Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

HASIL

Pengukuran total radiasi, suhu, kelembaban dan lama penyinaran sinar


matahari rata-rata per bulan selama kurun waktu 10 tahun untuk di wilayah
Yogyakarta adalah sebagai berikut.

A. Kondisi radiasi sinar matahari


Radiasi matahari menunjukkan energi yang tersedia dalam sinar matahari.
Dari hasil pengolahan data radiasi matahari diperoleh kondisi rata-rata radiasi
sinar matahari horizontal global dan tersebar di kota Yogyakarta khususnya di
UGM seperti ditunjukkan pada Gambar 1. Dari Gambar 1 ini terlihat bahwa
radiasi matahari tersebar lebih tinggi dari radiasi matahari langsung yaitu berkisar
antara 52% sampai dengan 63%. Hal ini menunjukkan kondisi atmosfir di kota
Banda Aceh banyak mengandung uap air (berawan) seperti ditunjukkan pada
Gambar 2, partikel debu dan pollutan. Efek dari semua keberadaan komponen
udara ini berkurangnya jumlah radiasi langsung sinar matahari

Gambar 1: Profil radiasi global dan tersebar rata-rata per bulan di UGM
karena terserap oleh uap air dan terpantul oleh partikel debu. Oleh karena
data yang dihasilkan tidak menunjukkan kondisi distribusi spektrum radiasi
matahari, maka tidak dapat diketahui dengan jelas komponen udara mana yang
banyak terdapat didalam atmosfir di UGM. Dari kondisi pada Gambar 1 diperoleh
informasi bahwa untuk menghasilkan energi keluaran yang tinggi dari sebuah
modul surya yang akan dipasang di kota UGM maka modul surya harus dipasang
dengan kemiringan tertentu dari permukaan horizontal. Dengan demikian
penyerapan radiasi tersebar akan jauh lebih besar dari radiasi langsung. Informasi
lain yang diberikan dari profil radiasi global pada Gambar 3 adalah kondisi
rendahnya radiasi global matahari pada bulan Februari dibandingkan dengan
kondisi radiasi matahari pada bulan – bulan lainnya. Jika beban listrik yang akan
dilayani oleh pembangkit listrik tenaga surya stabil (tidak mengalami
peningkatan) maka untuk menjamin suplai daya yang konstan, kapasitas
pembangkitan harus dirancang berdasarkan nilai radiasi pada bulan terendah. Hal
ini untuk mengantisipasi kekurangan energi listrik yang dihasilkan pada bulan
Desember. Secara keseluruhan, kondisi radiasi global rata-rata

Gambar 2: Kondisi kelembaban udara di UGM per bulan selama kurun waktu
10 tahun
Sinar matahari di UGM tergolong tinggi yaitu sekitar 1763 kWh/m2 per
tahun dan cenderung stabil dengan rata-rata radiasi per bulan sebesar 139.75
kWh/m2. Kondisi ini menunjukkan penerapan pembangkitan energi dari tenaga
surya di UGM sangat potensial. Kondisi ini juga didukung oleh lamanya
penyinaran sinar matahari di UGM yaitu rata-rata sekitar 12 jam setiap bulannya
seperti ditunjukkan Gambar 3.

B. Kondisi suhu dan kelembaban udara


Kondisi suhu udara di UGM tergolong tinggi dan bervariasi antara 22OC
sampai 34OC dalam setahun seperti ditunjukkan pada Gambar 4. Bila diambil
kondisi rata-rata suhu dalam sebulan yaitu antara 26OC dan 28OC dan kondisi
kecepatan angin ditunjukkan pada Gambar 5, maka kenaikan suhu sebuah sel
surya adalah berkisar antara 30OC sampai 33OC. Kondisi suhu modul surya ini
masih dalam batas operasi kerja sebuah modul surya. Kenaikan suhu sel surya ini
berpengaruh terhadap tegangan terbuka (open- circuit voltage) sebuah sel surya.
Bila sebuah sel surya terbuat dari monocrystalline silicon

Gambar 3: Profil lamanya penyinaran cahaya matahari per bulan di UGM


Gambar 4: Kondisi suhu rata-rata di UGM per bulan selama kurun waktu 10
tahun
memiliki koeffisien suhu untuk tegangan terbuka sebesar -2.05 mV/OC [7]
dan tegangan terbuka sebesar 0.58 Volt maka suhu sel surya sebesar 30OC
menyebabkan penurunan tegangan terbukanya menjadi 0.51 Volt. Tegangan ini
akan jauh berkurang menjadi 0.49 Volt bila suhu sel surya naik menjadi 40OC.
Untuk mengantisipati kenaikan suhu modul surya maka modul surya harus
dipasang pada rak penopang yang terbuka sehingga udara dapat bersikulasi
dengan baik.

Gambar 5: Peta lokasi pemasangan panel surya

Anda mungkin juga menyukai