GERAKAN PENDIDIKAN
A. Pendahuluan
Saat kolonial ~elanda menjajah bumi nusantara, Pendidikan Islam telah tersebar
luas dalam wujud "pondok pesantren", dimana Islam diajarkan di musholla/langgar
atau masjid. Sistem yang dipergunakan meliputi sistem sorogan, bandongan,
dan wetonan. Sistem Sorogan adalah sistem pendidikan dimana secara perorangan
menghadap kyai dengan membawa kitab, kayi membacakan teks beserta artinya,
dan sang santri menirukan apa yang dibacakan oleh kyai. Sedangkan .sistem
bandongan atau wetonan adalah sang kyai membaca, mengartikan dan
menerangkan maksud teks dari kitabtertentudi hadapan sejumlah santri, dan santri
tidak menirukan apa yang diucapkan oleh sang kyai. Para santri hanya menerima
begitu saja keterangan sang kyai . Sistem bandongan atau wetonan ini dapat
dikatakan sebagai tingkat intermediate atau advance, oleh karena itu sistem ini
hanya diikuti oleh para santri yang telah mengikuti sistem sorogan secara intensif.
Sistem pendidikan pondok pesantren ketika itu tidak mengenal sistem k~las,
tidak ada ujian atau pengontrolan kemajuan santri, dan tidak ada batas waktu
berapa lama santri harus tinggal di pondok pesantren. Penekanan pendidikan lebih
berorientasi pada hafalan terhadap teks semata, sehingga tidak merangsang santri
untuk l:>erdiskusi. Demikian juga cabang-cabang ilmu agama yang diajarkan
sebatas Had its dan Mustholah Had its, Fiqih dan Usul Fiqh, llmu Tau hid, llmu
Tasawuf, llmu Mantiq, llmu Bahasa Arab. Sistem pendidikan Islam model ini
berlangsung sampai memasuki awal abad ke-20.
AL ISLAM - KEMUHAMMADIYAHAN Ill
KEMUHAMMADIYAHAN
Muallimin Muhammadiyah).
Muhammadiyah sebagai Gerakan Pendidikan -
Muhammadiyah Ada pun materi agama yang diajarkan sekitar 10-15 persen
D.
Lima atau enam abad keberhasilan umat Islam dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi sangat mengagumkan, percobaan dan penelitian
terutama di bidang kedokteran menjadi kiblat belahan dunia. Akan tetapi kejayaan
masa lampau tersebut tidak mendapat respon dari generasi berikutnya sehingga
umat Islam dewasa ini tenggelam, dan ilmu pengetahuan serta teknologi berpindah
ke daratan Eropa dan Amerika yang nota bene beragama non Islam.
Awal kemunduran ilmu pengetahuan dan teknologi di tengah-tengah umat
Islam ini antara lain diakibatkan melemahnya kondisi sosial politik dan ekonomi
umat Islam itu sendiri, disebabkan perselisihan yang terus menerus dalam bidang
yang tidak esensiil, melainkan dalam bidang-bidang kecil seperti masalah-masalah
fiqih dan peribadatan. Perselisihan yang melemahkan keilmuan dalam dunia Islam
itu dicoba diakhiri dengan keputusan menutup sama sekali pintu ijtihad, dan
mewajibkan setiap orang taqlid kepada pemimpin atau pemikir keagamaan yang
telah ada, tetapi dengan resiko yang justru mematikan kreativitas intelektual dan
sosial umat Islam.
Keberadaan penjajah Belanda di tanah air juga turut membantu memperkuat
proses kemandekan berpikir umat Islam, dengan menonjolkan atau "membela"
kalangan Islam tradisional dan memusuhi kalangan Islam Modernis.
Muhammadiyah hadir mencoba menjelaskan kepada umat Islam akan taktik
Belanda yang menyesatkan tersebut, dan dengan sejumlah amal usahanya,
mengharapkan agar kejayaan umat Islam sebagaimana yang telah disebutkan di
atas kembali seperti dulu kala. Oleh karena itu Muhammadiyah terus berupaya
semaksimal mungkin untuk meningkatkan kualitas lembaga pendidikan yang
dimiliki.
Muhammadiyah konsekwen untuk mencetak elit muslim terdidik lewatjalur
pendidikan. Ada beberapa tipe pendidikan Muhammadiyah:
a. Tipe Muallimin/Muallimat Yogyakarta (pondok pesantren)
b. Tipe madrasah/Depag; lbtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah
c. Tipe sekolah/Diknas; TK, SD, SMP, SMA/SMK, Universitas/ ST/
Politeknikl Akademi
d. Madrasah Diniyah, dan lain-lain.
Muhammadiyah sebagai Gerakan Pendidikan -
Dewasa ini, mulai dari Sabang sampai Merauke telah berdiri ranting, cabang,
daerah hingga wilayah yang berlabel Muhammadiyah. Dalam ikut serta
meningkatkan kualitas sumber daya manusia (umat lslam/bangsa Indonesia),
berbagai lembaga telah didirikan, di antaranya rumah sa kit, rumah panti asuhan
anak yatim dan orang tua lanjut usia, taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah
lanjutan tingkat pertama, sekolah lanjutan tingkat atas sampai perguruan tinggi.
Bahkan dalam hal lembaga pendidikan, Muhammadiyah menduduki peringkat dua
besar setelah pendidikan yang dikelola Depkdiknas.
Hal tersebut memang sesuai dengan apa yang menjadi cita-cita pendiri
Muhammadiyah yang termaktub dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah Pasal 3
yakni: "Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud
masyarakat Islam yang sebenar-benatnya.
of children.