Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PROBLEMATIKA PADA MATEMATIKA

“Mengembangkan Pemahaman Siswa melalui Pendekatan Naive


Geometri pada Materi Persamaan Kuadrat”
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Problematika Matematika
(Problem in Mathematics Education) yang di ampu oleh :
Drs. H. Bernard, M. S.
Drs. Rusli, M.Si

Oleh :

A.Fatimah Awalia AS 1611440013


Nur Islah Ashyar 1611441006
Muh. Mahfud 1611442004
Rismawati 1611442012

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan
hidayah-Nyalah makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Salawat dan
salam kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah
memberi petunjuk bagi umatnya sehingga menjadi umat yang berperadaban
mulia.

Makalah ini disusun sebagai akhir dari rangkaian observasi sekolah dalam
mata kuliah “Problem in Mathematics Education”. Makalah ini berisi tentang
cara mengajarkan persamaan kuadrat dengan menggunakan pendekatan naive
geometry.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh


karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca sangat kami
harapkan untuk menambah wawasan dan pengalaman penyusun.
Makassar, 02 Maret 2019

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................. 1
1.2 RUMUSAN MASALAH ............................................................................. 2
1.3 TUJUAN ...................................................................................................... 2
1.4 MANFAAT PENGAMATAN .......................................................................... 3
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................. 4
BAB III PEMBAHASAN ....................................................................................... 8
BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 13
4.1 KESIMPULAN ............................................................................................... 13
4.2 SARAN ........................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Matematika, sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah, mengajak
siswa untuk berfikir logis, rasional, dan percaya diri. Matematika yang
dipelajari di SMP memuat materi dengan tingkat abstrak yang telah
disesuaikan dengan perkembangan koginitif siswa SMP.

Dalam Kurikulum 2013, Persamaan dan Fungsi Kuadrat termasuk salah


satu materi yang wajib dipelajari siswa SMP/MADRASAH. Kompetensi
dasar yang harus dicapai dalam materi Persamaan dan Fungsi Kuadrat adalah
siswa mampu mendeskripsikan konsep, memilih strategi yang tepat untuk
menyelesaikan permasalahan Persamaan dan Fungsi Kuadrat serta memeriksa
kebenaran jawabannya.

Pada materi Eksponen dan Logaritma, banyak siswa yang mengalami


kesulitan untuk menentukan akar-akar atau nilai variabel persamaan kuadrat.
Siswa memaparkan bahwa mereka lupa cara memfaktorkan persamaan
kuadrat dikarenakan materi tersebut diajarkan hanya sekilas akibat dari
pergantian kurikulum dari KTSP menjadi Kurikulum 2013.

Kesulitan siswa dalam mempelajari materi ini tidak hanya dialami di


Indonesia. Lee, Peng Yee & Lee, Ngan Hoe (2009: 193) menjelaskan
beberapa kesulitan yang dialami siswa di Singapura dalam materi Persamaan
dan Fungsi Kuadrat adalah: (1) membedakan dan menghubungkan antara
“bentuk kuadrat (quadratic expressions)”, “fungsi kuadrat (quadratic
functions)”, dan “persamaan kuadrat (quadratic equations)”; (2) membedakan
“akar-akar persamaan kuadrat (roots of a quadratic equation)” dan “pembuat
nol fungsi kuadrat (zeros Of quadratic function)”, “menyelesaikan persamaan
kuadrat (solving a quadratic equation)” dan “memfaktorkan bentuk kuadrat
(factorizing a quadratic expression)”; (3) mengingat rumus dan prosedur

1
untuk melengkapkan kuadrat, memfaktorkan dan menggunakan rumus umum
kuadrat, tetapi tidak dapat memahami hubungan-hubungannya; (4)
melupakan syarat 𝑎 ≠ 0 pada bentuk kuadrat 𝑎2 + 𝑏𝑥 + 𝑐;

Kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa sehingga siswa didorong untuk


mampu berfikir, memahami, dan menganalisis, sehingga dapat menemukan
makna pembelajaran matematika, keterkaitannya satu sama lain, dan
pengetahuan-pengetahuan baru yang dapat diterapkan pada masalah dengan
karakteristik yang serupa. Peran guru sebagai pembimbing siswa bergantung
pada seberapa kemampuan siswa dan tingkat kesulitan materi. Guru dapat
memancing siswa untuk menggunakan pengetahuan yang telah siswa miliki
sebelumnya untuk menemukan pengetahuan yang baru.

Berdasarkan uraian, perlu dilakukan pengembangan materi dengan


pendekatan naive geometri pada materi Persamaan dan Fungsi Kuadrat pada
siswa SMA kelas X. Harapannya, dapat membantu meningkatkan kualitas
pembelajaran sehingga siswa dapat memahami materi dengan mudah.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Adapun permasalahan yang dari makalah ini ialah “bagaimana penerapan
pendekatan naive geometri pada materi persamaan kuadrat jenjang SMP?”

1.3 TUJUAN
Berdasarkan dari rumusan masalah diatas sehingga tujuan dari makalah ini
adalah untuk mengetahui penerapan naive geometri pada materi persamaan
kuadrat jenjang SMP.

2
1.4 MANFAAT PENGAMATAN
Adapun manfaat yang dapat diambil ialah:
1. Mahasiswa
Dapat dijadikan sebagai rujukan untuk pembuatan skripsi
dalampeningkatan pemahaman materi persamaan kuadrat kedepannya.
2. Guru
Dapat dijadikan sebagai salah contoh dalam pembelajaran materi di sekolah

3
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pembelajaran Matematika
Pengertianbelajar berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
adalah berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh
pengalaman.1 Sejalan dengan pendapat Slameto yang mengatakan bahwa
belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu upaya seseorang
untuk mengubah tingkah laku secara utuh yang merupakan hasil dari
pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
Muhaimin mengatakan bahwa pembelajaran adalah upaya membelajarkan
siswa untuk belajar.3 Kegiatan pembelajaran akan melibatkan siswa
mempelajari sesuatu secara efektif dan efisien. Sedangkan menurut Suherman
pembelajaran adalah proses sosialisasi individu siswa dengan lingkungan
sekolah, seperti guru, sumber/fasilitas, dan teman sesama siswa.4
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah
suatu upaya siswa untuk mengubah tingkah laku secara utuh dengan cara
melakukan proses sosialisasi dengan lingkungan sekolah seperti teman, guru,
dan sumber/fasilitas belajar. Pembelajaran matematika menurut Nikson
adalah suatu upaya membantu siswa untuk membangun konsep atau prinsip
matematika dengan kemampuan sendiri melalui proses internalisasi sehingga
konsep atau prinsik itu terbangun kembali. Konsep-konsep matematika pada
tingkat yang lebih tinggi tidak mungkin dipahami bila prasyarat yang
mendahului konsepkonsep itu tidak dipelajari. Belajar matematika tidak dama
dengan belajar ilmu-ilmu lain. Dalam belajar matematika konsepkonsep yang
ada harus dipahami tidak cukup jika hanya dihafalkan. Jika belajar
matematika hanya dengan hafalan maka siswa akan menemui kesulitan.

4
Bahan pelajaran yang diperoleh dengan hafalan belum siap untuk dipakai
dalam pemecahan masalah.
B. Naive Geometry
1. Sejarah Matematika dalam Pembelajaran
Sejarah matematika adalah penyelidikan terhadap asal mula penemuan
di dalam matematika dan sedikit perluasannya. Penyelidikan terhadap
metode dan notasi matematika dimasa silam. Dalam perjalanan sejarahnya
matematika berperan membangun peradaban manusia sepanjang masa.
Penggunaan sejarah matematika dalam pembelajaran mulai dikembangkan
di era ini. Beberapa peneliti diantaranya Fauvel dan Maanen, Radford, dan
Katz menyarankan untuk menggunakan sejarah matematika dalam proses
proses pembelajaran matematika6 Hal ini dikarenakan kesulitan berpikir
dalam menemukan atau mempelajari konsep baru yang dihadapi
masyarakat jaman dahulu bisa jadi sama dengan kesulitan siswa dalam
mempelajari konsep baru. Banyak keuntungan yang bisa didapat dari
penerapan sejarah matematika dalam proses pembelajaran. Fauvel
menyatakan terdapat tiga pengaruh positif penggunaan sejarah matematika
dalam proses belajar siswa,7 yaitu:
a. Understanding (pemahaman)
Perspektif sejarah dan perspektif matematika (struktur modern)
saling melengkapi untuk memberikan gambaran yang jelas dan
menyeluruh yaitu pemahaman yang rinci tentang konsep-konsep dan
teorema-teorema matematika, serta pemahaman yang lebih baik tentang
bagaimana konsep-konsep matematika saling berhubungan dan
bertemu.
b. Enthusiasm (antusiasme)
Sejarah matematika memberikan sisi aktivitas manusia dan
tradisi/kebudayaan manusia. Pada sisi ini, siswa merasa menjadi
bagiannya sehingga menimbulkan antusiasme dan motivasi tersendiri.

5
c. Skills (keterampilan)
Yang dimaksud Fauvel bukan keterampilan matematis semata, tetapi
keterampilan dalam hal: keterampilan research dalam menata informasi,
keterampilan menafsirkan secara kritis berbagai anggapan dan
hipotesis, keterampilan menulis secara koheren, keterampilan
mempresentasikan kerja, dan keterampilan menempatkan dan menerima
suatu konsep pada level yang berbeda-beda. Keterampilan-keterampilan
di atas jarang diantisipasi dalam Penggunaan sejarah matematika dalam
pembelajaran tidak semata-mata membuat siswa dalam sekejap
langsung memperoleh nilai yang tinggi pada suatu topik tertentu dalam
semalam, tetapi dapat membuat pelajaran matematika lebih bermakna
bagi siswa. Ketika pelajaran matematika menjadi bermakna, siswa tidak
akan mengalami kesulitan dalam memahami materi yang dipelajari.
2. Sejarah Matematika Naive Geometry
Dari penelitian yang dilakukan oleh Radford & Guerette, salah satu
sejarah matematika yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kemampuan aljabar siswa pembelajaran konvensional/tradisional adalah
naive geometry. Naive geometry merupakan metode geometris sederhana
untuk menyelesaikan persamaan kuadrat khususnya mencari akar-akar
persamaan kuadrat.
Berdasarkan penelitian Hoyrup, zaman dahulu masyarakat Babilonia
kuno (2000 SM-1600 SM) sudah mengenal dan dapat menyelesaikan
persamaan kuadrat walaupun masih sangat terbatas. Hal ini dikemukakan
Hoyrup berdasarkan temuannya pada naskah dalam prasasti masyarakat
Babilonia. Prasasti ini bernama BM 13901 yang sekarang disimpan di
British Museum.

3. Pembelajaran Matematika dengan Metode Naive Geometry


Pembelajaran matematika menurut Nikson adalah suatu upaya
membantu siswa untuk membangun konsep atau prinsip matematika
dengan kemampuan sendiri melalui proses internalisasi sehingga konsep

6
atau prinsip itu terbangun kembali. Konsep-konsep matematika pada
tingkat yang lebih tinggi, tidak mungkin dipahami bila prasyarat yang
mendahului konsep-konsep itu tidak dipelajari. Belajar matematika tidak
sama dengan belajar ilmu-ilmu lain. Dalam belajar matematika konsep-
konsep yang ada harus dipahami, tidak cukup jika hanya dihafalkan. Jika
belajar matematika hanya dengan hafalan maka siswa akan menemui
kesulitan. Bahan pelajaran yang diperoleh dengan hafalan belum siap
untuk dipakai dalam pemecahan masalah.

7
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam hasil penelitian yang dilakukan Herni Maituty menyimpulkan
penyebab kesulitan yang dialami siswa diantaranya materi yang sulit dipahami,
pemahaman konsep dasar persamaan kuadrat masih sangat rendah, kemampuan
siswa yang masih sangat rendah, kurangnya latihan mengerjakan PR di rumah,
jarak pemberian tes dan pemberian materi dan metode penyampaian tidak sesuai.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ajirna menyimpulkan bahwa
persentase kesalahan konseptual 35%, persentase kesalahan prosedur sebesar
46%, dan persentase kesalahan teknik 15%. Adapun jenis kesalahan konseptual
yang dilakukan oleh siswa SMP Negeri 19 Percontohan Banda Aceh diantaranya
tidak bias menggunakan rumus dengan benar, salah dalam memahami soal dan
kesalahan karena tidak tahu bentuk dasar persamaan kuadrat. Kesalahan
prosedural yang dilakukan oleh siswa diantaranya siswa tidak dapat melanjutkan
soal sampai pada tahap yang benar, siswa tidak bias memanipulasi langkah-
langkah penyelesaian soal. Dan kesalahan teknik adalah kesalahan dalam
penjumlahan atau pengurangan atau operasi hitung dan ada variabel yang
terlewatkan. Dan adapun gambaran umum dari pembelajaran persamaan kuadrat
dengan pendekatan naive geometri adalah:
Tabel 1. Gambaran Umum Pembelajaran Persamaan Kuadrat Melalui Metode
Naïve Geometry
Aktivitas Konsep atau keterampilan yang dibangun
Mengenal metode Memahami prosedur naïve geometry dan
geometris (naïve geometry) membangun pengetahuan tentang aljabar geometris
(developing algebraic geometric thinking)
Menggunakan metode Meningkatkan pemahaman tentang naïve geometry
naïve geometry untuk dan penggunaannya, secara tidak langsung
menyelesaikan masalah memahami ekuivalensi bentuk persamaan kuadrat
dan memahami konsep faktorisasi dengan
melengkapkan kuadrat sempurna.

8
Menemukan hubungan Memahami keterkaitan antara naïve geometry dan
antara proses manipulasi persamaan kuadrat (linking between geometry and
geometri dan symbol algebra), membangun konsep menyelesaikan
umum aljabar dan persamaan kuadrat.
mengkontruksi rumus
persamaan kuadrat.

Langkah Pembelajaran dan penerapannya pada tahap pilot experiment


Pada bagian ini kami akan menjelaskan bagaimana langkah pembelajaran
secara terurut berdasarkan background pengetahuan siswa dan kajian teoritis yang
telah dilakukan untuk mengenalkan kepada siswa konsep persamaan kuadrat.
Langkah pembelajaran ini kami bagi menjadi 3 bagian aktivitas utama.
1. Mengenal metode geometris (naïve geometry)
Pembelajaran dimulai dengan pemberian soal geometri yang
diinspirasi dari permasalahan pertama pada aktivitas 1.
‘Diberikan sebuah persegi dengan panjang sisi 10 satuan. Buatlah
persegipanjang yang kelilingnya sama dengan keliling persegi! Gambarkan
hasil pekerjaanmu pada tempat yang disediakan.”
Siswa diminta untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dengan
sebarang metode yang mereka pahami. Rata-rata siswa menyelesaikan
permasalahan tersebut dengan metode trial dan error atau mencoba-coba
nilai yang mungkin. Selanjutnya dengan menggunakan alat peraga berupa
potongan kertas guru menunjukkan cara penyelesaian dengan menggunakan
metode geometris, Naïve Geometry, melalui manipulasi bentuk persegi
menjadi persegipanjang.
Selanjutnya siswa disajikan permasalahan lanjutan di bawah ini:
“Tentukan panjang dan lebar sebuah persegipanjang apabila diketahui
luasnya adalah 84 satuan luas dan kelilingnya adalah 40 satuan?”
Dengan memecahkan masalah tersebut, siswa memahami bahwa
dengan melakukan manipulasi geometris dengan metode Naïve Geometry,
panjang persegipanjang diperoleh dengan menambahkan sisi persegi

9
terbentuk di awal dengan sisi yang dipotong dari persegi (dibuang untuk
mencocokkan area persegi panjang yang diinginkan ). Karena sisi persegi
yang terbentuk di awal adalah 10 unit dan sisi persegi yang dihilangkan
adalah 4 unit, dimensi persegi panjang adalah 10 + 4 = 14 (panjang) dan 10-
4 = 6 (lebar).
Selanjutnya pada bagian terakhir pada aktivitas 1, siswa dihadapkan
pada permasalahan yang sama akan tetapi bagian luas yang dihilangkan
pada langkah metode geometris bukan berupa persegi (jika dinyatakan
dalam bilangan bulat). Pada kasus ini rata-rata siswa belum mampu untuk
menyelesaikannya, terkait dengan pemahaman mereka tentang bilangan
rasional yang masih belum sempurna. Menggunakan metode naïve geometry
untuk menyelesaikan permasalahan. Pada tahap ini siswa dihadapkan pada
masalah berikut ini
“Diketahui lebar suatu persegipanjang 4 satuan dan panjangnya tidak
diketahui. Jika sebuah sisi persegi dihimpitkan pada sisi panjang
persegipanjang, luasnya gabungan keduanya menjadi 117 satuan luas,
tentukan panjang dari persegipanjang tersebut! “
Pada permasalahan ini siswa dihadapkan pada penyelesaian masalah
dengan manipulasi geometris yang sama dengan sebelumnya, akan tetapi
dengan langkah yang terbalik. Jika sebelumnya mereka melakukan
manipulasi bentuk persegi menjadi persegipanjang, maka kali ini manipulasi
yang harus mereka lakukan adalah merubah bentuk persegipanjang menjadi
persegi (serupa dengan intepretasi geometri dari BM 1390, gambar 2).
Menemukan hubungan antara proses manipulasi geometri dan simbol
umum aljabar dan mengkontruksi rumus persamaan kuadrat, pada bagian
terakhir masalah yang disajikan adalah sebagai berikut.
“Sebuah persegipanjang yang lebarnya 𝑏 dan panjangnya x, apabila
dihimpitkan dengan persegi yang sisinya x maka luas gabungannya menjadi
𝑐 satuan luas. Tentukan 1. Bentuk aljabar permasalahan tersebut! 2. nilai x
(nyatakan dalam b dan c)! “

10
Ide memberikan masalah ini adalah untuk membangun pemahaman
siswa bahwa masalah geometri yang mereka hadapi adalah masalah
persamaan kuadrat yaitu.𝑥 2 + 𝑏𝑥 = 𝑐.
1. Modelkan persamaan 𝑥 2 + 𝑏𝑥 = 𝑐 kedalam bentuk persegi dan
persegipanjang.

2. Potong persegipanjang secara vertical menjadi dua bagian yang sama


besar.

3. Ambil salah satu potongan persegipanjang dan pindahkan sedemikian


hingga sisi dari persegipanjang yang dipindahkan berhimpit dengan sisi
dari persegi bagian bawah.

4. Tambahkan persegi kecil pada bangun datar baru yang terbentuk untuk
menyempurnakan bentuk persegi baru.

11
5. Dari persegi baru yang terbentuk diketahui bahwa panjang sisinya
𝑏 𝑏 2
adalah 𝑥 + 2 dan luasnya adalah 𝑐 + (2) . Karena luas persegi juga

berarti perkalian dari sisinya maka,


𝑏 2 𝑏 2
(𝑥 + ) = 𝑐 + ( )
2 2

𝑏 𝑏 2

𝑥+ = 𝑐+( )
2 2

𝑏 2 𝑏

𝑥 = 𝑐+( ) −
2 2

12
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Dalam mengajarkan persamaan kuadrat pada anak salah satu hal yang
dapat dilakukan adalah dengan menggunakan pendekatan naive geometri
(pendektatan yang memperkenalkan mengenai bentuk geometri-bentuk dasar
pada persamaan kuadrat).

4.2 SARAN
Diperlukan penelitian lebih lanjut agar materi dapat digunakan di sekolah
secara umum.

13
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, “Kamus Besar Bahasa Indonesia


(KBBI)”, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, diakses dari
http://kbbi.web.id/ajar, pada tanggal 30 Maret 2016
Intan Bigita Kusumawati, Op. Cit. hal 20Slameto Alfabeta, Belajar dan Faktor-
Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), 2.
Rachmatiyah, Tesis: “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kontekstual
dengan Strategi REACT pada Materi Peluang di SMK Negeri 1 Tarakan”.
(Surabaya: Universitas Negeri Surabaya, 2013).
Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: UPI,
2001), 9.
Sumardyono, “Pemanfaatan Sejarah Matematika di Sekolah” PPPPTK
Matematika Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, diakses dari
http://p4tkmatematika.org/2012/08/pemanfaatan-sejarah-matematika-di-
sekolah/,
Yatim Riyanto, Paradigma Pembelajaran, (Surabaya: Unesa Press, 2005). 89

14

Anda mungkin juga menyukai