Anda di halaman 1dari 11

Taksonomi

Kingdom : Animals
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Mammals/mamalia
Ordo : Artiodactyla
Subordo : Ruminantia
Famili : Cervidae
Subfamili : Cervinae
Genus : Cervus
Spesies : Cervus unicolor

Morfologi

Ciri morpologis Rusa Sambar memiliki tanduk bercabang dan tanduk rusa jantan akan
tanggal setiap 2--3 tahun sekali. Warna bulu bervariasi antara cokelat hingga cokelat
kehitaman atau cokelat kemerah-merahan. Bulunya sangat kasar, tidak begitu rapat dengan
kulit yang sangat tebal. Menurut Semiadi (2004), Rusa Sambar merupakan rusa terbesar
dengan berat badan untuk betina dapat mencapai 135 kg sedangkan jantan 225 kg. Bobot
lahir anak rusa betina sekitar 3 kg, sedangkan yang jantan 4 kg. Berat minimal untuk
kesiapan perkawinan baik jantan atau betina 85 – 95 kg. Panjang badan berkisar antara 1,5--
2,0 m dan tinggi badan 1,40--1,60 m.

Perilaku Rusa
Satwa liar memiliki berbagai perilaku dan proses fisiologi untuk menyesuaikan diri dengan
keadaan lingkungannya. Dalam mempertahankan hidup, rusa melakukan kegiatan-kegiatan
yang agresif, melakukan persaingan, dan bekerja sama untuk mendapatkan makanan,
perlindungan, pasangan untuk kawin, reproduksi, dan sebagainya. Semua jenis rusa secara
alami memiliki sifat yang selalu waspada. Namun secara tingkatannya, pada tingkat
pemeliharaan yang paling bersifat sensitif adalah Rusa Chital, Muncak, Rusa Bawean, disusul
Rusa Sambar, dan terakhir Rusa Timor. Pada saat rusa terganggu, biasanya mata dan telinga
tertuju pada sumber gangguan. Apabila semakin terancam atau tergangggu, maka kaki 10
depan terlihat dihentakkan ke tanah, bulu disekujur tubuh berdiri, dan diakhiri dengan
mengeluarkan suara lengkingan sambil terus melarikan diri. Pada saat ketakutan, Rusa
Sambar akan lebih suka melarikan diri dengan sikap kepala yang meyeruduk.
Rusa memiliki dua fungsi penting di dalam daur kehidupannya yaitu fungsi ekologis dan
fungsi ekonomis. Fungsi ekologis dari rusa adalah sebagai mangsa hutan dari harimau
sumatera yang saat ini hampir punah. Selain itu, rusa juga dapat menyebarkan berbagai jenis
tumbuhan melalui biji-bijian yang termakan dan keluar lewat feses di tempat lain, sehingga
rusa dapat berfungsi untuk regenerasi tumbuhan. Fungsi ekonomis dari rusa adalah sebagai
sumber penghidupan khususnya bagi masyarakat yang tinggal di sekitar hutan, dengan cara
berburu dan menjualnya dalam bentuk daging, kulit, dan tanduk dengan harga yang cukup
tinggi.

Pakan
Jenispakan

Jenis pakan rusa dapat berupa hijauan seperti rumput, daun muda,
rambatan, serta buah dan sayuran. Selain itu rusa memerlukan pakan tambahan
berupa konsentrat. Rusa lebih memilih rumput yang lebih muda untuk dimakan
karena penggunaan energy untuk mencerna rumput muda lebih efisien (waktu
memamah biak lebih singkat), selain itu rumput muda lebih banyak mengandung
vitamin, protein, mineral yang baik untuk metabolism dibandingkan dengan
rumput yang lebih tua (lebih banyak mengandung serat dan sedikit vitamin serta
proteinnya).

Lebih tingginya konsumsi daun muda disbanding daun tua, diduga


disebabkan oleh rendahnya kadar serat kasar yang dikandung. Menurut Tafaj et
al. (2005), konsumsi ransum berhubungan erat dengan daya cerna dan laju aliran
digesta rumen yang sebagian besar ditentukan oleh kandungan serat kasar. Pakan
yang memiliki kadar serat kasar tinggi membutuhkan waktu retensi di rumen
lebih lama dibandingkan dengan pakan yang memiliki kadar serat kasar lebih
rendah. Tingginya konsumsi serat kasar mengakibatkan jumlah konsumsi
menurun. Church (1988) menyatakan bahwa tingginya kadar serat bahan pakan
yang dikonsumsi menyebabkan tekanan pada dinding rumen meningkat, dans
ecara fisiologis berpengaruh pada penurunan selera makan.

Rumput yang dimakan oleh rusa antara lain rumput teki, Rumput gajah
(Pennisetum purpureum), rumput raja, rumput setaria, sorghum, kolonjono,
rumput pait. Pakan hijauan rambatan dan dedaunan yang dimakan rusa antara lain
mikania, kangkung, daun ubi, daun kacang, kaliandra, daun jagung, daun nangka,
daun jati, daun lamtoro, daun turi, daun mangkokan, daun nampong, dan daun
gamal. Jenis pakan tambahan berupa dedak, kulit kacang, bungkil kelapa, kulit
pisang, ubi, jagung dan kulitnya, serta wortel,

Mekanisme Pemberian Pakan

Frekuensi pemberian pakan pada rusa sebanyak 2 atau 3 kali sehari (pagi,
siang, dan sore). Pemberian pakan tambahan berupa dedak padi diberikan tiga
kali dalam seminggu, sebanyak 0,5 kg/individu. Biasanya pemberian pakan
melalui perhitungan 10% x bobot badan x 2. Maksud dikalikan duayakni
diperhitungkan dengan jumlah hijauan yang tidak dimakan karena sudah tua,
tidak disenangi, kotor karena terinjak-injak, dan telah bercampur dengan urine
dan faeces.

Pemberian pakan selalu disertai dengan pemberian garam sebagai


perangsang nafsu makan dan untuk memenuhi kebutuhan mineral. Pemberian
pakan dilakukan dengan cara pengaritan dimana hijauan dipotong 3-5 cm lalu
diberikan pada rusa dalam kandang.

Tempat makan

Tempat makan yang biasa digunakan berbentuk palungan berukuran


panjang 1,5 – 2,0 m dan lebar 0,5 m atau berbentuk bulat segi enam berukuran
diameter 50 – 75 cm dengan tinggi 30 cm dari atas permukaan tanah. Bentuk
tempat pakan yang dibuat panggung akan mengurangi sisa pakan yang terbuang
karena diinjak-injak atau bercampur dengan kotoran (faeses dan urine). Tempat
makan diletakkan di tengah atau di sudut kandang diberi peneduh untuk
menghindari pakan terkena panas dan hujan. Selain itu rusa memerlukan air untuk
minum, dan berkubang.

Penyakit
Dalam rangka diversifikasi pangan "untuk pemenuhan kebutuhan protein hewani, semua
pihak termasuk pemerintah berusaha menciptakan dan mengembangkan berbagai alternatif.
Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah budidaya rusa (Cervus spp). Kegiatan budidaya
ini selain mempunyai nilai komersil, juga akan mendukung pelestarian plasma nutfah
Indonesia (Semiadi, 1998 ; Saragih, -1>.. :,\' 2000). .: Indonesia memiliki 4 spesies rusa yang
tersebar luas di seluruh tanah air. Selain itu terdapat satu spesies rusa• asal "india yang juga
telah beradaptasi dengan baik di Indonesia (Semiadi, 1998). Rusa Timor (Cervus timorensis )
dan Rusa Sambar (Cervus unic%r) adalah dua spesies rusa yang mungkin dikembangkan ke
arah budidaya peternakan. Hal ini didukung oleh populasi dan penyebarannya yang luas serta
daya adaptasi dan reproduksinya yang cukup tinggi. Keberhasilan perkembangbiakan di
kebun binatang dan beberapa tempat penangkaran bisa menjadi parameter untuk
mengembangkan rusa ke arah budidaya yang intensif atau peternakan di Indonesia (Semiadi,
1998 ; Saragih, 2000 ; Thohari, 2000). Peternakan rusa telah dikenal dan berkembang
semenjak lama di luar negeri, terutama di daerah-daerah sub-tropis seperti Australia, New
Zealand, Cina, Amerika dan lain-lain. Penelitian yang dilakukan di New Zealand menujukkan
bahwa, peternakan rusa di negara tersebut menjadi penyumbang devisa terbesar dibandingkan
dengan peternakan sapi potong, sapi perah dan domba (Subekti, 1995 do/am Aliambar 2000).
Kasus Capture Myophathy sering terjadi di berbagai temp at penangkaran rusa baik di
Indonesia maupun di luar negeri. Hal ini disebabkan karena hewan tersebut mudah
mengalami stres, dan penanganan yang dilakukan tidak hati-hati. Sind rom yang kelihatan
adalah, kematian mendadak dan tiba-tiba, tanpa diketahui gejalanya IJl terIebih dulu. Kasus
ini terjadi setelah penangkapan dan pembiusan untuk memindahkan hewan-hewan tersebut ke
lokasi baru dari habitatnya. Untuk mencegah masalah ini perIu penanganan yang baik dan
hati-hati, karena sampaJ sekarang belum ditemukan prosedur yang efektif untuk pengobatan
jika telah timbul kasus (Spraker, 1993 ; Aliambar, 2000). Rusa seperti ruminansia lainnya,
bisa terinfeksi berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri, protozoa,
ektoparasit dan endoparasit. Penyakit virus yang sering dilaporkan adalah Malignant
Catarrhal Fever, Blue Tongue, Epizootic Hemorrhagic Disease dan Chronic Wasting Disease.
Kejadian penyakit virus bisa ditularkan dari ternak domestik seperti sapi dan do mba, serta
pakan tambahan yang tercemar virus tersebut (Reenen, 1982 ; Tapscott, 1998). Penyakit
bakteri yang sering dilaporkan adalah : Penyakit Anthrax, Bruselosis, ParatuberkulosisUon;s
Disease, Yersiniosis dan Salmonelosis. Penyakit -penyakit yang disebabkan oleh bakteri
tersebut bersifat zoonosis (Reenen, 1982 ; Direktorat Bina Kesehatan Hewan, 1993 ; Akoso,
1996 ; Tapscott, 1998). Ektoparasit yang cukup berbahaya bagi rusa maupun hewan lainnya,
termasuk manusia adalah Tick Paralysis yang disebabkan oleh gigitan caplak Dermacentor
variabilis. Gigitan caplak tersebut bisa menimbulkan kematian mend adak pada induk
semang. Infeksi cacing secara umum menyebabkan penurunan kondisi hewan yang
bersangkutan (Reenen, 1982; Fowler, 1993). Adanya informasi tentang penyakit yang bisa
menginfeksi rusa ini, diharapkan akan membantu para peternak rusa di Indonesia. Sehingga
persiapan dan antisipasi bisa dilakukan sedini mungkin untuk menghindari resiko penyakit,
dalam upaya mencapai nilai ekonomis yang tinggi pada suatu usaha peternakan.

Prospek bisnis
Dalam mendukung perlindungan dan pemanfaatan rusa sambar secara lestari maka Menteri
Pertanian mengeluarkan Surat Keputusan nomor 362/kpts/TN, 120/5/1990 pada tanggal 20
Mei 1990 yang isinya diantaranya memasukkan rusa sebagai kelompok aneka ternak yang
dapat dibudidayakan sebagaimana ternak lainnya, termasuk juga tentang pengaturan ijin
usahanya (Jacoeb, 1994). Dalam hal pemanfaatannya hampir semua bagian dari rusa dapat
dimanfaatkan. Menurut potensi pemanfaatannya, pemanfaatan rusa sambar dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu: 1. pemanfaatan langsung, meliputi - Pemanfaatan Daging
Daging rusa merupakan komonditi yang mempunyai prospek yang baik, terutama dalam
upaya memenuhi kebutuhan protein hewani bagi masyarakat. Rusa sambar sebagai
penghasil daging mempunyai keunggulan komparatif dibanding dengan ternak penghasil
daging lainnya. Menurut Dradjat (2002) pada tahun 1978 Yerex dan Spiers melaporkan
bahwa rusa dapat menkonversi 30 kg bahan kering menjadi 3 kg daging. Satwa ini sangat
efisien dalam menggunakan pakan untuk diubah menjadi daging, di Selandia Baru
penggunaan pakan rusa lebih efektif 4 – 5 kali dibandingkan dengan ternak domba atau
sapi (Jacoeb, 1994). Keunggulan lain adalah bila dibandingkan dengan daging sapi
kadar proteinnya lebih tinggi dan kadar lemaknya lebih rendah. Kadar protei daging rusa
21,1 % dan daging sapi adalah 18,8 %, sedangkan kadar lemak daging rusa 7,0 % dan daging
sapi 14,0 % (Putri, 2002) dengan kandungan kolesterol 58 mg/100 gram (Semiadi,
2004). Sehingga daging rusa sangat cocok bagi orang yang berpantang terhadap kolesterol. -
Pemanfaatan Ranggah Tua, Ranggah tua yang sudah lepas dapat dijadikan bahan baku
kerajianan tangan sebagai hiasan dinding, hiasan meja atau diubah menjadi pernak-
pernik yang menarik seperti pipa rokok atau yang lainnya. - Ranggah muda (velvet)
Ranggah/tanduk muda rusa tumbuh dari substrat tulang rawan yang di bagian luarnya
dibungkus velvet yang banyak mengandung pembuluh darah dan jaringan vaskuler dan dapat
dijadikan sebagai bahan baku obat tradisional. Dalam ranggah muda rusa mengandung
mineral yang tinggi dan sekitar 15 jenis asam amino, yaitu: Alanina, Arginina, Aspartat,
Fenilalanina, Glisina, Glutamat, Histidina, I,leuisin, Leusina, Lisina, Methionona, Serina,
Threonina, Tirosina dan Valina. Ranggah muda dapat dikembangkan menjadi emping
yang merupakan irisan tipis ranggah muda yang dikeringkan, juga sebagai serbuk dalam
bentuk kapsul sebagai peningkat vitalitas tubuh (Semiadi, 2004). - Produk sampingan Kulit
rusa dapat digunakan sebagai bahan baku produk kerajinan dompet ikat pinggang dan
jaket atau sepatu, hal itu dikarenakan kulit rusa sambar kuat dan lentur. Jerohan rusa
mempunyai peluang untuk dijadikan produk lain, diantaranya dalam bentuk soto babat rusa. -
Pemanfaatan lainnya Pada lang kah lebih lanjut dalam penangkaran rusa pada akhirnya juga
diharapkan dapat menjadi breeding stock atau penghasil pejantan/induk yang berkualitas
untuk pengembangan rusa lebih luas. 2. Pemanfaatan secara tidak langsung Pemeliharaan
selain untuk keperluan komersil, rusa telah lama dipelihara karena postur tubuh, corak
bulunya dan keindahan ranggahnya. Seperti halnya rusa totol di Istana Kepresidenan Bogor,
yang dipelihara karena keindahan bulunya yang totol-totol
Makalah Penunjang Prosiding Seminar Pemanfaatan HHBK dan Konservasi Biodiversitas
menuju Hutan Lestari, Balikpapan 31 Januari 2007 121 putih. Sedangkan rusa
sambar menarik dilihat dari postur tubuhnya yang tinggi dan tegap padat dengan ranggah
yang indah pada rusa jantannya. Selain itu apabila kegiatan penangkaran sudah
berjalan dengan baik, sebagai upaya diversifikasi pemanfaatan dapat dikembangkan
menjadi areal wisata berburu rusa sangat mungkin untuk diwujudkan. IV.
PENANGKARAN RUSA Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 8 tahun 1999 tentang
pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwaliar menyatakan bahwa pemanfaatan satwaliar
ditujukan agar dapat didayagunakan secara lestari untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat. Upaya awal dalam pemanfaatan satwaliar tersebut dilakukan dengan kegiatan
penangkaran. Penangkaran adalah upaya pengembangbiakan dan pembesaran dengan
tetap menjaga kemurnian jenisnya. Menurut peraturan, dam memanfaatan satwaliar
yang dilindungi diperlukan izin khusus dari Departemen Kehutanan melalui Direktorat
Jenderal Perlindungan dan Konservasi Alam atau melalui Balai Konservasi Sumber Daya
Alam (BKSDA). Dalam melakukan penangkaran satwaliar yang dilindungi harus tetap
menjaga kemurnian jenisnya, namun upaya persilangan antar jenis tetap dimungkinkan, yaitu
dapat dilakukan pada generasi kedua (F2). Demikian juga untuk satwa hasil penangkaran,
satwa yang dapat diperdagangkan adalah mulai F2 dan berikutnya. Hal itu dikarenakan
satwaliar dilindungi yang diperoleh dari habitat alam untuk keperluan penangkaran
dinyatakan sebagai satwa titipan negara sedangkan satwa generasi kedua dan berikutnya
dinyatakan sebagai satwaliar yang tidak dilindungi.
Manajemen perkandangan
Beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan dalam penetapan lokasi
penangkaran rusa, antara lain berada di luar kawasan suaka alam; terletak di tempat yang
tenang; aman dari gangguan; mudah dicapai atau ditempuh pada musim hujan dan
musim kemarau; tersedia air yang banyak sepanjang tahun untuk keperluan minum,
1. Kandang
Kandang berfungsi sebagai tempat berlindung dari hujan, panas, dan predator;
tempat berteduh, beristirahat, berkembangbiak, makan dan minum; perawatan bagi yang
sakit; dan untuk memudahkan dalam pengontrolan. Bahan kandang yang digunakan terdiri
dari kayu, paku, besi, kawat harmonika atau ram, batako, semen, dan pasir. Tiang-tiang beton
dibangun di atas pondasi dengan ukuran kandang untuk satu individu rusa dewasa adalah 2,0
m². Kandang rusa diberi pintu, agar mudah dalam penanganan untuk pemberian pakan,
penangkapan untuk penimbangan, pengukuran, pemberian tanda, pemeriksaan kesehatan,
atau pemberian perlakuan. Drainase pada lantai kandang dibuat agak miring dan diusahakan
agar tidak becek; kandang rusa sebaiknya disekat sesuai dengan status fisiologis.
Kandang rusa terdiri dari berbagai bentuk tergantung kegunaannya, antara
lain bangunan peneduh. Bangunan ini berfungsi sebagai tempat berteduh karena mempunyai
atap dan dinding sehingga terhindar dari terpaan air hujan. Bangunan ini sangat diperlukan
dalam penangkaran rusa yang menganut sistem terkurung (kandang). Atap bangunan terdiri
dari genteng, alang-alang atau rumbia, sedang dindingnya dari tembok dengan tinggi minimal
50 cm. Bangunan berukuran 1 m² untuk satu individu rusa dewasa. Penangkaran rusa yang
menggunakan sistem bebas (ranch), dapat menggunakan pohon-pohon yang rindang atau
semak belukar.
- Kandang pembiakan (kandang tertutup yang berukuran 6 x 2 m2 dan disekat menjadi tiga
ruang yakni untuk kandang kawin (2 x 3 m2), kandang melahirkan dan menyusui (2 x 1,5
m2) dan kandang sapih anak (2 x 1,5 m2),
- Kandang individu dan penelitian (masing-masing berukuran 2 x 2 m),
- Kandang transit (kandang terbuka seluas ± 560 m2 untuk menampung rusa yang baru
datang),
- Kandang pembesaran seluas ± 288 m2 yang dibagi menjadi empat sub unit
masingmasing seluas ± 72 m2 untuk seleksi pasangan, pembesaran anak dan
pelatihan (exercise) bagi salah satu pasangan untuk menyegarkan kondisi tubuh dari
kandang pembiakan, serta isolasi untuk kasus tertentu. Kandang ini biasanya disebut yard dan
sebaiknya berbentuk bulat atau melingkar yang digunakan untuk perawatan rusa, dan tempat
bagi rusa yang sedang bunting atau melahirkan. Dinding kandang yard terbuat dari papan
yang kuat dengan tinggi minimum 2,0 m, dan tertutup rapat agar rusa mudah diberi perlakuan
tanpa menimbulkan kepanikan atau stres. Kandang berbentuk bulat agar rusa lebih mudah
diberi perlakuan karena rusa akan berada di bagian tengah kandang. Namun apabila kandang
berbentuk persegi, rusa cenderung lebih senang berada di sudut-sudut sehingga sulit untuk
memberi perlakuan. Lantai kandang terdiri dari lantai kasar atau paving block.
- Kandang pedok atau mini ranch (kandang pemeliharaan terbuka ukuran 38 x 38
m2), pengolahan limbah (untuk mengolah dan memanfaatkan limbah pakan dan kotoran rusa,
terdiri dari 2 buah masing-masing berukuran 4 x 2 x 1 m3 dan 2 x 2 x 1 m3),
- Gudang pakan (bangunan permanen berukuran 8 x 6 m2 yang digunakan sebagai gudang
pakan, obat-obatan dan peralatan penangkaran),
- Pusat informasi (bangunan permanen berukuran 10 x 6 m untuk pusat data dan informasi
penangkaran rusa serta kegiatan administrasi dan pelatihan).
2. Pagar
Pagar dibuat mengelilingi areal penangkaran dan bahannya adalah tiang pagar
(besi, beton, atau pohon hidup), dan kawat (harmonika atau ram, kawat duri). Tinggi
tiang pagar minimum 2,5 m dari permukaan tanah, ditanam 50 – 75 cm dengan pondasi beton
dan ujung bagian atas dibengkokkan sepanjang 0,5 m dan diberi kawat duri sebanyak 3 – 4
baris. Jarak antar tiang pagar maksimal 2,0 m. Tiang pagar yang berasal dari pohon hidup,
ditanam di sekitar pagar setinggi 2,5 m dari permukaan tanah dengan diameter batang
minimum 10 cm dan ditanam 50 – 75 cm. Pohon hidup ditanam di antara tiang besi siku,
untuk membantu penguatan pagar. Pemagaran pohon dilakukan setinggi 1-2 meter
menggunakan bahan bambu, kayu atau kawat harmonika. Apabila peneduh alami dianggap
kurang, peneduh buatan (shelter) dapat dibuat dengan ukuran setinggi 2 meter dari bahan
yang tidak mudah rusak dengan jumlah dan penempatan peneduh yang terpisah sesuai
kebutuhan.
3. Areal pengembangan pakan
Areal pengembangan pakan merupakan salah satu sarana yang sangat penting didalam
penangkaran karena produktivitas dan perkembangbiakan rusa sangat tergantung oleh pakan.
Oleh karena itu perlu dikelola secara intensif untuk menjaga kualitas dan kuantitas jenis
pakan. Jenis pakan yang ditanam disesuaikan dengan jenis-jenis yang disukai rusa, tahan
terhadap kekeringan yang terdiri dari jenis rumput (poaceae) dan leguminosae. Pakan rusa
berupa hijauan, baik jenis rumput, rambatan maupun dedaunan, dan pakan tambahan
(konsentrat). Pakan hijauan rumput antara lain rumput gajah, rumput raja, rumput setaria,
sorghum, dan rumput lapangan seperti kolonjono, rumput pait, a’awian, gewor, bayondah,
dan padi-padian. Pakan hijauan rambatan dan dedaunan, antara lain mikania, kangkung, daun
ubi, daun kacang, kaliandra, daun jagung, daun nangka, daun jati, daun lamtoro, daun turi,
daun beringin, daun Acacia l., daun mangkokan, daun nampong, dan daun gamal. Jenis pakan
tambahan berupa dedak, kulit kacang, bungkil kelapa, kulit pisang, ubi, jagung dan kulitnya,
wortel, pellet ternak Selain itu, diberikan pula vitamin organik, obat-obatan, dan pupuk
organik. Pengadaan bahan tersebut digunakan untuk memacu pertumbuhan dan reproduksi
rusa. Pakan diberikan 2 atau 3 kali sehari, terutama pagi dan sore hari, dengan rata-
rata persentase kebutuhan pakan segar berdasarkan bobot badan (BB) rusa
masing masing sebesar 28,70% - 18,75% (umur kurang dari 12 bulan), kemudian semakin
menurun menjadi 19,60% - 13,91% (umur 12 - 24 bulan) dan 12,32% - 10,93% (umur 24–
36 bulan). Waktu pemberian pakan terbanyak adalah pada sore hari
4. Tempat makan
Tempat makan yang biasa digunakan berbentuk palungan berukuran panjang 1,5 –
2,0 m dan lebar 0,5 m atau berbentuk bulat segi enam berukuran diameter 50 – 75 cm dengan
tinggi 30 cm dari atas permukaan tanah. Bahan yang digunakan terdiri dari papan, kayu, atau
seng polos atau licin. Tempat makan diletakkan di tengah atau di sudut kandang dan
diusahakan setiap kandang terdapat satu buah tempat makan. Tempat pakan harus mudah
dijangkau petugas yang memberi pakan, tetapi penempatannya memungkinkan bagi rusa
memakan dari segala arah. Tempat pakan diberi peneduh untuk menghindari pakan mudah
kering karena kepanasan atau basah karena kehujanan. Apabila jumlah rusa yang ditangkar
cukup banyak dalam satu areal penangkaran, tempat pakan dapat dibuat di beberapa tempat
agar tidak terjadi persaingan makanan antara individu rusa. Ukuran tempat pakan yang
disesuaikan dengan jumlah rusa yang dipelihara. Lantai tempat pakan dapat dibuat dari
semen atau papan. Bentuk tempat pakan yang dibuat panggung akan mengurangi sisa
pakan yang terbuang karena diinjak-injak atau bercampur dengan kotoran (faeses dan urine).
5. Tempat minum
Rusa memerlukan air untuk minum, dan berkubang sehingga sebaiknya selalu
bersih dan sering diganti. Pada musim kawin, rusa jantan sangat menyenangi air
sebagai tempat berkubang. Tempat minum yang digunakan berbentuk kolam
dilengkapi dengan pembuangan untuk menghindari rusa jantan yang sering menanduk
terutama apabila memasuki musim kawin. Letak tempat minum berada di tengah atau di
sudut kandang dan setiap kandang diusahakan terdapat satu tempat minum.
6. Jalan kontrol
Jalan kontrol berfungsi untuk pengontrolan dan pemberian pakan dengan lebar
jalan 1,5 – 2,0 m dan sebaiknya terletak di sepanjang pinggiran kandang atau pagar.
7. Saluran air
Air diperlukan untuk mengairi pakan, pemeliharaan kandang dan rusa.
Penangkaran sebaiknya mempunyai bak penampung dan menara air lengkap dengan
generator. Saluran air perlu dibersihkan setiap hari agar tidak tergenang dan menimbulkan
bau yang kurang sedap, serta sebaiknya dibuat agak miring menuju tempat pembuangan.
8. Gudang dan peralatan
Bangunan ini berfungsi untuk menyimpan peralatan dan perlengkapan
penangkaran, pemeliharaan pakan (alat-alat pertanian), pakan, dan obat-obatan. Di samping
itu, diperlukan pula sarana dan prasarana pendukung penangkaran berupa
sekat harmonika, sekat portable, kandang jepit, instalasi air (sumur, menara air, tanki air,
pipa saluran), instalasi listrik (pemasangan listrik PLN 3.500 VA, tiang dan kabel, lampu
penerangan, gardu meteran), dan pos jaga.

Daerah pengembangan
pengembangan rusa di Indonesia sampai saat ini masih menimbulkan perdebatan. Kelompok
pertama menganggap rusa termasuk golongan satwa langka yang harus dilindungi, sehingga
apabila dilakukan pengembangan secara komersial akan menyebabkan kepunahan. Kelompok
kedua, justru menganggap rusa merupakan hewan dengan nilai ekonomi yang tinggi, karena
Rusa mempunyai potensi produksi daging yang tinggi dengan sifat yang empuk, rasa spesifik,
rendah kalori dan rendah kolesterol.
Konsumennya masyarakat tingkat menengah keatas selain daging, maka kulitnya, tanduk
(antler), tulang velwet (tanduk muda) bermanfaat; semuanya bisa dipasarkan di dalam negeri
maupun ekspor (tidak diatur CITES). Hidup rusa suka berkelompok, mudah beradaptasi
dalam segala lingkungan / iklim dan cepat berkembang biak serta efisien dalam penggunaan
pakan untuk diubah sebagai daging; lebih efisien daripada ternak sapi. Sehingga perlu
dikembangkan secara komersial untuk memberikan manfaat bagi masyarakat.

Kelompok ini berdalih, pengembangan secara komersial justru dapat menjaga rusa dari
kepunahan. Selain itu, hal ini juga merupakan salah satu bentuk diversifikasi pangan,
dimana peternakan juga sangat menentukan dalam mewujudkan ketahanan pangan tersebut,
sehingga ketahanan pangan tidak lagi diartikan sebagai ketersediaan dan kecukupan pangan,
tetapi kecukupan protein hewani dan pangan lainnya sesuai dengan Pola Pangan Harapan
(PPH). Untuk memperoleh solusi optimal dalam pengembangan budidaya rusa, perlu
dipertimbangkan daya dukung dan tetap memperhatikan pengembangan untuk tujuan
konservasi.

Dari hasil penelitiannya menyimpulkan, pengembangan rusa timor dalam bentuk usaha
komersial mampu memberikan keuntungan yang cukup besar dari hasil penjualan rangga
muda, rangga tua, penjualan hewan hidup, penjualan tiket rekreasi, serta mampu menurunkan
biaya untuk membayar tenaga kerja dan biaya untuk perawatan rusa selama kurun waktu 18
masa panen. Besarnya keuntungan yang diperoleh rata-rata mencapai 100% dari sasaran yang
diharapkan. Pengembangan rusa untuk menghindari kepunahan di masa yang akan datang
dapat dilakukan dengan tujuan ganda, yaitu gabungan usaha konservasi dan usaha komersial.

Tidak hanya keuntungan finansial saja, tetapi keuntungan ekonomi yang lebih luas, seperti
penyerapan tenaga kerja bagi bagi masyarakat, rekreasi, dan keuntungan yang diperoleh dari
penjualan beberapa komoditi rusa yang cukup potensial. Pengembangan usaha ini, perlu
kebijakan berupa: (a)perluasan areal (b)sosialisasi pada masyarakat untuk pengembangan
rusa dengan tujuan ganda (c)penetapan peraturan pemerintah mengenai budidaya hewan ini
(d) publikasi mengenai tempat wisata, dan sebagainya. Disarankan, infrastruktur hukum
sebagai kendala utama harus segera mendapatkan perhatian dari pihak pemerintah, untuk
mengubah opini masyarakat tentang usaha budidaya rusa di Indonesia.
Sebagai aset komoditi peternakan yang dapat beredar secara terbuka, diperlukan juga
penataan pasar dalam mengembangkan usaha budidaya rusa timor secara komersial. Sebelum
keluarnya PP No.7/1999 rusa tidak termasuk jenis yang dilindungi, malinkan sebagai satwa
bekeru, penangkapannya diatur melalui undang-undang perburuan dan bebas sebagai satwa
piaraan.

Masyarakat bisa memeliharanya dalam bentuk ranching (penggembalaan atau peternakan


ekstensif) atau ½ insentif (pengandangan dam poddock-poddock). Kita bisa menghitung
berapa ratus ribu populasi rusa di Indonesia dan apabila 10% saja yang dimanfaatkan, betapa
besar daging rusa tersedia mengisi kekurangan daging sapi yang harus kita impor. Peternakan
rusa mempunyai masa depan yang baik, karena daging rusa mempunyai potensi besar untuk
dipasarkan, baik didalam maupun diluar negeri dengan spesifikasi kadar lemak rendah, rasa
khas dan dipercaya dapat meningkatkan kesehatan, stamina, selain itu juga dari hasil rusa ini
berupa tanduk, testis, ekor dan lain-lain dapat digunakan sebagai bahan pengobatan
tradisional China dan punya potensi dipasarkan secara lokal bahkan ekspor.
Melihat potensi tersebut, ternak rusa mempunyai prospek yang menarik untuk dikembangkan
sebagai komoditi unggulan baru di wilayah Kalimantan, Jawa, dan Papua pada bidang
peternakan kemudian bisa diusahakan ke arah agribisnis dan agroindustri bahkan sangat
dimungkinkan untuk dikembangkan ke arah pengembangan agrowisata sebagai salah satu
obyek wisata baru.

Anda mungkin juga menyukai