Anda di halaman 1dari 4

RESUME BUKU

“ARGUMEN INTEGRASI ISLAM & EKONOMI”


(Melacak Rasionalitas Islamisasi Ilmu Ekonomi)

Mata Kuliah : Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam


Dosen Pengampu : Dr. Muhammad Yafiz, M.Ag

Disusun Oleh

Nama : Ella Ariska


NIM : 0503162191

PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
2019
IDENTITAS BUKU

Judul : Argumen Integrasi Islam & Ekonomi ( Melacak Rasionalitas Islamisasi Ilmu
Ekonomi )
Penulis : Dr. Muhammad Yafiz, M.Ag
Penerbit : FEBI UIN-SU Press (Cetakan Pertama, November 2015)
Tahun Terbit: 2015
Tebal Buku : 164 halaman

ISI RESUME

Berbicara tentang rasionalitas islamisasi ilmu ekonomi atau Islamization of knowledge


secara khusus di bidang ekonomi, pada dasarnya adalah upaya untuk mengintegrasikan Islam
dan Ekonomi melalui Islamisasi Ilmu Pengetahuan. Dan buku ini menjelaskan tentang
bagaimana argumen integrasi Islam dan ekonomi itu dibangun, baik secara ontologi,
epistemologi dan axiologi. Sebelum itu, saya akan menjelaskan pengertian dari ontologi,
epistemologi dan axiologi.

Ontologi adalah salah satu dari kajian filsafat yang membahas tentang hakikat yang ada,
tentang hakikat wujud. Dengan demikian, maka ontologi adalah teori tentang ada dan realitas.
Epistemologi adalah teori tentang pengetahuan yang dalam filsafat ilmu disebut juga dengan
theory of knowledge. Secara lebih khusus, di antara permasalahan pokok bahasan
epistemologi adalah untuk menjawab pertanyaan tentang apa yang menjadi sumber
pengetahuan dan bagaimana cara atau metode memperolehnya. Sedangkan Axiologi adalah
salah satu cabang filsafat yang membahas tentang masalah nilai, sehingga axsiologi diartikan
sebagai filsafat nilai.

Pemikiran ekonomi sudah mulai berkembang pada abad ke-15. Namun, ekonomi diakui
sebagai disiplin ilmu pada abad ke-18 ditandai dengan munculnya sebuah buku yang berjudul
An Iquiry into the Nature and Cause of The Wealth of Nations (1776) karangan Adam Smith.
Dari buku tersebut, maka muncullah pemikiran yang melahirkan paham kapitalis dan dikenal
dengan aliran klasik.
Setelah itu, disusul dengan munculnya Karl Max (1818-1883) dengan bukunya yang
berjudul Das Kapital yang mengembangkan model sosialis sekaligus bantahan terhadap
sistem kapitalis yang dinilai melahirkan kesenjangan sosial dan dapat menimbulkan
ekploitasi dan penindasan terhadap kaum buruh.

Eksistensi keilmuan ekonomi Islam pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari ekonomi
modern (konvensional). Kondisi selanjutnya, mendapat kritik dari para ekonom kontemporer
yang menyadari betapa pentingnya aksi ekonomi yang berkarakter religious, beromoral dan
humanis. Diantara ekonom tersebut adalah Gunnar Mrydal (1898-1987) dan Eugene Love.

Kemudian munculnya sejumlah tokoh Muslim dengan keinginannya yang kuat untuk
memposisikan Islam sebagai landasan alternatif kebudayaan dan peradaban dan berhasil
mengantarkan ekonomi Islam kedalam pentas ekonomi dunia. Usaha yang dilakukan dengan
menemukan relevansi kehadirannya dengan keadaan masa kini dan berusaha merubah status
quo hegemoni barat ternyata secara perlahan mampu mengilhami masyarakat dunia agar
memiliki pandangan baru untuk dapat menerima ekonomi Islam secara objektif dan
menyadarinya sebagi alternatif sistem ekonomi dunia.

Usaha ini juga didasari atas kesadaran akan pentingnya untuk mendudukkan
landasan filosofis dan paradigma keilmuan ekonomi Islam. Namun demikian, perjalanan
perkembangan kajian ekonomi Islam tersebut bukanlah tanpa perbedaan diantara sarjana
ekonomi Muslim itu sendiri. Tetapi, perbedaanya yang paling mendasar adalah pada
penentuan eksistensi keilmuan ekonomi islam yang pada ahirnya menentukan pola relasi
Islam sebagai agama, ekonomi, dan sebagai ilmu.

Usaha pemisahan ilmu ekonomi dari agama adalah sangat tidak beralasan, karena
ekonomi adalah bahagian yang tidak terpisahkan dari pengalaman hidup manusia. Islam
dipandang sebagai sebuah sistem yang komprehensif dan jalan hidup total, oleh karenanya
eknomi sebaga isebuah disiplin hanyalah satu bagian yang harus diintegrasikan sejak awal ke
dalam Islam dan mengakar pada sebuah tata nilai yang bersendikan Alquran dan Hadis Nabi,
sehingga formulasi ini akan melahirkan yang di kenal sebagai ilmu ekonomi Islam.

Lebih dari itu ekonomi Islam bertujuan untuk menciptakan keseimbangan


pemenuhan kebutuhan material dan spiritual. Dan juga bertujuan untuk memperoleh
kebahagiaan di dunia dan akhirat dengan mengikuti petunjuk Allah Swt melalui wahyu yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Ini juga merupakan konsekuensi logis dari
pemahaman ontologi ekonomi Islam yang tidak hanya mengakui eksistensi material empirik
dan mengingkari realitas metafisik serta wahyu.

Secara epistemologis dapat disimpulkan bahwa ekonomi Islam meletakkan wahyu,


akal dan indera dalam proporsinya masing-masing. Disinilah makna Islamisasi ilmu ekonomi,
dimana teori-teori ekonomi yang dirumuskan oleh paradigma dan metodologi konvensional
kemudian dievaluasi secara kritis berdasarkan prinsip-prinsip syari’ah. Namun, tidak
menutup kemungkinan dirumuskannya teori baru yang diturunkan dari wahyu tersebut baik
Alquran maupun hadis sebagai dasar untuk membentuk realitas yang sesuai dengan tatanan
nilai normatif Islam.

Secara axiologis, ekonomi Islam pada dasarnya tidak bebas nilai. Segala upaya
pengembangan dan aplikasinya tidak dapat dilepaskan dari nilai-nilai moral yang bersumber
dari Alquran dan hadis. Tindakan ekonomi manusia berdasarkan moral bukan hanya untuk
memenuhi kehendak Tuhan tetapi juga yang paling menguntungkan bagi mereka secara
rasional. Dengan demikian jelaslah bahwa axiologi ekonomi Islam bersifat memperbaiki
dengan kreatif daripada menentang dan menolak antara satu dengan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai