Anda di halaman 1dari 33

3.

1 Sistem Persamaan Diffrensial


Banyak aplikasi yang dibentuk dari sistem yang digabungkan dalam beberapa cara.
Untuk contohnya dua massa yang saling dikaitkan dengan pegas yang saling berinteraksi
karena jika digerakkan oleh salah satu massa akan mengakibatkan gerakan pada yang lain
melalui pegas itu. Konsep untuk menyelesaikannya mirip dengan konsep yang telah kita
bahas pada penyelesaian persamaan differensial orde dua, hanya jika kita ingin membahas
cara yang lebih umum untuk menyelesaikannya dengan konsep dalam aljabar linier.

3.1.1 Pengantar pada Sistem dan Matrik


Apabila kita telah membahas berbagai macam teknik untuk menyelesaikan persamaan
differensial tetapi masih banyak masalah-masalah sederhana yang tidak bisa kita kerjakan
dengan metoda-metoda yang telah kita pelajari terdahulu. Contoh sederhana adalah,
perhatikan sistem dua massa pegas dimana pada masing-masing massa m1 dan m2 diberikan
gaya berturut-turut F1(t) dan F2(t).

Massa berlaku Newton


๐‘‘ 2 ๐‘ฅ1 ๐‘‘ 2 ๐‘ฅ2
โˆ‘ ๐น1 = ๐‘š1 dan โˆ‘ ๐น2 = ๐‘š2 ,
๐‘‘๐‘ก 2 ๐‘‘๐‘ก 2

Dimana โˆ‘ ๐น1 dan โˆ‘ ๐น2 adalah jumlah gaya pada ๐‘š1 dan ๐‘š2 berturut-turut. Perhatikan


persamaan untuk x1 (t) dan x2 (t) adalah kopel (coupled) karena dikaitkan dengan sebuah
pegas yang mempunyai konstanta pegas k2 . Oleh karena itu sistem yang terbentuk dinyatakan
sebagai :
๐‘‘ 2 ๐‘ฅ1
๐‘š1 2 = โˆ’๐‘˜1 ๐‘ฅ1 + ๐‘˜2 (๐‘ฅ2 โˆ’ ๐‘ฅ1 ) + ๐น1 = โˆ’(๐‘˜1 โˆ’ ๐‘˜2 ) ๐‘ฅ1 + ๐‘˜2 ๐‘ฅ2 + ๐น1
๐‘‘๐‘ก
๐‘‘2 ๐‘ฅ2
๐‘š2 = โˆ’๐‘˜3 ๐‘ฅ3 โˆ’ ๐‘˜2 (๐‘ฅ2 โˆ’ ๐‘ฅ1 ) + ๐น2 = โˆ’(๐‘˜2 โˆ’ ๐‘˜3 ) ๐‘ฅ2 + ๐‘˜2 ๐‘ฅ1 + ๐น2
๐‘‘๐‘ก 2

Yang tidak dalam bentuk pada metoda yang telah kita pelajari terdahulu. Contoh
diatas adalah contoh sederhana dari sekian banyak sistem fisika yang ada. Sebagai contoh
kedua kita perhatikan sistema yang telah kita kenal fan kita ketahui bagaimana
menyelesaikannya
๐‘š๐‘ขโ€ฒโ€ฒ + ๐‘ฆ๐‘ขโ€ฒ + ๐‘˜๐‘ข = ๐น(๐‘ก)
Yang merupakan model dari sebuah pendulum dengan damping dan forcing. Dengan
mendefinisikan
๐‘ฅ = ๐‘ข dan ๐‘ฆ = ๐‘ข;
Maka kita dapat menulis kembali sistem diatas sebagai
๐‘ฅ=๐‘ฆ
๐‘š๐‘ฆ โ€ฒ = โˆ’๐›พ๐‘ฆ โˆ’ ๐‘˜๐‘ข + ๐น(๐‘ก)
Jadi kita ubah persamaan differensial orde dua kita menjadi dua sistem persamaan
differensial orde satu. Tetapi kita perlu untuk mengetahui bagaimana menyelesaikan sistem
seperti tersebut. Secara umum kita ingin membahas ๐‘›๐‘ฅ๐‘› bauh kopel sistem dari persamaan
differensial orde satu.
๐‘ฅโ€ฒ1 = ๐น1 (๐‘ฅ1 , ๐‘ฅ2 , ๐‘ฅ3 , โ€ฆ , ๐‘ฅ๐‘› , ๐‘ก)
๐‘ฅโ€ฒ2 = ๐น2 (๐‘ฅ1 , ๐‘ฅ2 , ๐‘ฅ3 , โ€ฆ , ๐‘ฅ๐‘› , ๐‘ก)
โ‹ฎ
๐‘ฅโ€ฒ๐‘› = ๐น๐‘› (๐‘ฅ1 , ๐‘ฅ2 , ๐‘ฅ3 , โ€ฆ , ๐‘ฅ๐‘› , ๐‘ก)

Dalam bab ini kiuta akan membahas hanya pada sistem linier, contohnya
๐น1 = ๐‘๐‘—1 (๐‘ก)๐‘ฅ1 + ๐‘๐‘—2 (๐‘ก)๐‘ฅ2 + โ€ฆ + ๐‘๐‘—๐‘› (๐‘ก)๐‘ฅ๐‘› + ๐‘”๐‘— (๐‘ก)

Dimana ๐‘— = 1, 2, โ€ฆ , ๐‘›. Jadi tidak ada suku-suku nonlinear seperti ๐‘ฅ๐‘—2 , cos(๐‘ฅ๐‘— ), ๐‘ฅ1 . ๐‘ฅ2


dan sebagainya. Kita akan bahas suku-suku nonlinear pada bab tersendiri. Seperti pada bab
terdahulu bahwa jika ๐‘”๐‘— (๐‘ก) = 0, maka kita mempunyai sistem homogen, sedangkan jika
๐‘”๐‘— (๐‘ก) โ‰  0 kita punyai sistem tak homogen. Untuk sistem-sistem seperti diatas, terdapat
sebuah teorema yang menyatakan bahwa kita punya sebuah solusi tunggal, kita bisa
menemukan satu solusi ๐‘ฅ๐‘— (๐‘ก) = ๐œ™๐‘— (๐‘ก) yang memenuhi sistem dengan kondisi awal yang
๐œ•๐น1
diberikan ๐‘ฅ๐‘— (๐‘ก0 ) = ๐œ™๐‘— (๐‘ก0 ) sedemikian sehingga solusi ada disekitar ๐‘ก0 dengan ๐น๐‘— dan ๐œ•๐‘ฅ1

kontinu pada interval di sekitar ๐‘ก0 . Sebelum kita lanjutkan pembahasan kita tentang ini, kita
perlu mengingat kembali tentang teori matrik dan alajabar linear. Matrik adalah obyek yang
memperbolehkan kita memanipulasi sistem dalam cara yang bagus dan effisien. Matrik
merupakan alat pelengkap dalam dunia matematika. Sebuah matrik dapat dinayatakan dalam
bentuk
๐‘Ž11 ๐‘Ž12 โ‹ฏ ๐‘Ž1๐‘›
๐‘Ž21 ๐‘Ž22 โ‹ฏ ๐‘Ž2๐‘›
๐ด= ( โ‹ฎ ) = (๐‘Ž๐‘–๐‘— )
โ‹ฎ โ‹ฎ
๐‘Ž๐‘š1 ๐‘Ž๐‘š2 โ‹ฏ ๐‘Ž๐‘š๐‘›
Yang merupakan matrik ๐‘š ๐‘ฅ ๐‘›, m menyatakan banyaknya baris dan n menyatakan banyak
kolom. Konsep penting dari matrik adalah sebagai berikut
Tranpose
๐‘‡
๐ด๐‘‡ = (๐‘Ž๐‘–๐‘— ) = (๐‘Ž๐‘—๐‘– ) โ†’
1 5 1 2
Jika ๐ด = ( ) maka ๐ด๐‘‡ = ( )
2 3 5 3
Komplek Konjuget.
๐ดฬ… = ฬ…ฬ…ฬ…ฬ…ฬ…ฬ…
๐‘Ž(๐‘–๐‘—) โ†’

๐‘– 5 โˆ’๐‘– 3โˆ’๐‘–
Jika ๐ด = ( ) maka ๐ดโˆ— = ( )
3+๐‘– 6 5 6

Tiga konsep tersebut diatas akan penting digunakan untuk menyelesaikan persamaan
diferensial. Akhirnya kita juga akan membahas tentang matrik kuadrat ๐‘› ๐‘ฅ ๐‘› dan sebuah
vektor ๐‘› ๐‘ฅ 1 atau 1 ๐‘ฅ ๐‘›. Kita juga mempunyai beberapa sifat penting dari matrik tersebut.
1. A=B, jika ๐‘Ž๐‘–๐‘— = ๐‘๐‘–๐‘— untuk setiap ๐‘– dan ๐‘—
2. Matrik nol 0 jika ๐‘Ž๐‘–๐‘— = 0 untuk setiap ๐‘– dan ๐‘—
3. Penjumlahan dan pengurangan AยฑB= (๐‘Ž๐‘–๐‘— ) ยฑ (๐‘๐‘–๐‘— ) = (๐‘Ž๐‘–๐‘— ยฑ๐‘๐‘–๐‘— )
๏‚ท Komutatif : A+B = B+A
๏‚ท Asosiatif : A+(B+C) = (A+B)+C
4. Perkalian dengan bilangan: ๐›ผ๐ด = ๐›ผ(๐‘Ž๐‘–๐‘— ) = (๐›ผ๐‘Ž๐‘–๐‘— )
5. Perkalian matrik : AB=C dimana ๐‘๐‘–๐‘— = โˆ‘๐‘›๐‘˜=1 ๐‘Ž๐‘–๐‘˜ ๐‘๐‘˜๐‘—
๏‚ท Distributif : A(B+C) =AB+AC
๏‚ท Asosiatif : (AB)C = A(BC)
๏‚ท Tidak Komutatif AB โ‰  BA
โƒ— ๐‘‡ ๐‘ฃ = โˆ‘๐‘›๐‘–=1 ๐‘ข๐‘– ๐‘ฃ๐‘–
6. Vektor : ๐‘ข
๐‘ฃ1
๐‘ฃ 2
โƒ— ๐‘‡ ๐‘ฃ = (๐‘ข1 ๐‘ข2 โ€ฆ ๐‘ข๐‘› ) ( โ‹ฎ ) (๐‘ข1 ๐‘ฃ1 + ๐‘ข2 ๐‘ฃ2 + ๐‘ข3 ๐‘ฃ3 + โ€ฆ + ๐‘ข๐‘› ๐‘ฃ๐‘› )
๐‘ข
๐‘ฃ๐‘›
โƒ— ๐‘‡๐‘ฃ = ๐‘ฃ๐‘‡๐‘ข
๐‘ข โƒ—
โƒ— ๐‘‡ (๐‘ฃ๐‘’๐‘๐‘ฃ + ๐‘ค
๐‘ข โƒ—โƒ— ) = ๐‘ฃ ๐‘‡ ๐‘ฃ + ๐‘ฃ ๐‘‡ ๐‘ค
โƒ—โƒ—
โƒ— )๐‘‡ = ๐›ผ(๐‘ข
(๐›ผ๐‘ข โƒ— ๐‘‡ ๐‘ฃ) = ๐‘ข
โƒ— ๐‘‡ (๐›ผ๐‘ฃ)

โƒ— , ๐‘ฃ ) = โˆ‘๐‘›๐‘–=1 ๐‘ข๐‘– โƒ—โƒ—๐‘ฃโƒ—๐‘– = ๐‘ข
Hasil kali dalam : (๐‘ข โƒ— ๐‘‡๐‘ฃ
๏‚ท โƒ— , ๐‘ฃ ) = (๐‘ฃ, ๐‘ฃ๐‘’๐‘๐‘ฃ )
(๐‘ข
๏‚ท (๐›ผ๐‘ข
โƒ— , ๐‘ฃ ) = ๐›ผ(๐‘ข
โƒ— ,๐‘ฃ )
๏‚ท (๐‘ข
โƒ— , ๐›ผ๐‘ฃ ) = ๐›ผ(๐‘ข
โƒ— ,๐‘ฃ )
๏‚ท โƒ— , ๐‘ฃ + ๐‘ค) = (๐‘ข
(๐‘ข โƒ— , ๐‘ฃ ) + (๐‘ข
โƒ— ,๐‘ค
โƒ—โƒ— )
1
Panjang vektor : (๐‘ข โƒ— )2 = โˆ‘๐‘›๐‘–=1 ๐‘ข๐‘– โƒ—โƒ—โƒ—
โƒ— ,๐‘ข ๐‘ข๐‘– = โˆ‘๐‘›๐‘–=1|๐‘ข๐‘– |
โƒ— ,๐‘ข
Ortogonalitas : (๐‘ข โƒ—)=0
7. Identitas I = (๐›ฟ๐‘–๐‘— )9๐›ฟ๐‘–๐‘— = 1 untuk ๐‘– = ๐‘— dan 0 untuk lainnya โ†’AI=IA=A
8. Inversi : AB=I jika B=A-1 yang ada jika det (A) โ‰  0 (tak singular)

Sifat-sifat diatas akan merupakan hal yang penting untuk menyelesaikan sistem
persamaan differensial.

3.2 Nilai Eigen, Vektor Eigen, dan Kebebasan Liner

Definisi 3.2.1
Jika ๐ด matriks ๐‘› ร— ๐‘›, maka vector tak nol ๐‘ฅ dalam โ„๐‘› disebut vector eigen dari ๐ด
jika ๐ด๐‘ฅ merupakan kelipatan scalar dari ๐‘ฅ, yaitu :
๐ด๐‘ฅ = ๐œ†๐‘ฅ ....... (2.1)
untuk scalar ๐œ†.
Scalar ๐œ† disebut nilai eigen dari ๐ด dan ๐‘ฅ dinamakan vector yang bersesuaian dengan scalar ๐œ†.
Persamaan (2.1) dapat ditulis sebagai
๐ด๐‘ฅ = ๐œ†/๐‘ฅ
(๐œ†๐ผ โˆ’ ๐ด)๐‘ฅ = 0 ............. (2.2)
dengan ๐ผ adalah matriks identitas.
Persamaan (2.2) memiliki solusi tak nol jika dan hanya jika
|๐œ†๐ผ โˆ’ ๐ด| = 0 โ€ฆ โ€ฆ โ€ฆ โ€ฆ โ€ฆ โ€ฆ (2.3)
Persamaan (2.3) merupakan persamaan karakteristik dari matriks ๐ด dan scalar yang
memenuhi persamaan (2.3) adalah nilai eigen dari ๐ด.
|๐œ†๐ผ โˆ’ ๐ด| = ๐œ†๐‘› + ๐‘1 ๐œ†๐‘›โˆ’1 + ๐‘2 ๐œ†๐‘›โˆ’2 + โ‹ฏ + ๐‘๐‘› .
Sehingga persamaan karakteristik ๐ด menjadi
๐œ†๐‘› + ๐‘1 ๐œ†๐‘›โˆ’1 + ๐‘2 ๐œ†๐‘›โˆ’2 + โ‹ฏ + ๐‘๐‘› = 0.
dengan ๐‘๐‘– โˆˆ โ„, ๐‘– = 1,2,3, โ€ฆ , ๐‘›.

Contoh 1
1 โˆ’1
Diberikan matriks A = [ ]
โˆ’2 0
Tentukan nilai eigen, vector eigen dan solusi umum dari matriks A.
Penyelesaian :
a. Akan ditentukan nilai eigen matriks A
|๐œ†๐ผ โˆ’ ๐ด| = 0
๐œ† 0 1 โˆ’1
|[ ]โˆ’[ ]| = 0
0 ๐œ† โˆ’2 0
๐œ†โˆ’1 1
| |=0
2 ๐œ†
๐œ†2 โˆ’ ๐œ† โˆ’ 2 = 0
(๐œ† + 1)(๐œ† โˆ’ 2) = 0
Sehingga diperoleh nilai eigen matriks A adalah ๐œ†1 = โˆ’1 ๐‘‘๐‘Ž๐‘› ๐œ†2 = 2.
b. Akan ditentukan vector-vektor eigen yang bersesuaian dengan nilai eigen dari matriks
A
Untuk ๐œ†1 = โˆ’1
(๐œ†๐ผ โˆ’ ๐ด)๐‘ฅ = 0
โˆ’2 1 ๐‘ฅ1
[ ][ ] = 0
2 โˆ’1 ๐‘ฅ2
โˆ’2๐‘ฅ1 + ๐‘ฅ2 = 0
{
2๐‘ฅ1 โˆ’ ๐‘ฅ2 = 0
Persamaan โˆ’2๐‘ฅ1 + ๐‘ฅ2 = 0 ekuivalen dengan 2๐‘ฅ1 = ๐‘ฅ2
Misalkan ๐‘ฅ1 = ๐‘ก ๐‘š๐‘Ž๐‘˜๐‘Ž ๐‘ฅ2 = 2๐‘ก
๐‘ฅ1 ๐‘ก 1
๐‘ฅ = [๐‘ฅ ] = [ ] = [ ] ๐‘ก
2 2๐‘ก 2
Diambil ๐‘ก = 1, maka diperoleh vector eigen yang bersesuaian dengan ๐œ†1 = โˆ’1
1
adalah ๐‘ฅ = [ ]
2
Untuk ๐œ†1 = 2
๐›ฝ(๐ผ โˆ’ ๐ด)๐‘ฅ = 0
1 1 ๐‘ฅ1
[ ][ ] = 0
2 2 ๐‘ฅ2
๐‘ฅ + ๐‘ฅ2 = 0
{ 1
2๐‘ฅ1 + 2๐‘ฅ2 = 0
Persamaan 2๐‘ฅ1 + 2๐‘ฅ2 = 0 ekuivalen dengan ๐‘ฅ1 = โˆ’๐‘ฅ2
Misalkan ๐‘ฅ2 = ๐‘ก ๐‘š๐‘Ž๐‘˜๐‘Ž ๐‘ฅ1 = โˆ’๐‘ก
๐‘ฅ1 โˆ’๐‘ก โˆ’1
๐‘ฅ = [๐‘ฅ ] = [ ] = [ ] ๐‘ก
2 ๐‘ก 1
Diambil ๐‘ก = 1, maka diperoleh vector eigen yang bersesuaian dengan ๐œ†1 = 2 adalah
โˆ’1
๐‘ฅ=[ ]
1

Definisi 3.2.2
Matriks ๐ด yang berukuran ๐‘› ร— ๐‘› dikatakan dapat didiagonalisasi jika terdapat matriks ๐‘ƒ
yang mempunyai invers sedemikian sehingga ๐‘ƒโˆ’1 ๐ด๐‘ƒ adalah matriks diagonal, maka matriks
๐‘ƒ dikatakan mendiagonalisasi matriks ๐ด.

Definisi 3.2.3
Jika ๐‘† = {๐‘ฃ1 , ๐‘ฃ2 , โ€ฆ , ๐‘ฃ๐‘Ÿ } adalah himpunan vector, maka persamaan vector
๐‘˜1 ๐‘ฃ1 + ๐‘˜2 ๐‘ฃ2 + โ‹ฏ + ๐‘˜๐‘Ÿ ๐‘ฃ๐‘Ÿ = 0 ........ (2.4)
mempunyai paling sedikit satu penyelesaian, yaitu
๐‘˜1 = 0, ๐‘˜2 = 0, โ€ฆ, ๐‘˜๐‘Ÿ = 0 โ€ฆ โ€ฆ .. (2.5)
Jika (2.5) merupakan satu-satunya penyelesaian, maka ๐‘† dinamakan himpunan bebas linear
(linearly independent), sedangkan jika ada penyelesaian lain maka ๐‘† dinamakan himpunan
takbebas linear (linearly dependent).

Teorema 3.2.1
Jika ๐ด adalah matriks ๐‘› ร— ๐‘›, maka kedua pernyataan berikut adalah ekuivalen.
(a) ๐ด dapat didiagonalisasi
(b) ๐ด mempunyai ๐‘› vector eigen bebas linear

Bukti :
(a) โ‡’ (b). Karena ๐ด dapat didiagonalisasi, maka terdapat matriks yang mempunyai invers.
Misalkan
๐‘11 โ‹ฏ ๐‘1๐‘›
๐‘ƒ=[ โ‹ฎ โ‹ฑ โ‹ฎ ]
๐‘๐‘›1 โ‹ฏ ๐‘๐‘›๐‘›
sehingga ๐‘ƒโˆ’1 ๐ด๐‘ƒ = ๐ท adalah matriks diagonal, dimana
๐œ†1 โ‹ฏ 0
๐ท=[โ‹ฎ โ‹ฑ โ‹ฎ]
0 โ‹ฏ ๐œ†๐‘›
maka,
โŸบ ๐‘ƒ๐‘ƒโˆ’1 ๐ด๐‘ƒ = ๐‘ƒ๐ท
โŸบ ๐ด๐‘ƒ = ๐‘ƒ๐ท
๐‘11 โ‹ฏ ๐‘1๐‘› ๐œ†1 โ‹ฏ 0 ๐œ†1 ๐‘11 โ‹ฏ ๐œ†1 ๐‘1๐‘›
๐ด๐‘ƒ = [ โ‹ฎ โ‹ฑ โ‹ฎ ][ โ‹ฎ โ‹ฑ โ‹ฎ]=[ โ‹ฎ โ‹ฑ โ‹ฎ ] (2.6)
๐‘๐‘›1 โ‹ฏ ๐‘๐‘›๐‘› 0 โ‹ฏ ๐œ†๐‘› ๐œ†1 ๐‘๐‘›1 โ‹ฏ ๐œ†๐‘› ๐‘๐‘›๐‘›
Jika dimisalkan ๐‘1 , ๐‘2 , โ€ฆ , ๐‘๐‘› menyatakan vector-vektor kolom ๐‘ƒ, maka bentuk (2.6)
kolom-kolom ๐ด๐‘ƒ yang berurutan ๐œ†1 ๐‘1 , ๐œ†2 ๐‘2 , โ€ฆ , ๐œ†๐‘› ๐‘๐‘› . Akan tetapi kolom-kolom dari hasil
kali ๐ด๐‘ƒ adalah ๐ด๐‘1 , ๐ด๐‘2 , โ€ฆ , ๐ด๐‘๐‘› , sehingga diperoleh
๐ด๐‘1 = ๐œ†1 ๐‘1 , ๐ด๐‘2 = ๐œ†2 ๐‘2 , โ€ฆ , ๐ด๐‘๐‘› = ๐œ†๐‘› ๐‘๐‘› (2.7)
Karena ๐‘ƒ mempunyai invers, maka vector-vektor kolomnya tidak bernilai nol, jadi
berdasarkan definisi 2.1, ๐œ†1 , ๐œ†2 , โ€ฆ , ๐œ†๐‘› adalah nilai-nilai eigen ๐ด, dan ๐‘1 , ๐‘2 , โ€ฆ , ๐‘๐‘› , adalah
vector-vektor eigen yang bersesuaian. Karena ๐‘ƒ mempunyai invers maka diperoleh bahwa
๐‘1 , ๐‘2 , โ€ฆ , ๐‘๐‘› bebas linear. Jadi ๐ด memiliki ๐‘› vector eigen bebas linear.
(b) โ‡’ (a). Karena ๐ด memiliki ๐‘› vector eigen bebas linear misalkan ๐‘1 , ๐‘2 , โ€ฆ , ๐‘๐‘› maka
terdapat nilai eigen yang bersesuain yaitu ๐œ†1 , ๐œ†2 , โ€ฆ , ๐œ†๐‘› , dan misalkan
๐‘11 โ‹ฏ 0
๐‘ƒ=[ โ‹ฎ โ‹ฑ โ‹ฎ ]
0 โ‹ฏ ๐‘๐‘›๐‘›
adalah matriks yang vector-vektor kolomnya adalah ๐‘1 , ๐‘2 , โ€ฆ , ๐‘๐‘› . Karena ๐‘1 , ๐‘2 , โ€ฆ , ๐‘๐‘›
merupakan vector eigen dari matriks ๐ด dan kolom-kolom dari hasil kali ๐ด๐‘ƒ adalah
๐ด๐‘1 , ๐ด๐‘2 , โ€ฆ , ๐ด๐‘๐‘› maka
๐ด๐‘1 = ๐œ†1 ๐‘1 , ๐ด๐‘2 = ๐œ†2 ๐‘2 , โ€ฆ , ๐ด๐‘๐‘› = ๐œ†๐‘› ๐‘๐‘›
sehingga diperoleh
๐œ†1 ๐‘11 โ‹ฏ ๐œ†1 ๐‘1๐‘› ๐‘11 โ‹ฏ ๐‘1๐‘› ๐œ†1 โ‹ฏ 0
๐ด๐‘ƒ = [ โ‹ฎ โ‹ฑ โ‹ฎ ]=[ โ‹ฎ โ‹ฑ โ‹ฎ ][ โ‹ฎ โ‹ฑ โ‹ฎ ] = ๐‘ƒ๐ท (2.8)
๐œ†1 ๐‘๐‘›1 โ‹ฏ ๐œ†๐‘› ๐‘๐‘›๐‘› ๐‘๐‘›1 โ‹ฏ ๐‘๐‘›๐‘› 0 โ‹ฏ ๐œ†๐‘›
dimana ๐ท adalah matriks diagonal yang mempunyai nilai eigen ๐œ†1 , ๐œ†2 , โ€ฆ , ๐œ†๐‘› pada diagonal
utamanya. Karena vector-vektor kolom dari ๐‘ƒ bebas linear, maka ๐‘ƒ mempunyai invers. Jadi
(2.8) dapat dituliskan kembali sebagai ๐‘ƒโˆ’1 ๐ด๐‘ƒ = ๐ท dengan ๐ด dapat didiagonalisasi.

Contoh 2
Carilah matriks ๐‘ƒ yang mendiagonalkan
1 0 0
๐ด = [0 1 1 ]
0 1 1
1 0 0
Vector eigen yang bersesuaian dengan matriks ๐ด adalah ๐‘1 = [0], ๐‘2 = [โˆ’1], dan ๐‘3 = [1]
0 1 1
Akan ditunjukkan {๐‘1 , ๐‘2 , ๐‘3 } bebas linear. Berdasarkan definisi 2.3 substitusikan
๐‘1 , ๐‘2 , ๐‘‘๐‘Ž๐‘› ๐‘3 pada persamaan (2.7) sehingga diperoleh
1 0 0
๐‘˜1 [0] + ๐‘˜2 [โˆ’1] + ๐‘˜3 [1] = 0 (2.9)
0 1 1
atau secara ekuivalen menjadi
๐‘˜1 0
[โˆ’๐‘˜2 + ๐‘˜3 ] = [0]
๐‘˜2 + ๐‘˜3 0
Jadi ๐‘˜1 = 0, ๐‘˜2 = 0, ๐‘˜3 = 0 merupakan satu-satunya penyelesaian dari (2.9), sehingga
{๐‘1 , ๐‘2 , ๐‘3 } bebas linear dan didapat
1 0 0
๐‘ƒ = [0 โˆ’1 1]
0 1 1
Akan dibuktikan ๐‘ƒโˆ’1 ๐ด๐‘ƒ adalah matriks diagonal
1
1
0 โˆ’
2 1 0 0 1
2 0 0
๐‘ƒ โˆ’1 ๐ด๐‘ƒ = 1 00 [0 1 1] [0 โˆ’1 1]
11 0 1 1 0 1 1
[ 0
22]
0 0 0 1 0 0
โŸบ ๐‘ƒ โˆ’1 ๐ด๐‘ƒ = [0 1 1] [0 โˆ’1 1]
0 1 1 0 1 1
0 0 0
โŸบ ๐‘ƒโˆ’1 ๐ด๐‘ƒ = [0 1 0]
0 0 2
1 0 0
Jadi, ๐‘ƒ = [0 โˆ’1 1] akan mendiagonalkan A.
0 1 1

3.3 Sistem Persamaan Diferensial


Untuk menggunakan teknik aljabar linier yang telah kita pelajari pada bagian terdahulu, kita
perhatikan sistem persamaan diferensial
๐‘ฅ = P(t) ๐‘ฅ + ๐‘”(t),
Dimana P(t) dan ๐‘”(t) kontinu pada suatu interval I. Seperti pada bab-bab terdahulu, jika ๐‘”(t)
โ‰  0 maka kita mempunyai kasus tak homogen dan dika dan ๐‘”(t)=0 kita mempunyai kasus
homogen. Teorema berikut dapat dikemukakan untuk solusi homogen.

Teorema 3.3.1
Jika vektor-vektor ๐‘ฅ(1), ๐‘ฅ(2), . . . , ๐‘ฅ(n) adalah solusi-solusi yang bebas linier dari persamaan
diferensial homogen untuk semua titik di I, maka setiap sousi
โƒ— = c1๐‘ฅ(1) + c2๐‘ฅ (2) + . . . + c3๐‘ฅ(n) ,
โˆ…
Tepat dalam satu cara. Vektor-vektor ๐‘ฅ(1), ๐‘ฅ(2), . . . , ๐‘ฅ(n) membentuk himpunan solusi
fundemental yang membangun solusi โƒ—โˆ…(t). Dua hal penting yang perlu dicatat dengan
himpunan solusi fundemental diatas. Pertama, kita definisikan kembali matrik Wronkian:
W [๐‘ฅ(1), ๐‘ฅ(2), . . . , ๐‘ฅ(n)] = det (X) โ‰  0,
Dimana X adalah suatu matrik yang entri kolomnya adalah ๐‘ฅ(1), ๐‘ฅ(2), . . . , ๐‘ฅ(n) dan yang
mempunyai determinan tidak nol untuk sebuah himpunan yang bebas linear dari solusi-solusi.
Yang kedua bahwa solusi
โƒ—โˆ…(t0) = c1๐‘ฅ(1) + c2๐‘ฅ(2) + . . . + c3๐‘ฅ(n) = X๐‘ = ๐‘โƒ—,

Dimana t0 dan ๐‘โƒ— adalah suatu kondisi awal yang dapat dibalik untuk menentukan c1. Karena
determinan dari X tidak nol, maka kita dapat menemukan X-1 sedemikian sehingga
๐‘ = X-1 ๐‘โƒ—,
Dan vektor ๐‘ tunggal yang dijamin dari teorema diatas. Kita kembali lagi pada permasalahan
untuk menyelesaikan sistem persamaan diferensial. Untuk mudahnya kita perhatikan
konstanta koeffisien matrik A yang diberikan dengan
๐‘ฅ = A๐‘ฅ,
Kita perkenalkan konsep tentang setimbang (equilibrium) yakni terjadi jika ๐‘ฅ= 0. Jadi kita
akan dapatkan
A๐‘ฅ = 0โ†’ ๐‘ฅ = A-10 = 0
oleh karena det (A) โ‰  0. Jadi titik asal adalah titikasal adalah titik equilibrium dari sistem
persamaan diferensial linear dengan koefisien konstan. Sistem yang paling seerhana, yaitu
kita dapat memikirkan sistem 1 ร— 1(n=1)
xโ€™ = ax โ†’ x =ceat.
Penyelesaian diatas sangatlah mudah (trivial) yang telah kita bahas secara detail diawal
pembahasan. Kasus yang sedikit agak sulit yaitu tentang perilaku nontrivial yang diberikan
dalam sistem 2 ร— 2. Dalam kasus ini kita akan menunjukkan terdapat cara yang mudah untuk
menjelaskan perilaku dinamic dengan menggunakan phase-portrait dalam sebuah analisis
phase- plane. Kita mulai dengan mengingat bahwa sistem persamaan diferensial rde 2 ร— 2
dapat dinyatakan kembali dalam persamaan diferensial orde dua. Hal tersebut membeerikan
movivasi kepada kita untuk menebak solusi nya dalam bentuk
๐‘ฅ = A๐‘ฅ โ†’ ๐‘ฅ = ๐‘ฃeฮปt.
Dengan fakta ๐‘ฅ = ฮป๐‘ฃeฮปt, kita dapatkan
A๐‘ฃ = ฮป๐‘ฃ,
Yang merupakan masalah nilai eigen. Hanya dengan mengkondisikan ๐‘ฃ โ‰  0 untuk
mensyaratkan
det(A โ€“ ฮปI) dapat dibalik maka kita dapatkan ๐‘ฃ = 0. Berikut contoh untuk
memperjelas bagaimana sebenarnya teknik menyelesaikan sistem persamaan diferensial
tersebut.
1 1
Contoh 1. Selesaikan ๐‘ฅ = ( ) ๐‘ฅ.
4 1
Jawab. Masalah diatas diselesaikan dengan pertama mencoba solusinya
๐‘ฅ = ๐‘ฃeฮปt
Yang memberikan masalah eigen
1โˆ’ฮป 1
( )๐‘ฃ =0.
4 1โˆ’ฮป
Agar kita mempunyai solusi yang tak trivial (nontrivial) ๐‘ฃ, kita syaratkan bahwa determinan
matriks haruslah nol. Jadi kita dapatkan
1โˆ’ฮป 1
| | = (1 โˆ’ ฮป)( 1 โˆ’ ฮป) โˆ’ 4 = ฮป2 โˆ’2ฮป โˆ’3
4 1โˆ’ฮป
= (ฮป โˆ’ 3)(ฮป + 1) = 0.
Jadi kita peroleh nilai eigen
ฮป = 3 dan ฮป = -1
Vektor-vektor eigennya dapat diketemukan dari persamaan diatas. Kita akan dapatkan
1โˆ’3 1 โˆ’2 1 ๐‘ฃ1
ฮป=3:( )๐‘ฃ=( )( )=0,
4 1โˆ’3 4 โˆ’2 ๐‘ฃ2
yang akan memberikan -2v1 + v2 = 0 sehingga
โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ— 1
๐‘ฃ (โˆ’1) = c1 ( )
2
Vektor eigen yang kedua ditentukan dari bentuk
1+1 1 2 1 ๐‘ฃ1
ฮป = -1 : ( )๐‘ฃ=( )( )=0
4 1+1 4 2 ๐‘ฃ2
yang akan memberikan -2v1 + v2 = 0 sehingga
โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ— 1
๐‘ฃ (โˆ’1) = c1 ( )
โˆ’2
Jadi solusi umumnya dapat dinyatakan sebagai
1 1
๐‘ฅ = c1 ( ) ๐‘’ 3๐‘ก + c2 ( ) ๐‘’ โˆ’๐‘ก ,
2 โˆ’2
Dimana konstanta c1 dan c2 ditentukan dari kondisi awalnya. Kita akan tunjukkan bahwa
wronskiannya tidaklah nol. Kita punyai
3๐‘ก
โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—
W [๐‘ฅ ๐‘ฅ (2) ] = ( ๐‘’ 3๐‘ก
(1) , โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ— ๐‘’ โˆ’๐‘ก ) โ†’ det (W) = -4e2t โ‰  0,
2๐‘’ โˆ’2๐‘’ โˆ’๐‘ก
Dan vektor-vektor โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—
๐‘ฅ (1) dan โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—
๐‘ฅ (2) membentuk sebuah himpunan yang fundamental dari solusi-
solusinya. Perilaku dari solusi tersebut dapat lebih jelas dianalisa dari phase-pale potrait yang
merupakan gambar dari x1 terhadap x2 yang merupakan fungsi waktu. Gambar (5.2)

Menunjukkan perilaku dari solusi dan karakteristik perilaku solusi sepanjang vektor eigen.

Jadi sepanjang vektor eigen โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—


๐‘ฃ (1) solusi tumbuh seperti e3t sementara solusi sepanjang โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—
๐‘ฃ (1)
solusi menurun seperti e-t . Perilaku seperti ini yang mempunyai dua nilai eigen rill yang
berbeda tanda selalu akan membentuk perilaku sebuah saddle

Contoh
โˆ’3 โˆš2
Selesaikanlah ๐‘ฅ = ( ) ๐‘ฅ.
โˆš2 โˆ’2
Jawab. Kita sekali lagi mencoba solusinya dalam bentuk
๐‘ฅ = ๐‘ฃ e ฮปt ,
Yang memberikan masalah nilai eigen
โˆ’3 โˆ’ ฮป โˆš2 ) ๐‘ฃ = 0 .
(
โˆš2 โˆ’2 โˆ’ ฮป
Kita temukan nilai-nilai eigen dari determinan dari persamaan diatas, yakni
โˆ’3 โˆ’ ฮป โˆš2 | = (โˆ’3 โˆ’ ฮป)( โˆ’2 โˆ’ ฮป) โˆ’ 2 = ฮป2 +5ฮป +4 = (ฮป + 4)(ฮป + 1) = 0.
|
โˆš2 โˆ’2 โˆ’ ฮป
Jadi kita peroleh nilai-nilai eigen
ฮป = -4 dan ฮป = -1
Vektor-vektor eigennya dapat diketemukan dari persamaan diatas. Kita dapatkan

ฮป = โˆ’4 : (
โˆ’3 + 4 โˆš2 ) ๐‘ฃ = ( 1 โˆš2) (๐‘ฃ1) = 0
โˆš2 โˆ’2 + 4 โˆš2 2 ๐‘ฃ2
yang akan memberikan v1 = โˆ’โˆš2 dan v2 = 1 sehingga eigen vaktornya
โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ— 1
๐‘ฃ (โˆ’1) = c1 ( )
โˆ’2
Vaktor eigen yang kedua ditentukan dari bentuk

ฮป = -1 : (
โˆ’3 + 1 โˆš2 ) ๐‘ฃ = (โˆ’2 โˆš2 ) (๐‘ฃ1) = 0.
โˆš2 โˆ’2 + 1 โˆš2 โˆ’1 ๐‘ฃ2
Yang akan memberikan v1 =1 dan v2 =โˆš2 sehingga vektor eigennya
โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ—โƒ— 1
๐‘ฃ (โˆ’1) = c2 ( )
โˆš2
Jadi solusi umumnya dapat dinyatakan sebagai
1
๐‘ฅ = c1 (โˆš2) e-4t + c2 ( ) e-t ,
1 โˆš2
Dimana konstanta c1 dan c2 ditentukan dari kondisi awalnya. Sehingga tidak seperti dalam
contoh terdahulu, dalam hal ini kedua nilai eigen-eigen rill dan negatif. Ini akan
menghasilkan titik node pada equilibrium di titik asal. Perilaku dari solusi dapat dilihat pada
gambar (5.3) . Seperti juga pada contoh sebelumnya bahwa nilai egen dan vektor eigen
memegang peranan penting dalam menentukan perilaku phase-plane.

3.4 Akar - Akar Kompleks dan Berulang


3.4.1 Akar Kompleks

Definsi 3.4.1:
๐‘Ž๐‘ฆ โ€ฒโ€ฒ + ๐‘๐‘ฆ โ€ฒ + ๐‘๐‘ฆ = 0 .......................................................................................................... (1)
Dimana a, b dan c adalah bilangan real.Pada bagian pengantar pada sistem dan matriks
kita menemukan bahwa jika kita mencari solusi dari bentuk ๐‘ฆ = ๐‘’ ๐‘› , dimana r harus menjadi
akar dari persamaan karakteristik
๐‘Ž๐‘Ÿ 2 + ๐‘๐‘Ÿ + ๐‘ = 0 .............................................................................................................. (2)
Jika akar r1 dan r2 adalah real dan berbeda, yang teradi saaat diskriminan ๐‘ 2 = 4๐‘Ž๐‘ adaah
ppositif, maka solusi umum dari persamaan (1) adalah
๐‘ก ๐‘ก
๐‘ฆ = ๐‘1 ๐‘’ ๐‘Ÿ 1 + ๐‘2 ๐‘’ ๐‘Ÿ 2 .......................................................................................................... (3)
Misalkan sekarang bahwa ๐‘ 2 = 4๐‘Ž๐‘ adalah negative. Kemudian akar persamaan (2) adalah
konjungsi bilangan kompleks, kita menunjukkan dengan
๐‘Ÿ1 = ๐œ† + ๐‘–๐œ‡, ๐‘Ÿ2 = ๐œ† โˆ’ ๐‘–๐œ‡ ............................................................................................ (4)
Dimana ๐œ† dan ๐œ‡adalah bilangan real. Ekspresi yang sesuai untuk y adalah
๐‘ฆ1 (๐‘ก) = exp[(๐œ† + ๐‘–๐œ‡)๐‘ก], ๐‘ฆ2 (๐‘ก) = exp[(๐œ† โˆ’ ๐‘–๐œ‡)๐‘ก].................................................... (5)
Pertama โ€“ tama di eksplorasi apa yang diamksud dengan ungkapan- ungkapan ini. Yang
melibatkan fungsi eksponensial untuk eksponen kompleks. Sebagai contoh, jika ๐œ† = โˆ’1,
๐œ‡ = 2, dan ๐‘ก = 3, maka dari persamaan (5)
๐‘ฆ1 (3) = ๐‘’ โˆ’3+6๐‘– ................................................................................................................... (6)
Formula Euler: Untuk lebih memhami persamaan (5) diberikan definisi dari fungsi
eksponensial kompleks. Tentu saja, didefinisikan untuk mengurangi ke fungsi eksponensial
akrab nyata ketika eksponen nyata. Ada beberapa cara untuk mencapai definisi ini dari fungsi
eksponensial. Di sini kita menggunakan metode yang didasarkan pada seri terbatas,
alternative diuraikann dalam soal. Ingat dari kalkulus bahw aderet Taylor untuk
๐‘’ ๐‘ก tentang ๐‘ก = 0
๐‘ก๐‘›
๐‘’ ๐‘ก = โˆ‘โˆž
๐‘›=0 ๐‘›! , โˆ’ โˆž < ๐‘ก < โˆž ....................................................................................... (7)

Jika sekarang kita asumsikan bahwa kita dapat menggantikannya untuk t dalam persamaan
(7), maka kita dapatkan
(๐‘–๐‘ก)๐‘›
๐‘’ ๐‘–๐‘ก = โˆ‘โˆž
๐‘›=0 ๐‘›!
(โˆ’1)๐‘› ๐‘ก 2๐‘› (โˆ’1)๐‘›โˆ’1 ๐‘ก 2๐‘›โˆ’1
= โˆ‘โˆž
๐‘›=0 (2๐‘›)!
+ โˆ‘โˆž
๐‘›=1 (2๐‘›โˆ’1)!
................................................................................. (8)

Dimana kita telah memisahkan jumlah tersebut menjadi bagian โ€“ bagian nyata dan
imajiner, memanfaatkan fakta bahwa ๐‘– 2 = โˆ’1, ๐‘– 3 = โˆ’๐‘–, ๐‘– 4 = 1, dan sebagainya. seri pertama
dalam persamaan (8) justru deret Taylor untuk cos t tentang t=0 dan yang kedua adalah deret
Taylor utnuk sin t tentang t=0. Dengan demikian kita memiliki
๐‘’ ๐‘–๐‘ก = cos ๐‘ก + ๐‘– sin ๐‘ก ............................................................................................................ (9)
Persamaan (9) dikenal sebagai Rumus Euler dan sangat penting hubungannya dengan
matematika. Sementara derivasi persamaan (9) didasarkan pada asumsi yang belum
diverivikasi bahwa seri (7) dapat digunakan umtuk kompleks serta nilai real dari variable
independen,, dengan menggunakan derivasi ini hanya untuk membuat persamaan (9) tampak
lebih mudah dipahami. Setiap kali kita menulis ๐‘’ ๐‘› , ini berarti ekspresi dari sisi kana
persamaan (9). Ada beberapa variasi formula Euler yang perlu juga diperhatikan. Jika kita
mengganti t dengan โ€“t dalam persamaan (9) dan ingat bahwa cos (-t) = cos t dan sin(-t)= -
sin t, maka didapatkan
๐‘’ โˆ’๐‘–๐‘ก = cos ๐‘ก โˆ’ ๐‘– sin ๐‘ก .......................................................................................................... (10)
Lebih lanjut, jika t diganti dengan ยตt dalam persamaan (9), maka kita memperoleh versi
umum dari Rumus Euler, yaitu:
๐‘’ ๐‘–๐œ‡๐‘ก = cos ๐œ‡๐‘ก + ๐‘– sin ๐œ‡๐‘ก ...................................................................................................... (11)
Selanjutnya, kita ingin memperluasdefinisi dari fungsi eksponensial komplekas ke dalam
fungsi eksponen untuk (๐œ† + ๐‘–๐œ‡)๐‘ก. Karena kita ingin sifat biasa fungsi eksponensial untuk
bertahan selama eksponen kompleks, agar exp[(๐œ† + ๐‘–๐œ‡)๐‘ก] memenuhi
๐‘’ (๐œ†+๐‘–๐œ‡)๐‘ก = ๐‘’ ๐œ†๐‘ก ๐‘’ ๐‘–๐œ‡๐‘ก ............................................................................................................... (12)
Kemudian, dengan menggantikan ๐‘’ ๐‘–๐œ‡๐‘ก dari persamaan (11), kita memperoleh
๐‘’ (๐œ†+๐‘–๐œ‡)๐‘ก = ๐‘’ ๐œ†๐‘ก (๐‘๐‘œ๐‘  ๐œ‡๐‘ก + ๐‘– sin ๐œ‡๐‘ก)
= ๐‘’ ๐œ†๐‘ก ๐‘๐‘œ๐‘  ๐œ‡๐‘ก + ๐‘–๐‘’ ๐œ†๐‘ก sin ๐œ‡๐‘ก ................................................................................................. (13)
Kita mengambil persamaan (13) sebagai definisi exp[(๐œ† + ๐‘–๐œ‡)๐‘ก]. Nilai dari fungsi
eksponensial dengan eksponen kompleks yang real dan imajiner, bagian yang diberikan oleh
ketentuan di sisi kanan dari persamaan (13). Perhatikan bahwa nyta dan bagian imajiner
exp[(๐œ† + ๐‘–๐œ‡)๐‘ก]disajikan seluruhnya dalam hal yang nyata nilai fungsi. Misalnya , kuantitas
dalam persamaan (6) memiliki nilai
๐‘’ โˆ’3+6๐‘– = ๐‘’ 3 cos 6 + ๐‘–๐‘’ โˆ’3 6 โ‰… 0.0478041 โˆ’ 0.0139113๐‘– ................................................ (14)
Juga berlaku untuk nilai โ€“ nilai kompleks r.
Solusi bernilai real. Fungsi ๐‘ฆ1 (๐‘ก)dan ๐‘ฆ2 (๐‘ก), yang diberikan oleh persamaan (5) dan
dengan makna yang diucapkan oelh persamaan (3),, merupakan solusi dari persamaan (1)
ketika akar persamaan karakteristiknya (2) adalah bilangan kompleks ๐œ† ยฑ ๐‘–๐œ‡. Sayangnya
solusi y1 dan y2 merupakan fungsi kompleks bernilai, sedangkan pada umumnya kita kan
lebih suka untuk memiliki real dihargai solusi, jika mungkin, karenapersamaan differensial
sendiri memiliki koefisien nyata. Solusi tersebut dapat ditemukan sebagaimana konsekuensi
dari

Teorema 3.4.1.:
Jika y1 dan y2 adalah solusi dari persamaan (1) maka setiap kombinasi linear dari y1 dan y2
juga solusi.
Secara khusus mari kita membentuk jumlah dann kemudian perbedaan y1 dan y2. Kami
memiliki
๐‘ฆ1 (๐‘ก) + ๐‘ฆ2 (๐‘ก) = ๐‘’ ๐œ†๐‘ก (cos ๐œ‡๐‘ก + ๐‘– sin ๐œ‡๐‘ก) + ๐‘’ ๐œ†๐‘ก (cos ๐œ‡๐‘ก โˆ’ ๐‘– sin ๐œ‡๐‘ก)
= 2๐‘’ ๐œ†๐‘ก cos ๐œ‡๐‘ก
Dan
๐‘ฆ1 (๐‘ก) โˆ’ ๐‘ฆ2 (๐‘ก) = ๐‘’ ๐œ†๐‘ก (cos ๐œ‡๐‘ก + ๐‘– sin ๐œ‡๐‘ก) โˆ’ ๐‘’ ๐œ†๐‘ก (cos ๐œ‡๐‘ก โˆ’ ๐‘– sin ๐œ‡๐‘ก)
= 2๐‘–๐‘’ ๐œ†๐‘ก sin ๐œ‡๐‘ก
Oleh karena itu, mengabaikan pengganda konstan 2 dan 2i, masing - masing telah diperoleh
sepasang solusi bernilai real
๐‘ข(๐‘ก) = ๐‘’ ๐œ†๐‘ก cos ๐œ‡๐‘ก , ๐‘ฃ(๐‘ก) = ๐‘’ ๐œ†๐‘ก sin ๐œ‡๐‘ก .................................................................... (15)
Amati u dann v hanya bagian real dan imajiner, masing โ€“ masing y1. Dengan perhitungan
langsung dapat ditunjukkan bahwa Wronskian dari u dan v adalah
๐‘Š(๐‘ข, ๐‘ฃ)(๐‘ก) = ๐œ‡๐‘’ 2๐œ†๐‘ก ............................................................................................................ (16)
Dengan demikian, selama ๐œ‡ โ‰  0, Wronskian W tidak nol, jadi u dan v membentuk dasar
himpunan solusi. ( tentu saja jika ๐œ‡ = 0, maka akar adalah nyata dan diskusi dalam bagiann
tidak berlaku). Akibatnya,

Definisi 3.4.2:
jika akar persamaankarakteristik yang bilangan kompleks ๐œ† ยฑ ๐‘–๐œ‡, dengan ฮผ โ‰  0, maka solusi
umum dari persamaan (1) adalah
๐‘ฆ = ๐‘1 ๐‘’ ๐œ†๐‘ก cos ๐œ‡๐‘ก + ๐‘2 ๐‘’ ๐œ†๐‘ก sin ๐œ‡๐‘ก, ........................................................................................ (17)
Dimana c1 dan c2 adalah konstanata sembarang. Perhatikan bahwa solusi (17) dapat ditulis
segera seteh niai โ€“ niai ๐œ† dan ๐œ‡ diketahui.
Contoh.
Tentukanlah solusi umum dari
๐‘ฆ โ€ฒโ€ฒ + ๐‘ฆ โ€ฒ + ๐‘ฆ = 0 ................................................................................................................ (18)
Persamaan karakteristiknya adalah
๐‘Ÿ2 + ๐‘Ÿ + 1 = 0
Dan akarnya
1
โˆ’1ยฑ(1โˆ’4) โ„2 1 โˆš3
๐‘Ÿ= = โˆ’2ยฑ ๐‘–
2 2
1 โˆš3
Jadi, ๐œ† = โˆ’ 2 dan ๐œ‡ = , sehingga solusi umum dari peramaa (18) adalah
2

๐‘ก ๐‘ก
๐‘ฆ = ๐‘1 ๐‘’ โˆ’ โ„2 cos (โˆš3๐‘กโ„2) + ๐‘2 ๐‘’ โˆ’ โ„2 sin (โˆš3๐‘กโ„2) ............................................................. (19)

3.4.2 Perulangan Akar; Reduksi Orde


Pada bagian sebelumnya kita ditunjukkan cara untuk memecahkan persamaan
๐‘Ž๐‘ฆ โ€ฒโ€ฒ + ๐‘๐‘ฆ โ€ฒ + ๐‘๐‘ฆ = 0 .......................................................................................................... (1)
Ketika akar dari persamaan karakteristik
๐‘Ž๐‘Ÿ 2 + ๐‘๐‘Ÿ + ๐‘ = 0 ............................................................................................................... (2)
Baik real dan lainnya, atau konjugan kompleks. Sekarang kita mempertimbangkan
kemungkinan ketiga yaitu bahwa dua akar r1 dan r2 adalah sama. Kasus ini terjadi ketika
diskriminan ๐‘ 2 โˆ’ 4๐‘Ž๐‘ adalah nol, dan maka sesuai dengan rumus kuadrat berikut

๐‘Ÿ1 = ๐‘Ÿ2 = โˆ’ ๐‘โ„2๐‘Ž ............................................................................................................... (3)


Kesulitannya adalah, apabila kedua akarnya menghasilkan solusi yang sama
๐‘๐‘ก
๐‘ฆ1 (๐‘ก) = ๐‘’ โˆ’2๐‘Ž ....................................................................................................................... (4)
Dari persamaan differensial (1) dan tidak jelas bagaimana cara menemukan solusi yang
kedua,

Contoh 1
Selesaikan persamaan differensial
๐‘ฆ โ€ฒโ€ฒ + 4๐‘ฆ โ€ฒ + 4๐‘ฆ = 0............................................................................................................. (5)
Persamaan karakteristiknya adalah
๐‘Ÿ 2 + 4๐‘Ÿ + 4 = (๐‘Ÿ + 2)2 = 0
Jadi ๐‘Ÿ1 = ๐‘Ÿ2 = โˆ’2.
Oleh karena itu, salah satu solusi dari persamaaan (5) adalah ๐‘ฆ1 (๐‘ก) = ๐‘’ โˆ’2๐‘ก . Untuk
menemukan solusi umum dari perrsamaan (5) kita perlu solusi kedua yang bukan kelipatan
dari y1. Solusi yang kedua ini dapat ditemukan dalam beberapa cara (lihat soal) disini kita
dapat menggunakan metode yang digagas oleh Dโ€™A lambert pada abad kedelapan belas.
Mengingat ๐‘ฆ1 (๐‘ก) adalah solusi dari persamaan (1), begitu juga ๐‘๐‘ฆ1 (๐‘ก) untuksetiap konstanta
c. ide dasar untuk menggeneralisasi pengamatan ini adalah mengganti c oleh fungsi v(t)
kemudian mencoba menentukan v(t) sehingga v(t)y1(t) tersebut adalah solusi dari persamaan
(1)
Untuk melakukan cara tersebut kita mensubstitusikan y v(t)y1(t) dalam persamaan (1) dan
menggunakan persamaan yang dihasilkan untuk mengetahui v(t). Diawali dengan
๐‘ฆ = ๐‘ฃ(๐‘ก)๐‘ฆ1 (๐‘ก) = ๐‘ฃ(๐‘ก)๐‘’ โˆ’2๐‘ก ................................................................................................. (6)
Kita memiliki
๐‘ฆ โ€ฒ = ๐‘ฃ โ€ฒ (๐‘ก)๐‘’ โˆ’2๐‘ก โˆ’ 2๐‘ฃ(๐‘ก)๐‘’ โˆ’2๐‘ก ............................................................................................. (7)
Dan
๐‘ฆ โ€ฒโ€ฒ = ๐‘ฃ โ€ฒโ€ฒ (๐‘ก)๐‘’ โˆ’2๐‘ก โˆ’ 4๐‘ฃ โ€ฒ (๐‘ก)๐‘’ โˆ’2๐‘ก + 4๐‘ฃ(๐‘ก)๐‘’ โˆ’2๐‘ก .................................................................... (8)
Dengan mensubstitusikan pernyataan pada pesamaan (6), (7) dan (8) di dalam persamaan (5)
serta memenuhi syarat, kita dapatkan
[๐‘ฃ โ€ฒโ€ฒ (๐‘ก) โˆ’ 4๐‘ฃ โ€ฒ (๐‘ก) + 4๐‘ฃ(๐‘ก) + 4๐‘ฃ โ€ฒ (๐‘ก) โˆ’ 8๐‘ฃ(๐‘ก) + 4๐‘ฃ(๐‘ก)]๐‘’ โˆ’2๐‘ก = 0
Yang disderhanakan ke
๐‘ฃ โ€ฒโ€ฒ (๐‘ก) = 0............................................................................................................................ (9)
Oleh karena itu
๐‘ฃ โ€ฒ (๐‘ก) = ๐‘1
Dan
๐‘ฃ(๐‘ก) = ๐‘1 ๐‘ก + ๐‘2 ................................................................................................................... (10)
Dimana c1 dan c2 adalah konstanta sembarang. Terakhir,substitusi v(t) dalam persamaan (6),
kita peroleh
๐‘ฆ = ๐‘1 ๐‘ก๐‘’ โˆ’2๐‘ก + ๐‘2 ๐‘’ โˆ’2๐‘ก. ........................................................................................................ (11)
Suku kedua pada sisi kanan dari persamaan (11) bersesuaian dengan solusi asli ๐‘ฆ1 (๐‘ก) =
exp(โˆ’2๐‘ก), namun suku pertaman muncul dari solusi kedua yaitu ๐‘ฆ2 = ๐‘ก exp(โˆ’2๐‘ก). Kedua
solusi tersebut jelas tidak proporsional, tetapi kita dapat membuktikan bahwa mereka bebas
linear dengan menghitung Wornskiannya:
๐‘’ โˆ’2๐‘ก ๐‘ก๐‘’ โˆ’2๐‘ก
๐‘Š(๐‘ฆ1 , ๐‘ฆ2 )(๐‘ก) = | |
โˆ’2๐‘’ โˆ’2๐‘ก (1 โˆ’ 2๐‘ก)๐‘’ โˆ’2๐‘ก
= ๐‘’ โˆ’4๐‘ก โˆ’ 2๐‘ก๐‘’ โˆ’4๐‘ก + 2๐‘ก๐‘’ โˆ’4๐‘ก = ๐‘’ โˆ’4๐‘ก โ‰  0
Oleh karena itu,
๐‘ฆ1 (๐‘ก) = ๐‘’ โˆ’2๐‘ก , ๐‘ฆ2 (๐‘ก) = ๐‘ก๐‘’ โˆ’2๐‘ก ..................................................................................... (12)
Penggunaan contoh 1 dapat diperluas untuk persamaan umum yang persamaan
karakteristiknya merupakan akar berulang. Artinya, kita asumsikan bahwa koefisien pada
persamaan (1) memenuhi ๐‘ 2 โˆ’ 4๐‘Ž๐‘ = 0, dalam kasus
๐‘๐‘ก
๐‘ฆ1 (๐‘ก) = ๐‘’ โˆ’2๐‘Ž
Adalah solusi. Kemudian kita asumsikan bahwa
๐‘๐‘ก
๐‘ฆ = ๐‘ฃ(๐‘ก)๐‘ฆ1 (๐‘ก) = ๐‘ฃ(๐‘ก)๐‘’ โˆ’2๐‘Ž ................................................................................................ (13)
Dan substitusi dalam persamaan (1) untuk mengetahui v(t). kita memiliki
๐‘๐‘ก ๐‘๐‘ก
๐‘
๐‘ฆ โ€ฒ = ๐‘ฃ โ€ฒ (๐‘ก)๐‘’ โˆ’2๐‘Ž โˆ’ ๐‘ฃ(๐‘ก)๐‘’ โˆ’2๐‘Ž ........................................................................................... (14)
2๐‘Ž

Dan
๐‘๐‘ก ๐‘๐‘ก ๐‘๐‘ก
๐‘ ๐‘2
๐‘ฆ โ€ฒโ€ฒ = ๐‘ฃ โ€ฒโ€ฒ (๐‘ก)๐‘’ โˆ’2๐‘Ž โˆ’ ๐‘Ž ๐‘ฃ โ€ฒ (๐‘ก)๐‘’ โˆ’2๐‘Ž + 4๐‘Ž2 ๐‘ฃ(๐‘ก)๐‘’ โˆ’2๐‘Ž ................................................................ (15)

Kemudian, dengan mensubstitusi dalam persamaan (1), kita memperoleh


๐‘๐‘ก
๐‘ ๐‘2 ๐‘
{๐‘Ž [๐‘ฃ โ€ฒโ€ฒ (๐‘ก) โˆ’ ๐‘Ž ๐‘ฃ โ€ฒ (๐‘ก) + 4๐‘Ž2 ๐‘ฃ(๐‘ก)] + ๐‘ [๐‘ฃ โ€ฒ (๐‘ก) โˆ’ 2๐‘Ž ๐‘ฃ(๐‘ก)] + ๐‘๐‘ฃ(๐‘ก)} ๐‘’ โˆ’2๐‘Ž = 0 ..................... (16)
๐‘๐‘ก
Untuk membatalkan faktor exp (โˆ’ 2๐‘Ž), adalah nol dan memenuhi persyaratannya, kita

temukan bahwa
๐‘2 ๐‘2
๐‘Ž๐‘ฃ โ€ฒโ€ฒ (๐‘ก) + (โˆ’๐‘ + ๐‘)๐‘ฃ โ€ฒ (๐‘ก) + (4๐‘Ž โˆ’ 2๐‘Ž + ๐‘) ๐‘ฃ(๐‘ก) = 0 ........................................................ (17)

Istilah menyangkut ๐‘ฃโ€ฒ(๐‘ก) jelas adalah nol. Selanjutnya koefisien ๐‘ฃ(๐‘ก) ๐‘–๐‘  ๐‘ โˆ’ (๐‘ 2 โˆ’ 4๐‘Ž),
yang juga nol karena ๐‘ 2 โˆ’ 4๐‘Ž๐‘ = 0 dalam permasalahan bahwa kita sedang
mempertimbangkan. Dengan demikian, seperti halnya dalam contoh 1. Persamaan (17)
tereduksi menjadi
๐‘ฃ โ€ฒโ€ฒ (๐‘ก) = 0
Oleh karena itu,
๐‘ฃ(๐‘ก) = ๐‘1 ๐‘ก + ๐‘2
Oleh karena itu, dari persamaan (3) kita memiliki
๐‘๐‘ก ๐‘๐‘ก
๐‘ฆ = ๐‘1 ๐‘ก๐‘’ โˆ’2๐‘Ž , ๐‘ฆ2 (๐‘ก) = ๐‘2 ๐‘’ โˆ’2๐‘Ž .................................................................................. (18)
Dengan demikian y adalah kombinasi linear dari dua solusi
๐‘๐‘ก ๐‘๐‘ก
๐‘ฆ1 (๐‘ก) = ๐‘’ โˆ’2๐‘Ž , ๐‘ฆ2 (๐‘ก) = ๐‘ก๐‘’ โˆ’2๐‘Ž ....................................................................................... (19)
Wornskian dari penyelesaian dua adalah
๐‘๐‘ก ๐‘๐‘ก
๐‘’ โˆ’2๐‘Ž ๐‘ก๐‘’ โˆ’2๐‘Ž ๐‘๐‘ก
๐‘Š(๐‘ฆ1 , ๐‘ฆ2 )(๐‘ก) = | ๐‘ โˆ’ ๐‘๐‘ก ๐‘๐‘ก โˆ’
๐‘๐‘ก | = ๐‘’ โˆ’ ๐‘Ž ........................................................ (20)
โˆ’ 2๐‘Ž ๐‘’ 2๐‘Ž (1 โˆ’ 2๐‘Ž) ๐‘’ 2๐‘Ž

Karena W(y1,y2)(t) tidak boleh nol, solusi y1 dan y2 diberikan oleh persamaan (19)
adalah seperangkat dasar solusi. Selanjutnya, persamaan (18) adalah solusi umum dari
eprsamaan (1) ketika akar persamaan karakteristik adalah sama. Dengan kata lain, ada satu
solusi eksponensial sesuai dengan akar berulang, sementara solusi kedua diperoleh dengan
mengalikan solusi eksponensial dengan t.

3.5 Matriks Fundamental


3.5.1 Solusi Persamaan diffferensial homogen
Perhatikan Sistem Persamaan Differensial berikut:
๐‘ฅ โ€ฒ (๐‘ก) = ๐ด(๐‘ก)๐‘ฅ(๐‘ก) + ๐‘(๐‘ก) (1)
๐‘ฅ(๐‘ก0 ) = ๐‘ฅ0
Yang merupakan sistem persamaan differendial linear . Eksistensi dan ketunggalan dari
penyelesaian sistem linear orde 1 diberikan oleh teorema berikut:
Teorema 3.5.1. :
๐‘ฅ โ€ฒ (๐‘ก) = ๐ด(๐‘ก)๐‘ฅ(๐‘ก) + ๐‘(๐‘ก)
MNA
๐‘ฅ(๐‘ก0 ) = ๐‘ฅ0
dimana A(t) dan ๐‘(๐‘ก) kontinu pada interval I, mempunyai penyelesaian tunggal dalam I.

Penyelesaian sistem PD non homogen kita dapatkan dari penyelesaian sistem PD


homogen yang berkaitan dengannya. Konsekuensinya kita mulai dengan membahas teori
sistem PD homogen.
Perhatikan sistem PD berikut :
๐‘ฅ โ€ฒ (๐‘ก) = ๐ด(๐‘ก)๐‘ฅ(๐‘ก) (2)
dimana A adalah matrik berukuran n x n yang kontinu dalam interval I, mempunyai
penyelesaian-penyelesaian yang berada dalam ruang vektor berdimensi n. Misalkan ๐‘ฅ(๐‘ก)
adalah penyelesaian dari (2) yang berupa vektor kolom dengan komponen-komponen x1, x2, .
. ., xn.
Untuk selanjutnya pembaca dianggap sudah mengenal operasi matriks elementer dan
analisis aljabar linear, karena pengetahuan tentang bidang ini sangat diperlukan dalam
menyelesaikan sistem PD linear.

Definisi 3.5.1. :
Himpunan dari n penyelesaian yang bebas linear dari ๐‘ฅ โ€ฒ (๐‘ก) = ๐ด(๐‘ก) dalam suatu interval I,
{ x1, x2, . . ., xn} disebut himpunan penyelesaian fundamental dalam I yang berkaitan
dengan matriks ๐‘ฅ(๐‘ก) didefinisikan oleh
๐‘ฅ(๐‘ก) = [x1(t), x2(t), . . ., xn(t)]
Disebut sebagai matriks fundamental dari sistem ๐‘ฅ โ€ฒ = ๐ด๐‘ฅ

Jika ๐‘ฅ(๐‘ก) adalah matriks fundamental dari (2), maka penyelesaian linear dari sistem
tersebut dapat ditulis ๐‘ฅ(๐‘ก) = ๐‘ฅ(๐‘ก)๐‘, dimana c =[c1, c2, . . ., xn]T
Misalkan x1(t), x2(t), . . ., xn(t) adalah penyelesaian dari ๐‘ฅ โ€ฒ = ๐ด๐‘ฅ dalam interval I, dapat
ditunjukkan bahwa jika W [x1, x2, . . ., xn] (t) โ‰  0 untuk suatu titik dalam I, maka penyelesaian
itu adalah bebas linear dalam I.

Teorema 3.5.2 :
Jika x1(t), x2(t), . . ., xn(t) adalah penyelesaian yang bebas linear dari ๐‘ฅ โ€ฒ = ๐ด๐‘ฅ dalam interval I,
W [x1, x2, . . ., xn] (t) โ‰  0 maka untuk setiap titik dalam I.

Bukti :
Akan lebih mudah untuk menyatakan suatu pernyataan yang setara, jika
๐‘พ[๐’™๐Ÿ , ๐’™๐Ÿ , . . . , ๐’™๐’ ](๐’•) = ๐ŸŽ untuk suatu ๐‘ก0 dalam I., maka ๐‘ฅ1 , ๐‘ฅ2 , . . . , ๐‘ฅ๐‘› adalah bergantung
secara linier. Jika ๐‘พ[๐’™๐Ÿ , ๐’™๐Ÿ , . . . , ๐’™๐’ ](๐’•) = ๐ŸŽ, maka vector-vektor ๐‘ฅ1 (๐‘ก0 ) , . . . , ๐‘ฅ๐‘› (๐‘ก0) adalah
bergantung linier dalam ๐‘… ๐‘› . Jadi berakibat ada skalar ๐‘1 , ๐‘2 , . . . , ๐‘๐‘› tidak semuanya nol.
Sedemikian sehingga:
๐‘1 ๐‘ฅ1 (๐‘ก0 ) + ๐‘2 ๐‘ฅ2 (๐‘ก0 ), +. . . , +๐‘๐‘› ๐‘ฅ๐‘› (๐‘ก0 ) = 0 (3)
Misalkan:
๐‘ฅ1 (๐‘ก) = ๐‘1 ๐‘ฅ1 (๐‘ก) +. . . +๐‘๐‘› ๐‘ฅ๐‘› (๐‘ก) (4)
Dari (3) dan (4) serta teorema 2, yaitu ada penyelesaian yang tunggal untuk MNA
๐‘ฅ โ€ฒ = ๐ด(๐‘ก)๐‘ฅ(๐‘ก) ๐‘ฅ(๐‘ก0 ) = 0
Kita pasti punya penyelesaian ๐‘ฅ(๐‘ก) = 0 dan juga oleh karena ketunggalan penyelesaian,
maka: ๐‘1 ๐‘ฅ1 (๐‘ก) +. . . +๐‘๐‘› ๐‘ฅ๐‘› (๐‘ก) = 0
yang tidak semua ๐‘๐‘– bernilai nol, ini memberikan kenyataan bahwa fungsi ๐‘ฅ1 , . . . , ๐‘ฅ๐‘› adalah
bergantung linier dalam I.
jadi untuk mendapatkan apakah {๐‘ฅ1 (๐‘ก), ๐‘ฅ2 (๐‘ก), . . . , ๐‘ฅ๐‘› (๐‘ก)} bentuk himpunan fundamental
penyelesaian ๐‘ฅ โ€ฒ = ๐ด๐‘ฅ dalam interval I, dapat dihitung dari wronskian untuk suatu titik
๐‘ก0 dalam I.
Jika ๐‘พ[๐’™๐Ÿ , ๐’™๐Ÿ , . . . , ๐’™๐’ ](๐‘ก0 ) โ‰  ๐ŸŽ, maka penyelesaian bebas linier dalam I, sebaiknya jika
๐‘พ[๐’™๐Ÿ , ๐’™๐Ÿ , . . . , ๐’™๐’ ](๐‘ก0 ) = ๐ŸŽ maka penyelesaian nya adalah bergantung linier dalam I.
Contoh:
0 ๐‘’ 2๐‘ก 3๐‘’ โˆ’2๐‘ก
1. Diketahui: ๐‘ฅ1 (๐‘ก) = ( 0 ) , ๐‘ฅ2 (๐‘ก) = ( ๐‘’ 2๐‘ก ), ๐‘ฅ3 (๐‘ก) = (โˆ’3๐‘’ โˆ’2๐‘ก ) adalah himpunan
๐‘’๐‘ก 3๐‘’ 2๐‘ก ๐‘’ โˆ’2๐‘ก
fundamental dari penyelesaian system PD ๐‘ฅ โ€ฒ = ๐ด๐‘ฅ dalam (โˆ’โˆž, โˆž), dimana
0 2 0
๐ด = [2 0 0 ]
1 2 1
Penyelesaian umum sisten linier nonhomogen merupakan jumlah penyelesaian umum
dari system homogeny yang berakitan dan penyelesiaan partikulir system
nonhomogen itu, seperti direbikan berikut ini:
Teorema 3.5.3:
Misalkan ๐’™๐Ÿ , ๐’™๐Ÿ , . . . , ๐’™๐’ adalah penyelesaian yang bebas linier dari system PD homogen
๐‘ฅ โ€ฒ (๐‘ก) = ๐ด(๐‘ก)๐‘ฅ(๐‘ก) dalam I, dan misalkan x =๐‘ฅ๐‘ adalah penyelesaian pertikulir dari system
non homogen ๐‘ฅ โ€ฒ (๐‘ก) = ๐ด(๐‘ก)๐‘ฅ(๐‘ก) + ๐‘(๐‘ก) dalam I, maka setiap penyelesaian dari ๐‘ฅ โ€ฒ (๐‘ก) =
๐ด(๐‘ก)๐‘ฅ(๐‘ก) + ๐‘(๐‘ก)dalam I adalah ๐‘ฅ(๐‘ก) = ๐‘1 ๐‘ฅ1 (๐‘ก) +. . . +๐‘๐‘› ๐‘ฅ๐‘› (๐‘ก) + ๐‘ฅ๐‘
Bukti :
Jika ๐‘ฅ = ๐‘ฅ๐‘ adalah penyelesaian di ๐‘ฅ โ€ฒ (๐‘ก) = ๐ด(๐‘ก)๐‘ฅ(๐‘ก) + ๐‘(๐‘ก) dalam I, maka diperoleh
๐‘ฅโ€ฒ๐‘ (๐‘ก) = ๐ด(๐‘ก)๐‘ฅ๐‘ + ๐‘(๐‘ก) (5)
Sekarang misalkan ๐‘ฅ = ๐‘ˆ(๐‘ก) adalah penyelesaian lain dari system
๐‘ฅ โ€ฒ (๐‘ก) = ๐ด(๐‘ก)๐‘ฅ(๐‘ก) + ๐‘(๐‘ก) dalam I, maka
๐‘ˆ โ€ฒ (๐‘ก) = ๐ด(๐‘ก)๐‘ˆ(๐‘ก) + ๐‘(๐‘ก) (6)
โ€ฒ
Dari (5) dan (6) didapatkan (๐‘ˆ โˆ’ ๐‘ฅ๐‘ ) = ๐ด(๐‘ˆ โˆ’ ๐‘ฅ๐‘ ),
Jadi fungsi vector ๐‘ฅ = ๐‘ˆ โˆ’ ๐‘ฅ๐‘ adalah penyelesaian yang berkaitan dengan system
homogen ๐‘ฅ โ€ฒ = ๐ด๐‘ฅ dalam I. oleh karena ๐‘ฅ1 , ๐‘ฅ2 , . . . , ๐‘ฅ๐‘› membangun ruang penyelesaian dalam
system, memberikan
๐‘ˆ โˆ’ ๐‘ฅ๐‘ = ๐‘1 ๐‘ฅ1 +. . . +๐‘๐‘› ๐‘ฅ๐‘› , ๐‘1 , . . . , ๐‘๐‘› adalah scalar r
konsekuensinya ๐‘ˆ = ๐‘1 ๐‘ฅ1 +. . . +๐‘๐‘› ๐‘ฅ๐‘› + ๐‘ฅ๐‘
Berdasarkan Teorema 3, yaitu penyelesaian system linier non homogeny pertama
harus dicari penyelesian umum dari system homogen yang terkait. Selanjutnya,
dikonsentrasikan lebih dahulu pembahasan penyelesaian dari system homogen yang
dilanjutkan pembahasan teknik memperoleh penyelesaian partikulir dari system linier non
homogen.

3.5.2 Penyelesaian system PD homogen


Perhatikan system homogen: ๐‘ฅ โ€ฒ = ๐ด๐‘ฅ (7)
dimana An x n adalah matrik dengan elemen bilangan real konstan. Misalkan
๐‘ฅ = ๐‘’ ๐œ†๐‘ก ๐‘ฃ , ๐œ† = skalar (8)
๐‘ฃ = ๐’—๐’†๐’Œ๐’•๐’๐’“ ๐’Œ๐’๐’๐’”๐’•๐’‚๐’
Adalah penyelesaian system PD (7) sehingga
๐‘ฅ โ€ฒ = ๐œ† e๐œ† t ๐‘ฃ
karena ๐‘ฅ = e๐œ† t ๐‘ฃ adalah penyelesaian (7) jika dan hanya jika
๐œ†e๐œ† t ๐‘ฃ = e๐œ† t ๐ด๐‘ฃ
hal ini mengakibatkan, jika dan hanya jika
ฮป๐‘ฃ = ๐ด๐‘ฃ
akan tetapi hal ini memberikan kenyataan ฮป haruslah nilai eigen dari yang berpautan dengan
vector eigen v.
konsekuensinya, dapat dibuktikan teorema berikut:

Teorema 3.5.4:
Misalkan An x n matriks dengan elemen real konstan dan ฮป nilai eigen dari A yang
berhubungan dengan vector eigen v. maka
๐‘ฅ(๐‘ก) = e๐œ† t ๐‘ฃ adalah penyelesaian dari system PD linier ๐‘ฅ โ€ฒ = ๐ด๐‘ฅ dalam suatu interval.

Sebagai catatan: nilai-nilai eigen ada tiga kemungkinan, pertama nilai-nilai eigen real
dan berbeda, yang kedua nilai eigen konjugate dan ketiga nilai eigen real namun ada yang
kembar.

3.5.3 Sistem linier dengan koefisien konstan homogen: Matriks koefisisen non
detective(tidak cacat)
Suatu matriks Koefisien dikatakan non detective jika diperoleh suatu nilai eigen yang
real berbeda atau konjugate kompleks atau diperoleh nilai eigen ada yang kembar sebanyak
m tapi diperoleh sejumlah m vector eigen pula. Sedangkan jika diperoleh vector eigen yang
kurang dari sejumlah nilai eigen yang kembar maka dikatakan matriks koefisien defective.
Sebagai ilustrasi untuk matriks dengan koefisien non detective diberikan contoh-contoh
dibawah ini untuk suatu linier homogen.
๐‘ฅ โ€ฒ = ๐ด๐‘ฅ
dimana An x n matrisk dengan koefisien real dan konstan

Contoh 1
Selesaikanlah ๐‘ฅ1 โ€ฒ = 2๐‘ฅ1 + ๐‘ฅ2
๐‘ฅ2โ€ฒ = โˆ’3๐‘ฅ1 โˆ’ 2๐‘ฅ2 , dalam (โˆ’โˆž, โˆž)

Jawaban :
2 1
Sistem tersebut dapat ditulis dalam bentuk ๐‘ฅ โ€ฒ = ๐ด๐‘ฅ dengan ๐ด = [ ]
โˆ’3 โˆ’2
Nilai eigen diperoleh dari det(๐ด โˆ’ ๐œ† I) = 0
2โˆ’๐œ† 1
| |=0
โˆ’3 โˆ’2 โˆ’ ๐œ†
๐œ†2 โˆ’ 4 + 3 = 0
๐œ† = ยฑ1
Untuk ๐œ† = 1 maka system PD yang terbentuk adalah
(๐ด โˆ’ ๐œ†I)๐‘ฃ = 0
1 1 ๐‘ฃ1
( ) (๐‘ฃ ) = 0 ekuivalen dengan persamaan
โˆ’3 โˆ’3 2

1 1 ๐‘ฃ1
( )( ) = 0
0 0 ๐‘ฃ2
1
Maka penyelesaian system persamaan linier : ๐‘ฃ = ๐‘Ÿ ( )
โˆ’1
1
Sehingga vector eigen yang terkait dengan ๐œ† = 1 adalah ๐‘ฃ = ( )
โˆ’1
1
Jadi ๐‘ฅ1 (๐‘ก) = ๐‘’ ๐‘ก ( ) adalah penyelesaian dari system PD
โˆ’1
untuk ๐œ† = โˆ’1, system PD nya adalah
3 1 ๐‘ฃ1 0
( ) (๐‘ฃ ) = ( )
โˆ’3 โˆ’1 2 0
3 1 ๐‘ฃ1
( )( ) = 0
0 0 ๐‘ฃ2
1
๐‘ฃ = ๐‘ ( )
โˆ’3
Akibatnya penyelesaian yang kedua adalah
1
๐‘ฅ2 (๐‘ก) = ๐‘’ ๐‘ก ( )
โˆ’3
Selanjutnya wronskin dari penyelesaian itu adalah

๐‘ก
๐‘Š[๐‘ฅ1 , ๐‘ฅ2 ](๐‘ก) = ๐‘‘๐‘’๐‘ก [ ๐‘’ ๐‘ก ๐‘’ โˆ’๐‘ก ] = [ 1 1
] = โˆ’2 โ‰  0, ๐‘ก โˆˆ ๐ผ
โˆ’๐‘’ โˆ’3๐‘’ โˆ’๐‘ก โˆ’1 โˆ’3
akibatnya๐‘ฅ1 , ๐‘ฅ2 bebas linier dalam I, yang memberikan penyelesaian umum dari PD diatas
adalah
๐‘ฅ(๐‘ก) = ๐‘1 ๐‘ฅ1 + ๐‘2 ๐‘ฅ2
1 1
= ๐‘1 ๐‘’ ๐‘ก [ ] + ๐‘2 ๐‘’ โˆ’๐‘ก [ ]
โˆ’1 โˆ’3
Secara umum untuk mendapatkan penyelesaian PD linier dari matriks An x n

dengan matriks koefisien konstan akan didapat n penyelesaian yang bebas linier. Kita telah
bahas contoh dengan nilai eigen dan vector eigen yang mana n buah penyelesaian yang bebas
linier yang diperoleh dari matriks A yang mempunyai n buah eigen vector yang bebas linier.
Hal yang sama jika nilai eigen dan vector eigen adalah kompleks diperoleh dengan cara yang
sama untuk mendapatkan penyelesaian dari system yang nilai eigennya adalah real.

Teorema 3.5.5:
Misalkan Anxn matrik dengan elemen real dan konstan. Jika A mempunyai vektor
eigen-vektor eigen ๐‘ฃ1, ,..., ๐‘ฃ๐‘› yang berkaitan dengan๐œ†1, . . . , ๐œ†2 (tak perlu berbeda) maka fungsi
vektor yang didefinisikan oleh
๐‘ฅ๐‘˜ = ๐‘’ ๐œ†๐‘˜๐‘ก ๐‘ฃ๐‘˜ , ๐‘˜ = 1,2, . . . , ๐‘›
untuk semua t, adalah penyelesaian yang bebas linier dari dalam suatu interval.
Penyelesaian umum dari sistem PD ini adalah
๐‘ฅ(๐‘ก) = ๐‘1 ๐‘ฅ1 +. . . +๐‘๐‘› ๐‘ฅ๐‘›
Bukti.
Kita sudah menunjukkan Dari teorema 4, bahwa setiap xk yang memenuhi x' = Ax untuk
semua t. Selanjutnya
๐‘Š[๐‘ฅ1 , ๐‘ฅ2 , . . . , ๐‘ฅ๐‘› ] = ๐‘’ (๐œ†1 +๐œ†2 +. . .+๐œ†๐‘˜ )๐‘ก
, det[๐‘ฃ1 , ๐‘ฃ2 , . . . , ๐‘ฃ๐‘› ] โ‰  0
(karena vektor eigen merupakan vektor yang bebas linier) dan karenanya penyelesaian
tersebut adalah bebas linier untuk suatu interval.
Untuk kasus ketika nilai eigen adalah konjugate komplek, penyelesaian sistem

x' = Ax yang berkaitan kasus tersebut, teorema 3 menjamin juga untuk yang konjugate
komplek.

Lemma 1 :
Misalkan u(t) dan v(t) menyatakan fungsi vektor yang bernilai real jika

๐‘ฅ(๐‘ก) = ๐‘ข(๐‘ก) ยฑ ๐‘–๐‘ฃ(๐‘ก) adalah penyelesaian konjugate komplek dari x' = Ax, maka x=u(t)
dan x=v(t) adalah penyelesaian-penyelesaian yang bernilai real dari x' = Ax

Bukti:

Misalkan ๐‘ฅ(๐‘ก) = ๐‘ข(๐‘ก) ยฑ ๐‘–๐‘ฃ(๐‘ก) adalah penyelesaian dari x' = Ax, didapat
[๐‘ข(๐‘ก) ยฑ ๐‘–๐‘ฃ(๐‘ก)]โ€ฒ = ๐ด[๐‘ข(๐‘ก) ยฑ ๐‘–๐‘ฃ(๐‘ก)]

๐‘ข(๐‘ก) ยฑ ๐‘–๐‘ฃ(๐‘ก) = ๐ด๐‘ข(๐‘ก) ยฑ ๐‘–๐ด๐‘ฃ(๐‘ก)


Selanjutnya mengakibatkan bahwa u'(t)=A u(t) dan v'(t)=A v(t)
Hal ini berakibat jika dan hanya jika x=u(t) dan x=v(t) adalah penyelesaian yang bernilai real
dari x' = Ax.
Secara eksplisit dapat diperoleh dua penyelesaian yang bernilai real yang berkaitan dengan
konjugate komplek dari nilai eigen .
Misalkan diberikan ๐œ† = ๐‘Ž + ๐‘–๐‘ (๐‘ โ‰  0) adalah nilai eigen dari A yang berkaitan dengan
vektor eigen v = r + is mengikuti teorema 4, maka penyelesaian yang bernilai komplek dari x'
= Ax adalah

๐‘ข = ๐‘’ (๐‘Ž+๐‘๐‘–)๐‘ก (๐‘Ÿ + ๐‘–๐‘ ) = ๐‘’ ๐‘Ž๐‘ก (๐‘๐‘œ๐‘ ๐‘๐‘ก + ๐‘– sin ๐‘๐‘ก)(๐‘Ÿ + ๐‘–๐‘ )

๐‘ข = ๐‘’ ๐‘Ž๐‘ก [(cos ๐‘๐‘ก)๐‘Ÿ โˆ’ (sin ๐‘๐‘ก)๐‘ ] + ๐‘’ ๐‘Ž๐‘ก [(sin ๐‘๐‘ก)๐‘Ÿ + (๐‘๐‘œ๐‘  ๐‘๐‘ก)๐‘ ]

menurut lemma 1, mengakibatkan dua penyelesaian yang bernilai real dari sistem x' = Ax,
diberikan oleh

๐‘ฅ1 = ๐‘’ ๐‘Ž๐‘ก ((cos ๐‘๐‘ก)๐‘Ÿ โˆ’ (sin ๐‘๐‘ก)๐‘ )

๐‘ฅ2 = ๐‘’ ๐‘Ž๐‘ก ((sin ๐‘๐‘ก)๐‘Ÿ + (๐‘๐‘œ๐‘  ๐‘๐‘ก)๐‘ )

yang mana himpunan semua penyelesaian yang bernilai real yang diapat adalah bebas
linier untuk suatu interval.

3.5.4 Sistem linier dengan koefisien konstan homogen : Matriks koefisien defekctive
(cacat)
Pada bagian sebelumnya telah dibahas bagaimana memperoleh suatu penyelesaian
sistem ๐‘ฅโ€ฒ = ๐ด๐‘ฅ yang mempunyai himpunan eigen vektor yang komplit. Untuk suatu matriks
A yang mana diperoleh nilai eigen kembar sebanyak m dan jika dimensi k yang berpautan
dengan ruang eigen diberikan oleh pertidaksamaan 1 โ‰ค ๐‘˜ โ‰ค ๐‘š dan kondisi dari A adalah non
defective maka dimensi dari ruang eigen sama dengan banyaknya nilai eigen yang kembar
yaitu m. Perhatikan untuk kasus jika A defective. Hal ini akan mengakibatkan paling sedikit
hanya diperoleh satu vektor eigen dari nilai eigen yang kembar tadi atau kurang dari
banyaknya nilai eigen yang kembar, jadi 1 โ‰ค ๐‘˜ โ‰ค ๐‘š.
Untuk kasus ini hanya ada k eigen vektor yang bebas linier yang berkaitan dengan ฮป,
sehingga hanya diperoleh k penyelesaian yang bebas linier dari sistem PD ๐‘ฅ โ€ฒ = ๐ด๐‘ฅ. Harus
dicari (m โ€“ k) penyelesaian yang bebas linier. Untuk memperoleh penyelesaian, untuk kasus
ini akan diberikan suatu teorema.

Teorema 3.5.6 :
Diberikan sistem PD linier ๐‘ฅโ€ฒ = ๐ด๐‘ฅ, dimana A matriks dengan elemen konstan. Misalkan m
banyaknya nilai eigen yang kembar bernilai ฮป dan k adalah banyaknya vektor eigen yang
bebas linier yang berkaitan dengan ฮป, maka :
1. m = 2, k = 1. Ada dua penyelesaian bebas linier dari sistem ๐‘ฅโ€ฒ = ๐ด๐‘ฅ yang diberikan
oleh ๐‘ฅ1 = ๐‘’ ฮปt (๐‘ฃ1 + ๐‘ก๐‘ฃ2 ).
๐‘ฃ0 adalah vektor eigen yang berkaitan dengan ฮป
๐‘ฃ1 ๐‘‘๐‘Ž๐‘› ๐‘ฃ2 dberikan oleh (๐ด โˆ’ ฮปI)๐‘ฃ2 = 0
(๐ด โˆ’ ฮปI)๐‘ฃ1 = ๐‘ฃ2
2. m = 3, k = 1. Ada tiga penyelesaian yang bebas linier dari sistem ๐‘ฅโ€ฒ = ๐ด๐‘ฅ oleh
persamaan
๐‘ฅ1 = ๐‘’ ฮปt ๐‘ฃ0
๐‘ฅ2 = ๐‘’ ฮปt (๐‘ฃ1 + ๐‘ก๐‘ฃ2 )
๐‘ก2
๐‘ฅ1 = ๐‘’ ฮปt (๐‘ฃ3 + ๐‘ก๐‘ฃ4 + 21 ๐‘ฃ5 ).

๐‘ฃ0 adalah vektor eigen yang berkaitan dengan ฮป


๐‘ฃ1 , ๐‘ฃ2 diperoleh dari (๐ด โˆ’ ฮปI)๐‘ฃ2 = 0
(๐ด โˆ’ ฮปI)๐‘ฃ1 = ๐‘ฃ2
๐‘ฃ3 , ๐‘ฃ4 , ๐‘ฃ5 diperoleh dari (๐ด โˆ’ ฮปI)๐‘ฃ4 = ๐‘ฃ5
(๐ด โˆ’ ฮปI)๐‘ฃ3 = ๐‘ฃ4
3. m = 3, k = 2. Ada tiga penyelesaian bebas linier dari sistem ๐‘ฅ โ€ฒ = ๐ด oleh persamaan
๐‘ฅ1 = ๐‘’ ฮปt ๐‘ฃ0
๐‘ฅ2 = ๐‘’ ฮปt ๐‘ฃ1
๐‘ฅ3 = ๐‘’ ฮปt (๐‘ฃ3 + ๐‘ก๐‘ฃ4 )
dimana ๐‘ฃ0 ๐‘‘๐‘Ž๐‘› ๐‘ฃ1 adalah eigen vektor yang bebas linier dari A yang berhubungan
dengan nilai eigen ฮป , ๐‘ฃ3 adalah kombinasi linier dari ๐‘ฃ0 dan ๐‘ฃ1 yaitu ๐‘ฃ3 = ๐‘˜0 ๐‘ฃ0 +
๐‘˜1 ๐‘ฃ1 , sedangkan ๐‘ฃ2 diperoleh dari (๐ด โˆ’ ฮปI)๐‘ฃ2 = ๐‘ฃ3 .

Contoh :
Selesaikan sistem PD ๐‘ฅ โ€ฒ = ๐ด๐‘ฅ dimana
0 1
1. A=[ ]
โˆ’9 6
6 โˆ’8 โˆ’1
2. A=[ ] jika kondisi awal diberikan oleh ๐›ผ(0) = [ ]
2 โˆ’2 1
Penyelesaian :
0 1
1. A=[ ]
โˆ’9 6
|๐ด โˆ’ ฮปI| = | โˆ’ฮป 1
|
โˆ’9 6 โˆ’ ฮป
0 = ฮป2 โˆ’ 6ฮป + 9
ฮป1,2 = 3
untuk ฮป = 3 diperoleh vektor eigen dari sistem linier
(๐ด โˆ’ ฮปI)๐‘ฃ = 0
โˆ’3 1
[ ] ๐‘ฃ = 0 โ‡’ ๐‘ฃ2 = 3๐‘ฃ1
โˆ’9 3 0
1
โˆด ฬ…ฬ…ฬ…
๐‘ฃ0 = ๐‘Ÿ ( )
3
1
Penyelesaian pertama : ๐‘ฅ1 = ๐‘’ 3๐‘ก ( )
3
1
Sedangkan ๐‘ฃ1 diperoleh dari sistem linier (๐ด โˆ’ ฮปI)๐‘ฃ1 = ๐‘ฃ2 dengan mengambil ๐‘ฃ2 = ๐‘Ÿ ( )
3
dan pilih ๐‘Ÿ = 1.
โˆ’3 1 1
( ) ๐‘ฃ1 = ( )
โˆ’9 3 3
โˆ’3 11
( | ) โ‡’ โˆ’3๐‘ฃ1 + ๐‘ฃ2 = 1 ๐‘Ž๐‘ก๐‘Ž๐‘ข ๐‘ฃ2 = 1 + 3๐‘ฃ1
0 00
0 0
Jadi ๐‘ฃ1 = ๐‘Ÿ ( ), untuk ๐‘Ÿ = 1 โ‡’ ๐‘ฃ1 = ( )
1 1
0 1
๐‘ฅ2 = ๐‘’ 3t [( ) + ๐‘ก ( )]
1 3
1 0 1
PUPD : ๐‘ฅ = ๐‘1 ๐‘’ 3t ( ) + ๐‘1 [( ) + ๐‘ก ( )] ๐‘’ 3t
3 1 3
6 โˆ’8
2. A=[ ]
2 โˆ’2
|๐ด โˆ’ ฮปI| = |6 โˆ’ ฮป โˆ’8
| = (ฮป โˆ’ 2)2
2 โˆ’2 โˆ’ ฮป
Nilai eigen : ฮป1,2 = 2
2
Untuk ฮป = 2 diperoleh vektor eigen ๐‘ฃ0 = ๐‘Ÿ ( )
1
2
Penyelesaian pertama yang bebas linier adalah ๐‘ฅ1 = ๐‘’ 2๐‘ก ( )
1
Penyelesaian kedua diperoleh dari vektor eigen dengan memasangkan ๐‘ฃ2 = ๐‘ฃ0
(๐ด โˆ’ ฮปI)๐‘ฃ1 = ๐‘ฃ2 ,
4 โˆ’8 2
( ) ๐‘ฃ1 = ( )
2 โˆ’4 1
2๐‘ฃ1 โˆ’ 4๐‘ฃ2 = 1 โ‡’ 2๐‘ฃ1 = 1 + 4๐‘ฃ2
1
๐‘ฃ1 = ๐‘Ÿ ( โ„2)
0
1 4
ambil ๐‘Ÿ = 2 โ‡’ vektor eigen ๐‘ฃ1 = ( ) untuk ๐‘ฃ0 โ€ฒ = ( )
0 2
1 4
๐‘ฅ2 = ๐‘’ 2t [( ) + ๐‘ก ( )]
0 2
2 1 + 4๐‘ก
๐‘ฅ = ๐‘1 ๐‘’ 2t ( ) + ๐‘2 ๐‘’ 2t [ ]
1 2๐‘ก
โˆ’1
Untuk ๐‘ฅ(0) = [ ]
1
โˆ’1 2 1
PUPD : [ ] = ๐‘1 [ ] + ๐‘2 [ ]
1 1 0
โˆ’1
Sehingga ๐‘ฅ(0) = [ ] jika dan hanya jika ๐‘1 = 1 dan ๐‘2 = โˆ’3
1
2 1 + 4๐‘ก โˆ’(1 + 12๐‘ก)
PPPD : ๐‘ฅ(๐‘ก) = ๐‘’ 2t ( ) โˆ’ 3๐‘’ 2t [ ] = ๐‘’ 2t [ ]
1 2๐‘ก 1 โˆ’ 6๐‘ก
Hal terakhir dari bagian ini adalah secara umum untuk kasus nilai eigen yang mempunyai
nilai kembar berorde tinggi diberikan teorema berikut.

Teorema 3.5.7:
Misalkan ฮป adalah nilai eigen dari Anxn yang kembar sebanyak m, dan misalkan
dimensi yang berkaitan dengan nilai eigen adalah k , maka ada m buah penyelesaian yang
bebas linier dari sistem PD ๐‘ฅ โ€ฒ = ๐ด๐‘ฅ yang diberikan oleh :
1 ๐‘–
๐‘ฅ๐‘–+1 (๐‘ก) = ๐‘’ ฮปt [๐‘‰๐‘–(๐‘–+1)โ„ + ๐‘ก๐‘‰๐‘–(๐‘–+1)โ„ +โ‹ฏ+ ๐‘ก ๐‘‰๐‘–(๐‘–+3)โ„ ]
2 2+1 ๐‘–! 2

๐‘– = 0,1, . . . , ๐‘š โˆ’ ๐‘˜

Teorema 3.5.8:
Jika sistem PD๐‘ฅ โ€ฒ = ๐ด๐‘ฅ mempunyai penyelesaian
1 2 1
๐‘ฅ = ๐‘’ ฮปt [๐‘ฃ0 + ๐‘ก๐‘ฃ1 + ๐‘ก ๐‘ฃ2 + โ‹ฏ + ๐‘ก ๐‘› ๐‘ฃ๐‘› ]
2! ๐‘›!
maka ๐‘ฃ0 , ๐‘ฃ1 , . . . , ๐‘ฃ๐‘› diberikan oleh
(๐ด โˆ’ ฮปI)๐‘ฃ๐‘› = 0
(๐ด โˆ’ ฮปI)๐‘ฃ๐‘›โˆ’1 = ๐‘ฃ๐‘›
(๐ด โˆ’ ฮปI)๐‘ฃ0 = ๐‘ฃ1

3.6 Sistem Persamaan Differensial Tak Homogen


Bentuk umum persamaan differensial linear tak homogeny adalah :
๐‘Ž๐‘› (๐‘ฅ)๐‘ฆ (๐‘›) + ๐‘Ž๐‘›โˆ’1 (๐‘ฅ)๐‘ฆ (๐‘›โˆ’1) + โ‹ฏ + ๐‘Ž1 (๐‘ฅ)๐‘ฆ โ€ฒ + ๐‘Ž0 (๐‘ฅ)๐‘ฆ = ๐‘“(๐‘ฅ) (1)
Atau โˆ‘๐‘›๐‘–=0 ๐‘Ž๐‘– (๐‘ฅ)๐‘ฆ (๐‘›) = ๐‘“(๐‘ฅ) (2)
Fungsi ๐‘“ disebut suku tak homogen untuk persamaan diferensial (1).

Definisi 3.6.1
Dengan setiap persamaan diferensial tak homogeny, ada satu pautan persamaan diferensial
homogen yang ditentukan oleh
โˆ‘๐‘›๐‘–=0 ๐‘Ž๐‘– (๐‘ฅ)๐‘ฆ (๐‘›) = 0 (3)

Definisi 3.6.2
Jika n fungsi-fungsi ๐‘ฆ1 , ๐‘ฆ2 , โ€ฆ , ๐‘ฆ๐‘› membentuk system fundamental penyelesaian untuk
persamaan diferensial homogen (3), maka fungsi ๐‘ฆโ„Ž yang ditentukan oleh
๐‘ฆโ„Ž = ๐‘1 ๐‘ฆ1 + ๐‘2 ๐‘ฆ2 + โ‹ฏ + ๐‘๐‘› ๐‘ฆ๐‘› (4)
Dimana ๐‘๐‘– konstanta sebarang, disebut penyelesaian homogen.

Jika, dengan cara apapun, kita mendapatkan suatu fungsi yang memenuhi persamaan
(2), kita katakana fungsi itu sebagai fungsi khusus dari persamaan (2) dan dinyatakan oleh
๐‘ฆ๐‘.

Teorema 3.6.1
Jika ๐‘ฆ1 , ๐‘ฆ2 , โ€ฆ , ๐‘ฆ๐‘› membentuk sistem fundamental penyelesaian, dan jika yp suatu
penyelesaian khusus dari persamaan (2), maka penyelesaian umum dari persamaan 2) ditulis
dalam bentuk
๐‘ฆ = ๐‘ฆโ„Ž + ๐‘ฆ๐‘ = ๐‘1 ๐‘ฆ1 + ๐‘2 ๐‘ฆ2 + โ‹ฏ + ๐‘๐‘› ๐‘ฆ๐‘› + ๐‘ฆ๐‘ (5)
Contoh :
1. Metode Koefisien Taktertentu
Metode koefisoen taktentu digunakan jika kita ingin menghitung suatu penyelesaian
khusus dari persamaan diferensial takhomogen.
๐‘Ž๐‘› ๐‘ฆ (๐‘›) + ๐‘Ž๐‘›โˆ’1 ๐‘ฆ (๐‘›โˆ’1) + โ‹ฏ + ๐‘Ž1 ๐‘ฆ โ€ฒ + ๐‘Ž0 ๐‘ฆ = ๐‘“(๐‘ฅ) (1)
Dimana koefisien-koefisien ๐‘Ž0 , ๐‘Ž1 , โ€ฆ , ๐‘Ž๐‘› merupakan konstanta-konstanta dan ๐‘“(๐‘ฅ)
adalah kombinasi linear dari fungsi-fungsi dengan tipe berikut :
1) ๐‘ฅ ๐›ผ dengan ฮฑ bilangan bulat positif atau nol
2) ๐‘’ ๐›ฝ๐‘ฅ , dimana ฮฒ merupakan konstanta taknol
3) ๐‘๐‘œ๐‘ ๐›พ๐‘ฅ, dengan ฮณ konstanta taknol
4) sin ๐›ฟ๐‘ฅ, dengan ฮด konstanta taknol
5) Suatu (berhingga) perkalian antara dua fungsi atau lebih dari tipe 1-4.
Sebagai contoh, fungsi
๐‘“(๐‘ฅ) = 3๐‘ฅ 2 โˆ’ 2 + 5๐‘’ 3๐‘ฅ โˆ’ ๐‘ฅ(sin ๐‘ฅ ๐‘’)2๐‘ฅ + 5 cos 2๐‘ฅ + ๐‘ฅ๐‘’ ๐‘ฅ
Merupakan kombinasi linear dari fungsi-fungsi dari tipe 1-5.
Contoh :
Tentukan solusi umum persamaan diferensial homogeny ๐‘ฆ" + 2๐‘ฆโ€ฒ โˆ’ 3๐‘ฆ = 1 + ๐‘ฅ 2 .
Penyelesaian :
Persamaan versi homogennya adalah ๐‘ฆ" + 2๐‘ฆโ€ฒ โˆ’ 3๐‘ฆ = 1 + ๐‘ฅ 2 . Bentuk karakteristiknya
adalah ๐‘Ÿ 2 + 2๐‘Ÿ โˆ’ 3 = 0
๐‘Ÿ 2 + 2๐‘Ÿ โˆ’ 3 = (๐‘Ÿ + 3)(๐‘Ÿ โˆ’ 1) = 0
Persamaan karakteristik memiliki dua akar r = 1 dan r = -3. Maka solusi homogen adalah
๐‘ฆโ„Ž (๐‘ฅ) = ๐‘1 ๐‘’ ๐‘ฅ + ๐‘2 ๐‘’ โˆ’3๐‘ฅ
Karena ๐‘ (๐‘ฅ) = 1 + ๐‘ฅ 2 adalah polinom orde 2, maka ๐‘ฆ๐‘ juga merupakan polinom orde 2,
sebab jika ๐‘ฆ(๐‘ฅ) adalah polinom orde 2, maka ๐‘ฆ" + 2๐‘ฆโ€ฒ โˆ’ 3๐‘ฆ juga polinom orde 2. Misalkan
๐‘ฆ๐‘ (๐‘ฅ) = ๐ด๐‘ฅ 2 + ๐ต๐‘ฅ + ๐ถ
Maka ๐‘ฆ โ€ฒ = 2๐ด๐‘ฅ + ๐ต ๐‘‘๐‘Ž๐‘› ๐‘ฆ" = 2๐ด. ๐ฝ๐‘Ž๐‘‘๐‘–,
๐‘ฆ" + 2๐‘ฆโ€ฒ โˆ’ 3๐‘ฆ = 2๐ด + 2(2๐ด๐‘ฅ + ๐ต) โˆ’ 3(๐ด๐‘ฅ 2 + ๐ต๐‘ฅ + ๐ถ) = 1 + ๐‘ฅ 2
๐‘—๐‘Ž๐‘‘๐‘–,
(โˆ’3๐ด)๐‘ฅ 2 + (4๐ด โˆ’ 3๐ต)๐‘ฅ + (2๐ด + 2๐ต โˆ’ 3๐ถ) = 1 + ๐‘ฅ 2
๐‘ฆang memberikan
โˆ’3๐ด = 1, 4๐ด โˆ’ 3๐ต = 0, 2๐ด + 2๐ต โˆ’ 3๐ถ = 1
2๐ด + 2๐ต โˆ’ 3๐ถ = 1
4๐ด โˆ’ 3๐ต = 0
โˆ’3๐ด = 1
1 4 23
Solusinya adalah ๐ด = โˆ’ 3 , ๐ต = โˆ’ 9 , ๐ถ = โˆ’ 27 . ๐‘—๐‘Ž๐‘‘๐‘–,

๐‘ฅ 2 4๐‘ฅ 23
๐‘ฆ๐‘ (๐‘ฅ) = โˆ’ โˆ’ โˆ’
3 9 27
Maka, solusi umum adalah
๐‘ฅ 2 4๐‘ฅ 23
๐‘ฆ(๐‘ฅ) = ๐‘ฆ๐‘ (๐‘ฅ) + ๐‘ฆโ„Ž (๐‘ฅ) = โˆ’ โˆ’ โˆ’ + ๐‘1 ๐‘’ ๐‘ฅ + ๐‘2 ๐‘’ โˆ’3๐‘ฅ .
3 9 27

2. Variasi Parameter
Seperti metode koefisien taktenta, metode variasi parameter, digunakan untuk mencari
penyelesaian khusus persamaan diferensial takhomogen
๐‘Ž๐‘› (๐‘ฅ)๐‘ฆ (๐‘›) + ๐‘Ž๐‘›โˆ’1 (๐‘ฅ)๐‘ฆ (๐‘›โˆ’1) + โ‹ฏ + ๐‘Ž1 (๐‘ฅ)๐‘ฆ โ€ฒ + ๐‘Ž0 (๐‘ฅ)๐‘ฆ = ๐‘“(๐‘ฅ) (1)
Dengan fungsi ๐‘“(๐‘ฅ) berbentuk ๐‘ฅ ๐›ผ , ๐‘’ ๐›ฝ๐‘ฅ , ๐‘๐‘œ๐‘ ๐›พ๐‘ฅ, sin ๐›ฟ๐‘ฅ, atau kombinasinya.

Teorema3.6.2
Jika ๐‘ฆ1 , ๐‘ฆ2 , โ€ฆ , ๐‘ฆ๐‘› membentuk sistem fundamental untuk Persamaan (2), dan jika fungsi-fungsi
๐‘ข1 , ๐‘ข2 , โ€ฆ , ๐‘ข๐‘› memenuhi system persamaan
๐‘ฆ1 ๐‘ข1โ€ฒ + ๐‘ฆ2 ๐‘ข2โ€ฒ + โ‹ฏ + ๐‘ฆ๐‘› ๐‘ข๐‘›โ€ฒ = 0,
๐‘ฆ1 ๐‘ข1โ€ฒ + ๐‘ฆ2 ๐‘ข2โ€ฒ + โ‹ฏ + ๐‘ฆ๐‘› ๐‘ข๐‘›โ€ฒ = 0,
๐‘ฆ1 ๐‘ข1โ€ฒ + ๐‘ฆ2 ๐‘ข2โ€ฒ + โ‹ฏ + ๐‘ฆ๐‘› ๐‘ข๐‘›โ€ฒ = 0,
- (3)
๐‘ฆ1 (๐‘›โˆ’2) ๐‘ข1โ€ฒ + ๐‘ฆ2 (๐‘›โˆ’2) ๐‘ข2โ€ฒ + โ‹ฏ + ๐‘ฆ๐‘› (๐‘›โˆ’2) ๐‘ข๐‘›โ€ฒ = 0
๐‘“(๐‘ฅ)
๐‘ฆ1 (๐‘›โˆ’2) ๐‘ข1โ€ฒ + ๐‘ฆ2 (๐‘›โˆ’2) ๐‘ข2โ€ฒ + โ‹ฏ + ๐‘ฆ๐‘› (๐‘›โˆ’2) ๐‘ข๐‘›โ€ฒ = ๐‘Ž
๐‘› (๐‘ฅ)

Maka ๐‘ฆ = ๐‘ข1 ๐‘ฆ1 + ๐‘ข2 ๐‘ฆ2 + โ‹ฏ + ๐‘ข๐‘› ๐‘ฆ๐‘› merupakan penyelesaian khusus persamaan (1)

Teorema 3.6.3
Misalkan bahwa ๐‘ฆ1 , ๐‘ฆ2 , โ€ฆ , ๐‘ฆ๐‘› membentuk sebuah himpunan fundamental penyelesaian untuk
persamaan
๐‘Ž๐‘› (๐‘ฅ)๐‘ฆ (๐‘›) + ๐‘Ž๐‘›โˆ’1 (๐‘ฅ)๐‘ฆ (๐‘›โˆ’1) + โ‹ฏ + ๐‘Ž1 (๐‘ฅ)๐‘ฆ โ€ฒ + ๐‘Ž0 (๐‘ฅ)๐‘ฆ = 0
Maka suatu penyelesaian khusus persamaan
๐‘Ž๐‘› (๐‘ฅ)๐‘ฆ (๐‘›) + ๐‘Ž๐‘›โˆ’1 (๐‘ฅ)๐‘ฆ (๐‘›โˆ’1) + โ‹ฏ + ๐‘Ž1 (๐‘ฅ)๐‘ฆ โ€ฒ + ๐‘Ž0 (๐‘ฅ)๐‘ฆ = ๐‘“(๐‘ฅ)
Diberikan oleh
๐‘›
๐‘Š(๐‘ฆ1 , โ€ฆ , ๐‘ฆ๐‘› ; ๐‘ ) ๐‘“(๐‘ฅ)
๐‘ฆ๐‘ (๐‘ฅ) = โˆ‘ ๐‘ฆ๐‘˜ (๐‘ฅ) ๐‘‘๐‘ 
๐‘Š(๐‘ฆ1 , โ€ฆ , ๐‘ฆ๐‘› ; ๐‘ ) ๐‘Ž๐‘› (๐‘ฅ)
๐‘˜=1

Dimana W(๐‘ฆ1 , โ€ฆ , ๐‘ฆ๐‘› ; ๐‘ ) adalah Wronski dari ๐‘ฆ1 , โ€ฆ , ๐‘ฆ๐‘› dihitung pada s dan


๐‘Š๐‘˜ (๐‘ฆ1 , โ€ฆ , ๐‘ฆ๐‘› ; ๐‘ ) adalah determinan yang diperoleh dari ๐‘Š(๐‘ฆ1 , โ€ฆ , ๐‘ฆ๐‘› ; ๐‘ ) dengan mengganti
kolom ๐‘˜ oleh (0, 0, โ€ฆ, 1). Selanjutnya ๐‘ฆ๐‘ (๐‘ฅ0 ) = ๐‘ฆ โ€ฒ ๐‘ (๐‘ฅ0 ) = 0.

Contoh :
Selesaikan persamaan diferensial
๐‘ฆ" + ๐‘ฆ = ๐‘๐‘œsec ๐‘ฅ
Penyelesaian :
Penyelesaian homogen berbentuk ๐‘ฆโ„Ž = ๐‘1 sin ๐‘ฅ + ๐‘2 cos ๐‘ฅ . Fungsi-fungsi ๐‘ข1 dan ๐‘ข2
ditentukan dari sistem persamaan
sin ๐‘ฅ๐‘ข1โ€ฒ + cos ๐‘ฅ๐‘ข2โ€ฒ = 0
Jadi,
๐‘ข1โ€ฒ = cos ๐‘ฅ csc ๐‘ฅ โ‡’ ๐‘ข1 = ๐‘™๐‘›|sin ๐‘ฅ|
๐‘ข2โ€ฒ = โˆ’1 โ‡’ ๐‘ข2 = โˆ’๐‘ฅ
Maka diperoleh ๐‘ฆ๐‘ = [๐‘™๐‘›|sin ๐‘ฅ|] sin ๐‘ฅ + (โˆ’๐‘ฅ) cos ๐‘ฅ, dan bentuk penyelesaian umumnya
๐‘ฆ = ๐‘ฆโ„Ž + ๐‘ฆ๐‘ = [๐‘1 + ๐‘™๐‘›|sin ๐‘ฅ|] sin ๐‘ฅ + (๐‘2 โˆ’ ๐‘ฅ) cos ๐‘ฅ

Anda mungkin juga menyukai