HIPERBILIRUBINEMIA
1. Pengertian
Jadi dapat disimpulkan bahwa hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana kadar
bilirubin dalam darah melebihi batas atas nilai normal bilirubin serum. Untuk bayi yang
baru lahir cukup bulan batas aman kadar bilirubinnya adalah 12,5 mg/dl, sedangkan bayi
yang lahir kurang bulan, batas aman kadar bilirubinnya adalah 10 mg/dl. Jika kemudian
kadar bilirubin diketahui melebihi angka-angka tersebut, maka ia dikategorikan
hiperbilirubin.
2. Anatomi Fisiologi
Hepar adalah organ terbesar dalam tubuh manusia, terletak disebelah atas dalam
rongga abdomen, disebelah kanan diafragma, berwarna merah kecoklatan, luna dan
mengandung banyak vaskularisasi. Hepar terdiri dari lobus kanan yang besar dan lobus
kiri yang kecil.
Fungsi hepar adalah :
c. Penyimpanan glikogen, lemak, vitamin (A, B12, D dan K) dan zat besi (ferritin).
e. Pembentukan dan penghancuran sel-sel darah merah, pembentukan terjadi hanya pada
6 bulan masa kehidupan awal fetus.
Kantung atau kelenjar empedu merupakan kantung berbentuk buah pir dengan
panjang sekitar 7.5cm dan dapat menampung ±50 ml cairan empedu. Cairan empedu
adalah cairan kental berwarna kuning keemasan atau kehijauan yang dihasilkan terus
menerus dalam jumlah 500-1000 ml/hari, merupakan zat esensial dalam pencernaan dan
penyerapan lemak, suatu media yang dapat mengekskresikan zat-zat tertentu yang tidak
dapat diekskresikan oleh ginjal.
a. Produksi
b. Transportasi
c. Konjugasi
Bilirubin indirek dalam hepar diubah atau dikonjugasikan oleh enzim Uridin
Difosfoglukoronal Acid (ADPGA) atau glukoronil transferase menjadi bilirubin direk
atau terkonjugasi yang bersifat polar dan larut dalam air.
d. Ekskresi
3. Etiologi
Hiperbilirubinemia
Kulit, mukosa
Foto terapi
ikterik
pruritus
gg.
gg. hiperterm
hiperterm
keseimbangan
keseimbangan ia
ia
cairan
cairan
gg.integritas
gg.integritas
kulit
kulit
a. Gejala akut
Gejala yang dianggap sebagai fase pertama karena ikterus pada neonatus adalah
letarga, tidak mau minum dan hipotoni.
b. Gejala kronik
Tangisan yang melengking (high pitch cry) meliputi hipertonus dan opistotonus
(bayi yang selamat biasanya menderita gejala sisa berupa paralis serebral dengan
atetosis, gangguan pendengaran, paralysis sebagian otot mata dan dispasia dentalis).
6. Komplikasi
7. Tes Diagnostik
a. Tes comb pada tali pusat bayi baru lahir; hasil positif tes comb indirek menandakan
adanya antibody Rh- positif anti- A atau Anti- B dalam darah ibu. hasil positif tes
comb direk menandakan adanya sensisitasi (Rh- positif anti-A atau Anti-B) SDM
dari neonatus.
c. Bilirubin total: kadar direk (terkonjugasi) bermakna jika melebihi 1,0- 1,5 mg/dl,
yang mungkin dihubungkan dengan sepsis. Kadar indirek (tidak terkonjugasi) tidak
boleh melebihi peningkatan 5 mg/dl dalam 24 jam, atau tidak boleh >20 mg/dl pada
bayi cukup bulan atau 15 mg/dl padda bayi praterm (tergantung pada berat badan)
d. Protein serum total; kadar kurang dari 3,0 g/dl menandakan penurunan kapasitas
ikatan, terutama pada bayi praterm.
e. Hitung darah lengkap; hemoglobin (Hb) mungkin rendah. < 14g/dl karena hemolisis.
Hemotokrit (Ht) mungkin meningkat (>65%) pada polisitemia (45%) dengan
hemolisis dan anemia berlebihan.
f. Glukosa; kadar Dextrosix mungkin >45% glukosa darah lengkap >30 mg/dl, atau tes
glukosa serum >40 mg/dl bila bayi baru lahir hipoglikemi dan mulai meggunakan
simpanan lemak dan melepaskan asam lemak.
j. Tes betke- kleihauer; evaluasi smear darah maternal terhadap eritrosit janin.
8. Penatalaksanaan
a. Tindakan umum
Memeriksa golongan darah ibu (Rh, ABO) pada waktu hamil untuk mencegah
trauma lahir, pemberian obat pada ibu hamil atau bayi baru lahir yang dapat
menimbulkan ikhterus, infeksi dan dehidrasi. Pemberian makanan dini dengan jumlah
cairan dan kalori yang sesuai dengan kebutuhan bayi baru lahir. Imunisasi yang cukup
baik di tempat bayi dirawat.
b. Tindakan khusus
1. Pemberian Fenobarbital
Mempercepat konjugasi dan mempermudah ekskresi. Namun pemberian ini
tidak efektif karena dapat menyebabkan gangguan metabolic dan pernafasan
baik pada ibu dan bayi.
Memberi substrat yang kurang untuk transportasi/ konjugasimisalnya
pemberian albumin karena akan mempercepat keluarnya bilirubin dari
ekstravaskuler ke vaskuler sehingga bilirubin lebih mudah dikeluarkan
dengan transfusi tukar.
Melakukan dekomposisi bilirubin dengan fototerapi untuk mencegah efek
cahaya berlebihan dari sinar yang ditimbulkan dan dikhawatirkan akan
merusak retina. Terapi ini juga digunakan untuk menurunkan kadar bilirubin
serum pada neonatus dengan hiperbilirubin jinak hingga moderat.
Mengeluarkan bilirubin secara mekanik, yaitu dengan tranfusi tukar.
Terapi obat-obatan misalnya obat phenorbarbital/luminal untuk meningkatkan
bilirubin di sel hati yang menyebabkan sifat indirect menjadi direct, selain itu
juga berguna untuk mengurangi timbulnya bilirubin dan mengangkut bilirubin
bebas ke organ hari.
2. Foto terapi
Prosedur foto terapi adalah :
Foto terapi digunakan untuk menurunkan bilirubin serum pada neonatus
dengan hiperbilirubinemia jinak hingga moderat. Fototerapi dapat
menyebabkan terjadinya isomerasi bilirubin inderek yang mudah larut di
dalam plasma dan mudah diekresi oleh hati ke dalam saluran empedu
meningkatnya foto bilirubin di dalam empedu menyebabkan bertambahnya
pengeluaran cairan empedu ke dalam usus sehingga peristalstik usus
meningkatkan dan bilirubin akan cepat meninggalkan usus.
Penggunaan fototerapi sesuai dengan anjuran dokter biasanya di berikan
kepada neonatus dengan kadar bilirubin inderek lebih 10 mg% sebelum
transfuse tukar atau sesudahnya sumber cahaya fototerapi dapat di peroleh
dari sinar matahari, cahaya lampu neon. Alat terapi ada yang menggunakan
sumber cahaya ganda yang dapat menyinari dua bagian tubuh. Efek terapi
sinar tidak tergantung pada beberapa arah penyinaran, tetapi pada jumlah
energy cahaya yang dapat menyinari kulit neonatus.
Energy cahaya optimal yang dapat menyebabkan eliminasi bilirubin
maksimum adalah yang mempunyai gelombang sinar 350-470
Nanometer( NM).
3. Transfusi tukar
Transfusi tukar adalah pergantian darah sirkulasi neonatus dengan darah
donor dengan cara mengeluarkan darah neonatus dan memasukan darah donor
secara berulang dan bergantian melalui suatu prosedur jumlah daerah yang di
keluarkan, pergantian darah bisa mencapai 75 % dari jumlah darah neonatus.
Tujuan tranfusi tukar adalah menentukan kadar bilirubin inderek, mengganti
eritrosit yang dapat di hemolisis, membuang autibodi yang menyebabkan
hemolitis dan mengoreksi anemia.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Anamnesis
1. Identitas
Bayi baru lahir dengan kadar bilirubin serum total lebih dari 10 mg%.
2. Keluhan Utama
Sklera puncak hidung / sekitar mulut, dada, perut dan ekstremitas berwarna
kuning.
2. Tanda- tanda vital: pernapasan : 120-160 kali/ menit, nadi: 40 kali per menit,
suhu: 36,5- 370C.
Kulit kepala atau tidak terdapat bekas tindakan persalinan seperti: vakum atau
terdapat kaput, sclera ikterik, muka kuning, leher kaku.
4. Pernapasan
5. Abdomen
Pada saat palpasi menunjukan pembesaran limpa dan hepar, turgor buruk, bising
usus hipoaktif.
6. Genetalia
7. Eliminasi
Buang air besar (BAB): proses eliminasi mungkin lambat, feses lunak cokelat atau
kehijauan selama pengeluaran bilirubin.
Buang air kecil( BAK) : urine berwarna gelap pekat, hitam kecokelatan
8. Ekstremitas
9. Sistem integumen
c. Pola ADL :
1. Nutrisi: pada umunya bayi malas minum: refleks mengisap dot dan menelan
lemah.
d. Pemeriksaan penunjang :
1. Pemeriksaan darah lengkap, uji fungsi hati, jenis darah (Rh, Ibu dan janin)
c. Risiko tinggi kekurangan volume cairan akibat efek samping fototerapi berhubungan
dengan pemaparan sinar dengan intensitas tinggi.
e. Risiko tinggi cedera terhadap keterlibatan sistem saraf pusat berhubungan dengan
peningkatan bilirubin indirek dalam darah yang bersifat toksik tehhadap otak.
f. Risiko tinggi cedera akibat komplikasi tindakan transfusi tukar berhubungan dengan
prosdur invasif, profil darah abnormal.
3. Rencana Keperawatan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam perawatan suhu
tubuh dalam batas normal, dengan kriteria hasil:
- Tidak kejang
analis)
R/ Kadar bilirubin indirek merupakan indikator berat ringan joundice yang
diderita.
3. Ubah posisi miring atau tengkurap. Perubahan posisi setiap 2 jam berbarengan
c. Risiko tinggi kekurangan volume cairan akibat efek samping fototerapi berhubungan
dengan pemaparan sinar dengan intensitas tinggi.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama .....x 24 jam, cairan tubuh
neonatus adekuat dengan kriteria hasil:
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan