Oleh :
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan
hidayah-Nyalah makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Salawat dan
salam kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah
memberi petunjuk bagi umatnya sehingga menjadi umat yang berperadaban
mulia.
Makalah ini disusun sebagai akhir dari rangkaian observasi sekolah dalam
mata kuliah “Problem in Mathematics Education”. Makalah ini berisi tentang
cara mengajarkan persamaan kuadrat dengan menggunakan pendekatan naive
geometry.
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
untuk melengkapkan kuadrat, memfaktorkan dan menggunakan rumus umum
kuadrat, tetapi tidak dapat memahami hubungan-hubungannya; (4)
melupakan syarat 𝑎 ≠ 0 pada bentuk kuadrat 𝑎2 + 𝑏𝑥 + 𝑐;
1.3 TUJUAN
Berdasarkan dari rumusan masalah diatas sehingga tujuan dari makalah ini
adalah untuk mengetahui penerapan naive geometri pada materi persamaan
kuadrat jenjang SMP.
2
1.4 MANFAAT PENGAMATAN
Adapun manfaat yang dapat diambil ialah:
1. Mahasiswa
Dapat dijadikan sebagai rujukan untuk pembuatan skripsi
dalampeningkatan pemahaman materi persamaan kuadrat kedepannya.
2. Guru
Dapat dijadikan sebagai salah contoh dalam pembelajaran materi di sekolah
3
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pembelajaran Matematika
Pengertianbelajar berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
adalah berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh
pengalaman.1 Sejalan dengan pendapat Slameto yang mengatakan bahwa
belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu upaya seseorang
untuk mengubah tingkah laku secara utuh yang merupakan hasil dari
pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
Muhaimin mengatakan bahwa pembelajaran adalah upaya membelajarkan
siswa untuk belajar.3 Kegiatan pembelajaran akan melibatkan siswa
mempelajari sesuatu secara efektif dan efisien. Sedangkan menurut Suherman
pembelajaran adalah proses sosialisasi individu siswa dengan lingkungan
sekolah, seperti guru, sumber/fasilitas, dan teman sesama siswa.4
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah
suatu upaya siswa untuk mengubah tingkah laku secara utuh dengan cara
melakukan proses sosialisasi dengan lingkungan sekolah seperti teman, guru,
dan sumber/fasilitas belajar. Pembelajaran matematika menurut Nikson
adalah suatu upaya membantu siswa untuk membangun konsep atau prinsip
matematika dengan kemampuan sendiri melalui proses internalisasi sehingga
konsep atau prinsik itu terbangun kembali. Konsep-konsep matematika pada
tingkat yang lebih tinggi tidak mungkin dipahami bila prasyarat yang
mendahului konsepkonsep itu tidak dipelajari. Belajar matematika tidak dama
dengan belajar ilmu-ilmu lain. Dalam belajar matematika konsepkonsep yang
ada harus dipahami tidak cukup jika hanya dihafalkan. Jika belajar
matematika hanya dengan hafalan maka siswa akan menemui kesulitan.
4
Bahan pelajaran yang diperoleh dengan hafalan belum siap untuk dipakai
dalam pemecahan masalah.
B. Naive Geometry
1. Sejarah Matematika dalam Pembelajaran
Sejarah matematika adalah penyelidikan terhadap asal mula penemuan
di dalam matematika dan sedikit perluasannya. Penyelidikan terhadap
metode dan notasi matematika dimasa silam. Dalam perjalanan sejarahnya
matematika berperan membangun peradaban manusia sepanjang masa.
Penggunaan sejarah matematika dalam pembelajaran mulai dikembangkan
di era ini. Beberapa peneliti diantaranya Fauvel dan Maanen, Radford, dan
Katz menyarankan untuk menggunakan sejarah matematika dalam proses
proses pembelajaran matematika6 Hal ini dikarenakan kesulitan berpikir
dalam menemukan atau mempelajari konsep baru yang dihadapi
masyarakat jaman dahulu bisa jadi sama dengan kesulitan siswa dalam
mempelajari konsep baru. Banyak keuntungan yang bisa didapat dari
penerapan sejarah matematika dalam proses pembelajaran. Fauvel
menyatakan terdapat tiga pengaruh positif penggunaan sejarah matematika
dalam proses belajar siswa,7 yaitu:
a. Understanding (pemahaman)
Perspektif sejarah dan perspektif matematika (struktur modern)
saling melengkapi untuk memberikan gambaran yang jelas dan
menyeluruh yaitu pemahaman yang rinci tentang konsep-konsep dan
teorema-teorema matematika, serta pemahaman yang lebih baik tentang
bagaimana konsep-konsep matematika saling berhubungan dan
bertemu.
b. Enthusiasm (antusiasme)
Sejarah matematika memberikan sisi aktivitas manusia dan
tradisi/kebudayaan manusia. Pada sisi ini, siswa merasa menjadi
bagiannya sehingga menimbulkan antusiasme dan motivasi tersendiri.
5
c. Skills (keterampilan)
Yang dimaksud Fauvel bukan keterampilan matematis semata, tetapi
keterampilan dalam hal: keterampilan research dalam menata informasi,
keterampilan menafsirkan secara kritis berbagai anggapan dan
hipotesis, keterampilan menulis secara koheren, keterampilan
mempresentasikan kerja, dan keterampilan menempatkan dan menerima
suatu konsep pada level yang berbeda-beda. Keterampilan-keterampilan
di atas jarang diantisipasi dalam Penggunaan sejarah matematika dalam
pembelajaran tidak semata-mata membuat siswa dalam sekejap
langsung memperoleh nilai yang tinggi pada suatu topik tertentu dalam
semalam, tetapi dapat membuat pelajaran matematika lebih bermakna
bagi siswa. Ketika pelajaran matematika menjadi bermakna, siswa tidak
akan mengalami kesulitan dalam memahami materi yang dipelajari.
2. Sejarah Matematika Naive Geometry
Dari penelitian yang dilakukan oleh Radford & Guerette, salah satu
sejarah matematika yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kemampuan aljabar siswa pembelajaran konvensional/tradisional adalah
naive geometry. Naive geometry merupakan metode geometris sederhana
untuk menyelesaikan persamaan kuadrat khususnya mencari akar-akar
persamaan kuadrat.
Berdasarkan penelitian Hoyrup, zaman dahulu masyarakat Babilonia
kuno (2000 SM-1600 SM) sudah mengenal dan dapat menyelesaikan
persamaan kuadrat walaupun masih sangat terbatas. Hal ini dikemukakan
Hoyrup berdasarkan temuannya pada naskah dalam prasasti masyarakat
Babilonia. Prasasti ini bernama BM 13901 yang sekarang disimpan di
British Museum.
6
atau prinsip itu terbangun kembali. Konsep-konsep matematika pada
tingkat yang lebih tinggi, tidak mungkin dipahami bila prasyarat yang
mendahului konsep-konsep itu tidak dipelajari. Belajar matematika tidak
sama dengan belajar ilmu-ilmu lain. Dalam belajar matematika konsep-
konsep yang ada harus dipahami, tidak cukup jika hanya dihafalkan. Jika
belajar matematika hanya dengan hafalan maka siswa akan menemui
kesulitan. Bahan pelajaran yang diperoleh dengan hafalan belum siap
untuk dipakai dalam pemecahan masalah.
7
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam hasil penelitian yang dilakukan Herni Maituty menyimpulkan
penyebab kesulitan yang dialami siswa diantaranya materi yang sulit dipahami,
pemahaman konsep dasar persamaan kuadrat masih sangat rendah, kemampuan
siswa yang masih sangat rendah, kurangnya latihan mengerjakan PR di rumah,
jarak pemberian tes dan pemberian materi dan metode penyampaian tidak sesuai.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ajirna menyimpulkan bahwa
persentase kesalahan konseptual 35%, persentase kesalahan prosedur sebesar
46%, dan persentase kesalahan teknik 15%. Adapun jenis kesalahan konseptual
yang dilakukan oleh siswa SMP Negeri 19 Percontohan Banda Aceh diantaranya
tidak bias menggunakan rumus dengan benar, salah dalam memahami soal dan
kesalahan karena tidak tahu bentuk dasar persamaan kuadrat. Kesalahan
prosedural yang dilakukan oleh siswa diantaranya siswa tidak dapat melanjutkan
soal sampai pada tahap yang benar, siswa tidak bias memanipulasi langkah-
langkah penyelesaian soal. Dan kesalahan teknik adalah kesalahan dalam
penjumlahan atau pengurangan atau operasi hitung dan ada variabel yang
terlewatkan. Dan adapun gambaran umum dari pembelajaran persamaan kuadrat
dengan pendekatan naive geometri adalah:
Tabel 1. Gambaran Umum Pembelajaran Persamaan Kuadrat Melalui Metode
Naïve Geometry
Aktivitas Konsep atau keterampilan yang dibangun
Mengenal metode Memahami prosedur naïve geometry dan
geometris (naïve geometry) membangun pengetahuan tentang aljabar geometris
(developing algebraic geometric thinking)
Menggunakan metode Meningkatkan pemahaman tentang naïve geometry
naïve geometry untuk dan penggunaannya, secara tidak langsung
menyelesaikan masalah memahami ekuivalensi bentuk persamaan kuadrat
dan memahami konsep faktorisasi dengan
melengkapkan kuadrat sempurna.
8
Menemukan hubungan Memahami keterkaitan antara naïve geometry dan
antara proses manipulasi persamaan kuadrat (linking between geometry and
geometri dan symbol algebra), membangun konsep menyelesaikan
umum aljabar dan persamaan kuadrat.
mengkontruksi rumus
persamaan kuadrat.
9
terbentuk di awal dengan sisi yang dipotong dari persegi (dibuang untuk
mencocokkan area persegi panjang yang diinginkan ). Karena sisi persegi
yang terbentuk di awal adalah 10 unit dan sisi persegi yang dihilangkan
adalah 4 unit, dimensi persegi panjang adalah 10 + 4 = 14 (panjang) dan 10-
4 = 6 (lebar).
Selanjutnya pada bagian terakhir pada aktivitas 1, siswa dihadapkan
pada permasalahan yang sama akan tetapi bagian luas yang dihilangkan
pada langkah metode geometris bukan berupa persegi (jika dinyatakan
dalam bilangan bulat). Pada kasus ini rata-rata siswa belum mampu untuk
menyelesaikannya, terkait dengan pemahaman mereka tentang bilangan
rasional yang masih belum sempurna. Menggunakan metode naïve geometry
untuk menyelesaikan permasalahan. Pada tahap ini siswa dihadapkan pada
masalah berikut ini
“Diketahui lebar suatu persegipanjang 4 satuan dan panjangnya tidak
diketahui. Jika sebuah sisi persegi dihimpitkan pada sisi panjang
persegipanjang, luasnya gabungan keduanya menjadi 117 satuan luas,
tentukan panjang dari persegipanjang tersebut! “
Pada permasalahan ini siswa dihadapkan pada penyelesaian masalah
dengan manipulasi geometris yang sama dengan sebelumnya, akan tetapi
dengan langkah yang terbalik. Jika sebelumnya mereka melakukan
manipulasi bentuk persegi menjadi persegipanjang, maka kali ini manipulasi
yang harus mereka lakukan adalah merubah bentuk persegipanjang menjadi
persegi (serupa dengan intepretasi geometri dari BM 1390, gambar 2).
Menemukan hubungan antara proses manipulasi geometri dan simbol
umum aljabar dan mengkontruksi rumus persamaan kuadrat, pada bagian
terakhir masalah yang disajikan adalah sebagai berikut.
“Sebuah persegipanjang yang lebarnya 𝑏 dan panjangnya x, apabila
dihimpitkan dengan persegi yang sisinya x maka luas gabungannya menjadi
𝑐 satuan luas. Tentukan 1. Bentuk aljabar permasalahan tersebut! 2. nilai x
(nyatakan dalam b dan c)! “
10
Ide memberikan masalah ini adalah untuk membangun pemahaman
siswa bahwa masalah geometri yang mereka hadapi adalah masalah
persamaan kuadrat yaitu.𝑥 2 + 𝑏𝑥 = 𝑐.
1. Modelkan persamaan 𝑥 2 + 𝑏𝑥 = 𝑐 kedalam bentuk persegi dan
persegipanjang.
4. Tambahkan persegi kecil pada bangun datar baru yang terbentuk untuk
menyempurnakan bentuk persegi baru.
11
5. Dari persegi baru yang terbentuk diketahui bahwa panjang sisinya
𝑏 𝑏 2
adalah 𝑥 + 2 dan luasnya adalah 𝑐 + (2) . Karena luas persegi juga
𝑏 𝑏 2
√
𝑥+ = 𝑐+( )
2 2
𝑏 2 𝑏
√
𝑥 = 𝑐+( ) −
2 2
12
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Dalam mengajarkan persamaan kuadrat pada anak salah satu hal yang
dapat dilakukan adalah dengan menggunakan pendekatan naive geometri
(pendektatan yang memperkenalkan mengenai bentuk geometri-bentuk dasar
pada persamaan kuadrat).
4.2 SARAN
Diperlukan penelitian lebih lanjut agar materi dapat digunakan di sekolah
secara umum.
13
DAFTAR PUSTAKA
14