Perhitungan
Alokasi biaya angkutan :
- bahan baku “A” = {5.625.000 x 100 % } x Rp. 80.000,00 = Rp. 48.000,00
9.375.000
- bahan baku “B” = {3.500.000 x 100%} x Rp. 80.000,00 = Rp. 29.867,00
9.375.000
- bahan penolong “C” = {250.000 x 100 % } x Rp. 80.000,00 = Rp. 2.133,00
9.375.000
Jurnal untuk mencatat pembelian adalah sebagai berikut :
Persediaan bahan baku Rp. 9.202.867
Persediaan bahan penolong Rp. 252.133
Hutang dagang Rp. 9.375.000,00
Kas Rp. 80.000,00
Biaya angkutan dibebankan ke dalam elemen harga perolehan bahan atas dasar tarif angkutan
yang ditentukan di muka.
Rumus :
Tarif biaya angkutan = budget biaya angkutan bahan
Bahan dasar pembebanan biaya angkutan bahan
Contoh :
Budget biaya angkutan bahan PT” SA Empat” untuk tahun 200X adalah sebesar Rp.
4.000.000,00. Dasar pembebanannya adalah berat bahan dengan budget 2.500.000 kg. Jika pada
tahun 200X pembelian sesungguhnya terdiri atas bahan baku Rp. 45.000.000,00 dengan berat
2.000.000 kg dan bahan penolong sebesar Rp. 5.000.000,00 dengan berat 400.000 kg. Biaya
angkut yang sesungguhnya dibayarkan dengan kas adalah Rp 3.900.000,00 maka :
Tarif biaya angkutan = Rp.4.000.000 = Rp. 1,6 / kg
Bahan 2.500.000
Jurnal untuk mencatat pembelian bahan adlah sebagai berikut :
Persediaan bahan baku Rp. 45.000.000,00
Persediaan bahan penolong Rp. 5.000.000,00
Hutang dagang Rp. 50.000.000,00
Jurnal untuk mencatat pembebanan biaya angkutan ke dalam harga perolehan bahan adalah
sebagai berikut :
Persediaan bahan baku Rp. 3.200.000,00
Persediaan bahan penolong Rp. 640.000,00
Biaya angkutan bahan Rp. 3.840.000,00
Perhitungan :
Pembebanan biaya angkutan bahan ke dalam harga perolehan :
- bahan baku = Rp. 1,6 / kg x 2.000.000 kg = Rp. 3.200.000,00
- bahan penolong = Rp. 1,6 / kg x 400.000 kg = Rp. 640.000,00
Jurnal untuk mencatat biaya angkutan bahan yang sesungguhnya adalah sebagai berikut :
Biaya angkutan bahan Rp. 3.900.000,00
Kas Rp. 3.900.000,00
Perlakuan adanya selisih antara biaya angkutan berdasarkan tarif dan biaya angkutan bahan yang
sesungguhnya dibayarkan, jika selisihnya besar harus dialokasikan ke dalam persediaan bahan
baku, persediaan bahan penolong, persediaan produk dalam proses, persediaan produk selesai
dan harga pokok penjualan. Tetapi jika selisihnya kecil akan diperlakukan sebagai elemen laba
rugi melalui rekening harga pokok penjualan. Dari contoh diatas, jurnal untuk membebankan
selisih biaya angkutan bahan adalah sebagai berikut :
Harga pokok penjualan Rp. 60.000,00
Biaya angkutan bahan Rp. 60.000,00