TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Jurusan Teknik Mesin
Disusun Oleh :
LUKAS PRABOWO
NIM : 025214058
FINAL PROJECT
Pressented as Partial Fulfillment of
The Requirements to Obtain
The Sarjana Teknik degree in Mechanical Engineering
By :
LUKAS PRABOWO
Student Number : 025214058
ii
iii
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
…..
v
vi
vii
INTISARI
viii
DAFTAR ISI
ix
2.5 Uji Tarik ....................................................................................... 16
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................... 18
3.1 Skema Alur Penelitian ................................................................. 18
3.2 Persiapan Benda Uji ..................................................................... 19
3.2.1 Alat dan Bahan .............................................................. 19
3.2.1.1 Resin .............................................................. 20
3.2.1.2 Serat ............................................................... 20
3.2.1.3 Katalis ............................................................ 22
3.2.1.4 Release Agent ................................................ 22
3.2.2 Perhitungan Larutan Kimia ........................................... 23
3.2.2.1 Konsentrasi Larutan NaOH ............................ 23
3.2.2.2 Konsentrasi Larutan KMnO4 ......................... 24
3.2.3 Perlakuan Kimia Serat Kelapa ....................................... 25
3.3 Pembuatan Cetakan ...................................................................... 28
3.3.1 Cetakan Uji Tarik .......................................................... 28
3.3.2 Cetakan Uji Impak ........................................................ 29
3.4 Pembuatan Benda Uji .................................................................. 29
3.4.1 Benda Uji Matrik .......................................................... 29
3.4.1.1 Pencetakan Matrik untuk Pengujian Tarik ..... 29
3.4.1.2 Pencetakan Matrik untuk Pengujian Impak ... 31
3.4.2 Benda Uji Komposit ..................................................... 33
3.4.2.1 Pencetakan Komposit untuk Pengujian Tarik.. 33
3.4.2.2 Pencetakan Komposit untuk Pengujian Impak 34
3.5 Bentuk dan Dimensi Benda Uji ................................................... 36
3.5.1 Bentuk dan Dimensi Benda Uji untuk Pengujian Tarik 36
3.5.1.1 Benda Uji Matrik ........................................... 36
3.5.1.2 Benda Uji Komposit ...................................... 36
3.5.2 Bentuk dan Dimensi Benda Uji untuk Pengujian Impak 37
3.6 Metode Pengujian ........................................................................ 37
3.6.1 Metode Pengujian Tarik ................................................ 37
3.6.2 Metode Pengujian Impak .............................................. 39
x
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................ 41
4.1 Hasil Pengujian Tarik .................................................................... 41
4.1.1 Hasil Pengujian Tarik Matrik Polyester............................... 41
4.1.2 Hasil Pengujian Tarik Komposit Tanpa Perlakuan Kimia... 42
4.1.3 Hasil Pengujian Tarik Komposit Perlakuan 2,5% NaOH,
5% KMnO4.......................................................................... 44
4.1.4 Hasil Pengujian Tarik Komposit Perlakuan 5% NaOH, 5%
KMnO4................................................................................ 45
4.1.5 Hasil Pengujian Tarik Komposit Perlakuan 7,5% NaOH,
5% KMnO4.......................................................................... 46
4.2 Hasil Pengujian Impak .................................................................. 51
4.2.1 Hasil Pengujian Impak Matrik Polyester ............................. 52
4.2.2 Hasil Pengujian Impak Komposit Tanpa Perlakuan Kimia . 53
4.2.3 Hasil Pengujian Impak Komposit Perlakuan 2,5% NaOH,
5% KMnO4.......................................................................... 54
4.2.4 Hasil Pengujian Impak Komposit Perlakuan 5% NaOH,
5% KMnO4.......................................................................... 56
4.2.5 Hasil Pengujian Impak Komposit Perlakuan 7,5% NaOH,
5% KMnO4.......................................................................... 57
4.3 Analisa Berdasarkan Data Pengujian ............................................ 61
4.3.1 Dari Hasil Pengujian Tarik .................................................. 61
4.3.2 Dari Hasil Pengujian Impak................................................. 61
4.3.3 Analisa Berdasarkan Foto Mikro ......................................... 62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 68
5.1 Kesimpulan .................................................................................. 68
5.2 Saran ............................................................................................ 69
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 70
LAMPIRAN ............................................................................................................ 71
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
4.2. Bentuk Patahan Benda Uji Tarik Komposit Tanpa Perlakuan Kimia ......... 43
4.3 Bentuk Patahan Benda Uji Tarik Komposit Perlakuan 2,5% NaOH
dan 5% KMnO4…………………………...………………………….……44
xiii
4.4 Bentuk Patahan Benda Uji Tarik Komposit Perlakuan 5% NaOH
dan 5% KMnO4……………………………………………………………46
4.5 Bentuk Patahan Benda Uji Tarik Komposit Perlakuan 7,5% NaOH
4.9 Bentuk Patahan Benda Uji Impak Komposit Tanpa Perlakuan Serat..……54
4.10 Bentuk Patahan Benda Uji Impak Perlakuan Serat 2,5% NaOH
dan 5% KMnO4……………………………………………………….…………55
dan 5%KMnO4…………………………….……….……………………………57
4.12 Bentuk Patahan Benda Uji Impak Perlakuan Serat 7,5% NaOH
dan 5%KMnO4…………………………….……….……………………………59
xiv
4.22 Foto Mikro Penampang Komposit 7,5% NaOH, 5% KMnO4…..................66
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
lebih baik di berbagai bidang tak terkecuali dalam bidang teknik. Termasuk
guna. Jika dilihat dari kondisi saat ini, bahan-bahan yang dianggap cukup
hal terbukti lebih efektif dibandingkan dengan bahan logam. Komposit itu
sendiri merupakan gabungan dua macam bahan atau lebih dengan sifat yang
sifat logam.
1
2
antara matriks dan serat sebagai penguatnya. Pada umumnya, serat yang
digunakan mempunyai kekuatan tarik yang lebih besar dari pada matrik..
penyusunnya. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.1 berikut ini:
ε
Gambar 1.1 Diagram Tegangan-Regangan Komposit dan Komponen
Penyusunnya (Jones, R.M., 1975)
yaitu serat sintetik dan serat organik. Serat sintetik atau buatan adalah serat
tinggi, homogen, harga rendah, isolator listrik yang baik dan mempunyai
sifat anti korosi. Kekurangan dari serat sintetik yaitu tidak dapat didaur
ulang dan serbuk atau debu dari serat gelas dapat menjadi racun apabila
terhirup masuk masuk kedalam tubuh. Sedangkan serat organik, yaitu serat
yang berasal dari bahan organik, misalnya : serat nanas, serat pandan, serat
kelapa, serat pisang dan sebagainya. Kelebihan serat alami ini antara lain;
harga murah, mudah didapatkan, ringan, dapat didaur ulang dan tidak
sebagai bahan baku pembuat tali, keset, sapu, sebagai bahan pengganti kayu
bakar, atau bahkan sering hanya terbuang secara sia-sia. Penelitian terhadap
secara kimiawi dan korelasinya jika serat tersebut dijadikan sebagai penguat
diadakan.
4
3. Bentuk patahan yang terjadi pada bahan komposit setelah dilakukan uji
Karena begitu banyak hal yang dapat diteliti serta hal yang dapat
pengujian impak.
jenis Bening Super, Justus 108 yang diproduksi oleh PT. JUSTUS
4. Serat kelapa yang digunakan sebagai penguat dengan panjang 0,5 – 1,5
pembuatan benda uji, pengujian mekanik yang dilakukan pada benda uji,
serta bentuk patah komposit akan diuraikan pada bab tiga. Sedangkan pada
bab empat berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan
oleh penulis, dan pada bab lima akan diberikan saran-saran oleh penulis
DASAR TEORI
dengan fase yang berbeda. Fase pertama disebut matrik yang berfungsi
1. Logam
2. Keramik
3. Polymer
berikut :
1. Fiber (serat)
2. Flake
3. Partikel
6
7
(Wolfram Carbide).
1. Fibrous composites
lebih tinggi daripada matriknya selain itu juga harus ada ikatan
Vlack, 985)
2. Laminated composites
Komposit ini terdiri dari dua atau lebih material yang disusun
3. Particulated composites
partikel ini terbuat dari bahan metal atau dari bahan non-metal.
lebih. Komposit tersebut biasa disebut komposit hybrid. Komposit jenis ini
memiliki kekuatan dan kekakuan yang lebih baik, tangguh, lebih tahan
2.3.1 Serat
1. Serat organik: yaitu serat yang berasal dari bahan organik, misalnya serat
kelapa, serat nanas, serat rami, serat pandan alas, serat kapas, dll.
lingkaran dan beberapa bentuk lain, misalnya bujur sangkar. Kekuatan serat dapat
juga dilihat dari diameter serat, diameter serat yang semakin kecil maka
pertambahan kekuatan sangat cepat, sebaliknya jika diameter semakin besar maka
sama dengan satu, dan dengan mengasumsikan tidak adanya rongga udara.
Vf + Vm = 1 ……………………………………………………… (1)
dengan:
Wf + Wm = 1 ................................................................................. (2)
dengan:
Massa jenis total komposit merupakan gabungan dari massa jenis komponen
penyusunnya:
dengan:
ρc − ρm
Vf = ……………………………………………. (4)
ρ f − ρm
Dengan mengetahui besar massa jenis total komposit dan komponen
umumnya besar fraksi volume bahan komposit berkisar 20% sampai 65%,
12
komposit, salah satunya adalah dengan menimbang bobot total komposit dan
Komposit serat
Laminat Hibrid
Serat satu arah Serat dua arah Arah acak Arah teratur
2.3.2 Matrik
bahan komposit yang diperkuat serat dan diikat oleh matrik, matrik
adhesi yang kurang baik maka transfer beban tidak sempurna dan
polimer adalah polimer polyester dan epoksi dalam bentuk resin. Resin
serat karbon atau serat aramid. Sedangkan resin polyester lebih sering
digunakan untuk jenis- jenis serat yang lain. Dari segi kekuatannya dan
lebih murah. Perbandingan sifat resin poliester dan epoksi dapat dilihat
yang terlalu sedikit akan mengakibatkan proses curing yang terlalu lama.
Dan apabila pada proses pembuatan terjadi kelebihan katalis, maka akan
atau 2 : 1.
Release agent atau zat pelapis yang berfungsi untuk mencegah lengketnya
lain waxes (semir), MAA, mirror glass, vasielin, polyvinyl alcohol, film
getas benda uji. Uji impak ini membutuhkan tenaga untuk mematahkan
benda uji dengan sekali pukul, alat pukul yang digunakan berupa sebuah
palu dengan berat tertentu yang dijatuhkan dengan cara dilepaskan dari
sudut 150o (α) dan sisi pisau pada palu menengenai benda uji berbentuk
mm serta sudut takikan 45o, karena pukulan tersebut benda uji akan patah,
kemudian palu akan berayun kembali membentuk sudut (β) hasil dari
keliatan benda uji. Prinsip pengujian impak dapat dilihat pada Gambar 2.2.
R α
α
β
R(cos β - cos α)
G Benda Uji
dengan:
W
Keliatan = (joule/mm2) ....................................................... (6)
A
dengan:
tarik dan regangan dari matrik, maupun komposit serat. Metode yang
digunakan adalah benda uji dijepit pada mesin uji dengan pembebanan
uji patah. Beban tarik yang bekerja pada benda uji akan menimbulkan
antara pertambahan panjang (∆L) dengan panjang awal benda uji (L0) disebut
regangan.
Pada penelitian ini untuk menghitung kekuatan tarik dan regangan adalah:
1. KekuatanTarik
Beban ( F )
σu = (kg/mm2)……………….….(7)
Luaspenamp ang ( Ao )
2. R
egangan (ε)
METODOLOGI PENELITIAN
Gambar 3.1.
Pembelian Bahan
Pengujian:
1. Pengujian tarik
2. Pengujian impak
3. Foto bentuk patah
Hasil penelitian
kesimpulan
18
19
sebagai berikut:
akan digunakan.
3. Gelas ukur, untuk mendapatkan volume resin yang akan dipakai dan
6. Vaselin atau MAA, digunakan sebagai pelapis pada kaca yang berfungsi
3.2.1.1 Resin
Resin yang digunakan dalam penelitian ini adalah Resin Polyester Bening Super Justus 108. Dengan
ciri-ciri resin ini berwarna putih (bening), yang diproduksi oleh PT. JUSTUS SAKTI RAYA CORPORATION,
Semarang.
3.2.1.2 Serat
Serat yang dipakai adalah serabut yang berasal dari kulit buah
kelapa yang memiliki berat jenis 1,15 gms./cc., diacu dari Tabel Properti
Serat Alam.
Coir (coconut
Property Jute Banana Sisal Pineapple
fibre)
Width or Diameter
- 80-250 50-200 20-80 100-450
(μm )
Density (gms./cc) 1.3 1.35 1.45 1.44 1.15
Serat didapatkan dari serabut buah kelapa yang sudah cukup tua,
kemudian serabut dan kulit kelapa yang keras dipisahkan, serabut kelapa
yang telah didapatkan direndam dalam air ± 2 jam. Setelah itu untuk
panjang antara 5-15 mm. Bentuk dari serat kelapa yang telah kering
3.2.1.3 Katalis
ditentukan oleh jumlah katalis yang ditambahkan dalam resin, semakin banyak
22
katalis yang ditambahkan semakin cepat laju curing yang dihasilkan. Namun jika
katalis yang digunakan terlalu banyak matrik komposit yang dihasilkan cenderung
Dengan menggunakan katalis metoxone ±1% waktu yang dibutuhkan untuk curing
Karena dalam proses pembuatan dengan bahan resin ini akan bersifat
Dalam hal ini yang digunakan sebagai anti rekat (adhesive) dalam proses
mengoleskan dan melapisi seluruh cetakan yang akan mengalami kontak langsung
dengan resin pada saat pembuatan. Perlakuan pelapisan dengan bahan anti
adhesive ini akan mempermudah proses pelepasan produk yang dibuat dari
cetakan. Pelapisan release agent ini dilakukan sebanyak tiga kali dalam setiap
sifat adhesive resin terhadap Release agent yang digunakan dapat dilihat pada
gambar 3.3.
23
dan 7,5 % dilarutkan dengan air suling (Aquades) dengan komposisi masing-
= 1 kg ( aquades )
= 1000 gr ( aquades )
2,5
• 2,5 % NaOH ► x 1000 gr = 25 gram NaOH
100
5
• 5 % NaOH ► x 1000 gr = 50 gram NaOH
100
24
7,5
• 7,5 % NaOH ► x 1000 gr = 75 gram NaOH
100
yang dibutuhkan dan menentukan volume akhir dari aquades, maka proses
fraksi volume NaOH dengan aquades dapat ditentukan seperti dalam tabel 3.2.
2 5 1000 50 950
berikut :
= ± 1 kg (acetone )
= ± 1000 gr (acetone)
25
5
• 5 % KMnO4 ► x 1000 gr = 50 gram KMnO4
100
KMnO4 yang dibutuhkan dan menentukan volume akhir dari aquades, maka
Perlakuan kimia yang dilakukan adalah dengan alkali treatment pada serat.
Karena NaOH dan KMnO4 adalah salah satu jenis alkali, oleh karena itu
perendaman NaOH dan KMnO4. NaOH yang digunakan adalah jenis NaOH pro
analisis.
Perendaman serat dengan NaOH ini sendiri dilakukan dengan tiga variasi,
yaitu : 2,5% NaOH , 5% NaOH dan 7,5% NaOH, yang bertujuan untuk
mengetahui prosentase paling baik diantara ketiga variasi tersebut agar didapat
dari kaca, karena kaca memiliki permukaan yang rata dan tahan terhadap reaksi
kimia.
Skema cetakan uji tarik matrik pengikat dan komposit dapat dilihat pada
Gambar 3.7.
320 mm 5 mm
250 mm
300 mm
320 mm
200 mm 4 mm
250 mm
10 mm
60 mm
15 mm
150 mm
180 mm
berbahan kaca yang telah diolesi pelapis. Metode pembuatan yang dipakai adalah
cara Hand Lay-Up karena cara ini paling mudah, dan sesuai diterapkan untuk
sebagai berikut:
Vcetakan = V(resin+katalis) = p x l x t
= 250 x 200 x 4
= 200.000 mm3
= 200 ml
Resin dan katalis dituang pada sebuah gelas ukur dengan perbandingan
Vresin = 198,02 ml
Vkatalis = 1,98 ml
kaca. Agar hasil yang didapat padat dan mendapatkan ukuran yang
kg.
4. Proses curing terjadi pada kurun waktu 4-5 jam, setelah itu matrik
tarik.
200 mm
250 mm
4 mm
Proses pencetakan benda uji matrik pengikat untuk uji impak sama dengan
pembuatan benda uji matrik untuk uji tarik, menggunakan media kaca sebagai
= 90.000 mm3
= 90 ml
32
Resin dan katalis dituang pada sebuah gelas ukur dengan perbandingan
Vresin = 89,11 ml
Vkatalis = 0,89 ml
kaca. Agar hasil yang didapat padat dan mendapatkan ukuran yang sesuai
Dimensi hasil cetakan uji impak matrik dapat dilihat pada Gambar 3.10
4. Setelah 4-5 jam proses curing selesai, matrik dapat dilepas dari cetakan.
5. Hasil cetakan benda uji matrik dipotong sesuai standar pengujian impak.
55 mm
10 mm
100 mm
pembuatan benda uji matrik, perbedaannya pada proses pembuatan benda uji
2. Serat serat kelapa disiapkan sesuai dengan persentase volume serat yang
= 20 ml
= 1,15 x 20 ml
= 23 gr
= 180 ml
Resin dan katalis dituang pada sebuah gelas ukur kemudian diaduk
Vresin = 178,218 ml
Vkatalis = 1,782 ml
campuran resin dan katalis, lalu diberikan lagi sisa campuran resin dan
agent 3 kali, bagian atas penutup cetakan diberi beban (+ 20 kg) agar
didapat hasil yang padat dan ukuran yang sesuai kebutuhan (± 4 mm).
6. Setelah ± 4–5 jam proses curing selesai, komposit dapat dilepas dari
Proses pembuatan dan pencetakan benda uji komposit untuk uji impak ini
Vserat = 10 % x Vcetakan
= 9 ml
= 1,15 x 9 ml
= 10,35 gr
35
Resin dan katalis dituang pada sebuah gelas ukur kemudian diaduk
Vresin = 80,1981 ml
Vkatalis = 0,8019 ml
campuran resin dan katalis, lalu diberikan lagi sisa campuran resin dan
agent sebanyak 3 kali, kemudian diberi beban agar hasil yang didapat
padat dan mendapatkan ukuran yang sesuai kebutuhan (±10 mm). Proses
6. Setelah ± 4–5 jam proses curing selesai, komposit dapat dilepas dari
pengujian impak
36
50 mm 4 mm
50 mm
12.5 mm 20 mm
R13
200 mm Satuan : mm
pada standar ASTM A370 (Standart Test Methode for Tensile Properties of
Plastic). Bentuk dan dimensi benda uji yang digunakan adalah sebagai berikut:
45 O
10mm
2 mm
55 mm
10 mm
matrik (resin polyester), komposit dengan serat tanpa perlakuan dan komposit
berjumlah 5 buah, jadi ada 25 buah benda uji dengan dimensi benda uji sesuai
c. Memasang benda uji pada penjepit (grip) atas dan bawah pada mesin
regangan
Pada akhir pengujian data beban maksimal dan perpanjangan benda dapat
pengujian berlangsung. Mesin uji tarik universal yang digunakan dapat dilihat
suatu perhitungan.
pada persamaan (7) dan untuk menghitung regangan, rumus yang dipergunakan
Prinsip dasar pengujian impak adalah ayunan beban yang dikenakan pada
spesimen yang patah, perlu dibuat takikan pada spesimen. Pengukuran keliatan
benda uji menggunakan metode Impak Charpy yang alatnya ditunjukkan pada
Gambar 3.15.
bahan ataupun harga keuletan dari matrik, maupun komposit tanpa perendaman
TenagaPatah
Harga Keuletan = (Joule/mm²) ................................... (10)
LuasPenampangPatahan
Dengan :
komposit dan matrik pengikat. Pengujian yang dilakukan adalah pengujian tarik
untuk mengetahui kekuatan tarik dan regangan serta pengujian impak untuk
mengetahui ketahanan patah dan keuletan. Setelah dilakukan pengujian tarik dan
Dari setiap konsentrasi NaOH yang berbeda, dibuat benda uji yang
berjumlah 5 (lima) spesimen. Jadi jumlah total benda uji untuk pengujian tarik ada
25 spesimen, sedangkan jumlah total benda uji untuk pengujian impak ada 25
spesimen. Hasil pengujian dan perhitungan disajikan dalam bentuk tabel dan
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap benda uji tarik matrik
41
42
Dari Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa benda uji matrik polyester mempunyai
regangan rata-rata yang tinggi. Jika meninjau dari hasil uji tarik, kerusakan pada
matrik cenderung berupa patah getas sehingga matrik pengikat yang digunakan
Dari pengujian tarik terhadap benda uji komposit dengan serat tanpa
perlakuan kimia didapatkan data seperti yang ditampilkan pada Tabel 4.2.
43
Dari data pengujian tegangan dan regangan rata-rata komposit serat tanpa
terjadi pada benda uji komposit dengan serat tanpa perlakuan kimia.
KMnO4
perlakuan larutan 2,5 % NaOH, 5 % KMnO4 dapat dilihat pada Tabel 4.3
berikut ini:
Dari data di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tegangan dan regangan
Sedangkan bila dilihat dari bentuk patahan setelah pengujian tarik, dapat
KMnO4
Dari data tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa benda uji komposit
tegangan tarik yang lebih rendah dibandingkan dengan benda uji matrik
46
benda uji komposit tanpa perlakuan atau dengan benda uji komposit
lebih rendah daripada benda uji matrik atau dengan benda uji komposit
4.4.
KMnO4
perlakuan larutan 7,5 % NaOH, 5 % KMnO4 dapat dilihat pada Tabel 4.5.
47
Dari data tersebut bahwa benda uji komposit dengan perlakuan serat 7,5%
komposit menjadi semakin kuat. Benda uji matrik menghasilkan tegangan dan
regangan tarik tertinggi dari seluruh benda uji yang ada. Hal tersebut dapat dilihat
pada Tabel 4.6, yang akan menunjukkan kekuatan tarik rata-rata dan regangan
Dan untuk lebih jelas, data pada tabel tersebut di atas disajikan dalam bentuk
grafik. Berikut Gambar 4.6 yang memperlihatkan kekuatan tarik rata-rata dari
3,5
3,203
3,0
2,458
Kekuatan Tarik (kg/mm2)
2,5 2,285
1,95 2,039
2,0
1,5
1,0
0,5
0
Matrik Komposit Serat Komposit Serat Komposit Serat Komposit Serat
Polyester Tanpa Perendaman 2,5% NaOH, 5% NaOH, 7,5% NaOH,
5% KMnO4 5% KMnO4 5% KMnO4
16
14,86
14
12
10
Regangan (%)
2
0,86 0,66 0,8 0,88
0
Matrik Komposit Serat Komposit Serat Komposit Serat Komposit Serat
Polyester Tanpa Perendaman 2,5% NaOH, 5% NaOH, 7,5% NaOH,
5% KMnO4 5% KMnO4 5% KMnO4
komposit tersebut.
merata oleh matrik pengikat, sehingga hanya sebagian dari serat yang
tiap titiknya.
dengan matrik)
Selain yang tersebut di atas, dimungkinkan juga ada faktor lain yang
dapat terjadi melalui tiga mekanisme, yaitu; kerusakan akibat tegangan tarik,
kerusakan ikatan serat matrik akibat tegangan geser dan kerusakan ikatan serat
Charpy. Berbeda dengan pengujian tarik, pada pengujian impak ini tidak ada
terpisah, yaitu: terhadap matrik pengikat dan komposit yang dihasilkan. Hal ini
mematahkan benda uji impak, untuk kemudian dihitung harga keuletan benda uji
impak tersebut.
52
Setelah pengujian impak pada benda uji matrik polyester, didapat data
berupa sudut (β) yang ditunjukkan jarum penunjuk terhadap dial (piringan angka).
impak, maka didapatkan data tenaga patah dan keuletan benda uji impak matrik
Gambar 4.8 berikut di bawah ini menunjukkan bentuk patahan yang terjadi setelah
benda uji impak matrik pengikat mengalami pengujian. Dilihat dari bentuk
tanpa perlakuan kimia, didapat data berupa sudut (β) yang ditunjukkan
didapatkan data tenaga patah dan keuletan benda uji impak matrik
.
Tabel 4.8 Hasil Pengujian Impak Komposit Tanpa Perlakuan Kimia
Tebal Lebar Luas Tenaga patah Harga keuletan
SPESIMEN (mm) (mm) (mm2) α β (Joule) (Joule/mm²)
1 8,4 10,4 87,36 147 131 1,124 0,0128
2 8,5 9,9 84,15 147 127 1,392 0,0165
3 8,5 9,5 80,75 147 131 1,124 0,0139
4 8,4 10,3 86,52 147 131 1,124 0,0139
5 8,5 10,3 87,55 147 128 1,339 0,0152
perlakuan kimia memiliki tenaga patah yang lebih tinggi dan lebih ulet
daripada benda uji matrik. Gambar 4.9 berikut di bawah ini menunjukkan
bentuk patahan yang terjadi setelah benda uji impak komposit tanpa
KmnO4
perlakuan serat 2,5% NaOH, 5% KMnO4, didapat data berupa sudut (β)
impak, maka didapatkan data tenaga patah dan keuletan benda uji impak
Dari data pengujian diatas menunjukkan bahwa harga keuletan dan tenaga
tanpa perlakuan dan lebih tinggi daripada harga matrik. Sehingga dapat
KMnO4 lebih kuat dan lebih ulet daripada matrik. Namun tidak lebih ulet
berikut ini menunjukkan bentuk patahan yang terjadi setelah benda uji
pengujian.
impak, maka didapatkan data tenaga patah dan keuletan benda uji impak
matrik pengikat seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.10 berikut ini.
Dari data pengujian diatas menunjukkan bahwa harga keuletan dan tenaga
dan komposit dengan perlakuan serat 2,5% NaOH. Namun masih lebih
dan lebih ulet daripada matrik. Namun tidak lebih ulet dan kuat
perlakuan serat 2,5% NaOH. Gambar 4.9 berikut ini menunjukkan bentuk
patahan yang terjadi setelah benda uji impak komposit perlakuan serat 5%
Gambar 4.11 berikut ini menunjukkan bentuk patahan yang terjadi setelah
KmnO4
perlakuan serat 7,5% NaOH, 5% KMnO4, didapat data berupa sudut (β)
impak, maka didapatkan data tenaga patah dan keuletan benda uji impak
Dari data pengujian diatas menunjukkan bahwa harga keuletan dan tenaga
NaOH lebih kuat dan lebih ulet daripada matrik dan komposit dengan
perlakuan serat 2,5% NaOH. Gambar 4.12 berikut ini menunjukkan bentuk
patahan yang terjadi setelah benda uji impak komposit perlakuan serat
4.12 yang akan menunjukkan tenaga patah rata-rata dan keuletan rata-rata dari
Dan agar lebih jelas, maka data pada tabel tersebut di atas disajikan dalam bentuk
grafik. Berikut Gambar 4.13 yang memperlihatkan grafik tenaga patah rata-rata
dari bahan yang telah mengalami pengujian impak. Sedangkan Gambar 4.14
impak.
60
1,4
1,221 1,253 1,232
1,2
Tenaga Patah (Joule)
0,985
1
0,8
0,6
0,4
0,18
0,2
0
Matrik Komposit Serat Komposit Serat Komposit Serat Komposit Serat
Polyester Tanpa Perendaman 2,5% NaOH, 5% NaOH, 7,5% NaOH,
5% KMnO4 5% KMnO4 5% KMnO4
0,016
0,0143
0,014 0,0132 0,0133
0,012
Keuletan (Joule/ mm2)
0,0105
0,01
0,008
0,006
0,004
0,0021
0,002
0
Matrik Komposit Serat Komposit Serat Komposit Serat Komposit Serat
Polyester Tanpa Perendaman 2,5% NaOH, 5% NaOH, 7,5% NaOH,
5% KMnO4 5% KMnO4 5% KMnO4
Benda Uji Komposit
komposit lainnya. Hal ini disebabkan fraksi volume serat yang relatif kecil
kekuatan komposit itu sendiri. Atau karena metode serat acak yang
timbulnya void (udara yang terperangkap) pada hasil cetakan atau kurang
Dari hasil pengujian impak dapat diambil kesimpulan bahwa dengan fraksi
volume serat yang sama, perlakuan kimia terhadap serat tidak selalu
meningkatkan harga tenaga patahnya. Hal ini terlihat dari harga tenaga
tinggi.
62
matrik. Hal tersebut bisa dikarenakan matrik tidak mengikat serat secara
menyeluruh, sehingga yang terjadi adalah serat terlepas dari ikatannya dengan
ikatan tersebut terlepas. Gambar 4.15 sampai dengan Gambar 4.25 berikut ini
100µm
Gambar 4.15
Foto Mikro Matrik Polyester
63
void
serat
100µm
Gambar 4.16
Foto Mikro Penampang Komposit Tanpa Perlakuan Kimia
void serat
100µm
Gambar 4.17
Foto Mikro Melintang Komposit Tanpa Perlakuan Kimia
64
serat
void
100µm
Gambar 4.18
Foto Mikro Penampang Komposit 2,5% NaOH, 5% KMnO4
serat void
100µm
Gambar 4.19
Foto Mikro Melintang Komposit 2,5% NaOH, 5%
KMnO4
65
void
serat
100µm
Gambar 4.20
Foto Mikro Penampang Komposit 5% NaOH, 5% KMnO4
void
serat
100µm
Gambar 4.21
Foto Mikro Melintang Komposit 5% NaOH, 5% KMnO4
66
void
serat
100µm
Gambar 4.22
Foto Mikro Penampang Komposit 7,5% NaOH, 5%KMnO4
void
serat
100µm
Gambar 4.23
Foto Mikro Melintang Komposit 7,5% NaO, 5% KMnO4
67
100µm
Gambar 4.24
Foto Mikro Retak Komposit
100µm
Gambar 4.25
Foto Mikro Kawat Tembaga
BAB V
5.1 Kesimpulan
rendah, sedangkan kekuatan tarik paling tinggi terjadi pada matrik. Hal ini
disebabkan karena fraksi volum serat yang relatif kecil, sehingga faktor
tenaga patah paling tinggi, sedangkan tenaga patah paling rendah terjadi
pada matrik. Harga keuletan paling tinggi terjadi pada komposit tanpa
matrik.
68
69
5.2 Saran
sebagai berikut:
mungkin agar benda uji yang terbentuk tidak mengalami retak dan
pengujian.
70
LAMPIRAN
P P
185,9
195,7
5,4 ∆l 7,9 ∆l
1 2
P
188,8
7,6
∆l
3
P
181,1
12,4 ∆l
4
P
185,5
3,85 ∆l
5
Keterangan :
P : Beban (kg)
Δl : Pertambahan Panjang (mm)
1, 2, 3, 4, 5 : Benda uji 1, Benda uji 2, Benda uji 3, Benda uji 4, Benda uji 5
P
P P
130,5
122
96,7
P P
134,5
129,3
0,35 0,45
∆l ∆l
4 5
Keterangan :
P : Beban (kg)
Δl : Pertambahan Panjang (mm)
1, 2, 3, 4, 5 : Benda uji 1, Benda uji 2, Benda uji 3, Benda uji 4, Benda uji 5
P P
130,2
P
131,2
60,7
0,25
∆l 0,35
∆l
0,25 ∆l
1 2 3
P P
146,3
127,2
0,45 0,35 ∆l
∆l
4 5
Lampiran 3. Kurva Beban dan Pertambahan Panjang Hasil Pengujian
Tarik Komposit Perendaman Serat 2,5% NaOH, 5% KmnO4
Keterangan :
P : Beban (kg)
Δl : Pertambahan Panjang (mm)
1, 2, 3, 4, 5 : Benda uji 1, Benda uji 2, Benda uji 3, Benda uji 4, Benda uji 5
P P P
156,3
152,8
122,3
P
156,3
P
91,6
0,45 0,3 ∆l
∆l
4 5
Lampiran 4. Kurva Beban dan Pertambahan Panjang Hasil Pengujian
Tarik Komposit Perendaman Serat 5% NaOH, 5% KmnO4
Keterangan :
P : Beban (kg)
Δl : Pertambahan Panjang (mm)
1, 2, 3, 4, 5 : Benda uji 1, Benda uji 2, Benda uji 3, Benda uji 4, Benda uji 5
P P P
152,3
114 113,8
P P
152,8
137,2
0,45 ∆l 0,6 ∆l
4 5
Keterangan :
P : Beban (kg)
Δl : Pertambahan Panjang (mm)
1, 2, 3, 4, 5 : Benda uji 1, Benda uji 2, Benda uji 3, Benda uji 4, Benda uji 5