TESIS
OLEH:
TEGUH PURNAMA
B. 20201018015
YPP PRIATIM
2019
ABSTRAK
Nama : Teguh Purnama
Program Studi : Ilmu Administrasi Negara
Dosen Pembimbing :
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala kasih dan
karuniaNya yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian yang
berjudul
“Implementasi Program Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara Berbasis
Elektronik Bagi Para Pejabat Struktural Pada Pemerintahan Kota Tasikmalaya.”
Penyusunan usulan penelitian ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan
Program Sarjana (S1) di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Departemen Ilmu
Administrasi Negara.
Penulis menyadari bahwa usulan penelitian ini masih mempunyai banyak kekurangan,
baik dari segi isi maupun segi bahasa dan penulisan yang digunakan karena masih
terbatasnya kemampuan dan pengetahuan penulis.Secara khusus penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan
usulan penelitian ini. Banyak masukan, motivasi, dan doa yang diberikan kepada penulis
hingga akhirnya dapat menyelesaikan usulan penelitian ini. Penulis mengucapkan terima
kasih kepada kedua orang tua terkasih, Ayahanda Alm.Ridwan Lubis dan Ibunda Rumiati
serta keluarga besar yang senantiasa sabar, tulus, dan penuh kasih sayang membesarkan,
mendidik, membimbing, dan mendukung secara moril dan materil penulis hingga saat ini.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, Bapak Dr.
Muryanto Amin, S.Sos, M.Si.
2. Bapak Dr. Tunggul Sihombing, MA selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi
Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara sekaligus
sebagai Dosen Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis
dengan penuh kesabaran dalam proses penyelesaian usulan penelitian ini.
3. Kepada seluruh dosen Departemen Ilmu Administrasi Publik FISIP USU yang telah
memberikan begitu banyak ilmu kepada penulis selama masa perkuliahan.
4. Kepada Kepala BKD Kota Tasikmalaya Bapak Erwin Suheri Damanik yang telah
memberi izin kepada penulis untuk melakukan penelitian usulan penelitian dan
meluangkan waktu dalam melaksanakan wawancara dengan penulis
5. Kepada Bapak Nasib Siregar selaku Koordinator e-LHKPN di Kota Tasikmalaya yang
telah memberikan banyak informasi terkait penelitian yang penulis lakukan.
6. Kepada Bang Lestio Hadi selaku Admin e-LHKPN Kota Tasikmalaya yang telah
banyak membantu penulis selama melaksanakan penelitian di Badan Kepegawaian
Daerah Kota Tasikmalaya.
Universitas Sumatera Utara
7. Kepada informan penulis yakni para Pejabat Struktural di Kota Tasikmalaya.
8. Kepada Kak Dian dan Kak Ema yang selalu membantu administrasi .
9. Teman-teman AKSI INDONESIA MUDA, teman-tema kece yang sudah mengajarkan
banyak hal dan banyak pengalaman, tetap semangat!
10. Untuk teman-teman stambuk 2014 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Sukses
umtuk kita semua!
11. Terima kasih kepada Mantap Djiwa yang sangat selalu mendukung penulis.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat
dalam penyusunan usulan penelitian ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Penulis
menyadari bahwa usulan penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh sebab itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan usulan
penelitian ini.Terima kasih.
Penulis
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
Government ................................................................................................... 29
Diperoleh ................................................................................................... 51
Universitas Sumatera Utara
4.2.1.3 Keterkaitan Implementasi e-LHKPN Bagi Para Pejabat Struktural
Ingin Dicapai.............................................................................................................................55
Keputusan...................................................................................................................................58
Yang Digunakan.......................................................................................................................63
BAB V. PENUTUP.........................................................................................................................76
5.1 Kesimpulan..................................................................................................................................78
5.2 Saran..............................................................................................................................................83
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................85
LAMPIRAN....................................................................................................
PENDAHULUAN
Dalam banyak negara demokrasi, tata kelola pemerintahan yang baik (good
pemerintahan tidak sesuai lagi, oleh karena itu perlu melakukan perubahan yang terarah.
(Adisasmita.2015:45).
pemerintahan yang baik, berwibawa dan bersih. Dalam praktiknya pemerintah yang bersih
(clean governance) adalah model pemerintahan yang efektif, efisien, jujur, transparan, dan
bertanggung jawab. Wacana good governance and clean governance ini sering kali dikaitkan
dengan tuntutan akan pengelolaan pemerintahan yang profesional, akuntabel dan bebas dari
Salah satu masalah pemerintahan yang menarik perhatian peneliti ialah masalah
korupsi di negeri ini. Masalah korupsi tersebut demikian erat kaitannya dengan kedudukan
dan kewenangan pejabat negara, yang senantiasa disoroti oleh berbagai kalangan. Jika
seorang mendengar istilah korupsi, biasanya yang tergambar ialah adanya seorang pejabat
negara yang dengan rakus menggekapkan uang pajak, mengumpulkan komisi, atau
menggunakan uang negara lainnya untuk kepentingan pribadi. Korupsi sebagian besar
dikaitkan dengan penggelapan sejumlah uang atau hal-hal yang bersifat material.
seolah-olah merupakan norma-norma yang hanya berlaku bagi orang-orang alim dan
rohaniwan, pengambilan sumpah jabatan pada saat mereka dilantik hanya merupakan acara
ritual yang tidak mengandung makna. Demi mengejar karir para pejabat itu tidak segan-segan
menjilat atasan, menjegal kawan dan menindas bawahan. Tindak-tindak korupsi dan
penyalahgunaan wewenang mulai dari korupsi waktu, komisi dan uang pelicin, hingga
Di Indonesia cukup banyak kasus korupsi yang dilakukan oleh para pejabat negara.
(cari keadaan korupsi indonesia di tingkat dunia). Menurut KPK Per 30 September 2017, di
tahun 2017 KPK melakukan penanganan tindak pidana korupsi dengan rincian: penyelidikan
70 perkara, penyidikan 78 perkara, penuntutan 58 perkara, dan eksekusi 49 perkara. Dan total
penanganan perkara tindak pidana korupsi dari tahun 2004-2017 adalah penyelidikan 918
perkara, penyidikan 645 perkara, penuntutan 523 perkara, dan eksekusi 463 perkara. (sumber:
Penyebab masalah korupsi di atas adalah lemahnya akuntabilitas dan transparansi yang
menyebabkan korupsi merasuki semua bidang kehidupan, dari eselon paling atas sampai tingkat
paling bawah, dari sektor swasta ke lembaga swadaya masyarakat, bahkan lembaga keagamaan.
Jadi korupsi tidak hanya menjangkiti political society, tetapi juga civil society.
governance dalam memberantas korupsi adalah asas Akuntabilitas dan asas Transparansi.
Dalam membangun asas Akuntabilitas dalam banyak hal dipandang sebagai suatu
keharusan agar sistem pemerintahan terhindar dari korupsi, nepotisme dan diskresi yang
merugikan publik terkait dari penyelenggaraan pemerintahan itu sendiri. Menurut Budiardjo
diberikan mandat untuk memerintah kepada mereka yang diberi mandat. Makna akuntabilitas
berarti sebuah kewajiban yang bersifat keharusan. Selain asas Akuntabilitas, asas
transaparansi tak kalah penting dalam memerangi korupsi di negara ini. Asas transparansi
adalah unsur lain yang menopang terwujudnya good governance dan clean governance.
Menurut banyak ahli akibat tidak adanya prinsip transparansi ini, Indonesia telah terjerembab
ke dalam kubangan korupsi yang sangat parah. Untuk tidak mengulangi pengalaman masa
lalu dalam pengelolaan kebijakan publik, pemerintah di semua tingkatan harus menerapkan
prinsip transparansi dalam proses kebijakan publik. Hal ini mutlak dilakukan dalam rangka
bawahannya. Dalam pengelolaan negara terdapat salah satu unsur yang harus dilakukan
secara transparan, yaitu salah satunya adalah tentang seberapa besar kekayaan pejabat publik.
seseorang sudah menjadi bagian dari pejabat negara maka urusan privat itu dengan sendirinya
berubah menjadi urusan publik, sebab mendapatkan penghasilan dan fasilitas lainnya dari
negara. Sebagai konsekuensinya, urusan kekayaannya menjadi bagian dari urusan negara.
Oleh sebab itu, jika memang tidak berkenaan mengungkap daftar kekayaannya lebih baik
yang bersangkutan mengundurkan diri sebagai pejabat negara. Atas asas transparansi dalam
mewujudkan good governance dan clean governance maka pejabat negara wajib melaporkan
harta kekayaannya.
Mungkin setiap kalangan masyarakat saat ini pernah membaca atau melihat televisi
bagaimana tingkah pejabat dan keluarganya. Mereka tidak sungkan berbelanja barang-barang
mewah ke luar negeri hingga ratusan juta rupiah sekali berbelanja. Pejabat atau istri-istri
pejabat itu seolah layaknya anjugan tunai mandiri (ATM) berjalan sehingga tak segan
membandingkan harta yang diperoleh sebagai penyelenggara negara yang di atas kertas bisa
dihitung semua orang-orang dengan gaya hidup mewah yang tidak sesuai dengan profil
sesungguhnya dari si pejabat. Tetapi kini masyarakat dapat turut serta mengawasi dan menilai
apakah kekayaan yang dimiliki oleh Penyelenggara Negara tersebut wajar atau tidak. Artinya
masyarakat saat ini sudah bebas dalam mendapatkan informasi tentang kekayaan setiap
penyelenggara negara.
Kebebasan memperoleh informasi yang saat ini menjadi bahan perbincangan cukup
hangat di masyarakat dan media. Kini publik sudah bisa mengakses informasi langsung ke
lembaga negara lewat situs. Lembaga negara kian terbuka menyajikan berbagai informasi
aktivitas, dokumen perencanaan bahkan dokumen kekayaan milik pejabat negara. Sebagian
informasi itu bisa diunduh publik. Sedangkan sebagian lagi masih dalam kategori tertutup
untuk publik. Informasi publik diartikan sebagai informasi yang di hasilkan, di simpan, di
kelola, dikirim, dan/atau diterima oleh suatu Badan Publik. Informasi ini berkaitan dengan
penyelenggaraan Badan Publik lainnya. Akses terhadap informasi itu akan menimbulkan
yang bersih, jujur dan transparan sangat perlu dilakukan meningat untuk mewujudkan good
governance dan clean governance maka penyelenggara hendaknya terbebas dari praktik
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Salah satu bentuk Integritas, akuntabilitas dan
transparansi yang dituntut dari setiap penyelenggara negara serta dalam rangka meningkatkan
Para pejabat negara yang wajib menyampaikan LHKPN sangat beragam mulai dari
pejabat tinggi negara, gubernur, menteri, hakim dan pejabat yang mempunyai fungsi strategis
dalam kaitannya sebagai penyelenggara negara seperti direksi, komisaris dan pejabat
proyek. Tidak cukup dengan itu, Presiden RI menerbitkan Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun
2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi yang dilanjutkan dengan Surat Edaran
menyampaikan LHKPN antara lain: pejabat Eselon II, semua kepala kantor di lingkungan
Kementerian Keuangan, pemeriksa Bea dan Cukai, pemeriksa Pajak, Auditor, pejabat yang
regulasi.
Dari data KPK Jumlah Wajib LHKPN Per 30 September 2017, jumlah Wajib LHKPN
sebanyak 315.937 orang. Dari jumlah tersebut yang telah melaporkan LHKPN pada jabatan
saat ini sebesar 246.950 orang, sehingga tingkat kepatuhan LHKPN secara nasional sampai
dengan tanggal tersebut sebesar 74,8%. Informasi lebih rinci bisa dilihat pada tabel:
LHKPN yang dilihat dari 4 (empat) instansi yaitu Eksekutif, Legislatif, Yudikatif, dan
BUMN/BUMD. Tingkat kepatuhan pelaporan LHKPN yang tertinggi adalah pada instansi
Yudikatif yaitu sebesar 94,65% dari jumlah wajib lapor. Dan pada instansi Legislatif masih
rendah tingkat kepatuhannya dalam melakukan pelaporan LHKPN yaitu sebesar 31,09% dari
Aplikasi LHKPN atau e-LHKPN adalah sebuah aplikasi yang dirilis oleh Komisi
melaporkan harta kekayaan yang dimiliki nya. e-LHKPN adalah penyampaian laporan harta
kekayaan secara elektronik yang dilakukan Penyelenggara Negara kepada KPK. E-LHKPN
merupakan kumpulan pelaporan harta kekayaan penyelenggara negara yang telah diverifikasi
oleh KPK dalam bentuk Tambahan Berita Negara (TBN). Aplikasi ini dapat diakses oleh
penyelenggara negara. Aplikasi ini berfungsi sebagai alat kontrol dan salah satu mekanisme
untuk menilai kejujuran dan integritas penyelenggara negara. Aplikasi E-LHKPN dibagi
aplikasi ini, setiap lembaga atau instansi pemerintah menyiapkan unit pengelola pendaftaran
LHKPN. Unit tersebut akan mendaftarkan pejabat yang belum menyerahkan LHKPN.
Dengan peraturan ini juga, para pejabat negara harus bersedia diperiksa kekayaannya
sebelum, selama dan sesudah menjabat; melaporkan harta kekayaannya pada saat pertama
kali menjabat, mutasi, promosi dan pensiun. Ikhtisar dari harta kekayaan pejabat yang telah
menyampaikan LHKPN dapat diakses oleh publik melalui situs yang dikelola oleh Komis
Pemberantasan Korupsi (KPK). Transparansi menjadi kunci dari pencegahan korupsi ini,
dikenalnya.
program LHKPN yang dilakukan secara manual. Perubahan mekanisme ini dikarenakan
mengingat biaya dan waktu dalam mengisi laporan harta dan juga mempermudah para
penyelenggara negara dalam melaporkan harta kekayaannya melalui situs website, pejabat
negara tidak lagi mengirimkan surat-surat ke KPK tapi cukup mengisi LHKPN di kantor
sebab mengingat harus mengirimkan surat-surat ke pada KPK oleh Sekretariat Unit Pengelola
LHKPN yang dinilai rumit dan membutuhkan proses yang lama, artinya perubahan hanya
banyak mengalami kendala-kendala yang dihadapi seperti masalah teknis, hal ini dikarenakan
program yang berbasis elektronik, yang membutuhkan jaringan atau networking dalam
membuka alamat website. Selain itu masalah lain adalah tingkat kesadaran ataupun kepatuhan
dari para penyelenggara negara yang masih di nilai rendah dalam melaporkan harta
kekayaannya. Hal lain yang menjadi kendala adalah tingkat sanksi yang diberikan kepada
para pejabat yang masih dinilai rendah, sehingga para pejabat masih menganggap hal ini
sepele.
Kesehatan, Kementerian Keuangan, OJK, BPK, Pemkab Bantul, Pemkab Bone, Pemkab
13:25)
pejabatnya untuk melaporkan harta kekayaan melalui aplikasi LHKPN ini. Seperti di lansir
dalam Tempo.co (Jumat, 7 April 2017 08:10 WIB) menyebutkan bahwa menurut Wakil Ketua
kepala daerah di Sumatera Utara dalam rangka pencegahan korupsi masih rendah. Padahal,
komitmen bersama terkait dengan rencana aksi pemberantasan korupsi pada 2016. Sumatera
Utara termasuk dalam pengawasan dan supervisi KPK. Setelah setahun sejak diluncurkan,
KPK menilai komitmen para kepala daerah masih kurang dalam upaya pencegahan korupsi.
(sumber: https://nasional.tempo.co/read/863578/kpk-komitmen-kepala-daerah-di-sumut-
Kota Tasikmalaya, merupakan Kota yang pejabat nya dapat dikatakan terbebas dari
tindakan korupsi. Tidak banyak media yang mengatakan bahwa ada pejabat di Kota
Tasikmalaya melakukan tindak korupsi, namun dalam kepatuhan nya dalam melaporkan harta
kekayaan nya masih dinilai rendah. Di lihat dari data Badan Pusat Statistika yakni data
Tasikmalaya Dalam Angka 2017 pada tabel banyaknya peristiwa kriminal yang dilaporkan
dan diselesaikan pada wilayah hukum Kota Tasikmalaya pada jenis kejahatan dan
pelanggaran tindak pidana korupsi menyatakan bahwa kasus korupsi di Kota Tasikmalaya
Pemerintahan Kota Tasikmalaya, telah mulai menerapkan program e-LHKPN ini sejak di
keluarkan nya Perwal tersebut yakni terhitung sejak 14 Agustus 2017. Pengelola program e-
LHKPN di Kota Tasikmalaya adalah tim yang mengelola dan mengkoordinasikan LHKPN
dengan dibentuk nya Unit Pengelola LHKPN yang ditetapkan dengan Keputusan Walikota.
Sekretariat Unit Pengelola LHKPN tersebut berkedudukan pada Badan Kepegawaian Daerah
(BKD). Pada Unit Pengelola tersebut dibentuk administrator yang bertugas untuk:
menyampaikan data kepegawaian dan data perubahan jabatan wajib LHKPN kepada KPK
paling lambat 15 Desember setiap tahun, melakukan pemutakhiran data ke dalam aplikasi e-
mematuhi kewajiban penyampaian dan pengumuman LHKPN, dan memiliki peran dalam
membuat akun admin unit kerja, melakukan verifikasi pendaftaran wajib lapor baru dan
No.800/9222/BKD-TT pada tanggal 26 September 2017. Selain itu yang merupakan wajib e-
LHKPN Kota Tasikmalaya ialah sebagai berikut: Walikota, Wakil Walikota, Pejabat
Struktural Eselon II, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Pejabat Fungsional Auditor, Pejabat
Tertentu Atas Permintaan KPK. Namun pada penelitian ini, penulis berfokus pada Pejabat
Struktural. Ada sebanyak 20 pejabat struktural yang wajib melaporkan harta kekayaannya.
Berbicara sanksi yang akan di terima para pejabat yang tidak melaporkan harta
kekayaannya, dari KPK sendiri melalui Peraturan KPK nomor 07 tahun 2016, yaitu KPK
berdinas untuk memberikan sanksi administratif sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Untuk kota Tasikmalaya, sanksi telah di tetapkan melalui Perwal Tasikmalaya nomor 43
tahun 2013 yaitu dengan memberikan sanksi disiplin tingkat berat sesuai dengan Peraturan
Nomor 53 Tahun 2010 tentang Displin Pegawai Negeri Sipil. Sanksi disiplin tingkat berat
tersebut seperi penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun dan juga
Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah diuraikan, maka rumusan
masalah pada penelian ini adalah “Bagaimana Implementasi Program Laporan Harta
Setiap penelitian yang diajukan mempunyai sasaran yang hendak dicapai atau apa
yang menjadi tujuan penelitian. Suatu riset khusus dalam pengetahuan empiris pada
pengetahuan itu sendiri. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: Mengetahui dan
elektronik (e-LHKPN) Bagi Para Pejabat Struktural Pada Pemerintahan Kota Tasikmalaya.
akademik dan menjadi referensi tambahan dalam kajian keilmuan khususnya dalam
dan saran dalam hal memahami dan solusi terhadap persoalan yang berkaitan dengan
TINJAUAN PUSTAKA
Suatu implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar suatu kebijakan dapat
mencapai tujuannya. Oleh karena itu disadari bahwa dengan mempelajari implementasi
kebijakan sebagai suatu konsep akan dapat memberikan kemajuan dalam upaya-upaya
karena tanpa implementasi yang efektif maka keputusan pembuat kebijakan tidak akan
kebijakan publik kita jangan hanya menyoroti perilaku lembaga-lembaga administrasi atau
jaringan kekuatan politik, sosial, ekonomi yang langsung atau tidak langsung berpengaruh
terhadap perilaku dari berbagai pihak yang etrlibat dalam suatu program yang pada akhirnya
mengungkapkan kerumitan dalam proses implementasi Adalah cukup untuk membuat sebuah
program dan kebijaksanaan umum yang kelihatannya bagus di atas kertas. Lebih sulit lagi
telinga para pemimpin dan pemilih yang mendengarnya. Dan lebih sulit lagi untuk
Pendapat lain diungkapkan oleh Maxmanian dan Sabatier (dalam Agustino, 2006:139)
biasanya dalam bentuk undang-undang namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau
atau sasaran yang ingin dicapai dan berbagai cara untuk menstrukturkan atau mengatur proses
implementasinya.
kebijakan publik adalah Tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau
Menurut Meter dan Horn ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
efektif akan bergantung sebagian pada tipe kebijakan yang dipertimbangkan. Kedua, faktor-
faktor tertentu yang mendorong realisasi atau non realisasi tujuan-tujuan program akan
berbeda dari tipe kebijakan yang satu dengan tipe kebijakan yang lain. Suatu implementasi
akan sangat berhasil bila perubahan marginal diperlukan dan konsensus tujuan tinggi.
Sebaliknya bila perubahan besar ditetapkan dan konsensus tujuan rendah maka prospek
implementasi yang efektif akan sangat diragukan. Hal ini selaras dengan apa yang
diungkapkan oleh Lester dan Stewart (dalam Agustino, 2006:139) bahwa Implementasi
sebagai suatu proses dan suatu hasil (output), maka keberhasilan suatu impelementasi
kebijakan dapat diukur atau dilihat dari proses dan pencapaian tujuan akhir (output) yaitu
Berikut juga tidak bertentangan dengan yang dikemukakan oleh Grindle (dalam
ditentukan yaitu melihat pada action program dari individual projects dan yang kedua apakah
dapat diartikan sebagai proses pelaksanaan dari kebijakan yang telah dirumuskan sebelumnya
dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perlu pula ditambahkan bahwa proses
implementasi untuk sebagian besar dipengaruhi oleh macam tujuan-tujuan yang ingin dicapai
dan oleh cara tujuan-tujuan itu dirumuskan. Dengan demikian benar implementasi merupakan
tahap yang sangat menentukan di dalam proses kebijakan, karena melalui tahap ini
publik yang lazim dipergunakan. Pada prinsipnya terdapat dua pemilahan jenis teknis atau
berpola “dari atas ke bawah” (top-bottomer) versus “dari bawah ke atas” (bottom-topper),
pasar (economic incentive) (Nugroho, 2003:165). Namun secara umum model implementasi
kebijakan yang dikemukakan para ahli lebih dipandang pemilahan yang pertama, yang lazim
Model top-down berupa pola yang dikerjakan oleh pemerintah untuk rakyat, dimana
dibuat oleh pemerintah, namun pelaksanaannya oleh rakyat. Di antara keduanya ada interaksi
Administration Process, Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier dengan A Framework for
Policy Implementation Analysis, dan Donald Van Meter dan Carl Van Horn dengan A Model
implementability kebijakan itu sendiri, yaitu yang terdiri dari Content of Policy and Context
1. Content of Policy
a. Kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi, berkaitan dengan berbagai
kepentingan yang mempengaruhi suatu implementasi kebijakan, indikator ini
berargumen bahwa suatu kebijakan dalam pelaksanaannya pasti melibatkan banyak
kepentingan, dan sejauhmana kepentingan-kepentingan tersebut membawa pengaruh
terhadap implementasinya.
b. Jenis manfaat yang bisa diperoleh. Pada poin ini Content of Policy berupaya untuk
menunjukan atau menjelaskan bahwa dalam suatu kebijakan harus terdapat beberapa
jenis manfaat yang menunjukan dampak positif yang dihasilkan oleh
pengimplementasian kebijakan yang hendak dilaksanakan.
c. Derajat perubahan yang ingin dicapai. Setiap kebijakan mempunyai target yang
hendak dan ingin dicapai. Adapun yang ingin dijelaskan pada poin ini adalah bahwa
seberapa besar perubahan yang hendak atau ingin dicapai melalui suatu implementasi
kebijakan harus mempunyai skala yang jelas.
d. Letak pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan dalam suatu kebijakan
mempunyai peranan penting dalam pelaksanaan suatu kebijakan, maka pada bagian
ini harus dijelaskan dimana letak pengambilan keputusan dari suatu kebijakan yang
hendak diimplementasikan.
2. Context of Policy
a. Kekuasaan, kepentingan-kepentingan dan program dari aktor yang terlibat. Dalam
suatu kebijakan perlu diperhitungkan pula kekuatan atau kekuasaan, kepentingan-
kepentingan serta program yang digunakan oleh para aktor guna memperlancar
jalannya pelaksanaan suatu implementasi kebijakan. Bila hal ini tidak diperhitungkan
dengan matang, besar kemungkinan program yang hendak diimplementasikan akan
jauh panggang dari api.
b. Karakteristik lembaga dan rezim yang berkuasa. Lingkungan dimana suatu kebijakan
dilaksanakan juga berpengaruh terhadap keberhasilannya, maka pada bagian ini ingin
dijelaskan karakteristik dari lembaga yang akan turut mempengaruhi suatu kebijakan.
c. Tingkat kepatuhan dan adanya respon dari pelaksana. Hal lain yang dirasa penting
dalam proses pelaksanaan suatu kebijakan adalah kepatuhan dan respon dari para
pelaksana. Maka yang hendak dijelaskan pada poin ini, sejauhmana kepatuhan dan
respon dari pelaksana dalam menanggapi suatu kebijakan.
Pelaksanaan kebijakan yang ditentukan oleh isi atau konten dan lingkungan atau
konteks yang diterapkan, maka akan dapat diketahui apakah para pelaksana kebijakan dalam
membuat sebuah kebijakan sesuai dengan apa yang diharapkan, juga dapat diketahui apakah
suatu kebijakan dipengaruhi oleh suatu lingkungan, sehingga tingkat perubahan yang
diharapkan terjadi.
Model implementasi kebijakan Van Meter dan Van Horn (1975:39) mengandaikan
bahwa implementasi kebijakan berjalan secara linier dari kebijakan publik, implementator,
dan kinerja kebijakan publik. Beberapa variabel yang dimasukkan sebagai variabel yang
Kinerja implementasi kebijakan dapat diukur tingkat keberhasilannya jika dan hanya
jika ukuran dan tujuan dari kebijakan memang realistis dengan sosio-kultur yang ada di level
pelaksana kebijakan. Ketika ukuran kebijakan atau tujuan kebijakan terlalu ideal (bahkan
terlalu utopis) untuk dilaksanakan dilevel warga, maka agak sulit merealisasikan kebijakan
2. Sumber daya
memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Manusia merupakan sumber daya yang terpenting
keseluruhan proses implementasi menurut adanya sumber daya manusia yang berkualitas
sesuai dengan pekerjaan yang diisyaratkan oleh kebijakan yang telah ditetapkan secara
politik. Tetapi ketika kompetensi dan kapabilitas dari sumber-sumber daya itu nihil, maka
sangat sulit untuk diharapkan. Tetapi diluar sumber daya manusia, sumber daya lain yang
tidak mau ketika sumber daya manusia yang kompeten dan kapabel telah tersedia sedangkan
pencairan dana melalui anggaran tidak tersedia, maka menjadi persoalan pelik untuk
merealisasikan apa yang hendak dituju oleh kebijakan publik tersebut. Demikian halnya
dengan sumber daya waktu, saat sumber daya manusia giat bekerja dan pencairan dana
berjalan dengan lancar tetapi terbentur dengan persoalan waktu yang terlalu ketat, maka hal
Pusat perhatian pada agen pelaksana meliputi organisasi formal dan organisasi non
formal yang akan terlibat pengimplementasian kebijakan publik. Hal ini sangat penting
karena kinerja implementasi kebijakan publik akan sangat banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri
yang tepat serta cocok dengan para agen pelaksananya. Misalnya implementasi kebijakan
publik yang berusaha untuk merubah perilaku atau tingkah laku manusia secara radikal, maka
agen pelaksana proyek itu haruslah berkarakteristik keras dan ketat pada aturan serta sanksi
hukum. Sedangkan bila kebijakan publik itu tidak terlalu merubah perilaku dasar manusia
maka dapat saja agen pelaksana yang diturunkan tidak sekeras dan tidak setegas pada
gambaran yang pertama. Selain itu cakupan atau luas wilayah implementasi kebijakan perlu
publik. Semakin baik komunikasi dan koordinasi diantara pihak-pihak yang terlibat dalam
suatu proses implementasi, maka asumsinya kesalahan-kesalahan akan sangat kecil untuk
Hal lain yang perlu diperhatikan guna menilai kinerja implementasi kebijakan publik
dalam perspektif yang ditawarkan oleh Van Meter dan Van Horn adlah sejauhmana
lingkungan eksternal turut mendorong keberhasilan kebijakan publik yang telah ditetapkan.
Lingkungan sosial, ekonomi dan politik yang tidak kondusif dapat menjadi penyebab dari
eksternal. Van Meter dan Van Horn juga mengajukan hipotesis bahwa lingkungan ekonomi,
sosial, dan politik dari yuridiksi atau organisasi pelaksana akan mempengaruhi karakter
yuridiksi atau organisasi dalam mendukung struktur, vitalitas, dan keahlian yang ada dalam
masalah-masalah yang dapat dislesaikan oleh suatu program begitu berat dan para warga
program maka besar kemungkinan para pelaksana menolak program tersebut. Van Meter dan
van Horn lebih lanjut menyatakan bahwa kondisi lingkungan mungkin menyebabkan para
pelaksana suatu kebijakan tanpa mengubah pilihan-pilihan pribadi mereka tentang kebijakan
langsung pelayanan publik yang dilakukan. Dengan kata lain, kondisi-kondisi lingkungan
para pelaksana dan kekuatan-kekuatan lain dalam model ini juga mempunyai pengaruh
mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja implementasi kebijakan publik. Hal ini
sangat mungkin terjadi oleh karena kebijakan yang dilaksanakan bukanlah hasil formulasi
warga setempat yang mengenal betul persoalan dan permasalahan yang mereka rasakan.
Melainkan kebijakan yang akan implementor laksanakan adalah kebijakan “dari atas ke
bawah” (top down) yang sangat mungkin para pengambil keputusannya tidak mengetahui
(bahkan tidak mampu menyentuh) kebutuhan, keinginan, atau permasalahan yang warga
ingin selesaikan.
government atau dalam konteks tertentu transformational government secara mudah dapat
diartikan sebagai tata cara pemerintahan secara elektronis. Sedangkan dalam arti luas, e-
informasi oleh pemerintah untuk memberikan informasi dan pelayanan bagi warga nya,
urusan bisnis serta hal-hal lain yang berkenaan dengan pemerintahan. E-government dapat di
aplikasikan pada legislatif, yudikatif atau administrasi publik, untuk meningkatkan efisiensi
Dalam Instruksi Presiden nomor 3 tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi
Komunikasi dan Informasi No.57 Tahun 2003 tentang Panduan Penyusunan Rencana Induk
berbasis internet dan perangkat digital lainnya yang dikelola oleh pemerintah ke masyarakat,
mitra bisnis, pengawal, badan usaha, dan lembaga-lembaga lainnya secara online.
pemerintah dalam pelayanan publik untuk pelenggaraan pemerintah lebih efektif dan efisien.
dengan masyarakatnya maupun pelaku bisnis dapat berlangsung secara efisien, efektif dan
ekonomis. Hal ini perlu mengingat dinamisnya gerak masyarakat pada saat ini, sehingga
pemerintah harus dapat menyesuaikan fungsinya dalam negara, agar masyarakat dapat
Tujuan e-government adalah untuk meningkatkan akses warga negara terhadap jasa-
informasi yang dimiliki pemerintah, menangani keluhan masyarakat dan juga persamaan
kualitas layanan yang bisa dinikmati oleh seluruh warga negara. Dalam Instruksi Presiden
Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Menurut Indrajit (Indrajit. 2002:5) adapun manfaat yang diperoleh dengan diterapkan
(accountable) bagi warganya. Selain itu, akan lebih banyak masyarakat yang bisa mengakses
informasi, pemerintahan juga lebih efektif dan efisien, serta akan tercipta layanan
pemanfaatan yang lebih baik atas sumberdaya, proses dan teknologi informasi bisa terjadi
berbagai data dan informasi yang dimilikinya untuk dapat secara langsung dan bebas
diakses oleh masyakat dan pihak-pihak lain yang berkepentingan melalui internet. Kanal
akses yang digunakan yaitu komputer atau handphone melalui medium internet. Alat-alat
dimana kemudian user dapat melakukan browsing (melalui link yang ada) terhadap data
2. Interact, dimana telah terjadi komunikasi dua arah antara pemerintah dengan mereka
yang berkepentingan. Aplikasi yang digunakan ada dua yaitu dalam bentuk portal dimana
situs terkait menyediakan fasilitas searching seperti pada jenis publish, dan dalam bentuk
fasilittas untuk diskusi secara langsung melalui chatting, tele-conference, dan web-TV
maupun secara tidak langsung melalui email, newsletter, dan mailing list, Contohnya
3. Transact, dimana terjadi komunikasi dua arah dan disertai dengan terjadinya transaksi
yang berhubungan dengan perpindahan uang dari satu pihak ke pihak lainnya dan
masyarakat harus membayar jasa pelayanan yang diberikan pemerintah atau mitra
kerjanya. Contohnya masyarakat dapat mengurus permohon memperoleh KTP baru atau
Disebutkan dalam Indrajit (2002:41) terdapat tiga tipe relasi e-goverment adalah
sebagai berikut :
1. Goverment to Citizen (G2C), dimana pemerintahan membangun dan menerapkan
berbagai portofolio teknologi informasi melalui kanal-kanal akses yang beragam agar
masyarakat dapat dengan mudah menjangkau pemerintahannya untuk pemenuhan
berbagai kebutuhan pelayanan sehari-hari. Contohnya Departemen Agama membuka situs
pendaftaran bagi mereka yang berniat untuk melangsungkan ibadah haji di tahun-tahun
tertentu sehingga pemerintah dapat mempersiapkan kuota haji dan bentuk pelayanan
perjalanan yang sesuai.
2. Goverment to Business (G2B), dimana pemerintah membangun relasi yang baik dengan
kalangan bisnis dengan menyediakan aplikasi situs yang berisi data dan informasi yang
dapat diakses dengan mudah oleh kalangan bisnis sehingga dapat memperlancar para
praktisi bisnis dalam menjalankan aplikasi berbasis web untuk menghitung besarnya pajak
yang harus dibayarkan kepemerintah dan melakukan pembayaran melalui internet.
3. Goverment to Goverment (G2G), dimana pemerintah membangun suatu aplikasi sehingga
pemerintah dalam suatu negara dapat berinteraksi dengan pemerintah negara lain.
Berdasarkan sifat transaksi informasi dan pelayanan publik yang disediakan oleh
2. Penyiapan SDM
1. Pembuatan aplikasi untuk pelayanan yang bersifat G2G, G2B dan G2C yang terintegrasi.
Menurut Rahardjo da beberapa hal yang menjadi hambatan atau tantangan dalam
Winarno.2012:5):
(1) Kebutuhan seperti apa yang saat ini menjadi prioritas utama dari masyarakat di negara
pemerintahan yang baik, pengelolaan pemerintahan yang baik, penyelenggaraan negara yang
baik, ataupun administrasi yang baik yang berlandas awal prinsip transparasi, partisipasi dan
akuntabilitas guna mengatur hubungan antara pemerintah,dunia usaha swasta, dan masyarakat
(Bappenas,2008).
governance sebagai penggunaan otoritas politik dan kekuasaan untuk mengelola sumber daya
pengelolaan segala macam urusan publik secara efektif melalui pembuatan peraturan dan/atau
Ada tiga pilar governance , yaitu pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat. Sementara itu
Good governance mengandung arti hubungan yang sinergi dan konstruktif diantara
negara, sektor swasta, dan masyarakat (society). Dalam hal ini adalah kepemerintahan yang
pelayanan prima, demokrasi, efisiensi, efektifitas, supremasi hukum, dan dapat diterima oleh
seluruh masyarakat.
Clean Governance atau Pemerintahan yang bersih adalah Pemerintah yang diisi oleh
aparat yang jujur, dan bekerja sesuai dengan tugas yang diembannya, tidak melakukan
praktek KKN (Korupsi Kolusi Nepotisme), bisa bertindak objektif,netral dan tidak
tercermin dalam Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 yang mengatur tentang Asas-asas
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme. Adapun
asas umum dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih adalah sebagai berikut :
(d)Asas keterbukaan,
(e)Asas proposionalitas,
(f)Asas profesionalitas,
(g)Asas akuntabilitas.
memiliki fungsi yang sama yaitu untuk pemerintahan yang lebih baik dan bebas dari KKN
Manfaat yang diperoleh dari Good Governance menurut Bappenas (2008) adalah:
(6) Kesetaraan,
(5) Tata pemerintahan yang berdasarkan profesionalitas dan kompetensi, terdiri dari aparat
(6) Tata pemerintahan yang menggunakan struktur dan sumber daya secara efisien dan
efektif.
2.4 Transparansi
Asas transparansi adalah unsur lain menopang terwujudnya good and clean
governance. Akibat tidak adanya prinsip transparansi ini, menurut banyak ahli, Indonesia
telah terjerembab kedalam kubangan korupsi yang sangat parah. Untuk tidak mengulangi
pengalaman masa lalu dalam pengelolaan kebijakan publik, khusus nya bidang ekonomi,
pemerintah di semua tingkatan harus menerapkan prinsip transparansi dalam proses kebijakan
Dalam pengelolaan negara terdapat 8 (delapan) unsur yang harus dilakukan secara
transparan, yaitu:
c. Pemberian penghargaan.
e. Kesehatan.
Pejabat Struktural adalah orang yang diberikan tugas, wewenang dan tanggung jawab
untuk menempati jabatan struktural. Jabatan Struktural merupakan jabatan yang dapat dijabat
oleh setiap Pegawai Negeri Sipil apabila Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan sudah
Berkaitan dengan hal tersebut, maka jabatan struktural mempunyai jenis yang
bertingkat-tingkat mulai dari tingkat yang terendah (eselon IV/b) sampai yang tertinggi
eselon (1a), misalnya seperti Jabatan Struktural Pegawai Negeri Sipil Pusat yaitu Sekretaris
Jendral, Direktur Jendral, Kepala Biro, dan Staf Ahli, sedangkan jabatan struktural yang ada
kepala bagian, kepala bidang, kepala seksi, camat, sekretaris camat, lurah, dan sekretaris
lurah.
Konsep dapat diartikan sebagai penggambaran secara abstrak suatu keadaan, individu
atau kelompok yang menjadi objek kajian ilmu sosial. Untuk mempermudah pemahaman di
dalam meneliti objek tersebut, perlu dilakukan pendefenisian konsep (Efendi dan
maupun secara horizontal dalam rangka mencapai sasaran yang telah ditentukan baik
adalah sebuah aplikasi yang dirilis oleh Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) dalam
penyelenggara negara yang telah diverifikasi oleh KPK dalam bentuk Tambahan Berita
Negara (TBN).
c. Implementasi Program e-LHKPN adalah tindakan atau usaha oleh pemerintah dalam
melaksanakan program e-LHKPN yaitu program yang yang dirilis oleh Komisi
Kota Tasikmalaya dapat diukur dengan model analisis kebijakan dari model Merille S.
e. Pelaksana program.
Hipotesis kerja merupakan hipotesis yang bersumber dari kesimpulan teoritik, sebagai
pedoman untuk melakukan penelitian (Umar. 2010:38). Hipotesis kerja disusun berdasarkan
atas teori yang paling handal. Hipotesis kerja bertujuan untuk mengarahkan penulis dalam
rangka membahas permasalahan. Lebih jelasnya, peneliti merumuskan hipotesis kerja, yaitu
LHKPN) bagi para Pejabat Struktural pada Pemerintahan Kota Tasikmalaya terkait dengan Isi
derajat perubahan yang ingin dicapai, letak pengambilan keputusan, pelaksana program, dan
kepentingan dan program dari aktor yang terlibat, karakteristik lembaga dan rezim yang
METODE PENELITIAN
implementasi program e-LHKPN bagi para Pejabat Struktural Kota Tasikmalaya. Yang
ditinjau dari model Merille S. Grindell yang disebut dengan Implementation as A Political
and Administration Process. Model ini terdiri dari beberapa variabel yakni Isi Kebijakan
perubahan yang ingin dicapai, Letak pengambilan keputusan, Pelaksana program dan
kepentingan dan program dari aktor yang terlibat, Karakteristik lembaga dan rezim yang
Oleh karena itu bentuk penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian
deskriptif kualitatif. Jelasnya bentuk penelitian ini, yaitu bertujuan untuk mengumpulkan
informasi atau data terkait dengan peristiwa Implementasi program e-LHKPN bagi para
Lebih jelasnya, bentuk penelitian ini akan mengumpulkan informasi atau data tentang
Implementasi program e-LHKPN bagi para pejabat struktural Kota Tasikmalaya ditinjau dari
segi Isi Kebijakan dan Konteks Kebijakan yang biasa disebut Model Merille S.Grindell.
Penelitian yang penulis teliti adalah mengenai Implementasi Program e-LHKPN bagi
dikatakan efektif dalam implementasi nya, sebab masih banyak pejabat struktural yang belum
melaporkan harta kekayaannya, selain itu banyak masyarakat yang belum mengetahui bahwa
masyarakat saat ini sudah dapat mengetahui langsung berapa harta kekayaan dari pejabat-
pejabat tersebut.
Guna memperoleh data sebagai bahan dalam penulisan usulan penelitian ini sekaligus
guna menjawab permasalahan yang telah dikemukakan, Penelitian ini dilakukan di Kantor
Badan Kepegawaian Daerah Kota Tasikmalaya yang beralamat di Jl. Gn. Bromo No.1,
penelitiannya. Oleh sebab itu, penelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi dan sampel.
Informan dalam hal ini peneliti memperoleh secara langsung dari sumber asli
sehubungan dengan obyek yang akan diteliti. Data ini didapat dari hasil wawancara peneliti
dengan pihak-pihak yang dapat memberi informasi terkait dengan Implementasi program e-
pelaksana).
pelaksana).
pelaksana).
penelitian. Sebuah data harus diolah kembali untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan
sebagai berikut:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari peninjauan langsung dilapangan pada
objek penelitian, data tersebut diperoleh dari wawancara yang dilakukan peneliti kepada
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat dari sumber-sumber bacaan dan berbagai
sumber lain yang terdiri dari laporan, catatan, dokumen, dan studi kepustaka yang diperoleh
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian,
karena bertujuan untuk mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka
peneliti tidak akan mendapatkan data yang diharapkan (Sugiyono, 2016:101). Teknik
a. Wawancara
Menurut Hasan (1963), wawancara dapat diartikan sebagai interaksi bahasa yang
berlangsung antara dua orang dalam satu situasi yang slaing berhadapan. Yaitu melakukan
wawancara meminta informasi atau ungakapan kepada orang yang diteliti yang berputar
tentang Implementasi program e-LHKPN bagi para Pejabat Struktural pada Pemerintahan
terhadap objek penelitian kemudian mencatat gejala-gejala yang terjadi dilapangan untuk
melengakapi data-data yang dperlukan, sebagai acuan yang berkaitan dengan permasalahan
penelitian.
tentang Implementasi program e-LHKPN bagi para Pejabat Struktural pada Pemerintahan
c. Studi Dokumentasi
tentang Implementasi program e-LHKPN bagi para Pejabat Struktural pada Pemerintahan
Sesuai dengan metode penelitian, teknik analisis data yang digunakan penulisan
dalam penelitian ini menggunakan analisis data deskriptif. Menurut miles, ada tiga macam
kegiatan dalam analisa data kualitatif, diantara sebagai berikut : (Emzir. 2016:129-135)
1. Reduksi Data
dan pentransformasian, data mentah yang terjadi dalam catatan-catatan selama proses
penelitian berlangsung.
Penyajian data dimaksudkan agar lebih mempermudah bagi peneliti untuk dapat
melihat gambaran secara khusus atau bagian-bagian tertentu dari data penelitian. Bentuk
yang paling sering dari model data kualitatif selama ini adalah naratif.
3. Penarikan Kesimpulan
Dimana dalam pengertiannya, triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek
penelitian (Moloeng, 2004:330). Triangulasi ini selain digunakan untuk mengecek kebenaran
data, juga dilakukan untuk memperkaya data. Adapun triangulasi meliputi beberapa hal yaitu
sebagai berikut:
a. Triangulasi Metode
Teknik ini dilakukan dengan membandingkan informasi atau data dengan cara yang
Teknik ini dilakukan dengan cara menggali kebenaran informasi tertentu berbagai
metode dan sumber perolehan data. Contohnya selain melalui wawancara dan
arsip, dokumen sejarah, catatan resmi, catatan atau tulisan pribadi dan gambar.
Masing-masing cara ini akan menghasilkan bukti atau data yang berbeda, yang
yang diteliti.
c. Triangulasi Teori
Hasil akhir penelitian kualitatif berupa sebuah rumusan informasi. Informasi tersebut
akan dibandingkan dengan perspektif teori yang relevan untuk menghindari bias
individual peneliti atas temuan atau kesimpulan yang dihasilkan. Selain itu triangulasi
pengetahuan teoritik secara lebih mendalam atas hasil analisis data yang diperoleh.
Aparatur Sipil Negara, Badan Kepegawaian Daerah Kota Tasikmalaya sebagai Lembaga
Teknis Daerah berbentuk badan yang merupakan unsur staf yang menyelenggarakan fungsi-
terobosan (techno structure) di bidang kepegawaian sesuai dengan tugas pokok, fungsi dan
dari mulai pengadaan sampai dengan pemberhentian pegawai secara optimal dalam upaya
mewujudkan sumber daya manusia (SDM) aparatur sebagai motor penggerak sistem
organisasi pemerintahan Kota Tasikmalaya dalam mewujudkan visi Pemerintah Daerah Kota
Tasikmalaya Tahun 2017 – 2022 yaitu “Menjadikan Kota Tasikmalaya sebagai kota jasa dan
perdagangan yang cerdas, layak, mandiri dan sejahtera dengan sumberdaya manusia yang
yang mendukung visi, misi, tujuan dan sasaran yang dituangkan ke dalam Renstra dan Renja
Badan Kepegawaian Daerah Kota Tasikmalaya. Untuk melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya, sampai dengan tanggal 31 Desember 2017, BKD didukung oleh pegawai
sebanyak 32 orang.
Salah satu konsekuensi logis dari posisi serta kondisi tersebut, maka Badan
peningkatan kompetensi sumber daya manusia aparatur, terutama untuk menghadapi era
persaingan global dan kinerja pelayanan yang baik kepada masyarakat dalam upaya
koridor menghadirkan tata kelola pemerintah yang berkualitas yang didukung oleh aparatur
Secara garis besar program dan kegiatan BKD tahun 2017 diarahkan kepada :
Dalam program e-LHKPN ini BKD berperan sebagai unit pengelola e-LHKPN
atau disebut dengan Sekretariat Unit Pengelola e-LHKPN yang telah diputuskan oleh
a. Koordinator LHKPN bertugas berkoordinasi dengan KPK dalam hal monitoring dan
www.elhkpn.kpk.go.id
yang penting dan harus di lalui demi mencapai hasil dari suatu kebijakan. Implementasi
kebijakan publik merupakan pelaksanaan atau eksekusi dari suatu kebijakan yang
dari kebijakan publik itu akan tercapai apabila dilalui dengan tahapan pelaksanaan atau
implementasi. Pada tahap implementasi ini, tentunya akan ditemukan variabel-variabel yang
Pada bab pembahasan ini, peneliti menggunakan teori yang disampaikan oleh Merille
S. Grindle bahwa implemntasi kebijakan ditentukan oleh isi kebijakan dan konteks
yang ditentukan oleh isi atau konten dan lingkungan atau konteks yang diterapkan, maka
akan dapat diketahui apakah para pelaksana kebijakan dalam membuat sebuah kebijakan
sesuai dengan apa yang diharapkan, juga dapat diketahui apakah suatu kebijakan dipengaruhi
Kota Tasikmalaya dapat diukur dengan model analisis kebijakan dari model Merille S.
e. Pelaksana program.
terpengaruhi oleh kebijakan tentu saja adalah sasaran dari kebijakan tersebut, seperti
bahwa suatu kebijakan dalam pelaksanaannya pasti melibatkan banyak kepentingan, dan
ini sasaran utamanya atau yang disebut dengan wajib LHKPN adalah para Penyelenggara
Negara. Sesuai Peraturan KPK Nomor 07 Tahun 2016, PN adalah Pejabat Negara yang
menjalankan fungsi eksekutif, legislative, atau yudikatif, dan pejabat lain yang fungsi dan
tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan Negara atau pejabat publik lainnya sesuai
Dalam penelitian ini, peneliti berfokus pada Pejabat Struktural sebagai sasaran dari
program e-LHKPN ini. Berdasarkan dokumentasi penelitian ada sebanyak 642 orang yang
merupakan Pejabat Struktural di Kota Tasikmalaya, namun yang merupakan wajib LHKPN
ada sekitar 97 orang dan yang merupakan wajib e-LHKPN yang berstatus pejabat Struktural
sehingga ikut dalam pelaksanaan program e-LHKPN ini, serta apa yang menjadi alasan
ataupun yang melatarbelakangi para Pejabat Struktural tersebut untuk melaporkan harta
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, dapat peneliti simpulkan bahwa
Pejabat Struktural sebagai sasaran utama di dalam pembuatan program ini, memiliki alasan
dalam melaporkan harta kekayaan nya melalui e-LHKPN ini adalah sebagai bentuk
kepatuhan para Pejabat Struktural tersebut terhadap peraturan yang telah di buat, yaitu
Peraturan Walikota Tasikmalaya Nomor 45 Tahun 2017 tentang Laporan Harta Kekayaan Di
Negara untuk melaporkan harta kekayaannya melalui e-LHKPN ini. (Lihat Transkip
Pada poin ini Content of Policy isi kebijakan menurut Merilee S Grindle berupaya
untuk menunjukan atau menjelaskan bahwa dalam suatu kebijakan harus terdapat beberapa
jenis manfaat yang menunjukan dampak positif yang dihasilkan oleh pengimplementasian
kebijakan yang hendak dilaksanakan. Sebuah kebijakan yang jelas, yang memberikan
manfaat yang aktual (bukan hanya formal, ritual, dan simbolis semata) kepada banyak pelaku
Suatu kebijakan yang dibuat oleh pemerintah baik itu program, peraturan, atau
bermanfaat dan berdampak positif serta dapat merubah kearah yang lebih baik dari hasil
pengimplementasiannya. Setiap kebijakan tentunya adalah suatu upaya ataupun usaha dari
pemerintah untuk menjadikan sesuatu menjadi lebih baik lagi dan dapat menyelesaikan
Suatu kebijakan biasanya memiliki input atau hasil yang bersifat positif ataupun
negatif, hal ini berkaitan erat dengan respon yang diberikan oleh objek dari kebijakan
tersebut. Begitu pula halnya dengan implementasi program e-LHKPN ini, program yang
merupakan bentuk pencegahan tindak korupsi yang saat ini sedang maraknya terjadi di
kalangan Pejabat Negara. Menurut KPK yang merupakan peluncur program e-LHKPN ini
mengatakan bahwa manfaat yang di peroleh tidak hanya berdampak pada negara saja namun
kepada Pejabat itu sendiri. Menurut KPK adapun manfaat yang diperoleh dari program ini
a. Pribadi
• Sebagai alat MSDM, untuk Promosi jabatan & Penguji Integritas Calon/PN.
Berdasarkan hasil wawancara kepada para Pejabat Struktural sebagai saaran program
e-LHKPN dan Pihak Badan Kepegawaian Daerah (BKD) kota Tasikmalaya sebagai
implementor program e-LHKPN serta wawancara kepada masyarakat sebagai pihak yang di
harapkan mampu berpartisipasi dalam mengawasi harta kekayaan para Pejabat Struktural
Menurut pihak BKD adapun manfaat yang dapat diperoleh BKD dalam
pengimplemtasian program e-LHKPN ini tidak ada, artinya pihak BKD belum merasakan
manfaat secara langsung dengan adanya program e-LHKPN ini padahal mereka merupakan
implementor ataupun sebagai unit pengelola LHKPN ini, namun menurut Kepala BKD
manfaat yang di peroleh BKD sejauh ini adalah data tentang PN yang harus mengisi LHKPN
dapat lebih akurat. Jadi dapat peneliti simpulkan bahwa program e-LHKPN ini tidak
memiliki manfaat yang berarti untuk BKD sendiri sebagai implementor program e-LHKPN
atau yang disebut juga sebagai unit pengelola LHKPN. (lihat transkrip wawancara)
Tidak hanya BKD, peneliti juga meneliti tentang manfaat yang di terima para Pejabat
LHKPN ini. Berdasarkan wawancara yang dilakukan para Pejabat Struktural tersebut
sebagian menyebutkan bahwa sejauh ini manfaat yang mereka peroleh dalam melaporkan
harta kekayaannya yaitu mereka dapat mengetahui secara rinci berapa besar harta kekayaan
ataupun seperti yang disebutkan KPK yaitu tertib administrasi keluarga. Namun tidak sedikit
juga Pejabat Struktural mengatakan bahwa program ini tidak memiliki manfaat yang berarti
Selain memiliki manfaat kepada BKD dan Pejabat Struktural, program e-LHKPN ini
juga dapat dirasakan kepada masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara kepada masyarakat
seluruhnya mereka mengatakan bahwa program e-LHKPN ini memiliki manfaat yang cukup
besar kepada masyarakat, yaitu masyarakat dapat mengawasi atau sebagai alat kontrol
masyarakat kepada para Pejabat Struktual khususnya di kota Tasikmalaya. (lihat transkip
wawancara)
Jadi dapat simpulkan, tidak ada manfaat yang berarti yang diperoleh oleh pihak BKD
kota Tasikmalaya sebagai implementor atau unit pengelola e-LHKPN. Karena mereka hanya
menjalankan tugas yang dimandatkan dari KPK. Selain itu, manfaat yang diterima Pejabat
Struktural, hanya sebatas manfaat administrasi keluarga saja, artinya harta kekayaan dan
hutang piutang dapat tercatat dengan rinci, tidak ada manfaat yang berarti yang dirasakan
para Pejabat Struktural kota Tasikmalaya. sebagai sasaran dari program e-LHKPN ini. Selain
BKD kota Tasikmalaya dan Pejabat Struktural kota Tasikmalaya, manfaat yang lain juga
dirasakan oleh masyarakat yang diharapkan mampu mengawasi harta kekayaan para Pejabat
Struktural, yaitu sebagai alat kontrol masayrakat terhadap para Pejabat Struktural kota
Tasikmalaya.
Dalam suatu kebijakan tidak dapat dipisahkan dari adanya suatu target yang hendak
atau ingin dicapai. Adapun yang ingin dijelaskan pada poin ini adalah bahwa seberapa besar
Tipe manfaat sangat berkaitan erat dengan derajat perubahan yang diharapkan dari
suatu kebijakan. Sebuah kebijakan yang terlalu menuntut adanya perubahan sikap dan
perilaku yang signifikan akan lebih sulit untuk di implementasikan. Di samping itu kebijakan
yang direncanakan untuk mencapai tujuan-tujuan jangka panjang juga akan menemui
kesulitan dalam proses implementasi dibandingkan dengan kebijakan yang secara nyata
Adapun tujuan dalam pelaksanaan program LHKPN ini didasari karena marahnya
tindak korupsi dilakukan oleh para Penyelenggara Negara, LHKPN didasari oleh UU Nomor
28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara Yang Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi
Dan Nepotisme yang menyatakan bahwa bahwa praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme tidak
dan pihak lain yang dapat merusak sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara serta membahayakan eksistensi negara, sehingga diperlukan landasan hukum untuk
pencegahannya. Dan juga UU Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pindana Korupsi, dimana disebutkan bentuk pencegahan Tindak Pidana Korupsi di kalangan
Penyelenggara Negara. Dengan adanya program e-LHKPN ini diharapkan mampu mencegah
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, menurut pihak BKD adapun perubahan
yang ingin dicapai dengan adanya program e-LHKPN ini adalah mampu merubah kesadaran
para pejabat-pejabat khusus nya pejabat di Kota Tasikmalaya untuk tidak melakukan tindak-
tindak korupsi dan juga sejenisnya. Itu artinya, Pemerintah kota Tasikmalaya
Perubahan yang di harapkan tidak hanya sebatas bentuk pencegahan tindak KKN saja,
namun program e-LHKPN ini dilaksanakan dalam rangka menjalankan amanat Undang-
Undang nomor 25 tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara Yang Bersih Dan Bebas Dari
Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme, KPK telah mengeluarkan Surat Keputusan KPK nomor 07
tahun 2005 yang saat ini telah di gantikan oleh Peraturan KPK nomor 07 tahun 2016 tentang
Tata Cara Pendaftaran, Pengumunan, dan pemeriksaan LHKPN. Hal ini dilakukan dalam
1. Waktu penyampaian
Pada awal menjabat, selama menjabat, dan pada akhir jabatan. Pelaporan dilakukan setiap
LHKPN dilaporkan melalui website www.e-lhkpn.com dan KPK saat ini hanya menyediakan
3. Pengumuman LHKPN
KPK akan melakukan verifikasi terhadap LHKPN yang diterima lalu akan di umukan lewat
media yang telah ditetapkan oleh KPK, dan atau media pengumuman resmi instansi agar
Jadi dapat disimpulkan bahwa, sebelum adanya e-LHKPN atau Laporan Harta
Kekayaan Penyelenggara Negara berbasis elektronik ini, KPK sebelumnya telah meluncurkan
program LHKPN ini dengan sisitem manual, dimana sistem yang digunakan masih secara
manual. Dengan adanya sistem secara elektronik ini diharapkan mampu meningkatkan
Sumber : www.e-lhkpn.go.id
elektronik ada beberapa kendala dalam penerapan sistem online ini, beberapa kendala yaitu
sebagai berikut: kesadaran PN masih rendah dalam melaporkan harta kekayaan, kemampuan
PN yang bersangkutan tentang penggunaan komputer dan juga sistem jaringan yang
terkadang mengalami gangguan, situs yang terkadang mengalami error, ada beberapa
perubahan-perubahan dalam pengisian pelaporan yang belum sepenuhnya diketahui oleh para
Pejabat Struktural, penjelasan indikator dalam pelaporan yang tidak memadai, serta informasi
tentang apa manfaat LHKPN belum di dapat. Namun tidak semua para wajib lapor e-LHKPN
mereka tidak mengalami kendala untuk pelaporan harta kekayaannya. (Lihat Transkrip
Wawancara).
hanya dengan adanya kesadaran masing-masing pejabat untuk dapat melaporkan harta
pelaksanaan suatu kebijakan, maka pada bagian ini harus dijelaskan dimana letak
stakeholders dimana setiap keputusan yang diambil dalam menjalankan suatu kebijakan satu
program harus sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang ada dan keputusan yang diambil
pengimplementasiannya, seperti yang kita tahu bahwa kebijakan menurut Thomas R.Dye
(dalam Winarno.2012:20) apaun yang dipilih oleh pemerintah untuk melakukan atau tidak
dibidang tertentu biasanya diputuskan oleh sejumlah besar unit pengambil kebijakan,
sebaliknya ada kebijakan tertentu lainnya yang hanya ditentukan oleh sejumlah kecil unit
pengambil kebijakan. Implikasi dari jumlah pengambil keputusan adalah semakin banyak
yang terlibat akan semakin menyulitkan di dalam implementasi kebijakannya. Demikian pula
halnya dengan program e-LHKPN ini, dimana e-LHKPN ini diluncurkan oleh Komisi
untuk menjalankan program e-LHKPN ini, yaitu Badan Kepegawaian Daerah. Tidak
Salah satu bentuk keputusan yang di ambil dalam program e-LHKPN ini adalah
sanksi bagi para Pejabat yang tidak melaporkan harta kekayaannya. Dimana dalam
menetapkan sanksi tersebut, KPK melalui Peraturan KPK nomor 07 tahun 2016, yaitu KPK
dapat memberikan rekomendasi kepada atasan langsung atau pimpinan lembaga tempat PN
berdinas untuk memberikan sanksi administratif sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Untuk kota Tasikmalaya, sanksi telah di tetapkan melalui Perwal Tasikmalaya nomor 43
tahun 2013 yaitu dengan memberikan sanksi disiplin tingkat berat sesuai dengan Peraturan
Nomor 53 Tahun 2010 tentang Displin Pegawai Negeri Sipil. Sanksi disiplin tingkat berat
tersebut seperi penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun dan juga
adanya sanksi yang di tetapkan tersebut, namun salah satu Pejabat Struktural yang peneliti
wawancarai tidak tahu menau tentang sanksi yang telah ditetapkan tersebut. Ini berarti masih
kurang nya tingkat sosialisasi tentang sanksi yang telah di tetapkan tersebut. (lihat Transkrip
Wawancara)
Selain bentuk keputusan di atas, adapun bentuk keputusan lain terkait program e-LHKPN
ini adalah penetapan wajib lapor e-LHKPN di Kota Tasikmalaya. Berdasarkan hasil
penelitian, penetapan tersebut didasari dengan adanya Perwal Tasikmalaya nomor 43 tahun
2013 BAB II pasal 2 yang menyebutkan Pejabat-pejabat wajib lapor di Pemerintaha kota
Tasikmalaya, yaitu
1. Walikota
2. Wakil Walikota
yang masuk dalam kategori tersebut dibuat oleh pihak Inspektorat kota Tasikmalaya namun
pihak Inspektorat menolak untuk di wawancarai. Menurut pihak BKD penetapan atau
pembinaan yang melibatkan Asisten Umum, BKD, ITKO, Kabag Hukum Setda. (lihat
transkrip wawancara)
Pelaksanaan suatu kebijakan juga harus didukung oleh sumber-sumber daya yang
mendukung agar pelaksanaanya berjalan dengan baik. Sumber daya menjadi salah satu kunci
kesuksesan proses implementasi kebijakan bagi suatu daerah. Sejatinya, walaupun isi
kebijakan sudah dikomunikasikan dengan jelas dan konsisten, tetapi apabila implementor
kekurangan sumber daya untuk melaksanakan kebijakan, maka implementasi tidak akan
berjalan efektif. Sumber daya tersebut dapat berwujud sumber daya manusia, yakni
kompetensi implementor, dan sumber daya finansial, atau bahkan peralatan, sarana/prasana
dan lain-lain. Tanpa dukungan sumber daya, maka sebuah kebijakan hanya menadi dokumen
adanya sumber daya yang dapat memberikan pengaruh positif dan berguna untuk
yang memadai tentunya sangat membantu di dalam pelaksanaan suatu kebijakan tersebut agar
Pelaksanaan kebijakan akan berjalan dengan baik dan lancar apabila didalam
pelaksanaannya dilakukan oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang mencukupi dan tentunya
berkualitas. Dalam pencapaian tersebut tentu membutuhkan SDM yang sesuai dengan
kemampuan, yang memiliki kecakapan dan kecukupan untuk menjalankan suatu kebijakan
tersebut.
LHKPN, dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan program e-LHKPN ini BKD
memerlukan sumber daya manusia dari ASN kota Tasikmalaya yang paham komputer atau IT,
penunjukan para petugas yang menangani program e-LHKPN di kota Tasikmalaya dipilih
No.800/9222/BKD-TT pada tanggal 26 September 2017. Selain itu sarana dan prasarana
misalnya wifi, hardware dan juga koneksi jaringan internet. Sarana dan prasarana tersebut
diperoleh dari anggaran APBD, tidak ada anggaran khusus untuk memenuhi fasilitas program
e-LHKPN ini.
terpenuhi, namun berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti, mengingat banyak nya
urusan yang menyangkut program e-LHKPN menurut peneliti, admin instansi seharusnya
jumlah nya lebih dari satu agar pekerjaan nya lebih efektif. Selain itu, unit fasilitas tersebut
sudah mencukupi. Selain itu peneliti juga mengamati kondisi ruang kerja para pelaksana
program e-LHKPN, berdasarkan observasi, Letak ruangan admin instansi e-LHKPN sudah
LHKPN.
Sumber : Nurul Nazmi Laily, Februari 2018 Sumber : Nurul Nazmi Laily, Februari 2018
Sumber : Nurul Nazmi Laily, Februari 2018 Sumber : Nurul Nazmi Laily, Februari 2018
sebuah kebijakan, kontek kebijakan merupakan aspek penting yang juga ikut menentukan
krusial karena dampak nyata maupun potensialnya akan berpengaruh pada lingkungan sosial,
ekonomi, dan politik tertentu. Karenanya setiap kebijakan perlu mempertimbangkan kontek
Pada saat implementasi kebijakan mengalami proses banyak sekali bermunculan aktor
lain yang akan mempengaruhi kebijakan, aktor-aktor tersebut muncul dari bermacam-macam
pihak, seperti: perencana, politisi dari berbagai tingkatan, kelompok elit ekonomi, kelompok
sasaran, ataupun pelaksana. Berdasarkan teori Grindle ada tiga indikator yang menjadi bagian
dari variabel atau aspek konteks kebijakan ini, yaitu: (1) kekuasaan, kepentingan dn strategi
aktor yang terlibat; (2) karakteristik lembaga dan penguasa; (3) kepatuhan dan daya tanggap.
Selain dari isi kebijakan, konteks kebijakan pun perlu diperhatikan dalam
pengimplementasian suatu kebijakan agar dapat diketahui hal apa saja yang termasuk kedalam
model Merille S.Grindle, konteks kebijakan merupakan hal yang menentukan bagi
keberhasilan suatu implementasi kebijakan termasuk juga Program e-LHKPN. Berikut ini
kepentingan-kepentingan serta program yang digunakan oleh para aktor guna memperlancar
jalannya pelaksanaan suatu implementasi kebijakan. Bila hal ini tidak diperhitungkan dengan
57
Universitas Sumatera Utara
matang, besar kemungkinan program yang hendak diimplementasikan akan jauh panggang
dari api.
Pelaksanaan dari suatu kebijakan tidak akan lepas terpengaruhi dari kekuasaan,
kepentingan dan juga strategi yang dilakukan oleh para aktor, baik oleh pembuat kebijakan,
pelaksana bahkan juga aktor lain di luar itu baik yang disengaja ataupun tidak disengaja, dan
Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) merupakan pihak yang membuat program e-LHKPN ini
Berdasarkan hasil wawancara, telah banyak strategi yang dilakukan BKD demi
keberhasilan program e-LHKPN di kota Tasikmalaya. Para pelaksana atau pihak BKD sangat
mendukung adanya program e-LHKPN ini guna terjadinya transparansi perolehan atau para
penyelenggara negara. Dalam mendukung kelancaran program ini BKD menjalin koordinasi
dengan KPK selaku pembuat program e-LHKPN. Banyak upaya yang dilakukan BKD dalam
mendukung keberhasilan program e-LHPN ini yaitu dengan selalu berkomunikasi dengan
KPK melalui email, via wa dan juga konsultasi langsung ke KPK di Jakarta dan kegiatan-
kegiatan yang dilakukan KPK. Selain itu, untuk mendukung keberhasilan program e-LHKPN
di kota Tasikmalaya ada beberapa upaya yang BKD lakukan yaitu dengan melakukan
kegiatan sosialisasi tentang program e-LHKPN kepada Pejabat Struktural yang bersangkutan
dan pemberitahuan secara langsung ketika pelaksanaan upacara gabungan dan dengan para
pejabat yang diwajibkan untuk melaporkan harta kekayaan nya dan selalu menyebarkan
surat-surat edaran kepada para pejabat agar segera melakukan pengisian harta kekayaan nya
melalui aplikasi e-LHKPN ini, bahkan surat edaran tersebut langsung di tanda tangani oleh
58
Universitas Sumatera Utara
Dalam penelitian ini, peneliti juga melakukan wawancara terkait tentang peran
Walikota Tasikmalaya yang ikut terlibat dalam keberhasilan e-LHKPN ini. Berdasarkan
informasi yang di dapat selama penelitian bahwa Walikota Tasikmalaya sangat berpengaruh
terhadap kepatuhan para Pejabat Struktural dalam melaporkan harta kekayaan nya.
Berdasarkan hasil wawancara kepada BKD dan Pejabat Struktural, bapak Walikota
Tasikmalaya sangat menekankan kepada para Pejabat termasuk Pejabat Struktural untuk
melaporkan harta kekayaannya melalui e-LHKPN ini. Bapak walikota Tasikmalaya selalu
mengingatkan kepada para Pejabat untuk melaporkan harta kekayaannya melalui rapat-rapat
ataupun setiapkali pertemuan Walikota dengan Pejabat yang bersangkutan bahkan beliau
tidak segan-segan untuk mengancam para Pejabat tersebut apabila melanggar atau menolak
untuk melaporkan harta kekayaannya. Beliau juga selalu memonitor perkembangan program
e-LHKPN ini. Semua upaya tersebut dilakukan karena Bapak Walikota ingin mewujudkan
pemerintahan Kota Tasikmalaya sebagai kota yang bersih dari tindak Korupsi, Kolusi
maupun nepotisme, hal ini juga termasuk kedalam misi Walikota Tasikmalaya. Selain itu
apabila program e-LHKPN ini tidak berjalan di daerah, KPK akan menegur Walikota selaku
penanggung jawab program ini. Selain itu juga, alasan walikota sangat menekankan karena
salah satu penilaian Pemerintahan Daerah termasuk kabupaten/kota adalah tingkat partisipasi
pejabat strukturalnya melaporkan LHKPN nya, jadi daerah itu bersaing dan ternyata di
Indonesia ini banyak daerah-daerah yang tingkat partisipasi pelaporannya tinggi. Dan
ternyata Tasikmalaya masih kurang sehingga beliau sangat menyarankan bahkan sangat keras
menyarankan bahwa agar setiap pejabat, pejabat struktural khususnya itu wajib melaporkan
harta kekayaanya. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak hanya BKD, Walikota Tasikmalaya
59
Universitas Sumatera Utara
Namun dengan segala upaya yang dilakukan pihak BKD dan di bantu oleh Walikota
Tasikmalaya, ada kekurangan yang sepertinya lupa mereka kerjakan yaitu sosialisasi kepada
masyarakat, namun pihak BKD mengatakan bahwa sudah memberikan informasi kepada
masyarakat melalui program keliling yang dilakukan walikota dan menghimbau masayarakt
untuk turut berpartisipasi terhadap program ini. Seperti yang telah dijelaskan bahwa E-
mampu menjadi alat kontrol kepada masyarakat agar masyarakat mampu mengawasi para
pejabat yang ada di kota Tasikmalaya, namun berdasarkan hasil wawancara, peneliti
menemukan bahwa tidak ada satupun masyarakat yang mengetahui adanya program e-
LHKPN ini, masyarakat mengatakan bahwa belum pernah mereka mendapatkan informasi
keberhasilannya, maka pada bagian ini ingin dijelaskan karakteristik dari lembaga yang akan
Dalam implementasi kebijakan yang telah dibuat, maka pelaksanaannya akan terlepas
dari karakteristik atau peran dari para pelaksana kebijakan itu sendiri. Karakteristik
stakeholders dalam hal ini sesuai dengan tugas dan pokok masing-masing dinas atau instansi
terkait dalam melaksanakan tugasnya. Setiap instansi tentu memiliki perannya masing-
Seperti yang sudah di jelaskan, bahwa KPK merupakan pembuat kebijakan program
e-LHKPN ini, KPK lalu membentu unit pengelola e-LHKPN ini daerah. Sesuai dengan
Peraturan Walikota Tasikmalaya Nomor 45 Tahun 2017 tentang Laporan Harta Kekayaan Di
60
Universitas Sumatera Utara
LHKPN ini sejak di keluarkan nya Perwal tersebut yakni terhitung sejak 14 Agustus 2017.
Pengelola program e-LHKPN di Kota Tasikmalaya adalah tim yang mengelola dan
mengkoordinasikan LHKPN dengan dibentuk nya Unit Pengelola LHKPN yang ditetapkan
dengan Keputusan Walikota. Sekretariat Unit Pengelola LHKPN tersebut berkedudukan pada
Badan Kepegawaian Daerah (BKD). Pada Unit Pengelola tersebut dibentuk administrator
1) Menyampaikan data kepegawaian dan data perubahan jabatan wajib LHKPN kepada
4) Memiliki peran dalam membuat akun admin unit kerja, melakukan verifikasi
pendaftaran wajib lapor baru dan update perubahan data wajib lapor.
Pada point ini, peneliti meneliti tentang bagaimana peran Walikota sebagai pemimpin
kota Tasikmalaya, BKD sebagai implementor e-LHKPN, bagaimana kinerja BKD dalam
upaya pelaksanaan e-LHKPN, dan bagaimana penilaian masyarakat terhadap kondisi Pejabat
berpengaruh besar terhadap kelancaran program ini, beliau selalu menekankan kepada para
Pejabat untuk segera melaporkan harta kekayaannya melalui e-LHKPN ini, selain itu beliau
turut andil dalam pembuatan surat edaran mengenai e-LHKPN untuk para pejabat dengan
Peran BKD dinilai sangat responsif dan informatif kepada para Pejabat Struktural
terkait pelaksaan program e-LHKPN ini. Apabila para Pejabat Struktural tersebut mengalami
beberapa kendala terkait program e-LHKPN ini mereka selalu menanyakan kepada pihak
61
Universitas Sumatera Utara
BKD dan mereka selalu melayani dengan baik. Berdasarkan hasil observasi, peneliti juga
selalu melihat bahwa admin instansi selalu disibukan dengan telepon dari para pejabat yang
menanyakan program e-LHKPN ini. Selain itu, BKD sudah melakukan sosialisasi namun
masih ada juga pejabat yang merasa bahwa sosialisasi yang dilakukan kurang penjelasannya
sehingga perlu ditingkatkan lagi, selain itu BKD dinilai sangat membantu Pejabat Struktural
untuk selalu mengingatkan mereka untuk segera melaporkan dengan mengeluarkan surat
Hal lain yang dirasa penting dalam proses pelaksanaan suatu kebijakan adalah
kepatuhan dan respon dari para pelaksana. Maka yang hendak dijelaskan pada poin ini,
sejauhmana kepatuhan dan respon dari pelaksana dalam menanggapi suatu kebijakan.
Masalah kepatuhan dan daya tanggap berkaitan dengan tanggapan dan respon subjek
LHKPN ini adalah untuk menciptakan Pejabat Struktural yang bersih dari tindakan KKN,
atau dengan kata lain sebagai bentuk pencegahan tindak-tindak Korupsi, Kolusi dan
Hal ini juga bagian penting dari proses implementasi suatu kebijakan, dimana tingkat
kepatuhan dan adanya respon dari para pelaksana kebijakan merupakan aksi nyata dari para
Program e-LHKPN ini agar dapat terlaksana dengan baik, secara optimal dan berdaya guna.
Maka berkaitan dengan hal tersebut, ada beberapa aturan serta mekanismenya dari setiap
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa tingkat kepatuhan para Pejabat
Struktural belum 100% untuk melaporkan harta kekayaannya berdasarkan data yang
62
Universitas Sumatera Utara
diperoleh dari 76 pejabat struktural yang wajib e-LHKPN ada sebanya 54 orang sudah
melaporkan harta kekayaannya dan sisanya ada 22 orang yang belum melaporkan harta
kekayaannya, padahal pihak BKD sudah melayangkan surat edaran yang menyatakan bahwa
pada tanggal 26 februari merupakan batas akhir pelaporan walaupun batas dari KPK adalah
31 maret 2018 namun nyatanya sampai sekarang masih ada juga Pejabat yang belum
bersangkutan tentang penggunaan komputer dan upaya yang dilakukan untuk mengatasi
kendala tersebut yaitu BKD mengadakan kegiatan sosialisasi dengan di bantu oleh Tenaga
Bantu yang faham tentang penggunaan komputer. (lihat transkrip wawancara dan
dokumentasi)
masyarakat dapat mengakses harta kekayaan para pejabat tersebut. Pada point ini peneliti
ingin mengetahui tanggapan para Pejabat tersebut tentang harta kekayaan mereka yang
transparansi ke masyarakat, hal ini tentu berkaitan dengan kepatuhan pejabat dalam
melaporkan harta kekayaannya melalui e-LHKPN ini. Berikut merupakan tampilan website e-
Sumber: http://acch.kpk.go.id
63
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil wawancara, dapat disimpulkan bahwa Pejabat Struktural sebagian
karena harta yang diperoleh tersebut merupakan hasil yang halal dan dapat dibuktikan melalui
surat-surat. Namun ada sebagian Pejabat Struktural yang tidak menyetujui apabila harta
kekayaan nya harus di transparansikan kepada masyarakat karena menurut mereka harta
kekayaan dan hutang piutang merupakan privasi dan aib yang harus mereka jaga.
64
Universitas Sumatera Utara
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Program e-LHKPN merupakan sebuah aplikasi yang dirilis oleh Komisi Pemberantas
Korupsi (KPK) dalam mempermudah setiap penyelenggara negara dalam melaporkan harta
kekayaan yang dimiliki nya. e-LHKPN adalah penyampaian laporan harta kekayaan secara
kumpulan pelaporan harta kekayaan penyelenggara negara yang telah diverifikasi oleh KPK
dalam bentuk Tambahan Berita Negara (TBN). Aplikasi ini dapat diakses oleh masyarakat
negara. Aspek utama yang menjadi sasaran program ini adalah sebagai bentuk pencegahan
Berdasarkan hasil analisa data pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan
elektronik bagi para Pejabat Struktural pada Pemerintahan Kota Tasikmalaya secara umum
sudah berjalan dengan baik sekitar 90% hanya saja masih ada ditemukan beberapa kendala
Penyelenggara Negara berbasis elektronik bagi para Pejabat Struktural pada Pemerintahan
Kota Tasikmalaya dapat dilihat dari beberapa variabel implementasi yaitu Isi Kebijakan
perubahan yang ingin dicapai, letak pengambilan keputusan, pelaksana program, dan sumber-
kepentingan dan program dari aktor yang terlibat, karakteristik lembaga dan rezim yang
berkuasa, tingkat kepatuhan dan adanya respon dari pelaksana). Secara lengkap kesimpulan
65
Universitas Sumatera Utara
1. Content of Policy (Isi Kebijakan), dengan indikator sebagai berikut;
Pejabat Struktural sebagai sasaran utama di dalam pembuatan program ini, memiliki
alasan dalam melaporkan harta kekayaan nya melalui e-LHKPN ini adalah sebagai bentuk
kepatuhan para Pejabat Struktural tersebut terhadap peraturan yang telah di buat, yaitu
Peraturan Walikota Tasikmalaya Nomor 45 Tahun 2017 tentang Laporan Harta Kekayaan Di
Tidak ada manfaat yang berarti yang diperoleh oleh pihak BKD kota Tasikmalaya
sebagai implementor atau unit pengelola e-LHKPN. Karena mereka hanya menjalankan tugas
yang dimandatkan dari KPK. Selain itu, manfaat yang diterima Pejabat Struktural, hanya
sebatas manfaat administrasi keluarga saja, artinya harta kekayaan dan hutang piutang dapat
tercatat dengan rinci, tidak ada manfaat yang berarti yang dirasakan para Pejabat Struktural
kota Tasikmalaya. sebagai sasaran dari program e-LHKPN ini. Selain BKD kota Tasikmalaya
dan Pejabat Struktural kota Tasikmalaya, manfaat yang lain juga dirasakan oleh masyarakat
yang diharapkan mampu mengawasi harta kekayaan para Pejabat Struktural, yaitu sebagai
Perubahan yang di harapkan tidak hanya sebatas bentuk pencegahan tindak Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme saja, namun program e-LHKPN ini dilaksanakan dalam rangka
Yang Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme, dimana telah mengeluarkan
Surat Keputusan KPK nomor 07 tahun 2005 yang saat ini telah di gantikan oleh Peraturan
KPK nomor 07 tahun 2016 tentang Tata Cara Pendaftaran, Pengumunan, dan pemeriksaan
66
Universitas Sumatera Utara
LHKPN. Hal ini dilakukan agar mempermudah para Pejabat untuk melaporkan harta
kekayaannya. Namun dengan adanya perubahan sistem pelaporan secara elektronik ada
beberapa kendala dalam penerapan sistem online ini, yaitu sebagai berikut: kesadaran PN
tentang penggunaan komputer dan juga sistem jaringan yang terkadang mengalami gangguan,
situs yang terkadang mengalami error, ada beberapa perubahan-perubahan dalam pengisian
pelaporan yang belum sepenuhnya diketahui oleh para Pejabat Struktural, penjelasan
indikator dalam pelaporan yang tidak memadai, serta informasi tentang apa manfaat LHKPN
belum di dapat.
rapat dengan tim pembinaan yang melibatkan Asisten Umum, BKD, ITKO, Kabag Hukum
Setda. Adapun bentuk keputusan terkait program e-LHKP, yaitu sanksi administrastif bagi
Pejabat yang melanggar program e-LHKPN ini, penetapan nama-nama pejabat yang
e. Pelaksana program.
Segala urusan di daerah terkait program e-LHKPN para Pejabat Struktural tersebut
berurusan dengan pihak BKD, namun untuk pelaporan nya langsung dilakukan secara
Pemerintahan Kota Tasikmalaya, termasuk di dalam nya koordinator e-LHKPN dan Admin
67
Universitas Sumatera Utara
f. Sumber-sumber daya yang digunakan.
Dalam melaksanakan program e-LHKPN ini BKD memerlukan sumber daya manusia
dari ASN kota Tasikmalaya yang paham komputer atau IT, penunjukan para petugas yang
tanggal 26 September 2017. Selain itu sarana dan prasarana misalnya wifi, hardware dan juga
koneksi jaringan internet. Sarana dan prasarana tersebut diperoleh dari anggaran APBD, tidak
ada anggaran khusus untuk memenuhi fasilitas program e-LHKPN ini. Namun sumberdaya-
sumberdaya yang telah tersedia belum sepenuhnya terpenuhi mengingat banyak nya urusan
mengenai program e-LHKPN tersebut. Diperlukan SDM yang lebih memadai lagi demi
Upaya atau strategi yang dilakukan BKD dalam mendukung keberhasilan program e-
LHPN ini yaitu dengan selalu berkomunikasi dengan KPK melalui email, via wa dan juga
konsultasi langsung ke KPK di Jakarta dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan KPK. Selain
itu, untuk mendukung keberhasilan program e-LHKPN di kota Tasikmalaya ada beberapa
upaya yang BKD lakukan yaitu dengan melakukan kegiatan sosialisasi tentang program e-
LHKPN kepada Pejabat Struktural yang bersangkutan dan pemberitahuan secara langsung
ketika pelaksanaan upacara gabungan dan dengan para pejabat yang diwajibkan untuk
melaporkan harta kekayaan nya dan selalu menyebarkan surat-surat edaran kepada para
pejabat agar segera melakukan pengisian harta kekayaan nya melalui aplikasi e-LHKPN ini,
bahkan surat edaran tersebut langsung di tanda tangani oleh bapak Walikota Tasikmalaya,
artinya bapak Walikota Tasikmalaya ikut berpartisipasi langsung demi kelancaran progra e-
68
Universitas Sumatera Utara
LHKPN di kota Tasikmalaya. Namun BKD dinilai kurang dalam mensosialisasikan kepada
masyarakat sebab banyak masyarakat yang tidak mengetahui adanya program e-LHKPN ini.
Peran BKD dinilai sangat responsif dan informatif kepada para Pejabat Struktural
terkait pelaksaan program e-LHKPN ini. Namun dalam sosialisasi nya masih dinilai kurang,
BKD diharapkan mampu memberikan bimbingan teknologi kepada para Pejabat Struktural
Tingkat kepatuhan para Pejabat Struktural belum 100% untuk melaporkan harta
kekayaannya berdasarkan data yang diperoleh dari 76 pejabat struktural yang wajib e-
LHKPN ada sebanya 54 orang sudah melaporkan harta kekayaannya dan sisanya ada 22
orang yang belum melaporkan harta kekayaannya, padahal pihak BKD sudah melayangkan
surat edaran yang menyatakan bahwa pada tanggal 26 februari merupakan batas akhir
pelaporan walaupun batas dari KPK adalah 31 maret 2018 namun nyatanya sampai sekarang
5.2 Saran
Kekayaan Penyelenggara Negara Berbasis elektronik bagi para Pejabat Struktural pada
Pemerintahan Kota Tasikmalaya dapat berjalan dengan baik dan sesuai, maka kiranya peneliti
3. Diperlukannya profesionalitas yang tinggi serta bertanggung jawab dan adanya aturan atau
sanksi jelas yang mengatur kinerja dari para pelaksana program agar dapat menjalankan
69
Universitas Sumatera Utara
tugas pokok dan fungsinya dengan baik agar program e-LHKPN dapat berjalan dengan
baik dan program ini dapat sukses dan mencapai tujuan yang diharapkan.
4. Menambah kegiatan sosialisasi yang diimbangi dengan bimbingan teknologi kepada para
Pejabat Struktural agar mereka lebih memahami cara pengisian atau pelaporan e-LHKPN
nya.
5. Membuat strategi sosialisasi ke masyarakat untuk ikut serta dalam program e-LHKPN
agar masyarakat dapat ikut serta berpartisipasi dalam mengawasi para Pejabat Struktural di
6. Kepada para Pejabat Struktural, agar lebih ditingkatkan kepatuhan ataupun kesadaran
7. Agar masyarakat dapat lebih aktif dalam mengawasi harta kekayaan para Pejabat
70
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku:
Haryatmoko.2011. Etika Publik untuk Integritas Pejabat Publik dan Politisi. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
PERSADA.
Meter, Donald Van, dan Carl Van Horn, 1975, "The Policy Implementation Process: A
Conceptual Framework dalam Administration and Society 6, 1975, London:
Sage.
Rodiansyah dan Jusmadi, Rhido.2013. Akuntabilitas: Spirit Melayani Publik Yang Kian
Cerewet.Jakarta: JPIP Graha Pena.
Suyanto, Bagong. 2005. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta:
Prenada Group.
71
Universitas Sumatera Utara
Surachmin dan Cahaya, Suhandi. 2011. Stategi dan Teknik Korupsi: Mengetahui Untuk
Mencegah. Jakarta: Sinar Grafika Offset.
Sumber Jurnal:
Dewi, Kusuma dan Winarno, Wahyu Agus.2012. Implementasi E-government System dalam
Sumber Undang-Undang:
UU Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara Yang Bersih Dan Bebas Dari
Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme.
Instruksi Presiden nomor 3 tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan E-government
Keputusan Menteri Komunikasi dan Informasi No.57 Tahun 2003 tentang Panduan
Peraturan Komisi Pemberantasan Korupsi Nomor 07 Tahun 2016 tentang Tata Cara
Pendaftaran, Pengumuman, dan Pemeriksaan Harta Kekayaan Penyelenggara
Negara.
Peraturan Walikota Nomor 43 Tahun 2017 Tentang Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara
Negara (LHKPN) Di Lingkungan Pemerintah Kota Tasikmalaya.
Sumber Internet:
72
Universitas Sumatera Utara
(http://www.medanbisnisdaily.com/m/news/read/2017/08/31/316979/pns_tebingtinggi_diimb
au_sampaikan_lhkpm/ diakses pada tanggal 30 September 2017 pukul 16:35
WIB)
(http://lintasterkini.com/15/12/2017/pinrang-raih-penghargaan-implementasi-e-lhkpn-
dari-kpk.html diakses tanggal 1 februari 2018 pukul 13:25)
(https://nasional.tempo.co/read/863578/kpk-komitmen-kepala-daerah-di-sumut-berantas-
korupsi-masih-rendah di akses pada tanggak 02 Februari 2018 pukul 11:14)
Sumber Lain:
73
Universitas Sumatera Utara