Anda di halaman 1dari 10

A.

Pengertian
Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus yang
berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmampuan
mental, emosi atau fisik. Karena karakterisktik dan hambatan yang dimiliki, anak
berkebutuhan khusus memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan
dengan kemampuan dan potensi mereka.
Mereka yang digolongkan pada anak yang berkebutuhan khusus dapat dikelompokkan
berdasarkan gangguan atau kelainan aspek:
1. Fisik atau motorik, misalnya cerebral palsi, polio,dll.
2. Kognitif: Retardasi, anak unggul (berbakat)
3. Bahasa dan bicara
4. Pendengaran
5. Penglihatan
6. Sosial emosi
Anak tersebut membutuhkan metode, material, pelayanan dan peralatan yang khusus
agar dapat mecapai perkembangannya optimal. Karena anak-anak tersebut akan
belajar dengan kecepatan yang berbeda dan juga dengan cara yang berbeda pula.
Walaupun mereka memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda dengan anak-anak
secara umum, mereka harus mendapat perlakuan dan kesempatan yang sama. Hal ini
dapat dimulai dengan cara menyebutkan terhadap anak dengan kebutuhan khusus.

B. Karakteristik anak berkebutuhan khusus


1. Sulit komunikasi
Anak berkebutuhan khusus sering kali memiliki hambatan berbicara dan sulit bicara
meskipun usianya telah dewasa. Ucapan dan pilihan kata mereka pun yang sering
didengar saja bukan dan bukan menggunakan kata yang tepat. Untuk itu komunikasi
bisa jadi alat untuk mendeteksi apakah seorang individu adalah anak berkebutuhan
khusus atau tidak.
2. Sulit belajar
Anak dengan kesulitan belajar merupakan individu yang memiliki gangguan pada
kemampuan dasar psikologis. Tak hanya itu gelombang otaknya juga tergangu
sehingga menyebabkan IQ yang hanya rata-rata ataupun diatas rata-rata sedikit.
Biasanya anak berkebutuhan khusus dikategorikan sedang, berat atau ringan dari IQ
yang dimilikinya.
3. Kelainan fisik
Secara fisik dan medis umumnya beberapa ada kondisi fisik dan medis yang sangat
berbeda misalnya jika ia mengalami kebutuhan khusus maka ia akan mengalami
komplikasi dengan bagian organ tubuh lainnya. Hal ini terjadi, mengingat anak-anak
tersebut sering terjadi karena kurang sempurna pembelahan ketika kehamilan.
4. Bersikap membangkang
Anak berkebutuhan khusus sering kali bersikap membangkang. Cara menghilangkan
sifat egois pada anak saja sulit apalagi pada anak-anak berkebutuhan khusus yang
sulit membedakan bahaya atau tidak, salah atau tidak dan lain sebagainya.
5. Emosional
Emosional anak berkebutuhan khusus bukan hanya tempramen dan mudah marah
melainkan terjadi hal lainnya. Mereka sering terperosok dalam kondisi kesepian,
depresi dan juga hal-hal layaknya putus asa, merasa sendiri dan kesal pada orang lain
tanpa sebab jika moodnya sedang buruk.
6. Sulit menulis atau membaca
Beberapa kasus anak berkebutuhan khusus ada yang sulit mengekspresikan pikiran
mereka dengan tulisan dan tidak bisa membaca. Sulit memegang balpoin atau pensil
yang digunakan dengan benar. Memegang alat tulis sering kali terlalu dekat bahkan
hamper menempel dengan kertas dan sering kali mengalami masalah ketika membaca
buku atau tulisan.
7. Tidak mengerti arah
Anak berkebutuhan khusus sulit menerima logika sendiri. Terkadang mengalami
disorientasi, seperti disorientasi waktu atau arah. Sering kali bingung saat ditanya jam
berapa, kemungkinan hanya mengingat bahasa yang dianjarkan seperti pukul 6 petang
ia sebut petang atau sore, namun pukul 4 ketika matahari terbenam ia tidak akan
menyebut pukul 4 melainkan tetap sore. Ia juga tidak mampu membaca dan
memahami peta atau petunjuk arah dengan baik.
8. Bersikap sesuai kebiasaan
Anak berkebutuhan khusus terutama yang Autisme sangat perhatian dengan urutan
kebiasaan sehari-hari. Ketika ritual mereka berubah misalnya setelah makan menjadi
mandi atau dibalik setelah makan ia harus berolahraga dulu baru mandi, maka ia akan
menjadi gelisah, cemas jika rutinitas mereka berubah.
9. Senang meniru
Psikologi abnormal menjelaskan bahwa banyak sekali ciri yang bisa dimengerti atau
dipahami oleh orang tua untuk bisa menilai apakah anaknya berkebutuhan khusus
atau tidak.
10. Berbicara tak henti
Beberapa anak berkebutuhan khusus senang mengoceh tanpa arti berulang-ulang.
Akan bahaya jadinya jika pembicaraan ini termasuk kedalam bahasa yang tidak boleh
diucapkan. Karena anak-anak berkebutuhan khusus sering kali membantah dan tidak
mau menuruti perintah larangan. Ada juga yang menggunakan bahasa yang tidak
dimengerti orang lain.

C. Faktor-faktor penyebab anak berkebutuhan khusus


1. Heriditer
Faktor penyebab yang berdasarkan keturunan atau sering dikenal dengan genetik,
yaitu kelainan kromosom, pada kelompok faktor penyebab heriditer masih ada
kelainan bawaan nongenetik, seperti kelahiran pre-mature dan BBLR yaitu berat bayi
lahir kurang dari 2500 gram, merupakan resiko terjadinya anak berkebutuhan khusus.
Demikian juga usia ibu sewaktu hamil diatas 35 tahun memiliki resiko yang cukup
tinggi untuk melahirkan anak berkebutuhan khusus.
2. Infeksi
Penyebab dikarenakan adanya berbagai serangan penyakit infeksi yang dapat
menyebabkan baik langsung maupun tidak langsung terjadinya kelainan seperti
infeksi TORCH (Toksoplasma, Rubella, Cytumegalu virus, Herpes), polio,
meningitis, dsb.
3. Keracunan
Penyebab banyak ditemukan seperti pola hidup masyarakat, keracunan dapat terjadi
secara langsung, maupun melalui ibu hamil. Munculnya FAS (Fetal Alcohol
Sindrom) adalah keracunan janin yang disebabkan ibu mengkonkumsi alkohol yang
berlebihan, kebiasaan kaum ibu mengkonsumsi obat bebas tanpa pengawasan dokter
merupakan potensi kelainan pada janim. Adanya polusi pada berbagai sarana
kehidupan terutama pencemaran udara dan air, seperti peristiwa bophal dan chernobil
sebagai gambarannya.
4. Trauma
Kejadian yang tak terduga dan menimpa langsung pada anak, seperti proses kelahiran
yang sulit sehingga memerlukan pertolongan yang mengandung resiko tinggi, atau
kejadian saat kelahiran saluran pernapasan anak tersumbat sehingga menimbulkan
kekurangan oksigen pada otak (Asfeksia) terjadinya kecelakaan yang menimpa pada
organ tubuh anak terutama bagaian kepala. Bencana alam seperti gempa bumi sering
menyebabkan terjadinya trauma.
5. Kekurangan gizi
Kekurangan gizidapat terjadi karena adanya kelainna metabolisme maupun penyakit
parasit pada anak seperti cacingan. Hal ini didukung oleh kondisi penduduk yang
berada dibawah garis kemiskinan jika dipandang dari sudut waktunya kelainan dapat
menjadi:
a. Prenatal terjadinya kelainan anak semasa dalam kandungan atau sebelum proses
kelainan.
b. Perinatal terjadinya kelainan setelah anak dilahirkan sampai dengan sebelum usia
perkembangan selesai.
Masalah-masalah Psikologi Pada Anak
1. Kesulitan belajar
a. Pengertian

Ketidakmampuan dalam belajar tidak dapat dikenali dalam wujud fisik yang berbeda dengan
orang yang tidak mengalami masalah kesulitan belajar. Kesuitan belajar tidak selalu disebabkan
karena faktor intelegensi yang rendah (kelainan mental), akan tetapi dapat juga disebabkan
karena faktor lain di luar intelegensi. Nilai IQ yang tinggi belum tentu menjamin keberhasilan
belajar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kesulitan belajar adalah suatu kodisi proses
belajar yang ditandai hambatan-hambatan tertentu dalam mencapai hasil belajar.

b. Jenis kesulitan belajar


 Dilihat dari jenis kesulitan belajar, ada yang berat dan ada yang sedang.
 Dilihat dari bidang studi yang dipelajari, ada yang sebagian bidang studi da nada yang
seluruh bidang studi.
 Dilihat dari sifat kesulitannya, ada yang sifatnya permanen/menetap dan ada yang
sementara.
 Dilihat dari segi faktor penyebabnya, ada yang karena faktor intelegensi, dan ada yang
karena faktor bukan intelegensi.
c. Tipe gangguan belajar
 Gangguan matematika (diskalkulia)

Kekuranggan dalam bidang matematika missal memiliki masalah dalam memahami istilah-
istilah matematika dasar dan operasinya, biasanya dikenali saat SD kelas 1-3.

 Gangguan menulis (disgrafia)

Keterbatasan kemampuan menulis dalam bentuk kesalahan mengeja, tata bahasa, tanda baca,
atau kesulitan dalam membentuk kalimat atau paragraph, biasanya tampak pada usia 7 tahun atau
pada kasus ringan tampak di usia 10 tahun.

 Gangguan membaca (disleksia)

Keterbatasan dalam mengenali kata-kata dan memahami bacaan. Anak-anak disleksia membaca
dengan lambat dan kesulitan, sulit menguraikan huruf dan kombinasinya serta kesulitan dalam
menerjemahkanya menjadi suara yang tepat, salah mempersepsikan huruf missal bingung antara
m dengan w.

d. Faktor penyebab kesulitan belajar


Masalah kesulitan belajar disebabkan oleh berbagai faktor. Untuk memberikan suatu bantuan
kepada anak yang mengalami kesulitan belajar, tentunya harus mengetahui terlebih dahulu faktor
apa yang menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar. Faktor-faktor penyebab
kesulitan belajar dapat digolongkan ke dalam dua golongan, yaitu sebagai berikut.

a) Faktor intern (faktor dari dalam diri anak itu sendiri) yang terdiri atas beberapa
komponen berikut.
 Faktor fisiologis

Faktor fisiologis adalah faktor fisik dari anak itu sendiri. Seorang anak yang sedang sakit, akan
mengalami kelemahan secara fisik, sehingga proses menerima atau memehami pelajaran menjadi
tidak sempurna. Selain sakit, ada faktor lain yaitu cacat tubuh, yang dapat dibagi menjadi cacat
tubuh ringan seperti kurang pendengaran, kurang penglihatan, serta gangguan gerak, dan cacat
tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu, dan lain sebagainya.

 Faktor psikologis

Faktor psikologis adalah berbagai hal yang berkenaan dengan berbagai perilaku yang dibutuhkan
dalam belajar. Yang termasukdalam faktor psikologis ini adalah intelegensi yang dimiliki anak.
Anak memiliki IQ cerdas (110-140), atau genius (lebih dari 140) memiliki potensi untuk
memahami pelajaran dengan cepat, sedangkan anak-anak yang tergolong sedang (90-110)
tentunya tidak terlalu mengalami masalah walaupun juga pencapaiannya tidak terlalu tinggi, dan
anak yang yang memiliki IQ dibawah 90 atau bahkan dibawah 60 tentunya memiliki potensi
mengalami kesulitan dalam masalah belajar.

b) Faktor ekstern
 Faktor-faktor social

Yaitu faktor-faktor seperti cara mendidik anak oleh orang tua mereka dirumah. Pola hubungan
orang tua dengan anak juga mempengaruhi, apakah harmonis, atau jarang bertemu, atau bahkan
terpisah juga memberikan pengaruh pada kebiasaan belajar anak.

 Faktor-faktor nonsosial

Faktor nonsosial yang dapat menyebabkan kesulitan belajar adalah faktor guru di sekolah,
kemudian alat-alat pembelajaran, kondisi tempat belajar, serta kurikulum.

2. Gangguan pendengaran
a. Pengertian

Gangguan pendengaran adalah semua bentuk kehilangnya kemampuan mendengar dari yang
paling ringan sampai berat.
b. Ciri dan gejala
 Terlambat ulai berbicara atau perkembangan bicaranya tidak sesuai dengan
usianya
 Pelafalan bicara tidak jelas
 Tidak mengikuti instruksi
 Berbicara dengan suara yang lebih keras dari biasanya
 Seringkali berbicara, “Hah?” atau “Apa?” ketika diajak berbicara
 Sering menyalakan televisi dengan volume suara yang tinggi
 Anak Anda mengatakan bahwa ia tidak mendengar suara Anda
 Cenderung menggunakan salah satu telinga ketika mendengar atau mengeluh
bahwa ia hanya bisa mendengar di salah satu telinga saja
c. Penyebab

 Faktor keturunan
 Meningitis/infeksi bakteri pada selaput otak
 Kelahiran premature dan trauma media pada proses kelahiran
 Infeksi pada ibu hamil, misalnya infeksi
 Penggunaan obat-obatan yang ototoksik oleh ibu pada saat hamil
 Riwayat trauma kepala pada anak
 Memiliki riwayat kulit kuning (jaundice) sehingga memerlukan transfusi tukar
 Riwayat infeksi telinga

d. Efek pada anak


 Perkembangan bahasa yang terhambat
 Perkembangan kognitif dan intelektual mengalami hambatan
 Perkembangan social dan emosional juga mengalami hambatan

3. Gangguan penglihatan
a. Pengertian

Gangguan penglihatan adalah gangguan dalam proses melihat yang bertingkat dari keterbatasan
penghilatan low vision dan buta total. Penderita gangguan penglihatan dalam proses belajar
menekankan pada alat indera lain yaitu indera peraba dan indera pendengaran. Oleh karena itu
prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan pengajaran kepada penderita ganggguan
penglihatan adalah media yang bersifat tactual dan bersuara.

b. Penyebab
 Faktor internal
Faktor internal merupakan penyebab ketunanetraan yang timbul dari dalam diri individu,
yang sering disebut juga factor keturunan. Factor ini kemungkinan besar terjadi pada
perkawinan antarkeluarga dekat dan perkawinan antartunanetra.
Di dalam tubuh manusia terdapat triliunan sel yang berasal dari segumpal sel hasil
pertemuan antara sel telur dan sperma. Di dalam sel-sel inilah terdapat factor-faktor
keturunan yang senantiasa diturunkan pada anak-anaknya. Pada umumnya factor
keturunan terdapat pada inti sel (nucleus) dalam bentuk kromosom yang berjumlah 23
pasang. Kromosom ini terdiri dar zat yang kompleks yang dinamakan DNA. DNA ini
selanjutnya membentuk gen-gen yang merupakan pembawa sifat bagi setiap karakteristik
tubuh. Apbila terjadi kelainan genetic sebagai akibat keturunan dari kedua orang tua atau
salah satu maka gen-gen inilah yang nantinya akan diturunkan pada generasi berikutnya
(Anastasia Widjajantin & Imanuel Hitipeuw)
 Faktor Eksternal
Factor eksternal yang dimaksud di sini adalah penyebab ketunanetraan yang berasal dari
luar individu. Penyebab ketunanetraan yang dikelompokkan pada factor eksternal ini,
antara lain sebagai berikut :
a) Penyakit rubella dan syphilis
Rubella atau campak Jerman merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh virus yang
sering berbahaya dan sulit didiagnosis secara klinis. Apabila seorang ibu terkena rubella
pada saat usia kehamilan tri semester pertama (3 bulan pertama) maka virus tersebut
dapat merusak pertumbuhan sel-sel pada janin dan merusak jaringan pada mata, telinga
atau organ-organ lainnya sehingga kemungkinan besar, anaknya lahir tunanetra atau
tunarungu atau berkelainan lainnya. Demikian juga dengan penyakit syphilis (penyakit
yang menyerang alat kelamin). Apabila penyakit itu terjadi pada ibu hamil maka penyakit
tersebut akan merambat ke dalam kandungan sehingga dapat menimbulkan kelainan pada
bayi yang dikandungnya atau bayi tersebut akan terkena penyakit ini sewaktu dilahirkan.
b) Glaukoma (Glaucoma)
Glaucoma merupakan suatu kondisi dimana terjadi tekanan yang berlebihan pada bola
mata. Hal tersebut terjadi karena struktur bola mata yang tidak sempurna pada saat
pembentukan dalam kandungan. Kondisi ini ditandai dengan pembesaran pada bola mata,
kornea menjadi keruh, banyak mengeluarkan air mata, dan merasa silau.
c) Retinopati diabetes (Diabetic Retinopathy)
Retinopati diabetes merupakan suatu kondisi yang disebabkan oleh adanya gangguan
dalam suplai/aliran darah pada retina. Kondisi ini disebabkan oleh adanya penyakit
diabetes. Diabetes merupakan gangguan metabolisme tubuh, dimana tubuh tidak cukup
memproduksi insulin sehingga produksi gula darah meningkat dari ukuran normal.
Gangguan metabolism ini dapat merusak mata, ginjal, susunan saraf, dan pembuluh
darah.
d) Retinoblastoma
Retinoblastoma merupakan tumor ganas yang terjadi pada retina, dan sering ditemukan
pada anak-anak. Gejala yang dapat dicurigai dari penyakit tersebut, antara lain
menonjolnya bola mata, adanya bercak putih pada pupil, strabismus (juling), glaucoma,
mata sering merah atau penglihatan terus menurun.
e) Kekurangan vitamin A
Vitamin A berperan dalam ketahanan tubuh terhadap infeksi. Dengan adanya vitamin
A,tubuh lebih efisien dalam menyerap protein yang dikonsumsi. Kekurangan vitamin A
akana menyebabkan kerusakan pada matanya, yaitu kerusakan pada sensitivitas retina
terhadap cahaya (rabun senja) dan terjadinya kekeringan pada konjungtiva bulbi yang
terdapat pada celah kelopak mata, disertai pengerasan dan penebalan pada epitel. Pada
saat mata bergerak, akan tampak lipatan pada konjungtiva bulbi. Dalam keadaan parah,
hal tersebut dapat merusak retina, dan apabila keadaan ini tetap dibiarkan akan terjadi
ketunanetraan.
f) Terkena zat kimia
Disamping memberikan manfaat bagi manusia, zat-zat kimia juga dapat merusak apabila
penggunaanya tidak hati-hati. Zat kimia tertentu, seperti zat etanol dan aseton, apabila
mengenai kornea, akan mengakibatkan kering dan terasa sakit. Selain zat-zat lain, seperti
asam sulfat dan asam tannat yang mengenai kornea, akan menimbulkan kerusakan, bahkan
dapat mengakibatkan ketunanetraan.
g) Kecelakaan
Kecelakaan menjadi salah satu factor yang dapat menyebabkan ketunanetraan apabila kecelakaan
tersebut mengenai mata atau saraf mata. Benturan keras mengenai saraf mata atau tekanan yang
keras terhadap bola mata, dapat menyebabkan gangguan pemglihatan, bahkkan ketunanetraan.
c. Tanda

Bayi dengan gangguan penglihatan pada usia 3 bulan dapat menunjukkan gejala-gejala berikut
ini:

 Tidak dapat mengikuti objek dengan menggunakan matanya


 Tidak dapat awas terhadap gerakan tangan (pada usia 2 bulan)
 Mengalami kesulitan dalam menggerakkan salah satu atau kedua bola mata ke seluruh
arah
 Mata sering menjadi juling

Sedangkan pada usia 6 bulan, bayi dapat menunjukkan gejala-gejala berikut:

 Salah satu mata atau kedua mata juling hampir setiap saat
 Mata menjadi sering berair
 Tidak mengikuti objek yang berada pada jarak dekat (kurang lebih jarak 30 cm) atau
objek jarak jauh (kurang lebih 2 meter) dengan kedua matanya

tanda adanya kelainan pada mata Anak yang mungkin dapat mengganggu penglihatannya
seperti:

 Bagian tengah mata yang harusnya berwarna hitam (pupil) ternyata berwarna putih atau
ada bayangan putih pada bagian tengah bola mata.
 Kelopak mata yang tidak terbuka atau setengah terbuka dapat menutupi pandangan bayi.
 Mata juling, dapat disebabkan oleh ambliopia (mata malas) ataupun adanya kelainan pada
otot gerak mata (extraocular muscle).
https://hellosehat.com/parenting/tips-parenting/gejala-gangguan-penglihatan-pada-bayi/

http://liayuliawati-pgsdipa.blogspot.com/2012/10/anakberkebutuhan-khusus-tunanetra-
a.html

https://hellosehat.com/parenting/tips-parenting/penyebab-dan-gejala-gangguan-pendengaran-
pada-anak/

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Anak_berkebutuhan_khusus

https://www.membumikanpendidikan.com/2015/05/faktor-penyebab-kelainan-atau-anak-
berkebutuhan-khusus.html?m=1

https://www.google.co.id/amp/s/dosenpsikologi.com/karakteristik-anak-berkebutuhan-khusus/amp

Anda mungkin juga menyukai