Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
WAWANCARA OBAT
Disusun Oleh :
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Kuasa, karena akhirnya kami dapat menyelesaikan Makalah Komunikasi Informasi
Dan Edukasi Ini.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii
BAB I ......................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
1.1.Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2. Tujuan ............................................................................................................. 3
BAB II........................................................................................................................ 4
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................ 4
2.1. Alur Wawancara Riwayat Pengobatan............................................................ 4
2.1.1. Seleksi pasien ........................................................................................... 4
2.1.2. Diskusi Kondisi Kesehatan....................................................................... 5
2.1.3. Diskusi penggunaan obat-obatan ............................................................. 5
2.1.4. Diskusi Obat yang Tidak Diresepkan ....................................................... 8
2.1.5. Diskusi Tentang Sensitivitas Obat............................................................ 8
2.1.6. Diskusi Penggunaan Alkohol dan Rokok ................................................. 9
2.1.7. Penilaian dan Dokumentasi .................................................................... 10
2.1.8. Mengakhiri Wawancara.......................................................................... 11
2.2. Teknik Wawancara........................................................................................ 12
2.2.1. Teknik Wawancara yang Tepat .............................................................. 12
2.2.2. Kesalahan-Kesalahan Umum dalam Mewawancarai Pasien .................. 16
BAB III .................................................................................................................... 18
PEMBAHASAN ...................................................................................................... 18
3.1. Kasus 1 .......................................................................................................... 18
3.2. Kasus 2 .......................................................................................................... 19
3.3. Kasus 3 .......................................................................................................... 20
BAB IV .................................................................................................................... 23
PENUTUP ............................................................................................................... 23
4.1. Kesimpulan ................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 24
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
interpersonal dan menggunakan teknik wawancara serta ketrampilan
komunikasi yang tepat.
Wawancara adalah suatu komponen penting dalam proses manajemen
penyakit untuk pengambilan keputusan terapeutik. Wawancara yang efektif,
dengan menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang tepat, memungkinkan
farmasis untuk dapat mengevaluasi kepatuhan pasien terhadap regimen
pengobatan. Apoteker harus memperoleh data riwayat kesehatan dan
pengobatan pasien secara akurat karena hal-hal tersebut merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari proses pengkajian awal pasien pada praktek
farmasi komunitas dan rawat jalan, setelah pasien masuk dan dirawat inap di
rumah sakit. Dokumentasi pengobatan, informasi alergi yang salah atau tidak
lengkap, dapat mengakibatkan terbuangnya waktu bahkan mengakibatkan
kesalahan- kesalahan terapi obat yang signifikan.
Salah satu langkah awal pada proses penilaian pasien adalah
mengetahui bukan hanya obat-obatan apa saja yang telah dikonsumsi pasien
melainkan juga apa yang telah dipahami pasien mengenai obat dan masalah
kesehatan-masalah yang mereka. Menentukan sejauh mana pengetahuan
pasien merupakan hal penting karena strategi untuk edukasi pasien berbeda-
beda tergantung pemahaman yang telah dimiliki pasien. Pasien yang sudah
sangat terbiasa dengan pengobatan mereka akan berbeda kebutuhan
informasinya dibanding pasien yang hanya tahu sedikit.
Farmasis akan menjadi lebih efisien jika mampu mengenali individu
yang memerlukan konseling tambahan. Dengan menggunakan teknik
penilaian awal, kita dapat menentukan informasi apa yang telah dikuasai
pasien dan kemudian memberikan informasi tambahan yang menurut kita
penting untuk pasien itu. Jenis pertanyaan berkisar mulai dari masalah
sederhana seperti menanyakan apakah pasien alergi terhadap penisilin, hingga
masalah yang lebih kompleks, seperti menentukan apakah pasien
menggunakan obat dengan benar.
Tenaga pelayanan kesehatan harus memahami riwayat penggunaan obat
pasien agar dapat menerapkan pengobatan yang aman dan mempunyai rasio
manfaat-biaya tinggi. Dalam pengambilan data riwayat penggunaan obat,
2
apoteker memegang peranan penting dengan cara melakukan wawancara
terhadap pasien.Selain itu, respon pasien terhadap obat terdahulu juga perlu
diketahui, misalnya apakah suatu obat menimbulkan reaksi alergi bagi pasien
atau tidak, apakah suatu obat memberikan efek terapi yang diinginkan atau
tidak.
1.2. Tujuan
1. Membuktikan reaksi alergi dan reaksi obat yang merugikan.
2. Memeriksa resep/order obat yang ditulis pada waktu masuk rumah sakit.
3. Menetapkan respon pasien terhadap obat.
4. Menetapkan kepatuhan pasien pada regimen obatnya.
5. Penapisan interaksi obat.
6. Mengkaji penyalahgunaan obat.
7. Memperoleh informasi tentang sikap umum pasien terhadap obat.
8. Mengevaluasi efektivitas pengobatan yang dulu dan sekarang.
9. Mengetahui diet/pembatasan makanan.
10. Mengetahui riwayat penggunaan nikotin, rokok, kafein dan alkohol.
11. Mengetahui sejarah reaksi obat merugikan yang telah lalu.
12. Memperhitungkan kebutuhan pasien akan perlu tidaknya konseling dan
pembelajaran di kemudian hari.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
10. Pasien yang sebelumnya dihospitalisasi karena salah kelola obat
11. Pasien pediatrik dan atau pengasuhnya.
5
Pasien mungkin tidak dapat mengingat seluruh nama dari pengobatan
yang digunakannya. Hal ini dapat disiasati dengan memperoleh penjelasan
rinci dari tiap pengobatan, meliputi bentuk sediaan, ukuran, bentuk, dan
warna dari bentuk sediaan; serta kata-kata, tulisan, dan angka yang tertera
pada obat yang dapat diingat oleh pasien. Penjelasan pasien harus
didokumentasikan dengan jelas serta dicatat bahwa pengobatan merupakan
produk yang spesifik. Sebagai contoh, pasien menggunakan kapsul berwarna
ungu dengan tiga cincin kuning pada kapsul untuk indigestion. Meskipun
mirip dengan Nexium (esomeprazole) 40 mg, penjelasan pasien harus
didokumentasikan dan dicatat bahwa penjelasan tersebut sesuai dengan
Nexium 40 mg.
Jika terdapat ketidaksesuaian antara jadwal pemberian pada resep
dengan jadwal penggunaan obat oleh pasien, catat ketidaksesuaian tersebut
dan coba untuk menentukan alasan mengapa pasien menggunakan obat tidak
sesuai dengan yang disebutkan dalam resep. Pasien terkadang merubah
jadwal pemberian mengikuti jadwal kerjanya dan gaya hidupnya atau untuk
menghemat biaya pengobatan.
Banyak resep obat digunakan ″sebagaimana yang dibutuhkan″,
sehingga sulit untuk memastikan jumlah dari pengobatan yang digunakan
oleh pasien. Jangan menerima istilah penjelasan yang tidak jelas, seperti
istilah ”kadang-kadang”, ”sering”, ”sepertinya”, dan sebaginya. Salah satu
pendekatan untuk menghitung jumlah pengobatan yang dikonsumsi pasien
adalah dengan meminta keterangan seberapa sering pasien memenuhi
persediaan baru dari pengobatannya. Informasi ini memberikan taksiran tidak
langsung dari jumlah pengobatan pasien selama periode waktu tertentu.
Coba untuk menentukan dengan pasti kapan pasien mulai mendapatkan
pengobatan dari resep dan alasan mengapa pasien diberikan obat. Tanyakan
kapan obat diresepkan, dibeli, dan mulai dikonsumsi untuk mengetahui
apakah pengobatan yang diberikan sudah efektif atau malah memberikan
reaksi yang tidak diinginkan. Keputusan untuk melanjutkan atau tidak
melanjutkan pengobatan tergantung pada kapan pasien mulai mematuhi
regimen pengobatannya. Regimen dapat dilanjutkan tanpa ada perubahan bila
6
pasien memulai pengobatan minggu lalu, namun perubahan regimen
diperlukan bila pasien telah menggunakan obat selama dua bulan. Jelaskan
pada pasien mengapa obat itu diberikan dan pentingnya untuk mematuhi
regimen yang sudah ditentukan bersama.
Diskusi penggunaan obat juga berguna untuk mendapatkan sebanyak
mungkin informasi mengenai resep obat yang digunakan di waktu lampau,
termasuk nama dan deskripsi, dosis, jadwal dosis yang ada di resep dan yang
aktual dilakukan oleh pasien, tanggal dan durasi terapi, alasan menggunakan
obat-obat, alasan mengapa pasien menghentikan pengobatan, serta hasilnya.
Informasi ini membantu untuk memilih regimen pengobatan yang baru.
Tahap-tahap diskusi :
a. Memperkenalkan bagian diskusi
b. Menanyakan kondisi saat ini ketika sedang diobati
c. Mengenai kondisi sekarang secara umum
d.Mengumpulkan informasi tentang tiap kondisi dan pengobatan yang
berkaitan dengannya sebelum berlanjut ke kondisi selanjutnya
e. Menayakan mengenai lamanya kondisi tersebut dialami pasien
f. Menanyakan mengenai pengobatan yang digunakan untuk mengatasi
kondisi tersebut
g. Menanyakan secara rinci mengenai tiap pengobatan secara terpisah:
Pembuat resep: ″Siapakah yang meresepkan obat-obatan tersebut
kepada anda?″
Metode penggunaan: ″Bagaimana anda menggunakan obat-obatan
tersebut?″
Memastikan kepatuhan: ″Berapa banyak anda menggunakan tiap
waktu?″
Keefektifan: ″Apakah anda merasa bahwa obat tersebut membantu
anda?″
Alasan untuk ketidakpatuhan (jika terdeteksi pasien tidak patuh)
Efek samping dan efek yang tidak diinginkan, jika perlu, tanyakan
secara spesifik: ″Apakah anda merasa sakit pada perut bagian atas
ketika anda telah menggunakan obat tersebut?″
7
Pengobatan pada waktu lampau untuk kondisi kesehatan
Pengobatan dari resep lainnya yang digunakan
Nama dari tiap kondisi atau deskripsi dari gejala yang berkaitan dengan
kondisi tersebut harus dipastikan diawal. Ketika diskusi, informasi dari pasien
pada diskusi ini mungkin tidak lengkap, dan seorang farmasis dapat
menambahkan data yang dikumpulkan dari pasien dan informasi yang
didapatkan dari sumber lainnya, seperti rekam medis atau dokter jika
memungkinkan.
8
penting untuk menanyakan pasien jenis reaksi apa yang dialami
(misalnya: bintik merah, permasalahan dalam bernapas, dan lain-lain).
Jika alergi obat teridentifikasi, farmasis harus bertanya kepada pasien
tanggal terjadinya reaksi, apa yang digunakan untuk merawatnya, hasil
dari perawatan, dan apakah pasien mengalami suatu reaksi dengan obat-
obat lain dari kelas obat yang sama.
b. Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan
Salah satu cara untuk memperoleh informasi mengenai reaksi
obat yang tidak diinginkan yang mungkin terjadi saat ini atau lampau
adalah dengan menanyakan apakah pasien pernah menggunakan obat
yang membuat dirinya merasa “sakit” atau yang dia rasa lebih baik
tidak pernah menggunakannya. Beberapa pasien mungkin tidak
menghubungkan gejala-gejala yang mereka alami dengan obat-obat
yang mereka gunakan. Jika reaksi obat yang tidak diinginkan
teridentifikasi, farmasis harus mendapatkan nama obat, dosis, frekuensi,
alasan menggunakan obat, detail reaksi yang tidak diinginkan, dan
bagaimana reaksi yang tidak diinginkan tersebut dikelola (misalnya:
dosis diturunkan, obat dihentikan).
9
menggambarkan kebiasaan minum pasien yang hanya minum ketika keluar
makan atau dalam pertemuan sosial, istilah social drinking kadang digunakan.
Penggunaan rokok dihitung dari jenis tembakau yang dikonsumsi,
jumlah pak yang dihisap per hari (pack per day/ppd), dan pak setahun (pack-
year).Pak setahun dihitung dengan mengalikan jumlah pak yang dihisap per
hari dengan jumlah tahun dimana pasien telah merokok.Oleh karena
pengukuran pak setahun yang diberikan dapat meliputi variasi yang luas
dalam kebiasaan merokok yang aktual, farmasis harus mencatat baik pak
setahun dan jumlah pak setiap hari.
10
yang juga memberikan pemahaman terhadap permasalahan-permasalahan
terkait obat di masa mendatang.
11
obat.Jika pasien mempunyai pertanyaan, apoteker dapat menggunakan
kesempatan ini untuk memberikan nasihat atau konseling pasien lebih rinci
tentang obatnya. Katakan kepada pasien bagaimana dan kapan kita akan
menghubunginya untuk memastikan bahwa suatu masalah yang telah
diidentifikasi telah diselesaikan dan pasien bereaksi dengan baik terhadap
semua perubahan terapeutik yang telah dibuat. Ucapkan terima kasih kepada
pasien atas kerja sama dan waktu yang diberikan dalam wawancara. Suatu
pernyataan tertutup harus dibuat, untuk meyakinkan pasien bahwa informasi
adalah rahasia dan akan diberikan hanya untuk dokter dan perawat yang
langsung berurusan dengan perawatan pasien.
Sebelum mengakhiri wawancara dengan pasien, kita harus memikirkan
apakah tujuan wawancara telah tercapai dan apa yang harus dilakukan jika
belum. Setelah pasien pergi, kita harus menilai dalam pikiran kita sendiri apa
yang telah dilakukan dengan baik dan apa yang perlu diubah untuk membantu
kita meningkatkan keterampilan wawancara kita. Akhirnya, informasi harus
didokumentasikan sebagai bagian dari catatan pasien.
12
Lingkungan yang tenang, karena suara bising dari satu atau
beberapa sumber akan mengalihkan perhatian pasien maupun
farmasis
Tempat yang bersih dan terorganisir untuk menciptakan atmosfer
profesional.
Jarak empat sampai lima kaki antara farmasis dan pasien; secara
umum jarak yang lebih dekat dapat menimbulkan kegelisahan dan
jarak yang lebih jauh menyiratkan ketidaktertarikan terhadap
pasien.
Privasi: pasien perlu untuk merasa nyaman berbicara tentang
masalah-masalah kesehatan pribadi dan farmasis perlu untuk
dapat memperoleh data pengkajian pasien secara berhati-hati.
Posisi duduk yang sama rata atau berdiri pada posisi sejajar mata
dan berhadapan atau membentuk sudut 90 derajat. Semua
penghalang harus dipindahkan antara farmasis dan pasien. Dalam
pengaturan di rumah sakit, farmasis harus duduk sejajar mata
dengan pasien untuk interaksi tatap muka. Berdiri di hadapan
pasien yang terbaring di tempat tidur dapat menyiratkan
superioritas, mungkin menyebabkan pasien merasa lebih rendah
maupun tidak nyaman.
b. Kalimat Pembuka
Kalimat-kalimat pembuka antara farmasis dan pasien menentukan
tahap interaksi.Farmasis harus memperkenalkan dirinya dan
menjelaskan alasan perlunya interaksi apabila pasien belum
mengenalnya.Sebagai tambahan, pasien perlu diberi tahu perkiraan
jumlah waktu yang diperlukan untuk interaksi.
c. Jenis-jenis Pertanyaan
Secara umum, pertanyaan terbuka digunakan pada saat awal,
untuk mengumpulkan informasi umum, dan selanjutnya diikuti dengan
pertanyaan-pertanyaan tertutup, apabila sesuai, untuk mengumpulkan
data pasien yang lebih spesifik.
13
Pertanyaan terbuka
Pertanyaan-pertanyaan terbuka akan lebih menuntun pasien
untuk memberikan tanggapan dengan format naratif atau sebuah
paragraf kalimat-kalimat daripada sekedar jawaban ya atau tidak.
Jenis pertanyaan ini memungkinkan pasien memberikan informasi
dengan perspektif mereka. Sebagai contoh:
Bagaimana, apakah semua berjalan sejak terakhir saya
bertemu anda?
Bagaimana yang anda rasakan sejak memulai pengobatan
yang baru?
Bagaimana anda meminum obat anda?
Pertanyaan Tertutup
Pertanyaan tertutup, atau pertanyaan langsung, menanyakan
informasi-informasi spesifik dan terinci.Pertanyaan tertutup
membatasi pilihan jawaban pasien. Sebagai contoh:
Apakah anda merasa nyeri pada dada terjadi ketika duduk?
Apakah anda meminum obat tekanan darah pagi ini?
Pernahkan anda mengalami reaksi alergi terhadap suatu obat?
d. Verifikasi Informasi Pasien
Seringkali farmasis juga perlu untuk memverifikasi detil tertentu
mengenai pasien untuk memastikan bahwa dia mengerti benar apa yang
pasien katakan. Beberapa teknik umpan balik dapat berguna dalam
membimbing farmasis dengan kedua proses ini. Teknik-teknik tersebut
meliputi:
Klarifikasi
Klarifikasi berguna jika pasien memberikan informasi yang
membingungkan atau meragukan. Klarifikasi juga membantu
melengkapi informasi dengan beberapa detail yang lebih spesifik.
Refleksi
Refleksi melibatkan pengulangan sebagian atau seluruh
tanggapan pasien.Tindakan refleksi adalah menyampaikan kata-
kata atau perasaan pasien kembali padanya.
14
Empati
Seringkali informasi yang disampaikan pasien kepada
farmasis juga melibatkan perasaan atau emosi terkait dengan
pengobatan, kondisi medis, atau situasi hidup. Tanggapan empati
adalah mengenali perasaan, kemudian direfleksikan kembali
kepada pasien dengan cara memahami, memperhatikan, dan tidak
menilai.
Fasilitasi
Fasilitasi menyemangati pasien untuk terus
mengkomunikasikan lebih banyak informasi. Ini menunjukkan
bahwa farmasis tertarik dengan apa yang dikatakan pasien dan
ingin pasien untuk melanjutkan.
Keheningan
Ketika mendapat pertanyaan, kadang-kadang pasien
membutuhkan waktu untuk berpikir dan untuk mengorganisasi
apa yang ingin ia sampaikan. Farmasis harus menjadi terbiasa
dengan jeda-jeda ini sebagai bagian penting dari proses
komunikasi. Namun, jeda yang panjang mungkin juga berarti
pasien tidak mengerti.
Ringkasan
Ringkasan adalah ulasan dari apa yang pasien telah
komunikasikan. Pernyataan ringkasan merupakan verbalisasi dari
pemahaman farmasis terhadap informasi pasien, dan ini dapat
digunakan pada setiap waktu selama atau pada akhir wawancara.
e. Komunikasi Nonverbal
Komunikasi yang tepat melibatkan tidak hanya keahlian-keahlian
verbal tetapi juganonverbal, di mana media pertukaran merupakan
sesuatu selain kata-kata yang diucapkan.
Postur tubuh
Farmasis berdiri atau duduk dengan cara yang santai dan
mempresentasikan penampilan yang terbuka penuh kepada
pasien, menyampaikan baik penghargaan maupun minat yang
15
tulus. Kedua kaki harus terpisah nyaman, tidak disilangkan, dan
kedua lengan berada di samping.
Kontak mata
Kontak mata yang tepat tidak berarti terus menerus menatap
pasien.Tidak menatap kepada pasien dapat diartikan sebagai
ketidaktertarikan dan kurang memperhatikan.Selain itu,
kurangnya kontak mata dapat menghambat kemampuan farmasis
untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi komunikasi nonverbal
pasien.
Ekspresi wajah
Ekspresi wajah farmasis harus konsisten dengan ekspresi
verbalnya. Jika keduanya tidak sesuai, pasien akan cenderung
mempercayai pesan wajah lebih dari kata-kata yang terucap.
Gerak isyarat
Gerak isyarat juga mengirim pesan-pesan nonverbal
mengenai perasaan-perasaan emosional dan gejala-gejala
fisik.Sebagai contoh, meremas tangan atau mengetuk-ngetuk jari
sering mengindikasikan kecemasan atau kegugupan.
16
Ketika mendiskusikan persoalan-persoalan kesehatan yang
menyebabkan kegelisahan pasien, farmasis mungkin menghibur pasien
secara salah.Penghiburan yang tidak tepat seperti itu menyepelekan
perasaan-perasaan pasien dengan mencoba untuk mengubahnya
daripada berusaha mengerti dan menerimanya.
d. Menanyakan pertanyaan yang mengarahkan atau bias
Pertanyaan yang mengarahkan atau bias adalah pertanyaan yang
mengandung asumsi mengenai tingkah laku atau perasaan-perasaan
pasien, dan menyatakan secara tidak langsung bahwa suatu jawaban
lebih baik dari yang lain. Sebagai contoh, “Anda meminum obat anda
setiap hari bukan?”
e. Menggunakan terminologi profesional
Untuk komunikasi yang efektif, farmasis harus menggunakan
kata-kata yang dengannya pasien merasa akrab.Jangan menggunakan
istilah professional yang tidak dimengerti pasien.
17
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Kasus 1
18
Tn. A : Tidak, baru semalam saya batuk kering dan pilek, serta
sedikit demam.
Apoteker : Baik, pak. Selanjutnya saya berikan vitamin C plus Zinc
agar daya tahan bapak lebih kuat, minum vitamin ini sehari
satu kali sebanyak satu tablet dan sebaiknya bapak istirahat
dulu di rumah. Jika, batuk, pilek dan demamnya semakin
menggangu, saya akan memberikan bapak DMP HBr (10
mg) dan CTM (2 mg) sehari 3 kali agar batuk dan pileknya
mereda, serta parasetamol (500 mg) sehari 3 kali untuk
menurunkan demamnya. Jangan lupa untuk banyak minum
air ya pak.
Tn A : Baik pak Stephen, terima kasih.
Apoteker : Bisa bapak jelaskan kembali obat yang akan saya berikan
pada bapak?
Tn. A : Saya akan diberi vitamin, diminum sekali sehari 1 tablet.
Saya akan beristirahat dan minum banyak air. Jika tidak
sembuh, saya akan diberi DMP HBr dan CTM untuk
batuknya, dan parasetamol untuk demamnya.
Apoteker : Baik. Semoga cepat sembuh.Jika ada keluhan bapak bisa
menghubungi saya di no xxxx.Saya senang membantu.
Tn. A : Terima kasih.
3.2. Kasus 2
Farmasis : Halo Tuan Jones. Nama saya Monica Smith, farmasis.Saya
ingin berbicara kepada anda mengenai pengobatan anda.Ini
hanya memerlukan beberapa menit.
Pasien : Baik.
Farmasis : Bagaimana yang anda rasakan sejak Dr. Adams meresepkan
obat yang baru?
Pasien : Oh, saya merasa baik. Beberapa hari saya merasa sangat
sakit, dan beberapa hari saya merasa baik.
Farmasis : Apa yang anda maksud dengan merasa sangat sakit?
19
Pasien : Sulit bagi saya untuk menyelesaikan pekerjaan di luar
rumah. Saya senang memotong rumput pekarangan dan
menyirami taman, tapi akhir‐akhir ini saya tidak bisa
melakukannya.
Farmasis : Mengapa anda tidak bisa? Apakah anda merasa lemah atau
lelah?
Pasien : Saya rasa begitu. Saya mudah kecapaian ketika memotong
rumput pekarangan, dan hal itu membuat saya menyerah.
Farmasis : Apakah anda merasakan nyeri pada dada ketika memotong
rumput?
Pasien : Tidak ada nyeri pada dada, tapi sulit bagi saya untuk
bernapas.
Farmasis : Apakah anda mengalami kesulitan bernapas pada waktu
lain seharian atau ketika anda berbaring di malam hari?
Pasien : Hanya jika saya mencoba bekerja di luar rumah atau pergi
berjalan, dan pada malam hari. Saya biasanya merasa baik
jika tidur dengan dua bantal.
3.3. Kasus 3
Farmasis : Halo Tuan Albert. Nama saya Monica Lesmana, farmasis.
Saya ingin berbicara kepada anda mengenai pengobatan
anda. Ini hanya memerlukan 5-10 menit. Apakah anda
bersedia?
Pasien : Baik.
Farmasis : Apa yang diperintahkan oleh dr. Yahya tentang obat anda?
Apakah anda ingat nama obat anda?
Pasien : Saya tidak ingat namanya. Yang saya tahu, bentuknya tablet
segitiga dan saya disuruh untuk meminumnya sehari 3 kali
sesudah makan.
Farmasis : Nama obat anda Natrium diklofenak. Obat itu diberikan
untuk mengobati rematik anda. Bagaimana yang anda
rasakan sejak minum obat tersebut?
20
Pasien : Rematik saya sudah membaik, namun terkadang saya
merasakan sakit perut beberapa saat setelah mengonsumsi
obat tersebut.
Farmasis : Di sekitar perut bagian manakah anda merasakan sakit
tersebut?
Pasien : Sepertinya disekitar lambung
Farmasis : Bisa anda tunjuk bagian perut yang sakit itu?
Pasien : (menunjuk lambungnya dengan tangannya)
Farmasis : Baik. Bisa anda ceritakan pada saya bagaimana anda
mengkonsumsi obat tersebut?
Pasien : Terkadang saya minum setelah makan, tetapi apabila saya
belum sempat untuk makan maka saya mengonsumsi obat
tersebut sebelum makan.
Farmasis : Apakah nyeri yang anda rasakan muncul jika anda
meminum obat sebelum makan?
Pasien : ya.
Farmasis : Nampaknya anda terkena nyeri lambung karena lambung
anda teriritasi oleh natrium diklofenak apabila anda
mengonsumsi obat tersebut sebelum makan.
Pasien : Lalu, bagaimana cara mengatasinya apabila saya tidak
sempat untuk makan sebelum saya mengonsumsi obat
tersebut?
Farmasis : Anda dapat mengganti produk obat ini dengan produk
natrium diklofenak yang disalut enterik.
Pasien : Jika begitu, saya ingin mengganti produk ini dengan produk
natrium diklofenak yang disalut enterik.
Farmasis : Tetapi produk yang disalut enterik harganya sedikit lebih
mahal.
Pasien : Tidak apa-apa.
Farmasis : Baiklah, saya akan memberi tahu dr. Yahya tentang
perubahan ini. Apakah anda memiliki persoalan kesehatan
lainnya?
21
Pasien : Tidak ada.
Farmasis : Baiklah, bisa coba anda jelaskan ulang pada saya obat apa
yang akan anda minum seperti yang sudah kita sepakati tadi?
Pasien : Supaya lambung saya tidak sakit, saya akan mengganti obat
saya menjadi obat yang salut enterik sehingga saya bisa
meminumnya saat perut kosong. Obat tersebut bernama
Natrium diklofenak, dan saya harus meminumnya sehari 3
kali.
Farmasis : Baiklah. Terima kasih pak atas waktunya. Jika ada keluhan
lain, anda bisa menghubungi saya di no xxxx. Semoga cepat
sembuh.
22
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Pentingnya sejarah obat pasien yang terdokumentasi adalah jelas sehubungan
dengan begitu banyaknya obat berkhasiat keras, tersedia bagi pasien dan seringnya
terjadi reaksi obat merugikan (ROM) dan penyalahgunaan obat.Apoteker
mempunyai kontribusi yang signifikan pada perawatan pasien dengan menyelidiki
sejarah obatnya secara seksama.Kemampuan apoteker untuk memperoleh suatu
gambaran secara lengkap yang diterima dari pasien, bergantung pada pengetahuan
tentang obat dan keterampilan komunikasinya. Jika apoteker tidak pandai
berkomunikasi maka hubungan baik dengan pasien tidak akan terbina. Hal ini dapat
berakibat pada rusaknya keseluruhan proses wawancara sehingga informasi-
informasi penting yang dapat mempengaruhi efektivitas dan efisiensi pengobatan
tidak dapat diperoleh.
Selama wawancara, apoteker harus mendorong rasa kebersamaan antara
pasien dan apoteker. Hal ini dapat dicapai dengan memasukkan pasien dalam
proses pengobatan. Memberikan alasan untuk terapi obat dan perlunya suatu
sejarah yang akurat dan lengkap, dapat memotivasi pasien untuk berpartisipasi
lebih besar dalam wawancara. Membolehkan pasien terlibat dalam proses
pengobatan, dapat membantu mengurangi perasaan tidak percaya atau cemas dan
merangsang pasien memberi informasi yang lebih banyak. Setelah data-data hasil
wawancara diperoleh, maka selanjutnya perlu dilakukan evaluasi terhadap hasil
tersebut.
23
DAFTAR PUSTAKA
24