Bab Ii
Bab Ii
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tentang Puskesmas
1. Definisi Puskesmas
Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan dasar yang
menyelenggarakan upaya kesehatan pemeliharaan, peningkatan
kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),
penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan
(rehalibilatif) yang dilakasanakan secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan. Konsep kesatuan upaya kesehatan ini menjadi
pedomandan pegangan bagi semua fasilitas pelayanan kesehatan di
Indonesia termasuk Puskesmas. (Permenkess RI No. 75, 2014).
Konsep kesatuan upaya kesehatan ini menjadi pedoman dan
pegangan bagi semua fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia
termasuk Puskesmas.
Tugas Puskesmas tercermin dari Visi dan Misi seperti yang tertulis
dalam Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas oleh
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik dibawah Direktorat
Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen
Kesehatan RI Tahun 2006 yaitu sebagai berikut :
2. Puskesmas Pembantu;
3. Puskesmas Keliling;
4. Posyandu; dan
5. Polindes.
Pendistribusian ke sub unit (ruang rawat inap, UGD, dan lain-
lain) dilakukan dengan cara pemberian Obat sesuai resep yang
diterima (floor stock), pemberian Obat per sekali minum (dispensing
dosis unit) atau kombinasi, sedangkan pendistribusian ke jaringan
Puskesmas dilakukan dengan cara penyerahan Obat sesuai dengan
kebutuhan (floor stock).
2. telah kadaluwarsa;
1. Pengendalian persediaan;
3. Konseling
3. Tanggal resep.
2. Duplikasi pengobatan.
3. Alergi, interaksi dan efek samping Obat.
4. Kontra indikasi.
5. Efek adiktif.
Kegiatan Penyerahan (Dispensing) dan Pemberian Informasi
Obat merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai
dari tahap menyiapkan/meracik Obat, memberikan
label/etiket, menyerahan sediaan farmasi dengan
informasi yang memadai disertai
pendokumentasian.
Tujuan:
Tujuan:
2. Tempat.
3. Tenaga.
4. Perlengkapan.
C. Konseling
Merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan
penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan penggunaan
Obat pasien rawat jalan dan rawat inap, serta keluarga pasien.
Kegiatan:
1. Kriteria pasien:
d. Pasien geriatrik.
e. Pasien pediatrik.
a. Ruangan khusus.
D. Ronde/Visite Pasien
Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang
dilakukan secara mandiri atau bersama tim profesi kesehatan
lainnya terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi, dan lain-lain.
Tujuan:
Tujuan:
Tujuan:
3. Adanya multidiagnosis.
6. Melakukan evaluasi.
7. Memberikan rekomendasi.
(rasional).
Tujuan:
2. Pelaksanaan, yaitu:
1. Retrospektif:
Pengambilan data dilakukan setelah pelayanan dilaksanakan.
Contoh: survei kepuasan pelanggan, laporan mutasi barang.
2. Prospektif:
Pengambilan data dijalankan bersamaan dengan pelaksanaan
pelayanan. Contoh: Waktu pelayanan kefarmasian disesuaikan
dengan waktu pelayanan kesehatan di Puskesmas, sesuai dengan
kebutuhan.
1. Survei
Survei yaitu pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner.
Contoh: survei kepuasan pelanggan.
2. Observasi
Observasi yaitu pengamatan langsung aktivitas atau proses
dengan menggunakan cek list atau perekaman. Contoh: pengamatan
konseling pasien.
1. Audit
Audit merupakan usaha untuk menyempurnakan kualitas
pelayanan dengan pengukuran kinerja bagi yang memberikan
pelayanan dengan menentukan kinerja yang berkaitan dengan
standar yang dikehendaki dan dengan menyempurnakan kinerja
tersebut. Oleh karena itu, audit merupakan alat untuk menilai,
mengevaluasi, menyempurnakan pelayanan kefarmasian secara
sistematis.
a. Audit Klinis
Audit Klinis yaitu analisis kritis sistematis terhadap pelayanan
kefarmasian, meliputi prosedur yang digunakan untuk pelayanan,
penggunaan sumber daya, hasil yang didapat dan kualitas hidup
pasien. Audit klinis dikaitkan dengan pengobatan berbasis bukti.
b. Audit Profesional
Audit Profesional yaitu analisis kritis pelayanan kefarmasian oleh
seluruh tenaga kefarmasian terkait dengan pencapaian sasaran yang
disepakati, penggunaan sumber daya dan hasil yang diperoleh.
Contoh: audit pelaksanaan sistem manajemen mutu.
2. Review (pengkajian)
Review (pengkajian) yaitu tinjauan atau kajian terhadap
pelaksanaan pelayanan kefarmasian tanpa dibandingkan dengan
standar. Contoh: kajian penggunaan antibiotik.
G. LPLPO
LPLPO adalah data laporan pemakaian dan lembar permintaan obat
yang disampaikan oleh Puskesmas atau unit pelayanan pelayanan
kesehatan kepada unit pengelola obat di Kabupaten/Kota. Formulir
ini digunakan sebagai bukti pengeluaran obat di GFK, buktin
penerimaan obat di Puskesmas. LPLPO dibuat 3 rangkap yaitu
rangkap untuk Dinas Kabupaten/Kota melalui UPOPPK untuk diisi
jumlah yang diserahkan. Setelah ditanda tangani disertai 1 rangkap
lainnya disimpan LPLPO dan 1 rangkap lainnya disimpan UPOPPK,
1 rangkap untuk arsip Puskesmas. Pelaporan dilakukan secara
periodik setiap bulan.