Anda di halaman 1dari 3

Selalu Menghargai Orangtua Kita

Pagi hari ini kumulai hari dengan senyum, seperti hari-hari yang lain kumulai
aktivitasku dengan bangun pagi dan melaksanakan sholat shubuh. Setelah sholat kulanjutkan
dengan memeriksa ulang jadwal sekolah untuk hari ini dan dilanjutkan dengan aktivitas lain.
Sekarang ini aku duduk dibangku SMK kelas XI, aku bersekolah di SMA Tunas Bangsa. Aku
adalah lulusan dari SD dan SMP pondok yang berada di Jombang, karena ada pemindahan
tugas kerja dari kantor bunda yang di Jombang ke Surabaya, maka dari itu mau tidak mau aku
juga harus ikut pindah. Pertama perkenalkan namaku adalah Adifa Nazla Shafana dan nama
bundaku adalah Aqila Shafana, aku sudah tidak memiliki Ayah karena Ayahku sudah tiada
semenjak aku masih berumur 5 tahun dan nama Ayahku adalah Alm. Muhammad Adnan.
Saat aku turun untuk sarapan pagi seperti biasa bundaku sudah berangkat bekerja, jadi
aku lebih memilih membawa bekal ke sekolah. Meskipun bunda selalu sibuk dan jarang
berada dirumah aku berusaha memaklumi semua itu, karena bunda lah yang sudah mengurus
diriku semenjak kami ditinggal pergi oleh Ayah. Itu juga alasan mengapa semenjak aku SD
sampai SMP dimasukkan ke pondok supaya aku tidak kesepian di rumah dan itu juga demi
kebaikanku dalam membentuk kepribadian dan sikap yang baik untuk masa depanku kelak.
Saat aku berangkat sekolah dengan mengunakan bus, ternyata di halte sudah ada kedua
temanku yang bernama Misha dan Zahra. Mereka adalah teman pertamaku di Surabaya
samapai saat ini aku kelas XI dan ada satu lagi yang bernama Kayla.
Aku berkata, “Assalamualaikum Misha, Zahra tumben kalian sudah sampai di halte
duluan biasanya juga aku yang nunggu kalian di halte“, Zahra menjawab, “Waalikumsalam
Shafa, iya kalau gak aku yang jemput Misha pagi-pagi banget buat nyuruh dia cepet gak
bakal deh kita sampai halte duluan...“, Misha pun berkata “Apaan sih kamu Zahra aku gak
pernah ya berangkatnya lama, paling juga kamu yang lama!”, dan aku pun membalas, “Iya-
iya, ayo deh kita berangkat itu bisnya sudah datang...”.
Sesampainya disekolah aku pun duduk dibangku ku bersama dengan Zahra karena
Misha duduk dengan Kayla didepanku. Pelajaran pun dimulai dengan lancar, tak terasa jam
istirahat pun berbunyi semua murid-murid pun berhamburan untuk pergi ke kantin. “Shafa
ayo ke kantin aku sudah lapar nih!” Misha berkata, dan kujawab, “Aku gak ke kantin biasa
aku bawa bekal dari rumah, aku makan bekalku di kelas saja...”, Misha pun bertanya, “Kalau
kamu Zahra?”, “Aku titip kamu aja deh kasian kalau Shafa sendirian dikelas nanti gimana
kalau dia diganggu cowok, aku nitip roti sama susu aja...” Zahra membalas, Misha pun
berkata, “Apa-apaan si kamu Zahra, ya sudahlah aku ke kantin dulu sama Kayla kalau
begitu...”, “Makasih Misha....” balas Zahra. Setelah makananku habis, Misha dan Kayla pun
baru sampai dikelas saat bel masuk berbunyi. “kamu itu lama banget sih, gak tau ya kalau ada
yang nungguin?” kata Zahra, Misha membalas, “Maaf kan tadi aku sama Kayla makan di
kantin terus antri lagi, ini pesanan kamu...”.
Ternyata setelah bel masuk berbunyi, guru matematika datang dan bilang kepada
teman-teman satu kelasku bahwa hari ini ulangan. Satu kelas mengeluh kenapa harus ada
ulangan mendadak, tanpa ada pemberitahuan terlebih dahulu termasuk Misha, ulangan pun
dimulai dan berakhir saat terdengar bel bunyi istirahat kedua. Misha berkata, “Aduh Shafa,
Zahra bagaimana ini aku tadi malam tidak belajar sama sekali, gimana kalau nanti nilai
ulanganku jelek?”, “Itu sih salahmu siapa suruh gak belajar...” Kayla berkata, dan Zahra pun
membalas, “Benar Kay, salah siapa gak belajar meskipun gak ada PR setidaknya kamu harus
buka buku untuk mempelajari materi yang sudah dijelaskan guru sebelumnya...”, Misha
membalas, “Apaan sih kalian semua kok malah nyalahin aku, Shafa bagaiama?, “Sudah-
sudah kenapa kalian jadi ribut, tawakal aja pasti nanti nilai kamu bagus kamu kan pandai,
temen-temen ayo kita sholat dhuhur dulu....”. Setelah selesai sholat dhuhur jam istirahat
kedua pun telah usai dan pelajaran selanjutnya dimulai. Akhirnya bel pulang sekolah
terdengar, semuanya sudah berhamburan keluar kelas karena jam yang mereka tunggu telah
berbunyi. Setelah kelas sudah mulai kosong aku, Zahra, Misha, dan Kayla pun keluar kelas
tetapi sesampainya didepan gerbang sekolah Misha berkata, “Kalian pulang duluan saja aku
dan Kayla mau ke mall untuk cari buku....”, Zahra membalas, “Alasan, seharusnya kalau cari
buku itu ya di toko buku, kenapa harus ke mall?, palingan kalian mau jalan-jalan bukannya
langsung pulang!”. “Zahra kenapa sih dari tadi kamu itu sensi terus, Shafa kalau kamu pulang
berdua sama Zahra gak masalah kan?”, tanya Misha “Iya hati-hati dijalan, terus nanti kalau
sudah langsung pulang, supaya gak dicariin orang tua kamu!” aku pun membalas. Akhirnya
aku dan Zahra berpisah dengan Misha dan Kayla didepan gerbang sekolah.
Sesampainya dirumah ternyata bunda belum datang, akupun langsung masuk kekamar
mandi dan langsung sholat ashar. Setelah selesai sholat aku berniat main kerumah Zahra
karena dirumah tidak ada siapapun, saat sudah sampai dirumah Zahra aku disambut dengan
hangat oleh Ibunya Zahra. Sebenarnya didalam hatiku ini ada rasa iri karena merasa Zahra
sangat beruntung masih memiliki orang tua yang lengkap juga ibu yang selalu ada dirumah
menemani Zahra, tidak seperti diriku yang selalu sendiri karena bunda sibuk dengan
pekerjaanya dan jarang berada dirumah. Sebenarnya aku memaklumi semua itu tetapi lama
kelamaan aku merasa bunda tidak peduli padaku dan aku mulai berfikir apa itu juga alasan
kenapa selama ini aku dimasukkan ke pondok karena bunda tidak peduli dengan ku.
Tidak terasa ternyata hari sudah malam dan aku masih dirumahnya Zahra segera aku
berpamitan dengan Zahra dan Ibunya karena aku harus pulang kerumah. Sesampainya
dirumah ternyata bunda sudah datang dan langsung memarahiku karena aku pergi tanpa
meminta izin. “Darimana kamu jam segini baru pulang?”, bunda bertanya dan aku membalas,
“Dari rumahnya Zahra kenapa bunda marah, aku kesepian dirumah gak ada siapa-siapa bunda
kan selalu sibuk gak pernah meperhatikan dan meluangkan waktu untuk aku!”, “Kenapa
kamu bicara seperti itu kamu kan sudah tahu kalau bunda itu sibuk...”, “Kenapa bunda selalu
sibuk setidaknya luangkan waktu sedikit meskipun hanya untuk sarapan pagi denganku...”,
“Kamu itu belajar darimana bunda belum selesai bicara kamu potong?, bunda hanya ingin
kamu itu kalau keluar izin supaya bunda gak khawatir...”, “Kenapa, bunda aja gak pernah
pamit kalau berangkat pagi tiba-tiba sudah gak ada dirumah, sudahlah aku mau masuk
kekamar...”, “Shafa, kamu belajar darimana gak sopan sama orang tua, bunda belum selesai
berbicara kamu sudah langsung pergi....”.
Itulah yang terakhir kudengar karena aku sudah masuk kedalam kamar, sebenarnya
aku tidak bermaksud berbicara seperti itu kepada bunda. Semalaman aku selalu berfikir kalau
aku salah karena memang tadi sebelum kerumahnya Zahra aku belum minta izin pada bunda,
dan aku berniat besok pagi-pagi sekali aku akan meminta maaf ke bunda. Pagi harinya saat
aku bangun dan ingin mengambil air minum dikulkas aku lihat ada memo tertempel dan saat
aku baca ternyata bunda keluar kota selama 3 hari. Aku berniat menelpon bunda dan meminta
maaf tetapi kubatalkan niatku itu dan aku akan minta maaf saat bunda sudah pulang nanti.
Hari berlalu sangat cepat, tidak terasa ini sudah hari ketiga bunda keluar kota dan itu
berarti kalau tidak nanti malam ya besok bunda sampai rumah. Saat sedang perjalanan pulang
bersama dengan Misha dan Zahra, aku mendapat telepon dan aku mendapat kabar bahwa
bunda masuk rumah sakit karena kecelakaan saat perjalanan pulang kerumah. Sesegara
mungkin aku bergegas kerumah sakit berssma kedua sahabatku, sesampainya aku dirumah
sakit aku langsung menemui bunda dan saat itu juga aku meminta maaf kepada bunda. Aku
berjanji tidak akan bersikap seperti itu lagi dan tidak akan egois, karena aku hanya memiliki
bunda didunia ini. Bunda juga sudah bekerja keras untuk kehidupanku seharusnya aku lebih
menghargai kerja keras bunda bukannya berfikir negatif kepada beliau.

NAMA : NUR LAILA


KELAS/NO. ABSEN : XI PBR 3/03

Anda mungkin juga menyukai