Sejarah Militer Indonesia
Sejarah Militer Indonesia
A. Terminologi
Kata militer berasal dari bahasa Yunani, yaitu orang yang bersenjata dan
siap untuk bertempur guna melawan musuh. Ada beberap ciri yang bisa dilihat
dari sehingga bisa disebut militer; pakaian seragam, disiplin tinggi, menaati
peraturan atau hukum yang berlaku dalam peperangan. Dalam buku yang ditulis
oleh Moch. Faisal Salam yang berjudul “Hukum Pidana Militer di Indonesia”
mengatakan bahwa jika kriteria di atas tidak terpenuhi, maka tidak disebut militer
melainkan itu suatu gerombolan bersenjata. 1 Sedangkan menurut menurut KBBI,
militer ialah tentara, anggota tentara atau ketentaraan.2
B. Historis
1
Moch. Faisal Salam, Hukum Pidana Militer di Indonesia (Bandung: Maju Mundur, 2006) h.13
2
https://kbbi.web.id/militer diakses 14/10/2019 jam 22.27
3
Amiroeddin Sjarif, Hukum Disiplin Militer Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta, 1996) h.1
sebagainya. Peperangan-peperangan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia kala
itu disebut dengan istilah “Perlawanan Besar”.4
4
Nugroho Notususanto, Sejarah Nasional Indonesia Jilid 1 Untuk SMA (Jakarta:Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1980), h.142
5
www.tribunnews.com/nasional/2017/10/05/sempat-9-kali-berganti-nama-inilah-nama-angkatan-
bersenjata-indonesia-sebelum-menjadi-tni?page=4 diakses tanggal 14/10/2019 jam 23.35
23-08-1945 05-10-1945 08-01-1946 26-01-1946
BKR TKR TKR TRI
C. Peran
6
Suyatno Kartodirdjo, “Kepemimpinan ABRI dalam Perspektif sejarah.” Dalam Djoko Subroto,
Visi ABRI Menatap Masa Depan. (Yogyakarta: Gadjah Mada University Pres, 1997) h. 120
7
https://e-resources.perpusnas.go.id:2076/media/publications/86836-ID-perancangan-media-
pembelajaran-sejarah-m.pdf diakses tanggal 15/10/2019 jam 11.33
di website laman tni.mil.id menyebutkan peranan dan fungsi TNI sebagai
angkatan bersenjata.
Peran, Fungsi dan Tugas TNI (dulu ABRI) juga mengalami perubahan
sesuai dengan Undang-Undang Nomor: 34 tahun 2004. TNI berperan
sebagai alat negara di bidang pertahanan yang dalam menjalankan
tugasnya berdasarkan kebijakan dan keputusan politik negara. TNI sebagai
alat pertahanan negara, berfungsi sebagai: penangkal terhadap setiap
bentuk ancaman militer dan ancaman bersenjata dari luar dan dalam
negeri terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa,
penindak terhadap setiap bentuk ancaman sebagaimana dimaksud di atas,
dan pemulih terhadap kondisi keamanan negara yang terganggu akibat
kekacauan keamanan.
Tugas pokok itu dibagi 2(dua) yaitu: operasi militer untuk perang dan
operasi militer selain perang.
Sementara dalam bidang reformasi internal, TNI sampai saat ini masih
terus melaksanakan reformasi internalnya sesuai dengan tuntutan
reformasi nasional. TNI tetap pada komitmennya menjaga agar reformasi
internal dapat mencapai sasaran yang diinginkan dalam mewujudkan
Indonesia baru yang lebih baik dimasa yang akan datang dalam bingkai
tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bahkan, sejak tahun
1998 sebenarnya secara internal TNI telah melakukan berbagai perubahan
yang cukup signifikan, antara lain:
Pertama, merumuskan paradigma baru peran ABRI Abad XXI.
Kedua, merumuskan paradigma baru peran TNI yang lebih
menjangkau ke masa depan, sebagai aktualisasi atas paradigma
baru peran ABRI Abad XXI.
Ketiga, pemisahan Polri dari ABRI yang telah menjadi keputusan
Pimpinan ABRI mulai 1-4-1999 sebagai Transformasi Awal.
Keempat, penghapusan Kekaryaan ABRI melalui keputusan
pensiun atau alih status. (Kep: 03/)/II/1999).
Kelima, penghapusan Wansospolpus dan
Wansospolda/Wansospolda Tk-I.
Keenam, penyusutan jumlah anggota F.TNI/Polri di DPR RI dan
DPRD I dan II dalam rangka penghapusan fungsi sosial politik.
Ketujuh, TNI tidak lagi terlibat dalam Politik Praktis/day to day
Politics.
Kedelapan, pemutusan hubungan organisatoris dengan Partai
Golkar dan mengambil jarak yang sama dengan semua parpol yang
ada.
Kesembilan, komitmen dan konsistensi netralitas TNI dalam
Pemilu.
Kesepuluh, penataan hubungan TNI dengan KBT (Keluarga Besar
TNI).
Kesebelas, revisi Doktrin TNI disesuaikan dengan Reformasi dan
Peran ABRI Abad XXI.
Keduabelas, perubahan Staf Sospol menjadi Staf Komsos.
Ketigabelas, perubahan Kepala Staf Sosial Politik (Kassospol)
menjadi Kepala Staf Teritorial (Kaster).
Keempatbelas, penghapusan Sospoldam, Babinkardam, Sospolrem
dan Sospoldim.
Kelimabelas, likuidasi Staf Syawan ABRI, Staf Kamtibmas ABRI
dan Babinkar ABRI.
Keenambelas, penerapan akuntabilitas public terhadap Yayasan-
yayasan milik TNI/Badan Usaha Militer.
Ketujuhbelas, likuidasi Organisasi Wakil Panglima TNI.
Kedelapanbelas, penghapusan Bakorstanas dan Bakorstanasda.
Kesembilanbelas, penegasan calon KDH dari TNI sudah harus
pensiun sejak tahap penyaringan;
Keduapuluh, penghapusan Posko Kewaspadaan;
Keduapuluhsatu, pencabutan materi Sospol ABRI dari kurikulum
pendidikan TNI.
Keduapuluhdua, likuidasi Organisasi Kaster TNI.
Keduapuluhtiga, likuidasi Staf Komunikasi Sosial (Skomsos) TNI
sesuai SKEP Panglima TNI No.21/ VI/ 2005.
Keduapuluh empat, berlakunya doktrin TNI Tri Dharma Eka
Karma (Tridek) menggantikan Catur Dharma Eka Karma (Cadek)
sesuai Keputusan Panglima TNI nomor Kep/2/I/2007 tanggal 12
Januari 2007.
8
https://tni.mil.id/pages-10-sejarah-tni.html