Evaluasi dalam pengertian luas dapat diartikan sebagai suatu proses merencanakan,
memperoleh, dan menyediakan informasi atau data yang diperlukan sebagai dasar untuk membuat
alternatif keputusan. Dengan demikian, setiap kegiatan evaluasi atau penilaian merupakan suatu
proses yang sengaja direncanakan untuk memperoleh informasi atau data (Purwanto, 1992).
Informasi atau data yang dikumpulkan haruslah mendukung tujuan evaluasi yang direncanakan.
Menurut pengertian bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti
penilaian atau penaksiran (John M. Echols dan Hasan Shadily: 1983).
Evaluasi berkaitan erat dengan pengukuran dan penilaian yang pada umumnya diartikan tidak
berbeda (indifferent), walaupun pada hakekatnya berbeda satu dengan yang lain. Pengukuran
(measurement) adalah proses membandingkan sesuatu melalui suatu kriteria baku (meter,
kilogram, takaran dan sebagainya), pengukuran bersifat kuantitatif. Penilaian adalah suatu proses
transformasi dari hasil pengukuran menjadi suatu nilai.
Evaluasi meliputi kedua langkah di atas yakni mengukur dan menilai yang digunakan dalam
rangka pengambilan keputusan. Evaluasi secara etimologi berasal dari bahasa Inggris evaluation
yang bertarti value, yang secara secara harfiah dapat diartikan sebagai penilaian. Evaluasi adalah
proses penilaian yang sistematis mencakup pemberian nilai, atribut, apresiasi, dan pengenalan
permasalahan serta pemberian solusi-solusi atas permasalahan yang ditemukan. Evaluasi bersifat
analitik dan kooperatif dengan obyek evaluasi (evaluatan), sedangkan audit lebih menekankan
pada pengujian-pengujian bukti dan independen terhadap obyek audit (auditan). Keduanya tetap
mengedepankan obyektivitas evaluator/auditor.
Tidak ada satupun guru yang tidak ingin berhasil dalam proses mengajar, tentunya semua guru
sangat mengharapkan sekali keberhasilan belajar mengajar itu, guru yang masa bodoh terhadap
anak didiknya adalah cermin kurang tanggung jawabnya seorang guru menjabat sebagai
profesinya, gurung yang tidak mau tahu dengan perkembangan pendidikan anak didiknya adalah
tanda guru yang tidak peduli taerhadap tantangan zaman yang terus merongrong anak
didiknya.Walaupun ada terobosan baru metode belajar yang bagus, seperti yang di pelopori oleh
bobby de porter dalam quantum learningnya, tetapi itu saja tidak cukup, metode yang bagus saja
tidak cukup tanpa evaluasi, maka evaluasi sangat di butuhkan sekali dalam pendidikan. Seperti
kita ketahui sebelum program diberikann guru memberikan penilaian apakah hal yang telah
digariskan itu tercapai ? Itulah yang disebut penilaian. Jadi sekali lagi melalui penilaian guru dapat
mengetahui hasil pengajaran yang telah dilaksanakannya. Ciri-ciri penilaian holistik adalah:
1. Didasarkan pada pengalaman keseharian berbahasa secara otentik.
2. Dilakukan selaras dengan hakikat belajar bahasa sebagai suatu proses yang berkembang
secara bertahap dengan terus-menerus.
3. Diarahkan pada penilaian proses dan hasil, serta dilakukan secara formal dan informal.
4. Menginformasikan kegiatan belajar mengajar atau apa yang terjadi di kelas sehari-hari.
5. Memperhatikan keunikan siswa sebagai makhluk hidup.
6. Melibatkan siswa di dalam penilaian untuk mengukur kekuatan dan kelemahannya,
7. Menetapkan tujuan dan keputusan untuk kegiatan belajar.
Pada dasarnya penilaian dilakukan karena guru ingin mengetahui apakah siswa telah belajar
dengan baik atau belum. Tetapi melalui penilaian ini, dapat diketahui pula apakah semua bagian
dari seluruh meteri telah diterangkan dengan baik atau belum. Jika siswa melakukan kesalahan
yang sama pada pertanyaan tertentu, ini berarti guru kurang jelas menerangkan masalah itu. Dari
sinilah kita mengetahui bahwa melalui penilaian terhadap siswa, guru dapat pula menilai dirinya
sendiri. Secara tidak langsung guru telah mengadakan penilaian terhadap dirinya, siswa, dan
program sekaligus.
Jenis-jenis penilaian holistik adalah sebagai berikut:
1. Penilaian Kognitif
Penilaian kognitif untuk kelas rendah mencakup kemampuan berpikir termasuk di dalamnya
kemampuan menghafal, memahami dan mengaplikasi. Jenis aspek kognitif yaitu
a. Tingkat pengetahuan, pada tahap ini siswa dituntut untuk mampu mengingat berbagai
informasi yang telah diterima sebelumnya
b. Tingkat pemahaman, pada tahap ini diharapkan siswa mampu menerjemahkan atau
menyebutkan kembali yang telah didengar dengan kata-kata sendiri.
c. Tingkat penerapan, merupakan kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan
informasi yang telah dipelajari ke dalam situasi baru, serta memecahkan berbagai masalah
dalam kehidupan sehari-hari.
2. Penilaian Afektif
a. Mencakup penilaian sikap, tingkah laku, minat, emosi dan motivasi, kerjasama, koordinasi
dari setiap peserta didik.
b. Dilakukan melalui pengamatan dan interaksi langsung secara terus menerus. Pada
umumnya dilakukan secara non-ujian (misalnya; untuk mengetahui siapa peserta didik
yang bisa dipercaya, siapa peserta didik yang disiplin, siapa yang berminat ke jurusan Ilmu
Sosial atau Ilmu Alam dll).
c. Setiap informasi yang diperoleh dikumpulkan dan disimpan sebagai referensi dalam
penilaian berikutnya.
d. Penilaian afektif dibagi atas penilaian afektif secara umum (budi pekerti) dan penilaian
afektif per mata pelajaran.
Aspek penilaian afektif terdiri dari:
1) Menerima (receiving) termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus,
respon, kontrol dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar.
2) Menanggapi (responding): reaksi yang diberikan: ketepatan reaksi, perasaan
kepuasan, dll.
3) Menilai (evaluating): kesadaran menerima norma, sistem nilai, dll.
4) Mengorganisasi (organization): pengembangan norma dan nilai dalam organisasi
sistem nilai.
5) Membentuk watak (Characterization): sistem nilai yang terbentuk mempengaruhi
pola kepribadian dan tingkah laku.
3. Penilaian Psikomotorik
Tidak semua mata pelajaran dapat dinilai aspek psikomotornya (disesuaikan dengan tuntutan
kompetensi dasar yang harus dicapai oleh peserta didik). Penilaian psikomotorik digunakan
untuk pembelajaran yang banyak memerlukan praktik: Pendidikan Agama, Pendidikan Seni,
Pendidikan Jasmani, Praktik IPA dan Bahasa. Aspek Psikomotorik terdiri dari (Taxonomy
Bloom, Bloom, Englehart, Furst, Hill, Krathwohl:56) :
1) Meniru (perception)
2) Menyusun (manipulating)
3) Melakukan dengan prosedur (precision)
4) Melakukan dengan baik dan tepat (articulation)
5) Melakukan tindakan secara alami (naturalization)