LAPORAN KASUS
Disusun untuk memenuhi tugas
Praktek Kerja Lapangan 3
isusun Oleh :
Amilia
P1337430214032
1. Vesica Fellea
Merupakan suatu kantung berbentuk seperti pear yg terletak di
fossa visceralis di facies visceralis hepatis. Vesica fellea memiliki
ukuran panjang sekitar 8 cm dan memiliki volume 40-50 ml. Vesica
fellea terletak di cavum abdomen pada regio hipokondrium /
hipokondriaka dextra. Vesica fellea memiliki bagian fundus, corpus,
dan collum.
Vesica fellea berfungsi untuk menyimpan cairan billiaris yang
diproduksi oleh sel hepatosit, untuk kemudian nantinya akan
diregulasi ke dalam lumen duodenum untuk mengemulsikan lemak.
2. Ductus Hepaticus
Ductus hepaticus dextra et sinistra keluar dari hepar melalui
porta hepatis, lalu akan bersatu membentuk ductus hepaticus
communis. Ductus hepaticus communis berukuran sekitar 4 cm dan
berjalan di tepi bebas omentum minus. Ductus hepaticus communis
akan bersatu dengan ductus cysticus untuk membentuk ductus
choledocus (billiaris).
3. Ductus Cysticus
Ductus cysticus berukuran sekitar 4cm, berbentuk seperti huruf
S dan berjalan pada tepi bebas di kanan dari omentum minus.
Ductus cysticus ini menghubungkan antara collum vesica fellea
dengan ductus hepaticus communis untuk nantinya bersatu
membentuk ductus choledocus (billiaris). Mukosa dari ductus
cysticus menonjol berbentuk lipatan spiral yang disebut dengan
plica spiralis / valvulla heister / valvulla spiralis. Fungsi dari
valvulla ini yaitu untuk memperkuat dinding dari ductus cysticus
dan juga untuk membantu agar lumen dari ductus cysticus tetap
terbuka.
4. Ductus Choledocus
Ductus choledocus berukuran sekitar 8 cm dan merupakan
penyatuan dari ductus cysticus dan ductus hepaticus communis.
2.1.3. Apendiks atau Umbai Cacing
Gambar 2.3 Apendiks
Apendiks adalah ujung seperti jari-jari yang kecil panjangnya
kira-kira 10 cm (4 inchi), melekat pada caecum tepat di bawah katup
ileocaecal (Smeltzer, Suzanne, C., 2001).
Lumennya sempit dibagian proximal dan melebar dibagian distal
apendiks dilapisi oleh lapisan sub mukosa yang mengandung banyak
jaringan limfe.
Apendiks diperdarahi oleh arteri apendikular. Pada posisinya
yang normal terletak pada dinding abdomen dibawah titik Mc Burney.
Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml perhari lendir itu secara normal
dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke caecum.
Hambatan aliran lendir di muara apendiks tampaknya berperan pada
patogenesis appendisitis.
3.
2.4. CT Stonography
2.4.1. Pengertian
CT Stonography adalah jenis pemeriksaan CT Scan tanpa
menggunakan media kontras yang secara spesifik digunakan untuk
memperlihatkan kelainan berupa batu pada sistem urinarius, sistem
billiaris dengan menghasilkan gambar visual dan grafik yang
menunjukkan tampilan cross-sectional, citra tiga dimensi organ dan
struktur tubuh.
2.4.2. Indikasi
1. Nefrolithiasis
Nefrolithiasis adalah adanya batu pada ginjal yang terdapat
pada bagian pelvis renal yang merupakan endapan kalsium bersifat
menahun.
2. Ureterolithiasis
Ureterolithiasis adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan
oksalat, calculi (batu) pada ureter.
3. Cholelithiasis
Cholelithiasis menunjukkan penyakit batu empedu yang
dapat ditemukan di dalam kandung empedu, atau di dalam ductus
choledocus, atau pada kedua-duanya.
4. Kelainan di umbai cacing
a. Irisan Axial 1
Irisan axial 1 untuk memperlihatkan bagian atas liver. Liver
dibagi menjadi dua lobus, lobus kanan dan lobus kiri.
Gambar 2.6 Irisan Axial 1 (Bontrager, 2001)
Keterangan :
1) Lobus kanan liver
2) Lobus kiri liver
3) Lambung
4) Lambung (fundus dan bagian atas daerah lambung)
5) Spleen
6) Vertebrae Thoracal 10 dan Vertebrae Thoracal 11
7) Aorta abdominal
8) Vena Cava Inferior
b. Irisan Axial 3
Irisan axial 3 untuk melihat ekor pankreas. Ekor pankreas
terletak di depan ginjal kiri.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
1. Pemeriksaan CT Stonography adalah istilah yang digunakan untuk
pemeriksaan CT Scan tanpa menggunakan media kontras yang secara
spesifik untuk memperlihatkan kelainan berupa batu pada sistem urinarius,
sistem billiaris dan evaluasi umbai cacing. Pemeriksaan CT Stonography
persiapannya mudah yakni puasa 4 – 5 jam sebelum pemeriksaan dan
memaksimalkan isi vesica urinaria dan menahan untuk buang air kecil.
Setelah kandung kemih penuh, pasien diposisikan supine diatas meja
pemeriksaan, feet first, kedua tangan berada diatas kepala. Kemudian
dilakukan pengambilan topogram dengan range dari processus xyphoideus
sampai simphisis pubis. Setelah scanning topogram selesai kemudian
dilakukan scanning abdomen dengan potongan axial. Kemudian dilakukan
proses recon-reformating.
2. Pemeriksaan CT Stonography pada pasien Ny. S dengan kasus
Ureterolithiasis mempunyai peranan yang penting yaitu dapat
menunjukkan lokasi batu, diameter batu dan patologi lain yang terlihat
dalam kasus ini hidronefrosis sehingga mampu memberikan informasi
diagnostik bagi dokter untuk melakukan penanganan selanjutnya terhadap
kasus ini.
4.2. Saran
1. Untuk mengurangi terjadinya pengulangan, hendaknya radiografer perlu
memberikan edukasi secara jelas pada pasien agar pasien mengerti dan
dapat bekerja sama saat dilakukannya pemeriksaan.
2. Memposisikan objek dengan tepat pada daerah lapangan penyinaran
sehingga dapat meminimalisasi waktu rekon citra.
DAFTAR PUSTAKA