus. Tingkat keberhasilan dari penyuluhan ini adalah terdapat
peningkatan pengetahuan yang dapat dilihat dari kuesioner pretest dan postest dari
10
pasien diabetes melitus yang berpartisipasi. Proses perencanaan dimulai dari mencari
data untuk menentukan masalah yang terdapat di Puskesmas Jekan Raya Kota
Palangka Raya. Dari data tersebut dapat diambil satu masalah yang kemudian
diangkat menjadi kegiatan penyuluhan. Setelah menentukan masalah maka dicari
solusi dari pemecahan masalah dengan metode problem tree dilanjutkan dengan
survei sasaran yang dilakukan secara langsung melalui kuesioner. Setelah dilakukan
survei maka dipersiapkan rencana kegiatan penyuluhan. Pengurusan administrasi
terdiri dari pengajuan proposal kepada pembimbing kegiatan PBL dan permohonan
izin pelaksanaan kegiatan pada Kepala Puskesmas Jekan Raya Kota Palangka Raya
dan dokter penanggung jawab puskesmas. Menentukan jadwal kegiatan penyuluhan
yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta penyuluhan. Kemudian
menentukan posisi/seksi dari kegiatan dan membagi tugas sesuai joblist masing-
masing. Setelah seksi kegiatan terbentuk kemudian mempersiapkan perlengkapan
kegiatan pembentukan dan lain-lain yang dibutuhkan saat kegiatan dan
mengumpulkan peserta penyuluhan.
2. Pengorganisasian (Planning)
dr. Rizal Hutapea
(Kepala Puskesmas Tangkiling)
Anita , SST
(Kepala Program Kesehatan)
Aulia Rusdi Al Muttaqien Asnan Azis Fatoni, Ana Nesa Gloria, S. Novita Devy Alfionita,
S. Ked S.Ked Ked S.Ked
(Seksi Dokumentasi) (Seksi (Seksi Acara) (Seksi Konsumsi)
Perlengkapan)
11
pelaksana mempunyai tugas bertanggung jawab terhadap kegiatan dari sebelum
kegiatan dilaksanakan, proses hingga terlaksananya kegiatan. Ketua pelaksana juga
bertugas dalam mengkoordinir setiap rencana kegiatan kepada pembimbing di UPT
Puskesmas Jekan Raya. Tugas dari seksi acara adalah memastikan jadwal dari
kegiatan efektif dan efisien, bertanggung jawab dalam perencanaan dan pemberian
materi, dan pembuatan soal pretest dan postest. Seksi perlengkapan memiliki
tanggung jawab untuk memastikan kelengkapan peralatan yang diperlukan dalam
kegiatan ini, leaflet dan pengeras suara. Seksi konsumsi dan dokumentasi
bertanggung jawab dalam pembagian konsumsi kepada peserta dan penyelenggara
kegiatan dan memastikan konsumsi tercukupi, seksi ini juga bertugas dalam
dokumentasi mengambil foto selama kegiatan berlangsung. Semua dokumentasi akan
dilampirkan oleh seksi ini untuk laporan kegiatan PBL.
3. Pelaksanaan (Actuating)
Pelaksanaan kegiatan ini diselenggarakan selama 3 hari dan dibagi dalam 4
sesi. Sesi pertama yaitu pengisian kuesioner pretest sebelum pembagian materi. Sesi
kedua yaitu presentasi mengenai pentingnya pencegahan dan pengendalian Diabetes
Melituas. Sesi ketiga dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab. Sesi terakhir yaitu
pengisian kuesioner postest oleh peserta.
Adapun susunan acara penyuluhan dirangkum dalam tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1 Daftar Susunan Acara
Pelaksanaan Kegiatan Pertama
No Jam Kegiatan Kegiatan
1 16.00-16.20 Pembukaan :
1. Sambutan Pemegang Program
2. Sambutan Kader
2 16.20-16.30 Pretest
3 16.30-17.00 Penyampaian materi
4 17.00-17.30 Diskusi dan tanya jawab
5 17.30-17.40 Posttest
6 17.40-18.00 Penutup
12
Pelaksanaan Kegiatan Kedua
No Jam Kegiatan Kegiatan
1 09.00-09.20 Pembukaan :
1. Sambutan Pemegang Program
2. Sambutan Kader
2 09.20-09.30 Pretest
3 09.30-10.00 Penyampaian materi
4 10.00-10.30 Diskusi dan tanya jawab
5 10.30-10.40 Posttest
6 10.40-11.00 Penutup
4. Evaluasi (Controlling)
a. Jangka Pendek
Terjadi peningkatan pengetahuan setelah penyuluhan yang di tandai dengan
peningkatan rata-rata nilai postest.
b. Jangka Menengah
Terjadi peningkatan jumlah penderita penyakit Diabetes Militus.
Meningkatnya capaian penderita penyakit Diabetes Militus sekurang-kurangnya 70%
c. Jangka Panjang
1. Meningkatkan pengetahuan pada penderita Diabetes Militus
2. Meningkatkan pengetahuan terkait pencegahan dan pengendalian penyakit
Diabetes Militus
13
Pengumpulan data dalam kegiatan ini dibagi menjadi dua data. Data pertama
berdasarkan perhitungan kuesioner sebelum pemberian materi (pretest) yang berisi
tentang identifikasi responden dan pertanyaan untuk mengukur tingkat pengetahuan
mengenai penyakit Diabetes Militus. Data kedua berdasarkan perhitungan kuesioner
sesudah pemberian materi (postest) yang berisi pertanyaan untuk mengukur tingkat
pengetahuan mengenai penyakit Diabetes Militus.
14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
15
Namun hal ini dapat diatasi dengan mempersingkat waktu pada rangkaian acara yang
lain. Acara dibuka terlebih dahulu dengan sambutan oleh pemegang program dan
kader posyandu serta posbindu lansia dengan agenda ’’Penyuluhan dalam upaya
meningkatkan pengetahuan terkait pencegahan dan pengendalian pada pasien
diabetes melitus di UPT Puskesmas Jekan Raya’’. Setelah sambutan selesai, acara
kemudian dilanjutkan dengan pembagian lembar soal pretest untuk menilai tingkat
pengetahuan awal peserta sebelum diberikan penyuluhan. Setelah pretest, kemudian
acara dilanjutkan dengan penyuluhan melalui pemberian materi penyuluhan
menggunakan leaflet. Materi yang diberikan adalah tentang pencegahan dan
pengendalian penyakit diabetes melitus. Kemudian dilanjutkan dengan sesi diskusi
dan tanya jawab. Setelah itu dilakukan pembagian lembar soal postest kepada peserta
sebagai bahan evaluasi setelah penyampaian materi penyuluhan. Acara ditutup
dengan sesi foto bersama.
4. Evaluasi
Kegiatan PBL yaitu penyuluhan dalam rangka meningkatkan pengetahuan
penderita diabetes melitus di wilayah kerja Puskesmas Jekan Raya tentang
pencegahan dan pengendalian penyakit diabetes melitus, yang dilaksanakan di
posyandu lansia, posbindu lansia, dan puskesmas Jekan Raya pada tanggal 30
November, 7 Desember dan 9 Desember 2019 dan dihadiri oleh 32 penderita diabetes
melitus. Kegiatan ini juga diikuti oleh kader-kader posyandu lansia di wilayah kerja
puskesmas Jekan Raya. Metode pengambilan sampel sebagai peserta ini
menggunakan metode total sampling.
Cara mengetahui tingkat pengetahuan peserta dinilai berdasarkan skoring
pretest yang dibandingkan dengan posttest. Soal yang diberikan sebanyak 10 soal
dengan kriteria baik jika didapatkan jawaban benar >7, cukup jika skor 6-7, dan
dianggap kurang jika didapatkan jawaban benar <6. Data ini termasuk dalam jenis
data primer karena didapatkan langsung dari semua pasien diabetes di wilayah
puskesmas Jekan Raya sebagai peserta penyuluhan melalui pretest dan posttest.
16
Jumlah Peserta
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
12
4 4 4
3
2 2
1
0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berdasarkan Gambar 4.1. Terdapat 25 orang yang memiliki nilai di bawah standar
pada pretest (sebanyak 78%), yaitu 6% peserta mendapat nilai 1, 9% peserta
mendapat nilai 2, 12% peserta mendapat nilai 3, 38% peserta mendapat nilai 5.
Peserta yang mendapat nilai di atas standar pada pretest sebanyak 22%.
17
Distribusi Nilai Posttest
4 5 6 7 8 9 10
13
4
2 2
1 1
4 5 6 7 8 9 10
Gambar 4.2. Distribusi nilai posttest peserta penyuluhan penyakit diabetes melitus.
Gambar 4.2. Terdapat 3 orang yang masih memiliki nilai di bawah standar
pada posttest (sebanyak 9%), yaitu 6% peserta mendapat nilai 5, dan 3% peserta
mendapat nilai 4. Akan tetapi, didapatkan 92% peserta yang mendapatkan nilai di
atas standar, dimana proporsi terbanyak yaitu peserta yang mendapat nilai 8 sebanyak
41%.
Berikut ini pernyataan-pernyataan yang tercantum dalam lembar pretest dan
posttest.
1. DM adalah penyakit dimana terjadi peningkatan kadar gula darah dari batas
normal.
2. Tanda-tanda utama DM adalah mudah lapar, mudah haus dan sering kencing
malam hari.
3. Olahraga teratur akan membantu mengontrol gula dalam darah.
4. Penderita DM tidak perlu berpantang makan gorengan, sosis, dan makanan
kaleng tetapi jumlahnya dibatasi
5. DM dapat menyerang berbagai usia dan jenis kelamin.
6. Komplikasi dapat timbul jika saya tidak bisa mengatur pola makan.
18
7. Jika saya menderita DM, maka anak-anak saya berisiko tinggi terkena DM.
8. Penyakit DM bisa disembuhkan dengan cara tidak mengkonsumsi
makanan/minuman manis sama sekali.
9. Penderita DM tetap dapat menjalankan aktivitas kerja jika tetap mengkonsumsi
obat secara teratur.
10. Minum minuman dan makanan yang manis bukanlah faktor yang dapat
meningkatkan kadar gula darah.
19
DAFTAR PUSTAKA
20