Anda di halaman 1dari 97

ASPEK SOSIOLOGIS ABORSI PROVOKATUS

CRIMINALIS DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Oleh :

Nurul Hikmah Lidiany


NIM: 105043101308

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M
ASPEK SOSIOLOGIS ABORSI PROVOKATUS CRIMINALIS DALAM

PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Syariah (S. Sy)

Oleh :

Nurul Hikmah Lidiany


NIM: 105043101308

Pembimbing

Dr. H. Afifi Fauzi Abbas, MA


NIP. 1956090061982031004

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul Aspek Sosiologis Aborsi Provokatus Criminalis Dalam


Perspektif Hukum Islam, telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 20 Mei 2010. Skripsi ini
telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program
Strata 1 (S1) pada Program Studi Perbandingan Madzab Hukum (PMH).

Jakarta, 8 Juni 2010


Dekan,

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM


NIP. 195505051982031012

PANITIA UJIAN MUNAQASYAH


Ketua Majlis : Prof. Dr. H. Muh. Amin Suma, SH, MA, MM (…............…......…...)
NIP : 195505051982031012

Sekretaris : Dr. H. Muhammad Taufiki, M. Ag ( ................................ )


NIP : 196511191998031002

Pembimbing : Dr. H. Afifi Fauzi Abbas, MA ( ................................ )


NIP : 1956090061982031004

Penguji I : Dedy Nursamsi, S.H, M. Hum ( ................................ )


NIP : 196111011993031002

Penguji II : Dr. Asmawi, M. Ag ( ................................ )


NIP : 197210101997031008
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Jakarta, 11 Maret 2010

Nurul Hikmah Lidiany


‫ﺑﺴﻢ اﷲ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﻴﻢ‬

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah

SWT, yang telah melimpahkan berkah rahmat, hidayat dan inayah-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini tepat waktunya. Shalawat dan salam

semoga terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarganya,

para sahabatnya dan juga seluruh umatnya di penjuru dunia hingga akhir zaman.

Penulis merasa bahwa karya tulis dalam bentuk skripsi ini bukan merupakan

karya penulis semata, tetapi juga merupakan hasil dari bimbingan dan bantuan para

pihak. Dan tidak lupa penulis mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada

semua pihak yang telah membantu dan membimbing penulis hingga selesainya

skripsi ini, semoga amal baik tersebut mendapat balasan pahala dari yang maha

kuasa.

Sebagai rasa hormat, dan syukur penulis, ucapan terima kasih ini penulis

sampaikan kepada :

1. Kepada Dekan Fakultas Syariah Dan Hukum, Bapak Prof. Dr. H. Muhammad

Amin Suma, SH., MA., MM. Serta seluruh staf pengajar konsentrasi

Perbandingan Madzhab Fiqih (PMF) terutama Bpk. Dr. Ahmad Sudirman Abbas,

MA yang telah menyediakan tempat dan memberi informasi untuk penelitian ini,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

v
2. Kepada Ketua Program Studi, Bapak Dr. H. Ahmad Mukri Aji, MA dan

Sekretaris Program Studi, Bapak Dr. H. Muhammad Taufiki, M. Ag.

3. Kepada Bapak Dr. H. Afifi Fauzi Abbas atas bimbingannya hingga skripsi ini

terselesaikan tepat pada waktunya.

4. Kepada Bapak Kabareskrim POLRI Jakarta, terutama kepada Unit III/ Pelayanan

Perempuan Anak Direktorat I/ Keamanan & Trans Nasional Bareskrim POLRI

yaitu Kompol. Ibu Khatarina Ekorini Indriati, SS yang telah menyediakan tempat

dan memberi informasi untuk penelitian ini.

5. Kepada Bapak KAPOLRES Metropolitan Jakarta Selatan, terutama kepada

KANIT IV/ PPA yaitu Brigadir. Ibu Mariana W, SH yang telah menyediakan

tempat dan memberi informasi untuk penelitian ini.

6. Kepada Pimpinan Surat Kabar Harian POS KOTA, terutama kepada H. E. Dedent

Aminudin yang telah menyediakan tempat dan memberi informasi untuk

penelitian ini.

7. Kepada Bapak Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI), terutama kepada Wakil

Sekretaris Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yaitu Bpk. Drs. H.

Sholahuddin Al Aiyub M. Si yang telah menyediakan tempat dan memberi

informasi untuk penelitian ini.

8. Kepada Bapak Pimpinan Rumah Sakit UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terutama

kepada Ibu Reni dan Ibu Linda yang telah menyediakan tempat dan memberi

informasi untuk penelitian ini di Poli Kandungan oleh Dr. E. Rohati, SpOg.

vi
9. Kepada Bapak Pimpinan KOMNAS PEREMPUAN, terutama kepada Mba ita

yang telah menyediakan tempat dan memberi informasi untuk penelitian ini di

Komisioner KOMNAS Perempuan oleh Ibu Desti Murdijana.

10. Kepada Kepala Perpustakaan Fakultas Syari’ah dan Hukum, dan juga Kepala

Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak

memberikan bantuan dalam bentuk pinjaman buku hingga dapat terselesaikannya

skripsi ini.

11. Kepada kedua orang tua tercinta, Bapak H. Moch. Firdaus dan Ibu Hj. Siti

Chadijah, yang telah memberikan do’a restunya, hingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

12. Kepada Teteh dan Aaku (Neneng Widiasih dan Moch. Firmansyah) serta adikku

(Fitrah Amiruddin) yang telah mendukung dan memberi semangat untuk

menyelesaikan skripsi ini.

13. Kepada kawan-kawanku di PSM UIN Jakarta serta MB. Bulldozer PU yang telah

memberikan supportnya hingga terselesaikannya skripsi ini.

14. Dan terakhir, kepada teman-teman dan kerabat seperjuangan (Yasinta Devi, Eva

Nurmala, Haeriyah, Siti Rabi’atul Adawiyah, Farisa Handini, Istikhari, Andrew

Cahyadi, Muammar, Sabili Muttaqien dan kawan-kawan seperjuangan PMF 2005

Regular), Kelompok KKS Garut 2008 serta kawan-kawan yang tidak bisa

disebutkan satu-persatu tapi tidak mengurangi rasa hormat penulis kepada kawan-

kawan, yang telah membantu penulis baik moral maupun material.

vii
Akhirnya, penulis hanya bisa berharap semoga semua yang telah dilakukan

menjadi amal sholeh dan dikaruniai balasan yang setimpal dari Allah SWT, amin.

Jakarta, 11 Maret 2010

Penulis

viii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR v

DAFTAR ISI ix

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Perumusan Masalah 4

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 4

D. Objek Penelitian 5

E. Review Studi Terdahulu 6

F. Metode Penelitian dan Tehnik Penulisan 9

G. Sistematika Penulisan 11

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ABORSI DALAM

HUKUM ISLAM 13

A. Tahap Penciptaan Janin Manusia 13

B. Sejarah Aborsi Secara Singkat 19

C. Pengertian Aborsi dan Macam-Macamnya 22

D. Dasar Hukum Aborsi 29

E. Cara-Cara dan Indikasi-Indikasi Dilakukannya Aborsi 32

F. Sebab-Sebab Terjadinya Aborsi 41

BAB III PRAKTEK ABORSI PROVOKATUS CRIMINALIS

DI MASYARAKAT 43

ix
A. Data Kasus Praktek Aborsi Provokatus Criminalis Yang

Terjadi Di Masyarakat 43

B. Kasus Praktek Aborsi Provokatus Criminalis Di Masyarakat 51

C. Pandangan Sosiologis Terhadap Aborsi Provokatus

Criminalis 63

D. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Aborsi Provokatus

Criminalis 65

BAB IV TINJAUAN HUKUM TERHADAP ABORSI

PROVOKATUS CRIMINALIS 67

A. Pandangan Ahli atau Pakar Terhadap Aborsi Provokatus

Criminalis 67

B. Hukuman Aborsi Provokatus Criminalis Bagi Pelakunya

Menurut Hukum Islam 70

C. Analisis Undang-Undang Terhadap Aborsi Provokatus

Criminalis 73

BAB V PENUTUP 76

A. Kesimpulan 76

B. Saran-Saran 78

DAFTAR PUSTAKA 80

LAMPIRAN-LAMPIRAN 83

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an mengemukakan bukti yang jelas bahwa kaum perempuan sama

kedudukannya dengan kaum laki-laki dalam pandangan Tuhan dalam batas-batas

hak-hak dan tanggung jawabnya. 1

Tetapi dengan begitu, perempuan adalah makhluk yang lemah yang harus

dicintai dan disayangi. Allah menciptakan makhluknya itu terdiri atas laki-laki dan

perempuan. Dari berpasang-pasang itu bisa menimbulkan rasa saling memiliki antara

keduanya yaitu membuat suatu ikatan yang sah dalam pandangan agama maupun

masyarakat luas yang disebut ikatan pernikahan. Ikatan pernikahan merupakan

sebuah kehidupan babak baru bagi setiap insan yang melakukannya, yang boleh

melakukan hubungan biologis. Hubungan ini merupakan naluri Ilahiyah untuk

berkembang biak dan melakukan regenerasi yang hanya diberikan oleh seorang

wanita dari proses kehamilan di dalam rahim. 2

Melalui proses kehamilan itulah wanita bisa melahirkan seorang bayi yang

diinginkannya atas izin Yang Maha Kuasa. Mereka juga mempunyai hak untuk

menentukan kapan dan berapa banyak untuk memiliki anak. Sesuai ICPD

1
Abbas Syauman, Hukum Aborsi Dalam Islam, (Jakarta: Cendekia Sentra Muslim, 2004),
Cet. I, h. 14.
2
Ahmad Sudirman Abbas. MA., Pengantar Pernikahan Analisa Perbandingan Antar
Madzhab, (Jakarta: PT. Prima Heza Lestari, 2006), Cet. I, h. 1.

1
(International Conference on Population and Development) di Cairo 1994, yang

menetapkan keputusan tentang penekanan hak perempuan dalam kaitannya dengan

pembangunan, khususnya dalam hal pengurusan anak. Oleh karena itu, dari dampak

keputusan tersebut ialah bahwa kita semua harus menghargai dan menjaga agar

keturunan kita atau generasi yang akan datang memang direncanakan dan bermutu. 3

Meskipun Islam senantiasa menganjurkan umatnya untuk memperbanyak

keturunan, namun Islam tidak melarang pembatasan keturunan dalam keadaan

tertentu. Sesuai dalam kitab Fiqhus-Sunnah, Sayyid Sabiq mengatakan:

”Diperbolehkan membatasi keturunan jika keadaan suami banyak mempunyai

anggota keluarga, sehingga dikhawatirkan tidak mampu memberikan pendidikan

kepada putera-puterinya secara baik. Demikian pula jika si isteri dalam keadaan

lemah atau secara terus-menerus hamil, sementara suami dalam keadaan miskin.

Pada kondisi seperti ini, maka pembatasan terhadap kelahiran diperbolehkan.

Bahkan sebagian ulama berpendapat, bahwa pembatasan kelahiran pada kondisi ini

bukan hanya diperbolehkan, akan tetapi disunnatkan”. 4

Sementara itu banyak bentuk penyimpangan terhadap ajaran Islam yang

dilakukan oleh masyarakat modern adalah kehidupan free sex yang semakin

meningkat dan terbuka dilakukan. Akibat dari kehidupan free sex, maka banyak

terjadi kehamilan diluar nikah sehingga menimbulkan kepanikan, baik bagi wanita

yang bersangkutan maupun keluarganya. Untuk menghindari rasa malu, maka banyak

3
Maria Ulfah Anshor, Wan Nedra, Sururin., Aborsi Dalam Perspektif Fiqh Kontemporer,
(Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2002), h. 2.
4
M. Abdul Ghoffar E. M., Fiqih Wanita, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1998), Cet. I, h. 425.

2
diantara mereka melakukan aborsi (pengguguran kandungan). Di samping itu, juga

muncul praktek aborsi dari wanita yang hamil dari suami yang sah, tetapi kehamilan

tersebut tidak dikehendaki karena berbagai alasan. 5

Allah ‘Azza wa Jalla telah menetapkan diantara tujuan-tujuan syari’at-Nya

yang bijaksana adalah menjaga jiwa manusia secara umum, dan jiwa mukmin secara

khusus. Dan suatu kejahatan pembunuhan bertambah buruk apabila korban

pembunuhan tersebut adalah anak pelakunya sendiri dengan alasan apapun seperti

yang dilakukan orang Jahiliyah. Yang bahwasanya Allah telah melarang hal itu dan

mensifatinya dengan kesalahan yang besar. Pengharaman yang berkaitan dengan

pembunuhan ini tidak terbatas pada pembunuhan anak setelah kelahiran, tetapi juga

mencakup janin yang ada di perut ibu karena pada akhirnya akan dilahirkan. 6

Dari pengharaman pembunuhan janin manusia itulah mengakibatkan

peningkatan tindakan pengguguran kandungan. Sesuai fakta yang tercatat (Kompas, 3

Maret 2000) bahwa aborsi telah dilakukan oleh 2,3 juta perempuan. Berbagai jalan

alternatif ditempuh yang mengakibatkan tindak aborsi yang tidak aman (unsafe

abortion) yang mengakibatkan kematian. Yang menurut data WHO terdapat 15-50%

kematian ibu disebabkan oleh aborsi tidak aman. Dari 20 juta pengguguran

kandungan tidak aman yang dilakukan tiap tahun, ditemukan 70.000 perempuan yang

meninggal dunia. 7

5
M. Hamdan Rasyid, M.A., Fiqih Indonesia Himpunan Fatwa-Fatwa Aktual, (Jakarta: PT.
Al-Mawardi Prima, 2003), Cet. I, h. 200.
6
Abbas Syauman, Hukum Aborsi Dalam Islam, h. 14-16.
7
Maria Ulfah Anshor, Wan Nedra, Sururin, Aborsi Dalam Perspektif Fiqh Kontemporer, h. v.

3
Keputusan untuk melakukan aborsi biasanya ditempuh oleh mereka yang

sedang mengalami depresi atau kebingungan. Oleh karena itu, jangan mengambil

keputusan saat sedang mengalami depresi, putus asa atau kecewa. Dalam keadaan

tenang, sehat dan dapat berpikir jernih, keputusan untuk melakukan aborsi sama

sekali tidak terlintas. 8

Berdasarkan latar belakang dan persoalan di atas, penulis merasa tertarik

untuk membahas dan menjadikan sebuah penelitian skripsi dengan judul “Aspek

Sosiologis Aborsi Provokatus Criminalis Dalam Perspektif Hukum Islam “.

B. Perumusan Masalah

Pembahasan skripsi ini diarahkan hanya pada masalah praktek aborsi

provokatus criminalis yang terjadi di masyarakat luas dengan konteks kekinian.

Dengan demikian pembahasan skripsi ini terarah dan lebih spesifik, kepada

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana praktek aborsi provokatus criminalis yang terjadi di masyarakat luas?

2. Faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi terjadinya praktek aborsi

provokatus criminalis?

3. Bagaimana pandangan hukum Islam terhadap praktek aborsi provokatus

criminalis?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, adalah:


8
http://www.nahimunkar.com/?p=233, diambil tanggal 16 Maret 2009, jam 11.03.

4
1. Dengan melalui penelitian ini dapat mengetahui praktek aborsi provokatus

criminalis yang terjadi di masyarakat luas.

2. Dengan melalui penelitian ini dapat diketahui faktor-faktor apa saja yang dapat

mempengaruhi terjadinya praktek aborsi provokatus criminalis.

3. Dengan melalui penelitian ini dapat diketahui pandangan hukum islam terhadap

praktek aborsi provokatus criminalis.

4. Menemukan fakta yang menjadi alasan seseorang melakukan tindak aborsi

provokatus criminalis.

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat-manfaat dan

kegunaan-kegunaan dalam kajian ilmiah ini, yang diantaranya:

1. Kegunaan teoritis, penelitian ini dapat memberikan dan menambahkan wawasan

khazanah keilmuan dalam bidang hukum islam terutama dalam hal aborsi

provokatus criminalis.

2. Kegunaan praktis, penelitan ini sekiranya dapat memberikan suatu pemecahan

atau penyelesaian masalah bagi kalangan akademisi dan ilmuwan khususnya

dalam bidang hukum syar’iyah dan bidang sosiologis untuk dapat menjawab

permasalahan-permasalahan kontemporer, sehingga tersebut dapat menjadi

relevan untuk semua ruang dan waktu.

D. Objek Penelitian

Setelah penulis memaparkan latar belakang, perumusan masalah juga tujuan

penulisan karya tulis ini, maka pada sub-sub ini penulis akan memaparkan objek

5
penelitian yang ada kaitannya dengan pembahasan skripsi ini.

Untuk itu, yang menjadi objek penelitian dalam pembahasan ini adalah

mengenai mekanisme praktek aborsi provokatus criminalis yang terjadi di

masyarakat luas dan implikasi aborsi provokatus criminalis tersebut.

Penelitian ini mengambil lokasi di tempat tersedianya data tentang kasus

aborsi provokatus criminalis seperti di Kepolisian Pusat bagian BARESKRIM yang

berada di Jakarta dan POLRES Jakarta Selatan. Dan lokasi lainnya yang dituju adalah

Pusat Data Statistik yang berada di Jakarta, serta Media Massa yang pernah

membahas tentang aborsi provokatus criminalis. Diambilnya lokasi tersebut karena

selain dekat dengan tempat tinggal penulis, juga dapat memperkecil biaya, waktu dan

energi dikarenakan keterbatasan kemampuan dari peneliti.

E. Review Studi Terdahulu

Dari hasil penelusuran terhadap karya ilmiah yang ada, penulis menemukan

tema tentang aborsi, diantaranya skripsi berjudul: “Pandangan Fuqaha Terhadap

Permasalahan Aborsi Dan Implikasinya“ yang diajukan oleh Casmad, mahasiswa

Jurusan Akhwal Sahsiyyah, Fakultas Syari’ah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah,

Tahun 2005. Skripsi pada poin ini, membahas tentang aborsi secara umum, yang

dikaitkan dengan tinjauan hukumnya menurut hukum islam, dengan tidak disertai

pembahasan terhadap abortus provokatus criminalis secara spesifik. 9

9
Casmad, Pandangan Fuqaha Terhadap Aborsi Dan Implikasinya, Jurusan Akhwal
Syahsiyyah, Fakultas Syari’ah dan Hukum, 2005.

6
Ada juga skripsi yang berjudul: “Hukum Aborsi Bayi Terdeteksi Virus HIV

Menurut Majelis Ulama Indonesia (MUI)” yang diajukan oleh Anisa Fitriani,

mahasiswa jurusan Perbandingan Mazhab Hukum, Fakultas Syari’ah dan Hukum,

UIN Syarif Hidayatullah, tahun 2009. Skripsi ini menjelaskan tentang bagaimana

pandangan MUI sendiri tentang kasus aborsi bayi yang terdeteksi virus HIV, yang

dalam hal ini menurut MUI boleh dilakukan aborsi tersebut jika memang benar janin

tersebut terdeteksi virus HIV/AIDS yang ditakutkan akan mengancam jiwa si Ibu. 10

Ada juga skripsi yang berjudul “Perbedaan Sikap Terhadap Aborsi Pra-Nikah

Pada Remaja Yang Bersekolah Di SMA dan MA” yang diajukan oleh Ady Waskito,

mahasiswa Fakultas Psikologi non regular, UIN Syarif Hidayatullah, tahun 2009.

Skripsi ini menjelaskan adakah perbedaan sikap terhadap aborsi pra-nikah pada

remaja yang bersekolah di SMA dan MA. Dengan mengambil sample di SMA

Dharma Karya UT dan MA. Manaratul Islam dengan masing-masing 25 orang. Yang

hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan sikap aborsi pra-

nikah pada remaja yang bersekolah di SMA dan MA. Hal ini terlihat dari

kategorisasi, baik siswa SMA dan MA sebanyak 40% memiliki sikap yang cukup

negatif terhadap aborsi pra-nikah. 11

Selain itu terdapat juga skripsi yang berjudul: “Respon Remaja Kebon Nanas

Utara Jakarta-Timur Terhadap Film ‘Hantu Aborsi’” yang diajukan oleh Dewi

10
Anisa Fitriani, Hukum Aborsi Bayi Terdeteksi Virus HIV Menurut Majelis Ulama Indonesia
(MUI), Jurusan Akhwal Sahsiyyah, Fakultas Syari’ah dan Hukum, 2009.
11
Ady Waskito, Perbedaan Sikap Terhadap Aborsi Pra-Nikah Pada Remaja Yang
Bersekolah Di SMA dan MA, Fakultas Psikologi non regular, 2009.

7
Novita, mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), Fakultas Dakwah

dan Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah, tahun 2009. Skripsi ini menjelaskan

bagaiman respon serta faktor yang mempengaruhi para remaja di Kebon Nanas Utara,

Jakarta Timur terhadap film “Hantu Aborsi” itu. yang hasilnya mereka semua takut

untuk melakukan aborsi setelah menonton film “Hantu Aborsi” yang tadinya mereka

tidak tahu kemudian mengerti dan berusaha untuk tidak melakukan aborsi. 12

Selain itu terdapat juga skripsi yang berjudul “Masalah Abortus Provokatus

Di Indonesia Ditinjau Dari Hukum Pidana” yang diajukan oleh Siswantara .T,

mahasiswa Fakultas Hukum, Universitas Indonesia (UI), Tahun 1985. Skripsi ini

membahas tentang abortus secara umum serta pandangan menurut perundang-

undangan pidana di Indonesia baik latar belakang, uraian sampai jenis delik pasal-

pasal KUHP yang mengatur tentang abortus provokatus serta bagaimana aspek

hukum pidananya dalam hal abortus provokatus. 13

Selain itu terdapat juga skripsi yang berjudul “Abortus Provokatus

Criminalis” yang diajukan oleh Sri Murliena, mahasiswa Fakultas Hukum,

Universitas Indonesia (UI), Tahun 1984. Skripsi ini membahas tentang masalah

abortus provokatus criminalis saja, serta menjelaskan yurisprudensi dan ilmu

hukumnya yang sesuai dengan peraturan yang berlaku di Indonesia. 14

12
Dewi Novita, Respon Remaja Kebon Nanas Utara Jakarta-Timur Terhadap Film ‘Hantu
Aborsi, Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), Fakultas Dakwah dan Komunikasi, 2009.
13
Siswantara .T, Masalah Abortus Provokatus Di Indonesia Ditinjau Dari Hukum Pidana,
Fakultas Hukum, Universitas Indonesia (UI), 1985.
14
Sri Murliena, Abortus Provokatus Criminalis, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia (UI),
1984.

8
Sedangkan skripsi ini, penulis membedakan pembahasan penelitian dari

skripsi yang sudah ada diatas dengan perbedaan, yaitu terkait dengan konteks

kekiniannya atas praktik abortus provokatus criminalis yang ditinjau dari aspek

sosiologisnya. Dengan alasan, bahwa tinjauan terhadap aspek sosiologisnya lebih

relevan sebagai pertimbangan atas aspek kemaslahatan sebagai Maqasyid Al-Syari’ah

ditetapkannya suatu hukum.

F. Metode Penelitian dan Tekhnik Penulisan

Dalam sebuah penelitian ilmiah, ada aturan baku yang mutlak harus dilakukan

oleh setiap peneliti dalam menyelesaikan tugasnya. Dalam hal ini, konsep metode

penelitian menjadi sangat penting adanya sebagai cara atau jalan agar peneliti dalam

menyelesaikan tugas penelitiannya dapat mencapai tujuan penelitian yang telah

direncanakan sebelumnya. 15 Sehingga untuk memenuhi ketentuan yang telah berlaku,

sebagaimana yang dimaksud dalam paparan di atas, penulis menyimpulkan 3 (tiga)

point penting yang akan penulis lakukan dalam menyelesaikan tugas penelitian

(skripsi) ini, yaitu:

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif, dengan metode

penelitian kepustakaan (library research). Hal ini, karena data dan sumbernya

tidak dapat dipisahkan dari data-data kepustakaan, antara lain berupa buku-buku,

majalah, jurnal dan media informasi yang berkaitan dengan pembahasan yang

15
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI-Press, 2007), Cet. III, h. 7.

9
dimaksud.

Adapun pendekatan dalam penelitian skripsi ini adalah pendekatan deskriptif.

Dengan pendekatan deskriptif tersebut, penulis dapat menggambarkan tentang

abortus provokatus criminalis yang ditinjau dalam hukum Islam dan aspek

sosiologisnya. 16

Jika ditinjau dari segi penelitian hukum pada umumnya, penelitian ini

merupakan studi hukum dengan pendekatan penelitian sosiologis, medis.

2. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penyelesaian

penelitian studi kepustakaan, yakni menelusuri bahan pustaka yang terkait dengan

masalah praktek abortus provokatus criminalis perspektif hukum Islam, baik dari

literatur fiqh klasik maupun kontemporer. Serta data-data yang diambil dari

lembaga yang terkait dalam penelitian ini seperti data persentase dari Badan Pusat

Statistik (BPS) yang pernah melakukan aborsi yang dilihat dari tingkat

pendidikannya, diambil juga data kasus yang pernah ditangani aparat polisi

masing-masing daerah yang kemudian dikumpulkam oleh BARESKRIM Jakarta,

juga diambil data kriminal yang pernah ditangani oleh POLRES Jakarta Selatan

secara keselurahan dari tahun 2006 sampai 2009 Untuk mendapatkan pandangan

lebih jelas tentang praktek abortus provokatus criminalis baik dalam perspektif

sosial, medis dan hukum akan dilakukan interview dengan nara sumber terkait,

16
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2004), Ed. Ke-1, h. 65.

10
guna menggali fakta-fakta aspek sosiologis sebagai obyek kajian penelitian.

3. Teknik Analisis Data

Proses penelitian ini menggunakan metode analisis perbandingan (analysis

comparative) serta kualitatif, karena data yang diperoleh merupakan data yang

berasal dari sumber yang layak diperbandingkan.

Adapun teknik penulisan skripsi ini mengacu pada buku pedoman penulisan

Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2007. 17

G. Sistematika Penulisan

Sistematika pembahasan dalam karya ilmiah yang berjudul Aborsi Provokatus

Criminalis Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Aspek Sosiologisnya ini, penulis

membaginya dalam lima bab, yaitu:

BAB I: Pendahuluan

Terdiri dari Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Dan

Kegunaan Penelitian, Objek Penelitian, Review Studi Terdahulu,

Metodologi Penelitian dan Tehnik Penulisan serta Sistematika

Penulisan.

BAB II: Tinjauan Umum Tentang Aborsi

Pembahasan bab ini terdiri dari sub-sub bahasan: Tahap Penciptaan

Janin Manusia, Sejarah Aborsi Secara Singkat, Pengertian Aborsi Dan

17
Buku Pedoman Penulisan Skripsi, Drs. Djawahier Hejazziey, SH, MA, Dkk, (Jakarta:
Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, 2007), Cet. I

11
Macam-Macamnya, Dasar Hukum Aborsi, Cara-Cara dan Indikasi-

Indikasi Dilakukannya Aborsi dan Sebab-Sebab Terjadinya Aborsi.

BAB III: Praktek Aborsi Provokatus Criminalis Di Masyarakat

Pembahasan bab ini terdiri dari sub-sub bahasan: Data Kasus Praktek

Aborsi Provokatus Criminalis Yang Terjadi Di Masyarakat, Kasus

Praktek Aborsi Provokatus Criminalis Di Masyarakat, Pandangan

Sosiologis Terhadap Aborsi Provokatus Criminalis dan Faktor-Faktor

Penyebab Terjadinya Abortus Provokatus Criminalis.

BAB IV: Tinjauan Hukum Terhadap Aborsi Provokatus Criminalis.

Pembahasan bab ini terdiri dari sub-sub bahasan: Pandangan Ahli atau

Pakar Terhadap Aborsi Provokatus Criminalis, Hukuman Aborsi

Provokatus Criminalis Bagi Pelakunya Menurut Hukum Islam serta

Analisis Undang-Undang Terhadap Aborsi Provokatus Criminalis.

BAB V: Penutup

Membahas tentang sub-sub judul yaitu kesimpulan-kesimpulan dan

saran-saran. Juga dikemukakan bahan-bahan yang dipergunakan dalam

penulis skripsi ini yaitu library research ditulis dalam daftar pustaka,

serta lampiran-lampiran yang ditemukan dalam penelitian.

12
BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG ABORSI DALAM HUKUM ISLAM

A. Tahap Penciptaan Janin Manusia

Al-Qur’an mengisahkan bahwa manusia merupakan khalifah Tuhan di Bumi

karena manusia mengemban misi yang amat mulia sebagai makhluk yaitu menjaga

dan melestarikan Bumi beserta isinya. 18 Yang tertuang dalam surat di bawah ini:


⌧ ☺ ⌧

(30 :2/‫)اﻟﺒﻘﺮة‬. ☺
Artinya:
“Ingatlah ketika Rabb-mu berfirman kepada para Malaikat:
Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.
Mereka berkata: Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu
orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan
Engkau? Rabb berfirman: Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui“. (Q.S. Al-Baqarah/2: 30).

Dengan mengemban misi yang amat mulia, maka manusia diciptakan dalam

bentuknya yang paling sempurna sebagaimana tertuang dalam surat di bawah ini:

(4 :95/‫)اﻟﺘﻴﻦ‬
Artinya:

18
Maria Ulfah Anshor, Fikih Aborsi, (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2006), h. 15.

13
“Sesungguhnya kami menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya”. (QS. At-Tin/95: 4). 19

Selain ayat di atas ada beberapa ayat Al-Qur’an yang menerangkan tentang

proses kejadian manusia, antara lain 6 ayat yang tercantum di bawah ini:

1. Surah As-Sajadah ayat 7-8:

(8-7 :32/‫)اﻟﺴﺠﺪة‬.
Artinya:
“Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan
yang memulai penciptakan manusia dari tanah. Kemudian Dia
menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani)”. (QS.
As-Sajadah/32: 7-8).

2. Surah Al-Thariq ayat 5-7:

.
.

(7-5 :86/‫ )اﻟﻄﺎرق‬.


Artinya:
“Maka hendaknya manusia memperhatikan dari apakah dia
menciptakan? Dia diciptakan dari air yang terpancar, yang keluar dari
antara tulang shulbi laki-laki dan tulang dada perempuan”. (QS. Al-
Thariq/86: 5-7).

3. Surah Al-Qiyamah ayat 37:


(37 :75/‫)اﻟﻘﻴﻤﺔ‬. ☺
Artinya:
“Bukanlah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam
rahim)”. (QS. Al-Qiyamah/75: 37).

19
Ibid, h. 16.

14
4. Surah Al-Insan ayat 2:


☺ ☺
(2 :76/‫)اﻻﻧﺴﺎن‬.
Artinya:
“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari setetes mani
yang bercampur yang Kami hendak mengujinya dengan perintah dan
larangan, karena itu kami jadikan dia mendengar dan melihat”. (QS. Al-
Insan/76: 2).

Maksud bercampur di sini adalah bercampur antara benih laki-laki dan

perempuan.

5. Surah Al-Mu’minun ayat 12-14:

.

.

☺ ☺


(14-12 :23/‫)اﻟﻤﺆﻣﻨﻮن‬.
Artinya:
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan dari suatu saripati
(berasal) dari tanah, kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami
jadikan tulang-belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus daging,
kemusian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain maka Maha
Suci Allah Pencipta yang paling baik”. (QS. Al-Mu’minun/23: 12-14).

6. Surah Al-Hajj ayat 5:

15

(5 :22/‫ )اﻟﺤﺞ‬... ⌧
Artinya:
“Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari
kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya kami telah menjadikan kamu
dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah,
kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya, agar Kami
menjelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim apa yang
Kami kehendaki sampai waktu yang ditentukan, kemudian Kami
keluarkan kamu sebagai bayi”. (QS. Al-Hajj/22: 5).

Dari ayat-ayat tersebut dapat dipahami, bahwa proses kejadian manusia

adalah sebagai berikut:

1. Dari saripati tanah.

Al-Qur’an menyebutkan bahwa asal usul kejadian manusia berasal dari

saripati tanah, bukan berarti setiap penciptaan manusia berhubungan secara

langsung dengan tanah sebagai bahan pokok penciptaan, tetapi tanah dengan

melalui proses yaitu dengan memperhatikan bumi di mana mayat-mayat yang

dipendam di dalamnya, yang sering dengan waktu akan menghancurkan organ-

organ tubuh manusia, yang kemudian dengan tanah itu pula menumbuhkan

16
tanaman-tanaman yang akan dimakan oleh manusia yang masih hidup dan

manfaat lainnya yang dapat digunakan oleh makhluk hidup lainnya. 20

2. Dari air hina yaitu air mani atau sperma.

Air mani (Nutfah) dianggap sebagai al-ma’ al-shafi atau air suci. Dan jika

terjadi pembuahan, maka proses nutfah yang kemudian diberi bentuk itu

didiamkan dalam rahim (uterus) dalam waktu tertentu yang berada dalam tiga

kegelapan, yakni kegelapan dalam perut, dalam rahim dan dalam selaput yang

menutupi janin dalam rahim. Dari air yang terpancar yang dalam buku-buku seks

dikenal dengan istilah orgasme. 21

3. Dari setetes air mani yang ditumpahkan ke dalam rahim perempuan.

Dalam embriologi dikenal bahwa pancaran sperma ke dalam rahim melalui

vagina masuk ke tuba pallopi guna bertemu dengan ovum. Apabila sudah

bertemu dengan ovum dan menembusnya sehingga bersatu, atau dengan kata lain

penyatuan gemit dari laki-laki dan perempuan. 22

4. Saripati air mani yang disimpan di tempat/ wadah yang kokoh/ rahim.

Nuthfah menurut Sayid Qutub adalah setetes air mani yang keluar dari sulbi

(tulang belakang) seorang laki-laki lalu bersarang di rahim perempuan. Hal ini

20
Maria Ulfah Anshor, Fikih Aborsi, (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2006), h. 17.
21
Ibid, h. 18.
22
Elga Sarapung, Masruchah, M. Imam Aziz., Agama dan Kesehatan Reproduksi, (Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 1999), h. 158.

17
menurut embriologi, zygote berbentuk blastokista dan bersarang dalam selaput

lender rahim. 23

5. Segumpal darah.

Menurut Sayid Qutub, hal ini terjadi ketika benih laki-laki dan telur

perempuan bersatu dan melekat pada dinding rahim berupa sel yang kecil yang

memperoleh penghidupan dari darah sang ibu. 24

6. Segumpal daging.

Hal ini menurut embriologi merupakan awal deferensiasi zygote setelah

terbenam dalam lender rahim. Sebagaimana diuraikan oleh Sayid Qutub bahwa

perpindahan dari tahap Alaqah ke mudghah terjadi di saat sesuatu yang melekat

berubah menjadi darah beku yang bercampur. 25

7. Tulang belulang, segumpal daging tersebut di atas membentuk tulang.

8. Makhluk lain.

Ini adalah manusia yang mempunyai ciri-ciri istimewa yang siap untuk

meningkat dengan ditiupkannya ruh ke dalamnya. 26

Bila kita perhatikan secara embriologik, perkembangan janin memang sesuai

dengan apa yang disebut dalam Al-Qur’an tersebut di atas, mudighah berkembang

dalam minggu keempat hingga minggu kedelapan sampai sudah terbentuk semua

alat-alat tubuh dan susunan alat-alat tubuh utama. Dengan kata lain, selama bulan

23
Ibid, h. 158-159.
24
Maria Ulfah Anshor, Fikih Aborsi, (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2006), h. 19.
25
Ibid, h. 19.
26
Elga Sarapung, Masruchah, M. Imam Aziz., Agama dan Kesehatan Reproduksi, (Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 1999), h. 159.

18
kedua bentuk luar mudghah banyak berubah dengan bertambah besar kepala dan

pembentukan anggota badan, wajah, telinga, hidung dan mata. 27

Demikianlah proses kejadian manusia menurut Al-Qur’an. Adapun menurut

hadits periodisasi tahap-tahap kejadian manusia adalah sebagai berikut artinya:

‫ﻋﻦ اﺑﻲ ﻋﺒﺪاﻟﺮﺣﻤﻦ ﻋﺒﺪاﷲ ﺑﻦ ﻣﺴﻌﻮد رﺿﻲ اﷲ ﻋﻨﻪ ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ‬
‫ ان اﺣﺪآﻢ ﻳﺠﻤﻌﺨﻠﻘﻪ ﻓﻲ ﺑﻄﻦ اﻣﻪ ارﺑﻌﻴﻦ ﻳﻮﻣﺎﻧﻄﻔﺔ ﺛﻢ ﻳﻜﻮن ﻋﻠﻘﺔ ﻣﺜﻞ‬.‫اﻟﺼﺎدق وهﻮ اﻟﻤﺴﺪوق‬
‫ذاﻟﻚ ﺛﻢ ﻳﻜﻮن ﻣﻀﻐﺔ ﻣﺜﻞ ذاﻟﻚ ﺛﻢ ﻳﺮﺳﻞ اﻟﻴﻪ اﻟﻤﻠﻚ ﻓﻨﻔﺦ ﻓﻴﻪ اﻟﺮوح وﻳﺆﻣﺮ ﺑﺎرﺑﻊ آﻠﻤﺎت ﻳﻜﺘﺐ‬
(‫رزﻗﻪ واﺟﻠﻪ وﻋﻤﻠﻪ وﺳﻘﻲ وﺳﻌﻴﺪ )رواﻩ ﻣﺴﻠﻢ‬
Artinya:
“Abi Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud r.a berkata: Rasulullah SAW
menceritakan kepada kami, sesungguhnya seseorang dari kamu kejadiannya
dikumpulkan di dalam perut ibunya selama empat puluh hari berupa nuthfah
(mani) kemudian menjadi mudghah (segumpal darah) selama seperti tadi,
kemudian Malaikat dikirimkan kepadanya (mudgah), lalu meniupkan ruh ke
dalamnya dan diperintahkan untuk melakukan empat kalimat, yaitu mencatat
rizkinya, amal perbuatannya, dia celaka atau bahagia”(HR.Muslim). 28

Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim di atas ini menjelaskan

bahwa waktu yang dilalui tahap proses kejadian manusia dalam rahim ibu adalah

berupa nuthfah 40 hari sampai menjadi makhluk berbentuk manusia lengkap yang

kemudian ditiupkan ruh. Kemudian terjadinya konsepsi, buah dalam rahim ibu

mengalami proses pembentukan diri yang dalam Al-Qur’an disebutkan sebagai proses

setelah menjadi mudghah (segumpal darah). Menurut Al-Qur’an dan hadis tersebut

diketahui bahwa proses kejadian manusia terdiri dari dua tahap, meliputi tahap

27
Ibid, h. 161.
28
Maria Ulfah Anshor, Fikih Aborsi, (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2006), h. 22

19
penciptaan fisik dan jasad manusia dan tahap non-fisik berupa peniupan ruh yang

merupakan hakikat manusia. 29

Menurut ulama, ruh itu terpisah dari ruh ibu tidak berjalan di dalam tubuh

seperti pendapat Imam Ghazali dan lain-lain, tetapi peniupan ruh itu merupakan

perkataan kiasan tentang dijadikannya ruh melekat pada tubuh. Yang langsung

meletakkannya adalah Malaikat yang diserahi tugas urusan rahim. Sedangkan

menurut ulama yang menganggap bahwa ruh itu merupakan benda halus, peniupan

ruh itu adalah menurut arti yang sebenarnya. 30

B. Sejarah Aborsi Secara Singkat

Tidak semua hasil pembuahan manusia dapat mencapai taraf kematangan,

dimana buah itu setelah dilahirkan dapat hidup terus secara mandiri. Sebagian buah

itu dilahirkan sebelum waktunya dan kejadian ini disebut keguguran atau abortus

spontaneus. Jumlah jenis abortus ini berkisar antara 10 sampai 15 % dari semua

kehamilan. Disamping itu terdapat juga keguguran yang dibuat dengan sengaja oleh

manusia atau abortus provocatus. Semenjak zaman purbakala manusia sudah

menemukan dan menjalankan cara-cara untuk mencegah kehamilan, misalnya seperti

coitus interruptus, memperpanjang laktasi, penggunaan Intra Uterine Device

(memasukkan benda kedalam vagina, uterus) yang biasa disingkat IUD. Dan malahan

sudah ada cara dengan operasi yaitu dengan membuat lobang di urethra externa

29
Ibid, h. 23.
30
Elga Sarapung, Masruchah, M. Imam Aziz., Agama dan Kesehatan Reproduksi, (Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 1999), h. 161.

20
sehingga waktu ejaculatio air mani tidak masuk ke vagina. Pada zaman itu sudah

pula dijalankan sterilisasi, dikebiri dengan merusak testis. Jika masih terjadi

kehamilan walaupun sudah mengadakan usaha pencegahan kehamilan, maka

dilakukanlah abortus provocatus. Dari Zaman Purbakala sudah dikenal cara-cara

tradisional untuk menggugurkan kandungan, misalnya seperti minum jamu-jamuan,

memasukkan segala macam benda ke dalam kandungan, melakukan pijat dengan

mengurut-urut perut supaya rahim terbalik dan lain sebagainya. Pendek kata abortus

provocatus merupakan gejala yang sejak dahulu kala sudah dikenal pada seluruh

lapisan masyarakat di seluruh dunia. Di Tiongkok, abortus provocatus sudah ada

kira-kira 5000 tahun yang lalu, dimana salah satu tujuannya adalah untuk mengurangi

jumlah kelahiran. Dalam catatan kedokteran kuno diperoleh keterangan bahwa ada

anjuran bagi wanita yang ingin menggugurkan kandungannya untuk meminum air

raksa. Dari catatan Mesir Kuno, juga telah ada disebutkan pengguguran kandungan,

tetapi tanpa ada pembahasan mendalam mengenai hal tersebut. Pada zaman Yunani

kuno Aristoteles menganjurkannya, Plato menyokongnya bagi wanita-wanita di atas

umur 40 tahun, suami-suami bangsa Romawi diberi hak untuk melakukannya bagi

isteri dan budak mereka. Cicero dan Galen mengutuk abortus provocatus yang

dilakukan secara sembarangan. Dan pengikut-pengikut agama Kristen yang pertama-

tama, yang menyebutkan pengguguran kandungan sebagai pembunuhan terhadap

bayi-bayi dan mengutuknya. Pada abad Pertama Masehi, Saranos seorang ahli

kandungan yang termasyhur dari Ephesus sudah dapat membagi pengguguran

kandungan dalam 2 (dua) jenis, yaitu Phthorion dan Ekbolin. Phthorion berarti

21
menghancurkan kandungan, sedangkan Ekbolin adalah memaksa keluar janin yang

dikandung. Malahan Saranos pernah menganjurkan berbagai cara untuk

menghancurkan janin, diantaranya seperti si ibu harus berlari-lari, mandi dalam air

panas, memasukkan minyak zaitun kedalam peranakan, mengangkat barang diluar

kemampuannya, mencuci perut dengan bahan kimia tertentu, merendamkan badan

kedalam ramuan minyak eami dan perut ditekan sehingga semua darah keluar.

Namun dalam catatannya ia melarang keras penggunaan benda-benda runcing atau

tajam, sebab dapat membahayakan keselamatan jiwa sang ibu. 31

Jadi, aborsi sendiri sudah berkembang dari setiap zaman baik menggunakan

cara yang tradisional sekalipun sampai cara yang modern dilakukan pada saat itu.

C. Pengertian Aborsi dan Macam-Macamnya

1. Pengertian Aborsi

Kata aborsi berasal dari bahasa Latin yaitu abortus, yang berarti gugur

kandungan atau keguguran. Dalam bahasa Arab aborsi ialah disebut isqatu al-

Hamli atau al-Ijhadh. 32 Kata aborsi juga diserap dari bahasa Inggris yaitu

abortion yang berasal dari bahasa Latin yang berarti pengguguran kandungan atau

keguguran. 33

Kata bahasa Arab di atas merupakan mashdar dari ajhadha yang keduanya

mempunyai arti perempuan yang melahirkan secara paksa dalam keadaan belum

31
Siswantara T, Masalah Abortus Provocatus di Indonesia Ditinjau Dari Hukum Pidana,
(Skripsi S1 Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, 1985), h. 13-15.
32
Elga Sarapung, Masruchah, M. Imam Aziz., Agama dan Kesehatan Reproduksi, (Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 1999), h. 162.
33
Maria Ulfah Anshor, Fikih Aborsi, (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2006), h. 32.

22
sempurna penciptaannya. Secara bahasa disebut juga lahirnya janin karena

dipaksa atau dengan sendirinya sebelum waktunya. Sedangkan makna gugurnya

kandungan, menurut ahli fikih tidak keluar dari makna bahasa, diungkapkan

dengan istilah menjatuhkan (isqath), membuang (tharh), melempar (ilqaa’) dan

melahirkan dalam keadaan mati (imlaash). 34

Dalam kamus Webster Ninth New Collegiate menyebutkan bahwa aborsi

adalah keluarnya janin secara spontan atau paksa yang biasanya dilakukan dalam

12 minggu pertama dari kehamilan. 35

Di dalam Ensiklopedia Indonesia, pengertian aborsi adalah pengakhiran

kehamilan sebelum masa genetasi 28 minggu atau sebelum janin mencapai berat

1.000 gram. Definisi ini menyatakan, aborsi adalah pengeluaran hasil konsepsi

pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu (kurang dari 5 bulan) atau berat janin

kurang 500 gram. Aborsi merupakan suatu proses pengakhiran hidup dari janin

sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh. 36

Istilah abortus di atas dipakai untuk menunjukkan terminasi hasil konsepsi

sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Pengertian ini umum digunakan di

bidang obstetri. Menurut kedokteran kehakiman, abortus adalah pengeluaran janin

dari kandungan pada setiap saat sebelum masa kehamilan lengkap. 37

34
Ibid, h. 32.
35
Maria Ulfah Anshor, Fikih Aborsi, h. 33.
36
Asrorun Ni’am Sholeh, Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan Dan Keluarga, (Jakarta: El-
SAS, 2008), Cet. II, h. 167.
37
Ahmad Husairi, Kontribusi Embriologi Dalam Penetapan Hukum Fiqih Kehamilan,
(Yogyakarta: Pustaka Banua, 2007), Cet, I, h. 97.

23
Aborsi juga sering dikaitkan dengan ranah hukum. Menurut pengertian yuridis

dari Skegg aborsi adalah... intentional destruction of the Fetus in the womb, or

any untimely delivery brought about with intent to couse the death of the Fetus

(perusakan pada janin di dalam rahim, atau disebabkan karena kematian pada

janin). Sementara yang terdapat dalam Black’s Law Dictionary disebutkan

sebagai berikut “the spontaneus or artificially induced expulsion of an embryo of

fetus” (cara yang spontan atau dikeluarkan secara paksa di dalam embrio yang

sudah menjadi janin). Kedua rumusan di atas sama sekali tidak menyebutkan

bahwa aborsi mengindikasikan adanya tindakan pidana. 38

Sedangkan menurut KUHP aborsi adalah pengeluaran hasil konsepsi pada

stadium perkembangannya sebelum masa kehamilan yang lengkap tercapai (38-

40 minggu) atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar

kandungan (berat kurang dari 500 gram atau kurang dari 20 minggu). Dari segi

medikolegal maka istilah abortus, keguguran dan kelahiran prematur mempunyai

arti yang sama dan menunjukkan pengeluaran janin sebelum usia kehamilan yang

cukup. 39

Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa aborsi adalah

pengguguran kandungan sebelum lahir secara alamiah, berapa pun umurnya

dengan maksud merusakan kandungan tersebut. 40

38
Maria Ulfah Anshor, Fikih Aborsi, (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2006), h. 35.
39
http://situs.kesrepro.info/gendervaw/jul/2002/utama02.htm www.abortiono.org.
40
Elga Sarapung, Masruchah, M. Imam Aziz., Agama dan Kesehatan Reproduksi, (Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 1999), h. 162.

24
2. Macam-macam Aborsi

Dalam istilah media aborsi terdiri dari dua macam yaitu aborsi spontan

(abortus spontaneus), dan aborsi yang disengaja (abortus provocatus), hal ini

desebutkan dalam Glorier Family Ensiclopedia: “An abortion is the termination

of a pregnancy by loss or destruction of the fetus before birth. An abortion may be

spontaneous or induced” (Aborsi adalah penghentian kehamilan dengan cara

menghilangkan atau merusak janin sebelum kelahiran. Aborsi boleh jadi

dilakukan dengan cara spontan atau dikeluarkan secara paksa). 41

a. Aborsi Spontan (Abortus Spontaneus), Aborsi spontan atau keguguran tanpa

sengaja atau aborsi alamiah (Abortus Spontaneus) adalah aborsi yang terjadi

dengan sendirinya sebelum Fetus berkembang, atau sebelum lahir yang

berlangsung tanpa tindakan apapun. 42

Aborsi spontan ini oleh Ulama disebut Isqath al-‘Afwu yang berarti aborsi

yang dimaafkan karena pengguguran seperti ini tidak menimbulkan akibat

hukum. 43

Aborsi spontan ini dalam ilmu kedokteran dibagi lagi menjadi, yaitu:

1) Abortus Imminens (threatened abortion), adalah peristiwa terjadinya

pendarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil

41
Maria Ulfah Anshor, Fikih Aborsi, (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2006), h. 35.
42
Asrorun Ni’am Sholeh, Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan Dan Keluarga, (Jakarta: El-
SAS, 2008), Cet. II, h. 168.
43
Elga Sarapung, Masruchah, M. Imam Aziz., Agama dan Kesehatan Reproduksi, (Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 1999), h. 162-163.

25
konsepsi masih di dalam uterus dan tanpa adanya dilatasi serviks.

Keadaan dimana masih ada kemungkinan kehamilan bisa diselamatkan.

2) Abortus Incipiens atau Abortus Mundzar (inevitable abortion), adalah

peristiwa pendarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan

adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih

dalam uterus. Keadaan dimana kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi.

3) Abortus Incompletus, adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada

kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam

uterus. Pendarahan yang terjadi biasanya cukup banyak, namun tidak fatal,

untuk pengobatan perlu dilakukan pengosongan rahim secepatnya.

4) Abortus Completus, adalah semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.

Keadaan demikian biasanya tidak memerlukan pengobatan. 44

5) Abortus Habitualis, adalah abortus yang terjadi sebanyak tiga kali

berturut-turut atau lebih. 45

6) Abortus Infectiosus, adalah abortus yang disertai infeksi genital,

sedangkan abortus septik adalah abortus infectiosus berat disertai

penyebaran kuman atau toksin ke dalam peredaran darah. Infeksi dalam

uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada setiap abortus, tetapi biasanya

ditemukan pada abortus incompletus dan lebih sering pada abortus buatan

44
http://situs.kesrepro.info/gendervaw/jul/2002/utama02.htm www.abortiono.org.
45
http://www.blogdokter.net/2007/04/26/selayang-pandang-tentang-abortus/ , 2 November
2009, jam 22.10.

26
yang dikerjakan secara tidak ahli atau tersembunyi tanpa memperhatikan

asepsis dan). 46

7) Missed Abortion, istilah ini dipakai untuk keadaan dimana hasil

pembuahan yang telah mati tertahan dalam rahim selama 8 minggu atau

lebih. Penderitanya biasanya tidak menderita gejala, kecuali tidak

mendapat haid. Kebanyakan akan berakhir dengan pengeluaran buah

kehamilan secara spontan dengan gejala yang sama dengan abortus yang

lain. 47

b. Aborsi Yang Sengaja Dibuat (Abortus Provocatus), Aborsi yang disengaja

ini (abortus provocatus) adalah aborsi yang terjadi secara sengaja karena

sebab-sebab tertentu, dalam istilah fikih disebut al-isqath al-dharury atau al-

isqath al-‘ilajiy. Aborsi macam ini memiliki konsekuensi hukum yang jenis

hukumannya tergantung pada faktor-faktor yang melatar belakanginya. 48

Aborsi ini juga berarti bahwa menghentikan kehamilan sebelum janin

dapat hidup di luar kandungan apabila kehamilan belum mencapai umur 28

minggu, atau berat badan bayi belum 1.000 gram. Walaupun terdapat kasus

bahwa bayi dibawah 1.000 gram dapat terus hidup. 49

Aborsi jenis ini mencakup dua varian, yaitu:

46
Skripsi Siswantara T, Judul Masalah Abortus Provocatus Di Indonesia Ditinjau Dari
Hukum Pidana, Universitas Indonesia, Fakultas Hukum, h. 27, 1985.
47
Maria Ulfah Anshor, Fikih Aborsi, (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2006), h. 36-37.
48
Ibid, h. 37.
49
http://situs.kesrepro.info/gendervaw/jul/2002/utama02.htm www.abortiono.org.

27
1) Abortus Provokatus Medisinalis/ Artificialis therapicus, adalah sejenis

aborsi yang penggugurannya dilakukan oleh tenaga medis disebabkan

faktor adanya indikasi medis. Biasanya aborsi jenis ini dilakukan dengan

mengeluarkan janin dari rahim meskipun jauh dari masa kelahirannya.

Aborsi jenis ini dilakukan sebagai tindakan penyelamatan jiwa seorang

ibu setelah pemeriksaan secara medis karena jika kehamilannya

dipertahankan akan membahayakan dan mengancam kesehatan ataupun

keselamatan nyawa ibunya. Aborsi ini dikalangan Ulama disebut dengan

istilah al-isqath al-dharury atau dengan al-isqath al-‘ilajiy yang berarti

aborsi darurat atau aborsi pengobatan. 50

Di Indonesia yang dimaksud dengan indikasi medis yang dijelaskan di

atas, adalah demi menyelamatkan nyawa ibu. Syarat-syaratnya, yaitu:

a. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan

kewenangan untuk melakukannya (yaitu seorang dokter ahli kebidanan

dan penyakit kandungan) sesuai tanggung jawab profesi.

b. Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis lain, agama, hukum,

psikologi dan lain-lain).

c. Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau

keluarga terdekat.

50
Elga Sarapung, Masruchah, M. Imam Aziz., Agama dan Kesehatan Reproduksi, (Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 1999), h. 163.

28
d. Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga/peralatan yang

memadai, yang ditunjuk oleh pemerintah prosedur tidak dirahasiakan.

e. Dokumen medis harus lengkap. 51

2) Abortus Provocatus Criminalis, adalah sejenis aborsi yang dilakukan

tanpa indikasi medis (ilegal) atau dengan kata lain bukan disebabkan

dengan persoalan kesehatan medis, tetapi biasanya lebih disebabkan

karena faktor di antaranya karena ekonomi, menjaga kecantikan,

kekhawatiran sanksi moral, kekhawatiran janin yang ada dalam

kandungan akan lahir dalam keadaan cacat, hamil di luar nikah. 52

Penguguran macam ini di kalangan Ulama disebut al-Isqath al-Ikhtiyary

atau al-Ijhad al-Ijtima’i yang berarti pengguguran yang disengaja tanpa

sebab membolehkan sebelum masa kelahiran tiba. 53

Tindakan aborsi inilah yang kemudian terkait dan dikaitkan dengan

tindakan yang bertentangan dengan hukum dan etika. Biasanya proses ini

dilakukan dengan menggunakan alat-alat atau obat-obat tertentu. 54

Dalam abortus provocatus criminalis dapat disebutkan tiga macam

pelaku yang dapat melaksanakan abortus tersebut yaitu:

a. Si wanita yang hamil.

b. Orang lain.

51
http://kedokteran .fkuii/index.php?option=com_wrapper&Itemid=29.
52
Maria Ulfah Anshor, Fikih Aborsi, (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2006), h. 37-38.
53
Elga Sarapung, Masruchah, M. Imam Aziz., Agama dan Kesehatan Reproduksi, (Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 1999), h. 163.
54
http://kedokteran .fkuii/index.php?option=com_wrapper&Itemid=29.

29
c. Si wanita sendiri dengan bantuan orang lain.

D. Dasar Hukum

Pada umumnya hukum aborsi dalam Islam adalah tidak diperbolehkan

(haram). Islam menginginkan agar keturunan para pengikutnya terus berkembang.

Karena ketika sperma dan sel telur telah bercampur sehingga membentuk embrio,

maka ini merupakan awal kehidupan; dan aborsi terhadapnya adalah haram dalam

Islam. 55 Sebagaimana di firmankan dalam surat Al-Imran ayat 156:

:3/‫ )ال ﻋﻤﺮان‬. ☺ ☺


(156
Artinya:
“Allah menghidupkan dan mematikan. Dan Allah melihat apa yang
kamu kerjakan“. (QS. Al-Imran/3: 156).

Orang menempuh jalan aborsi karena berbagai alasan, yang tidak semuanya

diterima oleh agama. Dan, bahkan para ulama yang berpendapat bahwa aborsi di

bawah indikasi-indikasi tertentu dapat diizinkan, tidak menyetujui penggunaannya

sebagai suatu alternatif bagi kontrasepsi. Lebih jauh, perbedaan pendapat di kalangan

ulama tidak harus dimanfaatkan sebagai suatu izin bagi penggunaan aborsi secara

serampangan. 56

Jika aborsi ini dilakukan setelah janin usia empat bulan maka ulama sepakat

mengharamkannya. Karena hal itu dikategorikan pembunuhan. Kecuali dalam

55
Ibrahim Amini, Anakmu Amanatnya Rumah Sebagai Sekolah Utama, (Jakarta: Al-Huda,
2006), Cet. I, h. 62.
56
S. Ahmad Abdullah Assegaf, Islam & KB, (Jakarta: Lentera Basritama, 1992), Cet. I, h.
231.

30
keadaan darurat. Sesuatu yang sifatnya darurat itu dapat membolehkan sesuatu yang

diharamkan. Demikian itu jika dokter yang dapat dipercaya menyatakan bahwa

membiarkan kehamilan tumbuh terus bisa membahayakan wanita yang hamil.

Adapun jika aborsi dilakukan sebelum bulan keempat terjadi perbedaan pendapat di

kalangan ulama sebagai berikut:

1. Pendapat Mazhab Hanafi

Sebagian mereka berpendapat, bahwa perbuatan aborsi sebelum bulan

keempat dibolehkan meskipun tanpa izin suaminya, demikian boleh dilakukan

apabila dalam keadaan darurat. Sedang sebagian yang lain berpendapat tidak halal

melakukan aborsi pada bulan tersebut. Adapun tingkatan yang paling rendah

adalah makruh. 57

2. Pendapat Mazhab Maliki

Bahwa, mereka melarang aborsi pada semua tingkatan meskipun belum

sampai empat puluh hari, berdasarkan apa yang mereka yakini dari mazhab

mereka. Sebagian mereka berpendapat makruh. 58

3. Pendapat Mazhab Syafi’i

Bahwa, aborsi diharamkan oleh mereka, ada yang berpendapat makruh pada

dua masa yaitu masa nuthfah (masih dalam ujud mani) dan masa alaqah

57
Syaikh Athiyah Shaqar, Tanya Jawab Masalah Wanita, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2002),
Cet. I, 245.
58
Ibid, h. 245.

31
(segumpal darah). Apabila nuthfah dari hasil perzinaan maka aborsi ini

diperbolehkan. 59

4. Pendapat Mazhab Hanbali

Menurut mereka, yang mengambil dari kitab Al-Mughni karangan Ibnu

Qudamah bahwa apabila menggugurkannya berupa mudghah (segumpal daging

yang sempurna) kemudian ada kesaksian dari orang yang dapat dipercaya maka

aborsi tersebut dikenai ghurrah (denda atas anggapan bahwa ia telah melakukan

pembunuhan orang). Jika dilihat masih dalam permulaan penciptaan seandainya

dibiarkan ia akan membentuk wujud maka ada dua pendapat, yang paling benar di

antara keduanya adalah tidak dikenai apa-apa. 60

Mengenai aborsi sebelum ditiupkan ruh ke dalam janin ada empat pendapat:

1. Pendapat yang membolehkan secara mutlak tanpa harus ada udzur. Ini adalah

pendapat madzhab Zaidiyah, sebagian Hanafiyah dan sebagian Syafi’iyah serta

Malikiyah dan Hanabilah.

2. Pendapat yang membolehkan sewaktu ada udzur dan dimakruhkan apabila tidak

ada udzur. Ini adalah pendapat sebagian Hanafiyah dan sebagian Syafi’iyah.

3. Pendapat yang memakruhkan secara mutlak yaitu pendapat sebagian Malikiyah.

59
Syaikh Athiyah Shaqar, Tanya Jawab Masalah Wanita, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2002),
Cet. I, 245.
60
Ibid, h. 246.

32
4. Pendapat yang mengharamkan dengan tanpa ada udzur. Yaitu pendapat yang

dipegang oleh Malikiyah dan yang disepakati oleh Zhahiriyah serta Ja’fariyah. 61

Demikianlah, masalah ini juga dibahas dalam MUNAS MUI tahun 2000 yang

langsung dikeluarkan fatwa MUI No.4 Tahun 2005 tentang aborsi bahwa menurut

keputusan MUI malakukan aborsi sebelum atau sesudah nafkh al-ruh hukumnya

haram, kecuali jika ada alasan-alasan medis atau alasan lain yang dibenarkan oleh

syari’at Islam, seperti untuk menyelamatkan jiwa si ibu. 62

Masalah aborsi ini juga diatur dalam Undang-Undang Indonesia yang masih

berlaku hingga kini, yaitu Undang-Undang No.1 tahun 1946 tentang KUHP (Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana) terdapat 4 pasal sebagai tindak pidana dan kejahatan

diatur dalam Pasal 299, 346, 347 dan 348, Undang-Undang No.7/1984 tentang

Ratifikasi Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan

dan Undang-Undang No.23/1992 tentang kesehatan yang terdapat dalam Pasal 15. 63

E. Cara-Cara dan Indikasi-Indikasi Dilakukannya Abortus

1. Cara-Cara Dilakukannya Abortus

Dalam garis besarnya dapat dibedakan antara cara atau teknik abortus (abortus

buatan) terhadap kehamilan dalam triwulan ke 1 (antara 0 sampai 12 minggu) dan

terhadap kehamilan dalam triwulan ke 2 (antara 12 sampai 28 minggu).

a. Cara atau tekhnik abortus buatan terhadap kehamilan dalam triwulan ke 1.

61
Syaikh Athiyah Shaqar, Tanya Jawab Masalah Wanita, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2002),
Cet. I, 24.
62
Asrorun Ni’am Sholeh, Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan Dan Keluarga, h. 85.
63
http://id.wikipedia.org/wiki/Gugur_kandungan, diambil dari tgl 20 maret 2009, jam 14.22.

33
1) Dilatasi dan kerokan

Pertama-tama dilakukan dilatasi artinya adalah pemuaian atau

pelebaran mulut rahim (cervix uteri), selanjutnya setelah mulut rahim

dilebarkan dilakukan kerokan yaitu hasil konsepsi yang terdapat pada

dinding uterus (rahim) dikerok. Pengeluaran isi rahim tersebut yang

berupa hasil konsepsi dengan cara pengerokan ini dilakukan dengan alat

kuret. Setelah hasil konsepsi (pembuahan) lepas dari dinding uterus akibat

dari pengerokan tersebut, maka hasil konsepsi itu dapat dikeluarkan

dengan alat cumin abortus.

2) Dilatasi dalam 2 tahap.

Pada seorang wanita yang hamil untuk pertama kalinya atau seorang

wanita yang pernah melahirkan bayi yang viable untuk beberapa kali yang

memerlukan pembukaan mulut rahim yang lebih besar, dapat dilakukan

dilatasi dalam 2 tahap.

3) Pengeluaran dengan cara penyedotan (suction curret tage)

Dalam tahun-tahun terakhir ini makin banyak digunakan oleh karena

pendarahan tidak seberapa banyak dan bahaya perforasi lebih kecil.

b. Cara atau tekhnik abortus buatan terhadap kehamilan dalam triwulan ke 2.

1) Abortus pada kehamilan antara 12 sampai 16 minggu.

Pada kehamilan setua ini kerokan lebih baik jangan dilakukan, oleh

karena akan dialami kesukaran untuk melahirkan janin melalui saluran

mulut rahim yang tidak cukup terbuka. Cara abortus pada kehamilan setua

34
ini dapat dilakukan dengan tekhnik histerektomi abdominal, yaitu

pembedahan untuk mengeluarkan janin dengan cara membuka dinding

perut dan dinding depan uterus dengan sayatan.

2) Abortus buatan terhadap kehamilan sesudah 16 minggu.

a. Pemberian cairan NaCl hipertonik.

Abortus buatan pada kehamilan sesudah 16 minggu diusahakan

dengan menimbulkan kontraksi-kontraksi uterus, supaya janin dan

placenta dapat dilahirkan secara spontan.

b. Pemberian prostaglandin.

Akhir-akhir ini dilakukan percobaan dengan pemberian

prostaglandin untuk menghentikan kehamilan pada triwulan ke 2

kemungkinan besar nantinya bahwa prostaglandin dapat menggantikan

penggunaan cairan NaCl hipertonik, karena lebih aman dan hasilnya

cukup memuaskan.

Sama seperti cara-cara abortus buatan di atas, menurut Christopher

Tietze, cara-cara yang sekarang ini dipergunakan oleh kalangan

kedokteran untuk menghentikan kehamilan dapat dibagi dalam 3 kategori,

yaitu sebagai berikut :

1) Pengeluaran atau pengosongan hasil konsepsi melalui lobang vagina

dengan mempergunakan alat-alat tertentu.

2) Pembedahan uterus yaitu membuka dinding perut dan dinding uterus

(rahim) dengan sayatan.

35
3) Induksi pengobatan yaitu dengan memberi obat-obatan tertentu

sehingga uterus berkontraksi, yang kemudian menyebabkan hasil

konsepsi atau janin dipaksa didorong keluar melalui lobang vagina.

Cara-cara induksi pengobatan ini terdiri dari:

a) Suntikan.

b) Infus.

c) Oral (obat yang diminum).

Obat-obat yang diminum ini menyebabkan setiap orang dapat

menggunakannya sendiri, kalau dijual secara bebas.

Selanjutnya menurut Christopher Tietze, adapula cara-cara induksi

abortus buatan yang dipergunakan oleh orang-orang yang bukan dari

kalangan kedokteran yang meliputi antara lain:

1) Dengan cara sihir dan jampi-jampi.

2) Melalui bemacam-macam obat-obatan tradisional yang menunjukkan

kecenderungan tidak efektif dan/atau mengandung racun.

3) Secara nyata-nyata sekali melakukan cara-cara yang membuat luka

berat atau goncangan jiwa/trauma, seperti memukul-mukul perut,

sengaja menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi agar dapat

menghancurkan atau merusak hasil konsepsi.

Semua cara-cara tersebut di atas menyebabkan pengeluaran dengan paksa

hasil konsepsi dapat dialihkan kearah pengeluaran secara alamiah. Adapula cara-

cara lain yang juga dilakukan oleh kalangan non medis, misalnya sebagai berikut :

36
1) Suatu cara yang sudah lazim dilakukan dan diakui secara luas, yaitu dengan

jalan menyisipkan atau memasukkan benda-benda tertentu ke dalam uterus.

Benda benda tersebut misalnya kawat, pipa logam yang kecil dan benda-

benda lainnya yang dapat dipergunakan untuk maksud tersebut.

2) Memijat-mijat perut yang dilakukan oleh para dukun beranak.

3) Penyuntikan dengan menggunakan air yang bersabun atau obat pembasmi

hama/kuman yang dengan mudah sudah tersedia, telah cukup dikenal

penggunaannya.

2. Indikasi-Indikasi Dilakukannya Abortus

a. Indikasi medik.

Indikasi medik ialah suatu abortus yang dilakukan untuk menghentikan

atau menghindari pengaruh yang buruk dari kehamilan ataupun dari

persalinan terhadap kesehatan si ibu. Indikasi medik ini dapat dibagi menjadi

2 jenis, yaitu sebagai berikut:

1). Indikasi medik dalam arti sempit.

Sebagai dasar pertimbangan indikasi medik dalam arti sempit untuk

menggugurkan kandungan, bahwa kelanjutan dari kehamilan dapat

mengancam dan membahayakan jiwa si ibu. Dalam arti sempit indikasi

medik terbatas, yaitu terbatas dalam indikasi vital. Atas dasar indikasi

vital abortus dilakukan bilamana si ibu terancam bahaya maut, yang tidak

dapat dielakkan lagi dengan cara apapun juga kecuali dengan

menggugurkan kandungan.

37
Contoh indikasi vital ini adalah penderita dengan payah jantung dalam

tingkat 4 dalam keadaan hamil, sedangkan dengan pengobatan saja tidak

memberi keringanan, dan jika kehamilan itu dibiarkan kemungkinan besar

sekali si ibu akan meninggal dunia.

2). Indikasi medik dalam arti luas.

Sebagai dasar pertimbangan indikasi medik dalam arti luas untuk

menggugurkan kandungan, bahwa kelanjutan dari kehamilan dapat

memperburuk keadaan kesehatan si ibu. Dalam arti luas indikasi medik ini

dinamakan pula indikasi medik non-vital. Indikasi non-vital adalah

indikasi demi keselamatan kesehatan si ibu. Atas indikasi ini abortus

dilakukan, apabila nyata bahwa kelangsungan kehamilan akan sangat

mengganggu keadaan kesehatan si ibu.

Contoh indikasi medik non-vital ialah penderita dengan ablation

retinae berat yang jelas karena suatu kehamilan penglihatannya sangat

buruk.

Kesulitan nantinya mungkin akan timbul untuk membedakan indikasi vital

dengan yang non-vital. Ini dapat dipahami karena bila kesehatannya si

penderita sangat terganggu, akhirnya jiwanya terancam. Namun walaupun

demikian perbedaan ini sangat diperlukan, karena adanya suatu indikasi

medik yang vital, yang jelas dapat meyakinkan dan membenarkan suatu

tindakan penghentian dari kehamilan.

38
Selanjutnya bahwa pertimbangan pada tiap-tiap abortus dengan indikasi

medik seharusnya ditentukan oleh profesi medik sendiri (disesuaikan dengan

perkembangan ilmu kedokteran). Maksudnya ialah mungkin saja pada suatu

saat suatu jenis penyakit bisa digolongkan sebagai dasar indikasi medik bagi

abortus, namun di lain waktu dengan adanya kemajuan zaman (kemajuan

dalam dunia kedokteran) penyakit-penyakit tertentu yang dianggap sebagai

indikasi medik mungkin tidak lagi merupakan sebagai indikasi medik, karena

sudah dapat diobati tanpa perlu lagi mengadakan pengguguran kandungan.

b. Indikasi sosio-medik

Dalam menentukan indikasi medik, baik dalam arti sempit maupun dalam

arti luas, penilaian kesehatan si wanita hamil fisik maupun mental berdasarkan

kondisi-kondisi klinik dari si penderita semata-mata, tanpa memperhatikan

keadaan sosialnya. Hal ini oleh beberapa kalangan kedokteran dianggap

kurang tepat.

Konsep ilmu kedokteran modern memang menegaskan, bahwa dalam

prinsip pendekatan tiap penderita harus selalu dilakukan secara integral, yang

berarti bahwa tidak hanya aspek fisik dan mental semata-mata, tetapi aspek

sosial pun perlu mendapat perhatian, karena manusia merupakan apa yang

dinamakan kesatuan sosio-psiko-somatik (kesatuan aspek-aspek sosial-psikik

dan fisik). Aspek sosial harus dianggap sebagai bagian integral dari kesehatan

dalam keseluruhannya. Tidak kurang dari aspek fisik dan mental, aspek sosial

39
juga mempengaruhi keadaan kesehatan seseorang. Faktor-faktor sosial turut

menentukan prognosis si sakit.

Dalam rangka mempertimbangkan melakukan tindakan abortus dengan

memperhatikan lingkungan hidup si penderita untuk menilai keadaan

kesehatannya timbul pengertian indikasi sosio-medik. Indikasi sosio-medik

berdasarkan pendekatan penderita secara total sesuai dengan konsep WHO

tentang kesehatan yaitu : “Health is a complete physical mental and social

well being and not merely the absence of desease or infirmity”. Demikian

pula jika diambil definisi kesehatan menurut Undang-Undang pokok

kesehatan No. 9 tahun 1960, yaitu:

Pasal 2
Yang dimaksud dengan kesehatan ialah meliputi kesehatan badan,
rohaniah (mental) dan sosial dan bukan hanya keadaan yang bebas penyakit,
cacat dan kelemahan.

Perlu dikemukakan bahwa indikasi sosio-medik tidak jarang ditafsirkan

sebagai indikasi sosial. Tafsiran ini tidak tepat, karena dalam hal indikasi

sosio-medik unsur-unsur sosial saja bukan suatu indikasi untuk melakukan

abortus. Tujuan abortus provokatus atas dasar sosio-medik adalah untuk

menyelamatkan kesehatan si penderita. Sedangkan tujuan abortus provokatus

atas dasar sosial adalah semata-mata demi keadaan sosial si wanita saja.

Untuk seorang wanita yang hamil yang telah dalam keadaan kesehatan yang

terganggu, unsur-unsur sosial dalam lingkungan hidupnya, seperti keadaan

ekonomi, keadaan perumahan, keadaan kesehatan lain-lain anggota keluarga

40
dan sebagainya dapat sedemikian rupa sehingga sungguh-sungguh merupakan

beban tambahan yang berat. Apabila kehamilan dianggap akan sangat

memperburuk keadaan sosial sehingga keadaan kesehatan si ibu terpengaruh,

dan sangat terganggu karenanya, maka abortus provocatus atas indikasi sosio-

medik perlu dipertimbangkan.

c. Indikasi Humaniter atau Kemanusiaan.

Abortus dilakukan jika kehamilan disebabkan oleh perkosaan, perbuatan

sumbang/incest dan wanita di bawah umur.

d. Indikasi Eugenistis

Abortus dilakukan jika kemungkinan besar bayi akan lahir cacat fisik atau

mental.

e. Indikasi Sosial Atau Sosial-Ekonomi

Abortus dilakukan jika kelahiran bayi dianggap akan mengganggu

keselamatan atau kesejahteraan keluarga.

f. Indikasi Kegagalan Kontrasepsi (Contraceptive Failure)

Abortus dilakukan karena suami-isteri yang telah mempergunakan alat-

alat kontrasepsi, ternyata gagal dan menyebabkan kehamilan.

g. Abortus Karena Permintaan (Abortus On Request, Abortion On Demand)

Istilah ini menggambarkan bahwa abortus provocatus itu diperkenankan

semata-mata hanya berdasarkan atas permintaan si wanita hamil yang

bersangkutan. Dan alasan-alasan yang terdapat pada abortion on request, on

demand ini, tidak termasuk kedalam salah satu indikasi-indikasi huruf A

41
sampai G di atas. Selanjutnya diterangkan bahwa walaupun abortus

provocatus ini semata hanya berdasarkan atas permintaan si wanita hamil saja,

namun pada umumnya abortus itu hanya diperkenankan dilakukan pada

trimester 1 (3 bulan atau 12 minggu pertama), harus dilakukan dirumah sakit

dan harus dilakukan oleh seorang dokter. 64

F. Sebab-Sebab Terjadinya Aborsi

Apa yang menyebabkan terjadinya abortus. Abortus pada wanita hamil biasa

terjadi karena beberapa sebab diantaranya, yaitu:

1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi. Kelainan inilah yang paling umum

menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum umur kehamilan 8 minggu.

Beberapa faktor yang menyebabkan kelainan ini antara lain: kelainan

kromoson/genetik, lingkungan tempat menempelnya hasil pembuahan yang tidak

bagus atau kurang sempurna dan pengaruh zat-zat yang berbahaya bagi janin

seperti radiasi, obat obatan, tembakau, alkohol dan infeksi virus.

2. Kelainan pada plasenta. Kelainan ini bisa berupa gangguan pembentukan

pembuluh darah pada plasenta yang disebabkan oleh karena penyakit darah tinggi

yang menahun.

3. Faktor ibu seperti penyakit penyakit kronis yang diderita oleh sang ibu seperti

radang paru-paru, tifus, anemia berat, keracunan dan infeksi virus toxoplasma.

64
Siswantara T, “Masalah Abortus Provocatus di Indonesia Ditinjau Dari Hukum Pidana”,
(Skripsi S1 Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, 1985), h.32-42.

42
4. Kelainan yang terjadi pada organ kelamin ibu seperti gangguan pada mulut rahim,

kelainan bentuk rahim terutama rahim yang lengkungannya ke belakang (secara

umum rahim melengkung ke depan), mioma uteri dan kelainan bawaan pada

rahim. 65

65
http://www.blogdokter.net/2007/07/20/penyebab-abortus/

43
BAB III

PRAKTEK ABORSI PROVOKATUS CRIMINALIS DI MASYARAKAT

A. Data Kasus Praktek Aborsi Provokatus Criminalis Yang Terjadi Di Masyarakat

Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, membunuh dan

membuang bayi yang baru dilahirkan hampir tiap hari terjadi di Jakarta. Begitu juga

masalah aborsi ilegal yang jelas-jelas bermotif ekonomis bagi penyelenggaranya dan

pastinya tidak pernah sepi pasien. Bisnis ini tumbuh subur dan merajalela karena

menjanjikan keuntungan besar dari menggugurkan janin. Banyak perempuan muda

yang tak menginginkan kehadiran jabang bayi setiap hari menggugurkan kandungan

di klinik. Fenomena ini membuat praktek ilegal aborsi menjadi lahan bisnis yang

terorganisir rapih melibatkan dokter, bidan, body guard, juga preman calo, tukang

parkir yang bertindak sebagai calo. Bayangkan dalam sebuah investigasi diketahui

bahwa aborsi untuk kandungan berusia dua bulan sekitar Rp 1,5 juta. Bila usia lebih

dari itu akan ditambah dengan harga Rp 500.000,-. Proses pengguguran berlangsung

sangat cepat, tergantung usia kehamilan. Akan halnya waktu aborsi untuk usia 1-4

bulan hanya memerlukan waktu 15 menit untuk “eksekusi”, sedangkan untuk 4 bulan

ke atas diperlukan waktu sekitar 35 menit untuk meruntuhkan janin. 66

Seperti yang dijelaskan oleh AKBP. Rivai selaku Kepala Satuan Renakta

POLDA Metro Jaya mengatakan bahwa POLDA Metro Jaya menduga ada sejumlah

klinik di wilayah Jakarta yang dicurigai melakukan praktek aborsi. Untuk


66
Harian POSKOTA, Rabu, 13 Februari 2008. h. 1.

43
memastikan ada tidaknya praktek ilegal itu, polisi akan melakukan penyelidikan

secara matang dan akan mengawasi klinik tersebut. Dalam catatan Polda Metro,

pengungkapan kasus aborsi terbesar adalah Klinik Herlina di Tanah Tinggi IV pada

tahun 1997 serta Klinik Amalia. Tak jauh dari klinik tersebut ditemukan sekitar 100

kerangka bayi yang diduga korban abortus. Menurut beliau juga, kasus aborsi yang

sudah ditangani sebetulnya sudah banyak. Selama tahun 2007 tercatat 10 kasus yang

ditangani Polda Metro Jaya dan Polres diwilayah. Sebagian besar pelakunya

melibatkan bidan dan dokter klinik. Sayangnya, setelah kasusnya dilimpahkan ke

pengadilan, ia melihat sering kali kurang mendapat perhatian masyarakat. 67

Padahal, menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002

Tentang Perlindungan Anak Bab III Pasal 4 menyatakan bahwa:

“Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang dan


berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan,
serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi” 68

Hal ini sangat bertentangan dengan kasus aborsi yang berkembang pada saat

ini. Seharusnya seorang wanita yang hamil baik yang belum berkeluarga atau yang

sudah berkeluarga harus menjaga janin yang dikandungnya sesuai dengan hak yang

terkandung dalam KHA (Konvensi Hak Anak), yaitu:

1. Hak atas kelangsungan hidup (survival),

2. Hak atas berkembang (development),

3. Hak atas Perlindungan (protection) dan

67
Ibid, h. 11.
68
Kementerian Pemberdayaan Perempuan RI dan Departemen Sosial RI, Undang-Undang RI
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, h. 16.

44
4. Hak atas berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat (participation). 69

Dari penelitian yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), yang sesuai

data panduan informasi dari Rumah Sakit tahun 1990, dari 2557 penderita rawat inap

kebidanan sebanyak 97,1% pernah mengalami abortus 1 kali. 2,2% mengalami

abortus 2-4 kali dan 0,7% mengalami ≥ 5 kali.Bila dilihat lebih terinci lagi penderita

yang berpendidikan SLTA mempunyai pengalaman abortus 1 kali paling banyak

yaitu 45,1% diikuti SLTP (21,7%) SD (17,0%), Perguruan Tinggi (11,0%) dan Buta

Huruf (5,2%). Sedangkan penderita yang pernah mengalami abortus antara 2-4 kali

yang paling banyak ditemukan pada penderita berpendidikan SLTA (46,4%) diikuti

oleh berpendidikan SD (21,4%), SLTP (12,5%), Perguruan Tinggi (10,7%) dan Buta

Huruf (10,7%). Disamping itu yang mengalami abortus > 5 kali ditemukan paling

banyak pada penderita yang berpendidikan SLTA (45,0%), diikuti oleh yang

berpendidikan SLTP (21,0%), SD (17,2%), Perguruan Tinggi (10,4%) dan Buta

Huruf (5,3%). Data terinci yang pernah mengalami abortus dapat dilihat pada

Lampiran 1. 70

69
Ima Susilowati dkk., Pengertian Konvensi Hak Anak, (Jakarta: Harapan Prima, 2004), h.
19.
70
Pusat Data Kesehatan Jakarta Departemen Kesehatan RI, Informasi Rumah Sakit 1991, h.
23-24.

45
Tabel 3.1
Persentase Penderita Rawat Inap Kebidanan Di RS Propinsi
Panduan Menurut Pengalaman Abortus Tahun
1990
PERSEN

120
100
80 1 KALI
60 2 KALI
40 > 5 KALI
20
0
SUMATRA DKI SULAWESI
BARAT JAKARTA SELATAN

Dalam hitungan satu tahun laporan WHO juga memperlihatkan angka aborsi

mencapai sekitar 4,2 juta kasus untuk wilayah Asia Tenggara. Di Indonesia sendiri

menempati angka 750.000 hingga 1.500.000 kasus yang terjadi, atau dapat dikatakan

hampir 50 persennya terjadi di Indonesia, dengan jumlah sekitar 2.500 aborsi yang

mengakibatkan kematian. Bahkan angka tersebut kurang dari jumlah yang disebutkan

dalam penelitian Dr. Azrul yang berkisar sekitar 2,3 juta pertahun. Lebih lanjut data

terakhir dari World Health Organization (WHO) yang diperoleh sekitar tahun 1999

menyebutkan suatu penelitian yang melibatkan 579 responden di empat provinsi

Indonesia di antaranya Sumatra Utara, DKI Jakarta, DI Yogyakarta dan Sulawesi

Utara menunjukkan angka 2,3 juta kasus aborsi yang terjadi dengan kategori 600.000

karena kasus gagalnya alat KB, 700.000 karena kondisi ekonomi yang rendah,

46
1.000.000 karena kasus keguguran. Seperti data pada tahun 1995 yang menyebutkan

373 per 100.000 dari kelahiran hidup, dan jumlah ini terus meningkat setiap tahunnya

hingga sekarang. Dari angka tersebut kematian akibat aborsi karena pendarahan

menempati porsi yang paling dominan, yaitu sekitar 46,7 %. Bahkan WHO menaksir

dari 10-50 % kematian ibu diakibatkan oleh aborsi. Berarti setiap 100.000 kelahiran

hidup sekitar 37-186 meninggalkan dunia secara sia-sia karena aborsi. Untuk

masyarakat urban seperti yang terjadi di kota-kota besar di Indonesia, dari hasil

penelitian yang dilakukan oleh Prof. Budi Utomo dan kawan-kawan di 10 kota besar

dan enam kabupaten menemukan bahwa per tahun terdapat 2 juta kasus aborsi atau

37 aborsi per 1.000 perempuan usia 15 tahun-49 tahun, atau 43 aborsi per 1.000

kelahiran hidup, atau 30% kehamilan. Sementara, penelitian lain menyebutkan variasi

angka 5 sampai 35 aborsi per 100 kelahiran hidup. Sebuah klinik di Jakarta

memperkirakan rata-rata terdapat sekitar 100-500 pasien yang meminta aborsi di

klinik setiap bulannya. Sama halnya dengan Surabaya sebuah penelitian

memperkirakan setiap harinya aborsi dilakukan rata-rata mencapai 100 kasus. Data

tersebut tidak menafikan bahwa di desa praktik aborsi menempati angka yang kecil,

justru sebaliknya. Aborsi untuk masyarakat pedesaan berdasarkan suatu penelitian

sekitar 84 % melebihi jumlah praktik yang ada pada masyarakat urban. Dan, biasanya

untuk masyarakat desa praktik aborsi dilakukan oleh para dukun. Indikasi ini perlu

untuk diadakan penelitian lanjutan guna mengetahui variable apa saja yang

menyebabkan kondisi demikian. 71


71
Maria Ulfah Anshor, Fikih Aborsi Wacana Penguatan Hak Reproduksi Perempuan, h.42-43

47
Frekuensi terjadinya aborsi sangat sulit dihitung secara akurat, karena aborsi

buatan sangat sering terjadi tanpa dilaporkan kecuali jika terjadi komplikasi, sehingga

perlu perawatan di Rumah Sakit. Jumlah kematian karena aborsi melebihi kematian

perang manapun. Data statistik mengenai kasus aborsi di luar negeri, khususnya di

Amerika dikumpulkan oleh dua badan utama, yaitu Federal Centers for Disease

Control (CDC) dan Alan Guttmacher Institute (AGI). Hasil pendataan menunjukkan

bahwa jumlah nyawa yang dibunuh dalam kasus aborsi di Amerika yaitu hampir 2

juta jiwa lebih banyak dari jumlah nyawa manusia yang dibunuh dalam perang

manapun dalam sejarah negara itu. Sebagai gambaran, jumlah kematian orang

Amerika dari tiap-tiap perang adalah:

1. Perang Vietnam – 58.151 jiwa

2. Perang Korea – 54.246 jiwa

3. Perang Dunia II – 407.316 jiwa

4. Perang Dunia I – 116.708 jiwa

5. Civil War (Perang Sipil) – 498.332 jiwa

Jumlah kematian karena aborsi melebihi segala penyakit. Amerika setiap

tahun ada 550.000 orang yang meninggal karena kanker dan 700.000 meninggal

karena penyakit jantung. Jumlah ini tidak seberapa dibandingkan jumlah kematian

karena aborsi yang mencapai hampir 2 juta jiwa di negara itu. Secara keseluruhan, di

seluruh dunia, aborsi adalah penyebab kematian yang paling utama dibandingkan

48
kanker maupun penyakit jantung. 72

Menurut Siswanto, abortus di negara-negara sedang berkembang sebagian

besar (lebih dari 90%) dilakukan tidak aman, sehingga berkontribusi sekitar 11-13%

terhadap kematian maternal di dunia. Di Zimbabwe, Afrika, dilaporkan bahwa sekitar

28% seluruh kematian ibu berhubungan dengan abortus. Sementara di Tanzania dan

Adis Ababa masing-masing-masing sebesar 21% dan 54%. Hal ini diperkirakan

merupakan bagian kecil dari kejadian yang sebenarnya, sebagai akibat

ketidakterjangkauan pelayanan kedokteran modern yang ditandai oleh kesenjangan

informasi. Insiden abortus sulit ditentukan karena kadang-kadang seorang wanita

mengalami abortus tanpa mengetahui bahwa ia hamil, dan tidak mempunyai gejala

yang hebat sehingga hanya dianggap sebagai menstruasi yang terlambat (siklus

memanjang). Terlebih lagi abortus kriminalis, sangat sulit ditentukan karena biasanya

tidak dilaporkan. Angka kejadian abortus dilaporkan oleh rumah sakit sebagai rasio

dari jumlah abortus terhadap jumlah kelahiran hidup. Di USA, angka kejadian secara

nasional berkisar antara 10-20%. Di Indonesia kejadian berdasarkan laporan rumah

sakit, seperti di RS Hasan Sadikin Bandung berkisar antara 18-19%. Menurut Prof.

Dr. Wimpie Pangkahila abortus di Indonesia tingkat abortus masih cukup tinggi

dibanding dengan negara-negara maju di dunia, yakni mencapai 2,3 juta abortus per

tahun. 1 juta diantaranya adalah abortus spontan, 0,6 juta disebabkan oleh kegagalan

program KB, dan 0,7 juta karena tidak pakai alat kontrasepsi KB. Angka Kematian

Ibu (AKI) Kota Palembang berdasarkan laporan indikator Database 2005 United
72
http://www.aborsi.org/statistik.htm, diakses 28 November 2009.

49
Nation Found Population (UNFPA) 6th Country Programe adalah 317 per 100.000

kelahiran, lebih rendah dari Propinsi Sumsel sebesar 467 per 100.000 kelahiran.

Jumlah kematian ibu tahun 2005 di Kota Palembang sebanyak 15 orang diantaranya

disebabkan oleh perdarahan dan selebihnya disebabkan faktor lainnya termasuk

abortus. Dari data yang diperoleh dari rekam medik di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.

Mohammad Hoesin Palembang tahun 2006, angka kejadian abortus sebesar 123

kasus dengan nkejadian abortus imminens sebanyak 106 kasus (86,17%), abortus

komplit sebanyak 2 kasus (1,62%), abortus inkomplit sebanyak 12 kasus (9,75%) dan

missed abortion sebanyak 3 kasus (2,44%). Beberapa karakteristik umum dapat

didefinisikan yaitu tingkat pendidikan, pekerjaan, status ekonomi, tinggal di daerah

perkotaan, status perkawinan, umur dan paritas. Estimasi nasional menyatakan setiap

tahun terjadi 2 juta kasus abortus di Indonesia, artinya terdapat 43 kasus abortus per

100 kelahiran hidup perempuan usia 15 - 49 tahun. Sebuah penelitian yang dilakukan

di 10 kota besar dan 6 kabupaten di Indonesia ditemukan bahwa insiden abortus lebih

tinggi diperkotaan dibandingkan dipedesaan. Di bawah ini ada perhitungan data

penelitian yang mengambil populasi penelitiannya adalah seluruh ibu hamil < 22

minggu yang pernah dirawat di Instalasi Rawat Inap Kebidanan RSUP Dr.

Mohammad Hoesin Palembang. Sedangkan sampel penelitiannya adalah seluruh ibu

hamil < 22 minggu yang pernah dirawat di Instalasi Rawat Inap Kebidanan Rumah

Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Dengan Jumlah total sampel

163 orang.

50
Ada juga data yang saya ambil dari POLRES Jakarta Selatan tentang kasus yang

pernah ditangani oleh mereka dalam Laporan Polisi (LP) UNIT VI/PPA yang diterima dari

januari 2006 sampai dengan maret 2009 yang terlampir di Lampiran.73

B. Kasus Praktek Aborsi Provokatus Criminalis Di Masyarakat

Telah kita ketahui, berapa banyaknya data kasus aborsi yang terjadi di

Indonesia khususnya, serta di Negara lain umumnya. Memang, dalam setiap

pengakhiran kehamilan pasti tidak selalu aman. Banyak perempuan mati atau

mendapat masalah kedokteran yang serius setelah berusaha melakukan pengakhiran

kehamilannya sendiri, atau pergi ke dukun (yang tidak terlatih) yang memakai alat-

alat sangat primitif atau tidak bersih. Inilah masalah di seluruh dunia, dimana di

negara-negara pengakhiran kehamilan masih ilegal, pengakhiran kehamilan

merupakan penyebab utama kematian ibu. Maka dari itu, Angka Kematian Ibu (AKI)

begitu meningkat setiap tahunnya di Indonesia. Walaupun, di beberapa negara aborsi

terhadap Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) itu khususnya karena alasan sosial,

ekonomi, pemerkosaan atau incest dibenarkan dengan menjunjung tinggi hak asasi

manusia dan hak hidup seseorang. Mungkin dengan pendekatan psikologi para

korban pemerkosaan atau incest maupun karena alasan ekonomi dan sosial dapat

diupayakan dengan:

1. Pendampingan secara psikologi pada korban karena selain trauma karena

perkosaan, korban dapat merasa sangat bersalah karena melakukan aborsi yang

73
Data Rekapitulasi LP unit VI/PPA, POLRES Jak-Sel, (Diambil Senin, 18 Januari 2010).

51
artinya melakukan pembunuhan terhadap calon anaknya.

2. Untuk alasan ekonomi diperlukan penguatan kemampuan pemberdayaan

perempuan bagi korban dan keluarganya.

3. Untuk alasan sosial selain melaksanakan penyadaran terhadap masyarakat untuk

dapat menerima korban, dapat juga ditempuh cara relokasi korban ke tempat lain

yang mana korban dapat memulai hidup dan harapan baru tanpa harus

melaksanakan aborsi.

4. Apabila anak yang tidak dikehendaki oleh calon ibu, dapat dikoordinasikan

Departemen Sosial untuk menempatkan anak tersebut di panti asuhan dengan

kesepakatan tertulis dari sang ibu dengan berbagai pertimbangan yang dapat

dipertanggung jawabkan secara hukum. 74

Di bawah ini akan dijelaskan kasus aborsi yang terjadi di masyarakat

khususnya di Indonesia yang pernah ditangani oleh polisi sebagai aparat penegak

hukum, yaitu:

1. Perkara aborsi dan melakukan praktek kedokteran tanpa surat ijin praktek.

a. LP/K/775/XI/2008/SPK tanggal 5 Nop 2007, Polwiltabes Surabaya.

b. Perkara : Aborsi dan Praktek Kedokteran tanpa dilengkapi surat

ijin praktek pasal 348 ayat (1) Jo. 349 KUHP dan Pasal

75 ayat (1) dan Pasal 76 UU No. 29 tahun 2004.

c. Pelapor : Ipda I.G. Ng A.B, anggota Idik III Reskrim Polwiltabes

Surabaya.
74
Data Tanya-jawab aborsi di BARESKRIM, (diambil Rabu, 20 Januari 2010), h. 11.

52
d. TKP : Klinik MDK Dr. TN, di Surabaya.

e. Tersangka : Ch alias Dr. Tn, 49 th, (Pekerjaan. Dokter Umum),

Surabaya.

f. Modus operandi : Tersangka mendirikan praktek klinik Mdk sekaligus

sebagai Dokter Umum yang sehari-harinya menangani

penyakit pasien yang datang di klinik tersebut, selain itu

Tersangka juga melayani operasi aborsi/gugur janin an.

Pasien OK DM. Selama membuka praktek dan sebagai

dokter di klinik tersebut, TSK tidak memiliki Surat Ijin

Praktek Kedokteran.

g. Saksi-saksi : MP, AP, OD, SW, MJ, Drg. RA, Dr. SL.

h. Barang bukti : - 1 bungkus kassa dan kotoran janin berlumur darah

milik pasien OD,

- 1 bungkus isi kaki janin dan daging hasil aborsi pasien

OD,

- 1 set alat operasi aborsi,

- Obat-obatan operasi Aborsi,

- 1 alat tes kehamilan OD dan

- 1 lembar surat keterangan dr. Tn.

i. Status kasus : Proses sidik. 75

75
Ibid, h. 13.

53
2. Perkara melakukan tindakan medis tertentu terhadap ibu hamil yang tidak

memenuhi ketentuan.

a. LP/136/III/2007/Biro Ops tanggal 27 Maret 2007.

b. Tindak pidana : Melakukan tindakan medis tertentu terhadap ibu

hamil yang tidak memenuhi ketentuan, melakukan

tindakan aborsi terhadap ibu hamil.

c. TKP : Dukuh Kpg Tmr, Surabaya.

d. Pelaku : Dr. Ew Ar dkk, 62 tahun, laki-laki, WNI, Rumah

Dukuh Kpg Komplek BD, Surabaya.

e. Pasal yg dikenakan : Pasal 80 ayat (1) UU RI Nomor : 23 tahun 1992

tentang Kesehatan, Pasal 348 ayat (1) KUHP dan

atau Pasal 346 KUHP.

f. Barang bukti : - 1 set alat untuk operasi aborsi,

- Gumpalan darah diletakkan dalam tas plastik

warna hitam diduga darah selesai pelaksanaan

aborsi,

- 1 buah baskom stainlees steel untuk menampung

gumpalan darah,

- 1 buah celemek,

- 6 buah jarum injeksi terbungkus plastik,

- 1 buah sapu tangan merah bekas darah,

54
- 1 set tempat untuk operasi aborsi,

- 1 botol betadine,

- 8 botol anti biotic dan

- Ampul deazepan berisi 2 ml untuk bius. 76

3. Perkara melakukan tindakan pengguguran kandungan secara tradisional

menggunakan dahan daun pepaya ke dalam rahim.

a. LP/17/VIII/2007/Sek Sentolo tanggal 12 Agustus 2007.

b. Pasal yang digunakan : Pasal 338, 346 Yo 55, 56, 64 KUHP dan pasal

80 ayat 1 UU No. 23 tahun 1992 tentang

Kesehatan.

c. TKP : Dusun Swl SS KP.

d. Modus operandi : Memasukkan dahan daun pepaya ke dalam

rahim.

e. Korban : Bayi/orok laki-laki.

f. Saksi : Sd, 48 th, Islam buruh, Dusun Swl K P.

g. Pelaku : Ibu orok ( MAP, 33 th),

: SM, 47 th (Pengaborsi) dan

: NG, 57 th (Fasilitator).

h. Barang bukti : - cangkul dan

- sepotong papan kayu.

i. Status kasus : JPU. 77


76
Data Tanya-jawab aborsi di BARESKRIM, (diambil Rabu, 20 Januari 2010), h. 14-15.

55
4. Perkara tindak pidana aborsi yang dilakukan di Klinik Dr. Abd Jak-Pus berkedok

praktek kebidanan atau USG.

a. LP/17/VIII/2007/Sek Sentolo tanggal 12 Agustus 2007.

b. Pasal yang dikenakan : Pasal 80 ayat 1 UU No. 23 Tahun 1992 tentang

Kesehatan dan Pasal 348 KUHP tentang

kejahatan terhadap jiwa orang.

c. TKP : Klinik Dr. Abd JP.

d. Tersangka : Dr. AW, Sp. OG (dokter praktek),

Hj. JN Als ATUN (Pemilik klinik),

Sun (Suster klinik),

Ev (Suster klinik),

J (Karyawan klinik),

A R (Karyawan klinik),

JM (pasien),

TH (pasien),

Ern (pasien) dan

Elv (pengantar pasien)

e. Modus operandi : - Dengan cara melakukan penyedotan/

pengguguran janin yang berada dalam

rahim pasien.

77
Ibid, h. 14.

56
- Berkedok klinik kebidanan atau klinik

USG.

f. Barang-bukti : - 1 unit alat sunction (alat sedot),

- 1 lampu sorot,

- 1 botol pro injection,

- 1 rol hypafix penutup luka,

- 6 buah kanmycin (Anti Brotax),

- 3 tabung oksigen berikut regular,

- 1 box pembalut wanita,

- 1 botol alcohol 70%,

- 1 buah tempat sampah sebagai tempat

pembakaran yang diduga berisi janin,

- Dll.

g. Status kasus : Proses sidik. 78

5. Perkara melakukan tindakan pengguguran kandungan melalui infus yang

dilakukan oleh petugas kesehatan (bukan bidan).

Tahun 2004 lalu, seorang pasien, sebut saja bernama AI memeriksa

kandungannya ke sebuah rumah sakit yang cukup berwibawa di Kota Tangerang.

Rumah sakit yang berinisial SG. Saat memeriksa kandungan keduanya yang

berusia 15 minggu tiba-tiba AI melihat ada bercak darah di celana dalamnya.

Ketika meminta advis dokter pada tanggal 16 April 2004, melalui pemeriksaan
78
Data Tanya-jawab aborsi di BARESKRIM, (diambil Rabu, 20 Januari 2010), h. 15

57
USG pihak dokter rumah sakit menyatakan kandungan pasien dalam keadaan baik

dan sehat. Namun untuk menguatkan kandungan, dokter menawarkan AI untuk

beristirahat di rumah sakit atau di rumah. AI memilih di rumah sakit, salah satu

petugas kesehatan (bukan bidan) langsung memberi infus. Walau tidak

didampingi seorang dokterpun, si petugas kesehatan (bukan bidan) mengatakan

infus diberikan berdasarkan saran dokter. Sekitar 15 menit kemudian obat

bereaksi dan kandungan AI mengalami kontraksi. Alhasil janin bayi dalam

kandungan keluar, yang mengakibatkan kelahiran prematur dan meninggal dunia.

AI kemudian mengadukan hal ini ke Polres Metro Tangerang. Sementara pihak

rumah sakit, menolak bahwa terjadi mal praktek, karena abortus imminens

diterapkan pada pasien karena kondisi dan situasi pasien yang saat itu

membutuhkan perawatan intensif. “tidak benar pasien mengalami keguguran

setelah meminum obat yang diberikan oleh dokter. Karena pemberian obat selalu

diberikan sesuai dengan petunjuk dokter dan diagnosa juga dilihat dari kondisi

pasien”, ujar Manajer Operasional RS tersebut. 79

6. Perkara melakukan tindakan pengguguran kandungan yang dilakukan oleh bidan

yang ternyata hanya lulusan Sekolah Keperawatan.

Kisah sedih pula yang menimpa Dini Kurniati, ia adalah korban tewas di RSI

Pondok Kelapa dari aborsi setelah menggugurkan kandungannya yang berusia 2,5

bulan di rumah Erna Rumondang Manalu dengan usia 40 tahun, yang bertempat

79
Harian TEMPO INTERAKTIF, Selasa, 1 Juni 2004. h. 1

58
di RT 09/06 Pondok Kelapa. 80 Erna adalah seorang ibu yang mempunyai empat

orang anak itu selama ini dikenal sebagai bidan, tapi kenyataannya adalah bukan

seorang bidan karena dia hanya lulus Sekolah Pendidikan Keperawatan (SPK)

Sumatera Utara. Kini, Erna dan Pembantunya yaitu Genisah, ditahan di Polsek

Duren Sawit. Polisi menyita alat-alat yang dipakai Erna untuk mengaborsi dari

lantai dua rumahnya. Ada juga seorang wanita muda yang tengah menunggu Erna

untuk menggugurkan kandungannya ikut dimintai keterangan oleh petugas. 81

7. Perkara melakukan tindakan pengguguran kandungan dengan modus izin

membuka praktek dokter umum.

Pada tanggal 22 Januari 2009 lalu, kepolisian juga mengendus sebuah tempat

praktek dokter yang diduga (dan kemudian terbukti) menjadi tempat

berlangsungnya abortus provokatus kriminalis yang dilakukan Klinik Pengobatan

Dokter Ownie di Jalan Warakas I No 17, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Dalam

kasus tersebut, polisi memeriksa satu buah kamar mandi, septic tank, serta saluran

air antara kamar mandi dan septic tank. Hasilnya, setelah dilakukan

pembongkaran, ditemukan 5 janin di saluran air. Tidak diketahui masing-masing

jenis kelaminnya. Disebut kriminalis, karena izin praktek yang dimiliki yayasan

tersebut adalah praktek dokter umum bukan kebidanan. Kedua, meski pelakunya

beralasan bahwa pada umumnya yang mereka layani adalah pasangan suami isteri

namun belum tentu ada alasan medis yang tepat. Dari penggerebekan yang

80
Harian POSKOTA, Kamis, 3 April 2008. h. 1dan 11
81
Harian POSKOTA, Minggu, 6 April 2008. h. 11

59
dilakukan polisi, beberapa pelaku abortus provokatus kriminalis ditangkap, di

antaranya pasangan suami istri. Mereka adalah pasangan dokter umum dan bidan

yang sudah beroperasi sejak 1987, Namun baru ketahuan melakukan aborsi ilegal

sejak 17 Januari 2009, padahal lokasi praktek mereka berada di tengah-tengah

pemukiman padat, dan berjarak hanya sekitar 200 meter dari Mapolsek Tanjung

Priok. Pasiennya selain berasal dari Jakarta, juga berasal dari berbagai tempat

seperti Bekasi dan Tangerang. Dengan biaya Rp 1,5 juta pasien bisa mendapatkan

pelayanan pengguguran kandungan di tempat praktek dokter itu. Tempat ini

menjadi terkenal berkat ‘promosi’ dari mulut ke mulut alias gethok tular. 82

8. Perkara melakukan tindakan pengguguran kandungan yang dilakukan oleh dukun.

Seorang dukun urut bernama Kokom (56). Salah satu ‘pasiennya’ adalah

Fitriani Arrazi alias Anny (17), siswi SMKN 9, Jalan Gedong Panjang, Jakarta

Barat. Saat itu ia hamil 22,5 minggu akibat berzina dengan pacarnya bernama

Suryadi (21). Selama hamil, tidak ada yang tahu keadaannya yang sudah

berbadan dua itu, termasuk teman-temannya di sekolah. Karena, setiap ke sekolah

Anny selalu menutupi perutnya yang semakin membesar itu dengan mengenakan

jaket. Namun, ia cemas akan diberhentikan dari sekolah bila ketahuan sedang

hamil (di luar nikah). Maka, Anny pun menerima saran pacarnya untuk

menggugurkan kandungan. Proses pengguguran kandungan berjalan mulus,

sampai akhirnya pada tanggal 6 April 2008 Rimin (45) dan Abdul Rasyid (32)

82
http://www.nahimunkar.com/?p=233, Tanggal 16-03-09, jam 11.03

60
warga Jl. Mangga Besar XIIIA Mangga Dua Selatan Jakarta Pusat, mencium bau

amis yang menyengat. Keduanya kemudian mencari sumber bau menyengat tadi.

Ternyata, aroma menyengat itu berasal dari gundukan tanah di tepi sungai.

Setelah digali, ada janin bayi yang masih berdarah beserta ari-arinya. Maka,

Rimin dan Abdul Rasyid pun segera melaporkan temuannya itu kepada warga

sekitar, dan diteruskan dengan melaporkan ke Polsek Sawah Besar. Berdasarkan

temuan tersebut, polisi melakukan penyidikan. Akhirnya, pada dini hari 9 April

2008 polisi menciduk Anny dan Suryadi, yang sedang berada di rumah Anny

yang jaraknya hanya beberapa ratus meter dari tempat penguburan janin.

Berdasarkan hasil visum, diketahui bayi dipaksa untuk keluar hingga janin mati

Berdasarkan rasa kemanusiaan dan mengingat pelaku masih berstatus pelajar,

kepolisian memutuskan untuk tidak menjebloskan Anny ke dalam tahanan.

Namun, Suryadi dan dukun urut Kokom ditahan hingga proses hukum selesai.

Beruntung nyawa Anny tidak melayang bersama sang janin. 83

9. Perkara melakukan tindakan pengguguran kandungan yang dilakukan oleh dokter

gigi.

Praktek aborsi ilegal (abortus provokatus kriminalis) juga dilakukan oleh

seorang dokter gigi. Hal ini pernah terjadi di Denpasar, Bali. Pelakunya bernama I

Ketut Arik Wiantara (38). Praktek ilegalnya terbongkar setelah jatuh korban

bernama Ni Komang Asih (30), yang meninggal dunia sehari setelah

menggugurkan kandungan di tempat praktek aborsi ilegal di Jl. Tukad Petanu,


83
http://www.nahimunkar.com/?p=233, tgl 16-03-09, jam 11.03.

61
Gang Gelatik, Denpasar, pada Sabtu 15 November 2008. Korban meninggal

dunia di RSUP Sanglah, Denpasar, Minggu 16 November karena mengalami

pendarahan akibat luka robek di rahim. Ni Komang Asih hamil akibat dari

hubungan zinanya dengan Suartama yang telah beristri. Suartama kemudian

mengajak korban menggugurkan kandungannya di tempat praktek I Ketut Arik

Wiantara. Dokter gigi I Ketut Arik Wiantara beberapa tahun lalu sudah membuka

praktik aborsi ilegal dan pernah divonis dua tahun penjara PN Denpasar pada

tahun 2005. Setahun setelah menghirup udara bebas, ia kembali membuka praktik

aborsi ilegal di tempat yang sama. 84

10. Perkara melakukan tindakan pengguguran kandungan yang dilakukan oleh bidan.

Praktek abortus provokatus kriminalis memang sangat riskan, ibarat

menjemput maut. Hal tersebut terjadi pada diri Novila Sutiana (21) warga Dusun

Gegeran, Desa Sukorejo, Kabupaten Ponorogo. Novila berpacaran dengan

Santoso (38) warga Desa Tempurejo, Kecamatan Wates, Kediri, yang masih

tergolong pamannya sendiri dan melakukan perzinaan. Ketika usia kehamilan

Novila berusia 5 minggu, mereka mendatangi seorang bidan bernama Endang

Purwatiningsih (40) di Desa Tunge, Kecamatan Wates, Kediri, untuk melakukan

aborsi. Sejak 14 Mei 2008, mereka melakukan konsultasi dan pembicaraan

mendetail dengan bidan Endang. Akhirnya dicapai kesepakatan, aborsi dilakukan

17 Mei 2008 dengan biaya sebesar Rp 2 juta. Proses aborsi dilakukan bidan di

klinik tempatnya bekerja yang sekaligus rumah tinggalnya. Ketika itu, bidan
84
Ibid, dan detiknews., Senin, 17/11/2008 14:37 WIB

62
Endang menyuntikkan sesuatu di bagian kiri bokong Novila. Selang satu jam,

sang bidan kembali menyuntikkan vitamin ke bagian kanan bokong Novila.

Maksudnya, agar cepat mengalami kontraksi dan janin dalam kandungan Novila

dapat keluar dengan sendirinya. Namun perkiraan bidan meleset. Hingga

beberapa jam kemudian Novila tak kunjung mengalami kontraksi. Akibatnya,

Novila meninggalkan lokasi klinik bidan dan berkunjung ke rumah sahabatnya di

Desa Plosoklaten. Di tengah perjalanan tepatnya di Kecamatan Puncu, Novila

muntah darah dan pingsan di jalan. Tentu saja hal ini membuat Santoso (pacar

Novila) panik dan kembali menghubungi sang bidan. Atas rujukan bidan dan

pertolongan warga, Novila dilarikan ke RSUD Pelem Pare, namun di tengah

perawatan korban meninggal dunia. 85

C. Pandangan Sosiologis Terhadap Aborsi Provokatus Criminalis

Dalam ilmu sosiologi, perubahan sosial adalah salah satu jenis dari sekian

banyak macam proses sosial, seperti globalisasi, industrialisasi dan urbanisasi.

Proses-proses lainnya yang lebih umum sifatnya adalah seperti akulturasi, difusi,

integrasi, konflik, akomodasi dan asimilasi. Para ahli sosiologi mengemukakan

bahwa banyak faktor yang dapat mendorong terjadinya perubahan sosial, beberapa

diantaranya ialah sebagai berikut:

1. Faktor lingkungan alam,

2. Ilmu pengetahuan melahirkan perubahan sosial,

85
Detiknews Minggu, 18/05/2008 10:44 WIB.

63
3. Faktor kependudukan,

4. Faktor teknologi,

5. Faktor ide (gagasan atau ideologi),

6. Faktor pemimpin,

7. Faktor event dan

8. Faktor perencanaan. 86

Berkaitan dengan pengguguran kandungan dalam bidang kedokteran dan

kesehatan, mendorong perubahan pemikiran hukum Islam khususnya. Yang dulu

perbedaan ulama mengenai hal aborsi adalah apakah keharaman aborsi itu sejak

pembuahan atau sejak ditiupkannya ruh kepada janin. Lalu yang kedua ini terbedakan

kepada dua, yaitu antara usia kehamilan 120 hari atau 42 hari sesuai dengan hadist-

hadist Nabi yang ada. Sekarang, berkat kemajuan pengetahuan kedokteran, para

ulama telah lebih rinci dalam memberikan batasan. Para ulama modern itu

mengatakan bahwa kehidupan manusia itu sesungguhnya bermula pada saat nidasi

(alaqah), yaitu saat ketika ovum yang dibuahi menggantung pada dinding rahim dan

hal itu terjadi antara hari keenam atau salah satu hari sampai hari ke duabelas setelah

zigot masuk ke dalam rahim. Dengan demikian bagi para ulama itu, aborsi haram

hukumnya kalau dilakukan setelah nidasi (alaqah). Ini berarti bahwa aborsi sebelum

terjadinya nidasi (alaqah) tidak dilarang atau boleh dilakukan karena hal itu

dipandang sama dengan azal yaitu perbuatan untuk mengeluarkan sperma di luar

86
Jurnalis Uddin. Dkk., Reinterpretasi Hukum Islam Tentang Aborsi, (Jakarta: Universitas
YARSI, 2006), Cet. I, h. 149-152.

64
vagina.

Melaksanakan penyadaran terhadap masyarakat untuk dapat menerima korban

aborsi, dapat juga ditempuh cara relokasi korban ke tempat lain yang mana korban

dapat memulai hidup dan harapan baru tanpa harus melaksanakan aborsi. Tidak ada

lagi diskriminasi terhadap perempuan yang melakukan aborsi, karena tidak 100%

perempuan bersalah banyak faktor di belakangnya baik dari keluarganya, orang lain

maupun laki-laki yang tidak bertanggung jawab terhadapnya.

D. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Abortus Provokatus Criminalis

Abortus provokatus criminalis merupakan penyebab utama kematian wanita

berumur masa subur di Negara-negara berkembang. Komplikasi akibat abortus

kriminalis merupakan 4-70% dari kematian ibu di rumah sakit Negara-negara

berkembang dan sejumlah kematian yang jumlahnya tidak diketahui terjadi di luar

rumah sakit. Wanita-wanita yang berobat untuk abortus ini akan mengorbankan

segalanya untuk mencapai tujuannya yaitu kehamilan yang tidak diinginkannya.

Timbulnya sikap seperti itu merupakan hasil jalinan dari berbagai faktor, sosial,

ekonomi dan budaya yang bisa membuka peluang untuk mengakhiri kehamilan.

Mereka yang melakukan abortus provokatus criminalis meminta pertolongan pada

orang-orang yang tidak kompeten dan yang dilakukan dalam kondisi yang tidak

higienik. 87

87
Budi Utomo, Sujana Jatiputra dan Arjatmo Tjokronegoro., Abortus Di Indonesia: Suatu Telaah
Pustaka, (Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1985), h.1.

65
Ada beberapa faktor mengapa seorang wanita tidak menginginkan

kehamilannya seperti yang telah dijelaskan di atas:

1. Faktor kesehatan Æ di mana ibu tidak cukup sehat untuk hamil atau janin

ternyata telah terekspos oleh substansi teratogenik atau sang ibu terinfeksi HIV

atau wanita yang hamil menderita penyakit jantung yang berat.

2. Faktor psikososial Æ di mana ibu sendiri sudah enggan/tidak mau untuk punya

anak lagi atau Anak terakhir masih kecil atau Ayah anak yang dikandung bukan

pria/suami yang diidamkan untuk perkawinannya.

3. Kehamilan di luar nikah Æ dikarenakan pergaulan seks bebas yang

mengakibatkan hamil.

4. Faktor ekonomi Æ menambah anak berarti akan menambah beban ekonomi

keluarga karena takut miskin atau penghasilan yang tidak memadai.

5. Faktor sosial Æ misalnya khawatir adanya penyakit turunan, janin cacat.

6. Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan atau akibat incest (hubungan antar

keluarga) atau Ia merasa terlalu tua/muda untuk mempunyai anak.

7. Selain itu tidak bisa dilupakan juga bahwa kegagalan kontrasepsi juga termasuk

tindakan kehamilan yang tidak diinginkan.

8. Suami menginginkan aborsi atau ada masalah dengan suami.

9. Ingin menyelesaikan pendidikan atau Ingin konsentrasi pada pekerjaan untuk

menunjang kehidupan dengan anaknya. 88

88
http://id.wikipedia.org/wiki/Gugur_kandungan, Tanggal 20 maret 2009, Jam 14.22.

66
BAB IV

TINJAUAN HUKUM TERHADAP ABORSI PROVOKATUS CRIMINALIS

A. Pandangan Ahli atau Pakar Terhadap Aborsi Provokatus Criminalis

Para ahli atau pakar dari berbagai disiplin ilmu memberikan pandangan yang

berbeda terhadap dilakukannya aborsi buatan ini. Pada umumnya para ahli tersebut

menentang dilakukannya abortus buatan meskipun jika berhadapan dengan masalah

kesehatan (keselamatan nyawa ibu) mereka dapat memahami dilakukannya abortus

buatan.

Menurut pandangan ahli agama sendiri melihatnya dari kaca mata dosa dan

mereka sepakat bahwa melakukan abortus buatan ini adalah perbuatan dosa baik

sebelum atau sesudah ditiupkannya ruh, kecuali dengan alasan medis atau alasan

lainnya yang dibenarkan oleh syari’at Islam. Hal ini sesuai dengan wawancara yang

dilakukan oleh penulis dari salah satu wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI Pusat, di

Jakarta yaitu Bpk. Drs. H. Sholahuddin al-Aiyub M. Si yang beliau mengatakan

bahwa “aborsi itu haram hukumnya kecuali ada hal yang darurat (keadaan di mana

seseorang apabila tidak melakukan sesuatu yang diharamkan maka ia akan mati atau

hampir mati) yaitu apabila kehamilan tersebut mengancam nyawa si ibu dan hal

yang hajat (kebutuhan yang mendesak/ keadaan di mana seseorang apabila tidak

melakukan sesuatu yang diharamkan maka ia akan mengalami kesulitan berat) yaitu

apabila janin yang dikandung dideteksi menderita cacat genetik yang kalau lahir

67
sulit sembuhkan“. Sesuai dengan Qa’idah Fiqh, di bawah ini:

‫اﻟﻀﺮورات ﺗﺒﻴﺢ اﻟﻤﺤﻈﻮرات‬


Artinya:
“Keadaan darurat membolehkan hal-hal yang dilarang
(diharamkan)”.

‫اﻟﺤﺎﺟﺔ ﻗﺪ ﺗﻨﺰل ﻣﻨﺰﻟﺔ اﻟﻀﺮورة‬


Artinya:
“Hajat terkadang dapat menduduki keadaan darurat”. 86

Berbeda dengan ahli psikologi, mereka melihat dari perempuan itu sendiri.

Bagaimana keputusan yang diambil perempuan itu sudah dipertimbangkan dari segi

agama, hukum, kesehatan dan lain-lain sehingga dapat memutuskan sebaik mungkin

bagi diri dan keluarganya. Hal yang dilakukan untuk antisipasi terjadinya aborsi

dengan cara pengadaan informasi melalui pengadaan pre dan post konseling yang

bertujuan sebagai pemberdayaan perempuan untuk mengambil keputusan. Hal ini

sesuai dengan wawancara yang dilakukan oleh penulis dari salah satu wakil

Komisioner KOMNAS Perempuan, di Jakarta yaitu Ibu Desti Murdijana yang beliau

mengatakan bahwa ”setiap perempuan yang melakukan aborsi harus benar-benar di

dampingi baik dari keluarga maupun orang lain yang berkompeten dalam

memberikan informasi tentang aborsi dari pra-tindakan sampai pasca-tindakan agar

tidak terjadi hal yang tidak diinginkan seperti melakukan tindakan aborsi dengan

cara yang tidak aman”. 87

Begitu pula dengan ahli ekonomi, mereka sepakat bahwa alasan ekonomi
86
Hasil Wawancara Penulis dengan Bpk. Drs. H. Sholahuddin al-Aiyub M. Si, Bertempat di
MUI Pusat Jakarta, Tanggal 15 Februari 2010.
87
Hasil Wawancara Penulis dengan Ibu Desti Murdijana, Bertempat di Kantor KOMNAS
Perempuan, Tanggal 10 Maret 2010.

68
tidak dapat dijadikan alasan untuk membenarkan dilakukannya pengguguran

kandungan.

Ahli medis pun mengatakan, apabila seorang perempuan ingin mengakhiri

kehamilannya yang paling aman itu dilakukan sebelum janin berusia 12 minggu (3

bulan), yang dapat dipertimbangkan untuk dapat diakhiri, jika syarat-syarat lain

terpenuhi. Syarat-syarat lain yang harus dipenuhi ialah: KB gagal, si ibu hamil

menderita sakit fisik berat, si ibu hamil menderita sakit jiwa berat, si suami menderita

sakit jiwa berat, si janin punya cacat genetic yang tak dapat disembuhkan, kehamilan

karena incest dan kehamilan karena perkosaan. Hal ini sesuai dengan wawancara

yang dilakukan penulis dari salah satu Dokter Kandungan di RS. Syarif Hidayatullah

Jakarta yaitu Dr. E. Rohati, SpOg yang beliau mengatakan bahwa ”dilakukan aborsi

sendiri saya tidak setuju, tetapi kalau dikatakan aborsi yang aman itu dengan

indikasi yang dibolehkan, apabila cara aman dilakukan oleh seorang dokter dengan

standar prosedur dengan mengetahui faktor penyebab kehamilannya bahkan resiko

kehamilan”. 88 Apabila di luar itu maka memerlukan prosedur medis yang berisi

penjelasan dan pemahaman dengan melalui konseling. Bahkan Forum Kesehatan

Perempuan mengusulkan disertai alasan kesehatan dan dilakukan oleh dokter tertentu

dan dilakukan di tempat yang telah ditunjuk oleh pemerintah melalui Departemen

Kesehatan yang diatur dalam UU No.23 Tahun 1992 tentang kesehatan Pasal 15 (ayat

1, 2 dan 3) dan Pasal 80 ayat 1.

88
Hasil Wawancara Penulis dengan Dr. E. Rohati, SpOg, Bertempat di RS. UIN Syahid
Jakarta, Tanggal 1 Maret 2010.

69
Ahli hukum melihatnya dari sisi tindakan aborsinya, yang berarti membunuh

calon makhluk hidup baru yang termasuk dalam unsur kriminal atau kejahatan.

Beberapa pasal yang mengatur abortus provokatus dalam KUHP yaitu Pasal 299,

341, 342, 343, 346, 347, 348, 349 dan 535. Namun demikian Rancangan Undang-

Undang (RUU) KUHP yang dipersiapkan untuk mengubah KUHP yang berlaku saat

ini, nampaknya tidak memberikan perubahan ke arah perbaikan malah sebaliknya.

Karena dalam Rancangan Undang-Undang (RUU) KUHP ini pengaturan aborsi tidak

disamakan dengan pembunuhan. Oleh karena itu, pengaturan aborsi seharusnya tidak

diatur dalam KUHP melainkan diatur dalam Undang-Undang Kesehatan.

B. Hukuman Aborsi Provokatus Criminalis Bagi Pelakunya Menurut Hukum

Islam

Praktik-praktik aborsi yang terjadi dipenjelasan bab sebelumnya adalah

praktik yang tidak boleh dilakukan walau dengan alasan apapun. Tak ada alasan

miskin dan lapar atau yang lainnya yang membolehkan lelaki atau perempuan

membunuh anak-anak. Orang tua yang mengugurkan kandungannya serta para dokter

yang melakukan usaha tersebut kesemuanya berdosa dengan kejahatan ini. Secara

garis besarnya pun dasar hukum dalam kasus ini pun juga sudah dijelaskan di bab II.

Menurut fiqih klasik pembunuhan janin disini masuk dalam kategori syibhul ‘amdi

(pembunuhan sengaja) dan terkadang pembunuhan karena tak sengaja karena pelaku

sengaja menghilangkan nyawa anak Adam yang hidup yang bisa mengakibatkan

70
pelakunya dihukum qishash kecuali bila tidak sengaja dengan tahapan proses

medis. 89

Jika kehamilan itu sudah masuk masa ditiupkannya ruh pada janin dan mati

oleh sebab aborsi, maka hal itu dianggap pembunuhan nyawa yang diharamkan oleh

Allah untuk dibunuh secara tidak haq, sehingga ulama Islam menyimpulkan bahwa

semua kasus serangan terhadap janin dikenakan al-ghurrah. Tetapi, ada perbedaan

pendapat dalam perlunya memenuhi kewajiban ini.

Imam Malik mengatakan bahwa ghurrah dibayar walau janin dalam keadaan

belum terbentuk. Imam Abu Hanifah dan Al-Syafi’i mengatakan bahwa al-ghurrah

tetap harus dibayar karena yang keluar dari tubuh sang ibu merupakan awal dari

penciptaan manusia. Imam Hanbali mengatakan bahwa tidak perlu membayar al-

ghurrah apabila tindakan untuk mengakhiri kehamilannya dilakukan sebelum 40 hari.

Untuk nilai al-ghurrah sendiri sebanding dengan 1/20 (seperduapuluh) dari diyat atau

kompensasi lengkap. Yang dapat dibayar dengan cara membebaskan seorang budak

laki-laki atau perempuan yang terbaik kualitasnya atau dalam bentuk 100 domba atau

dalam bentuk uang tunai sebesar 500 dirham atau menurut Sayyid Sabiq

menambahkan dapat juga dilakukan dalam bentuk 5 ekor unta.

Yang bertanggung jawab dalam membayar al-ghurrah ini menurut Mazhab

Hanafi dan Syafi’i yaitu keluarga dari pihak ayah wanita hamil jika wanita ini yang

bertanggung jawab atas serangan pada janinnya atau oleh keluarga lain yang secara

89
Abdur Rahman I. Doi., Tindak Pidana Dalam Syariat Islam, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
1992), Cet. I, h. 20-21.

71
tak langsung, menyebabkan wanita hamil mengalami keguguran. Berbeda dengan

Mazhab Hanbali bahwa bila janin meninggal bersama ibunya atas kehendaknya

sendiri melakukan pengguguran, maka kompensasi penuh terhadap ibunya dan al-

ghurrah adalah tanggung jawab keluarga sang ibu hamil. Tetapi, apabila hanya janin

yang meninggal maka yang bertanggung jawab dalam membayar al-ghurrah adalah

sang ibu hamil. Sedangkan Mazhab Maliki bahwa yang bertanggung jawab itu si

penyerang (baik sang ibu atau orang lain).

Sedangkan untuk sang dokter, atau ahli bedah bahkan dukun pun juga

dibebani tanggung jawab untuk setiap kesalahan yang dilakukannya saat

melaksanakan tugasnya pendapat Ibnu Rusyd dan ulama Islam lainnya yang

menyepakati hal ini. Yang dikenakan diyat atau kompensasi, tetapi diyat ini dibayar

oleh keluarga, atau pihak keluarga laki-laki dari dokter dan bukan dari kekayaan

dokter, karena kesalahan ini dianggap tidak disengaja. Jadi, bila aborsi dilakukan

dokter/ahli bedah atau dukun setelah bulan keempat (setelah peniupan ruh terjadi)

untuk alasan non-medis dia harus bertanggung jawab membayar sebagian dari diyat

kamilah dan diharapkan dia bertobat atas perannya dengan berpuasa selama dua

bulan berturut-turut (yang dianggap sebagai kaffarah). Tetapi, bila dokter melakukan

aborsi untuk alasan non-medis sebelum bulan keempat maka dia harus membayar al-

ghurrah sebagai kompensasi. 90

Sedangkan menurut pandangan salah satu wakil Sekretaris Komisi Fatwa

90
Abul Fadl Mohsin Ebrahim, Aborsi Kontrasepsi Dan Mengatasi Kemandulan Isu-Isu
Biomedis Dalam Perspektif Islam, (Bandung: Mizan, 1997), Cet. I, h. 166-173.

72
MUI Pusat, di Jakarta yaitu Bpk. Drs. H. Sholahuddin al-Aiyub M. Si mengenai

hukuman yang diberikan kepada pelaku yang terlibat dalam aborsi ilegal ini

diserahkan kepada hukum positif yang mempunyai sistem hukum yang berwenang

yang berlaku di Indonesia, aborsi/pengguguran janin jenis ini, yang menerima

hukuman: 91

1. Ibu yang melakukan aborsi,

2. Dokter/bidan/perawat/dukun yang membantu melakukan aborsi dan

3. Orang yang mendukung terlaksananya aborsi.

C. Analisis Undang-Undang Terhadap Aborsi Provokatus Criminalis

Sebelumnya dalam hukumDari Pasal-Pasal KUHP di atas dapat ditarik

kesimpulan bahwa:

1. Seorang wanita hamil yang sengaja melakukan abortus atau ia menyuruh orang

lain, diancam hukuman empat tahun penjara.

2. Seseorang yang sengaja melakukan abortus terhadap ibu hamil, dengan tanpa

persetujuan ibu hamil tersebut, diancam hukuman penjara 12 tahun, dan jika ibu

hamil tersebut mati, diancam 15 tahun penjara.

3. Jika dengan persetujuan ibu hamil, maka diancam hukuman 5,5 tahun penjara dan

bila ibu hamilnya mati diancam hukuman 7 tahun penjara.

4. Jika yang melakukan dan atau membantu melakukan abortus tersebut seorang

dokter, bidan atau juru obat (tenaga kesehatan) ancaman hukumannya ditambah

91
Hasil Wawancara Penulis dengan Bpk. Shalahudin al-Ayyubi, Bertempat di MUI Pusat
Jakarta, Tanggal 15 Februari 2010.

73
sepertiganya dan hak untuk berpraktek dapat dicabut.

Pasal 15 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 15

(lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000 (lima ratus juta

rupiah).

Pada penjelasan UU No.23 Tahun 1992 Pasal 15 dinyatakan sebagai berikut :

Ayat (1):

“Tindakan medis dalam bentuk pengguguran kandungan dengan alasan


apapun, dilarang karena bertentangan dengan norma hukum, norma agama,
norma kesusilaan dan norma kesopanan”.

Namun dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu

atau janin yang dikandungnya dapat diambil tindakan medis tertentu.

Ayat (2):

Butir a: Indikasi medis adalah suatu kondisi yang benar-benar mengharuskan diambil
tindakan medis tertentu, sebab tanpa tindakan medis tertentu itu, ibu hamil
dan janinnya terancam bahaya maut.
Butir b: Tenaga kesehatan yang dapat melakukan tindakan medis tertentu adalah
tenaga yang memiliki keahlian dan kewenangan untuk melakukannya, yaitu
seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan.
Butir c: Hak utama untuk memberikan persetujuan ada pada ibu hamil yang
bersangkutan, kecuali dalam keadaan tidak sadar atau tidak dapat
memberikan persetujuannya, dapat diminta dari suami atau keluarganya.
Butir d: Sarana kesehatan tertentu adalah sarana kesehatan yang memiliki tenaga dan
peralatan yang memadai untuk tindakan tersebut dan telah ditunjuk oleh
pemerintah.

Ayat (3):

Dalam Peraturan Pemerintah sebagai pelaksanaan dari pasal ini dijabarkan antara lain
mengenal keadaan darurat dalam menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinnya,
tenaga kesehaan mempunyai keahlian dan kewenagan bentuk persetujuan, sarana
kesehatan yang ditunjuk.

74
Wanita hamil korban pemerkosaan, yang mengakibatkan strees berat, bila

tidak digugurkan kandungannya ia akan sakit jiwa atau gila, sedangkan ia sudah

konsultasi dengan ahli psikoterapi dan sudah dinasehati oleh ahli agama (ulama)

tetapi tidak berhasil, atau kemudian wanita hasil pemerkosaan itu sangat tertutup,

karena malu kalau diketahui orang, sedangkan ia tidak berdosa karena tidak ada

kesengajaan, akibatnya ia strees berat atau gila, maka dalam hal seperti itu,

dibolehkan baginya melakukan aborsi.

75
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian dan penjelasan yang telah disampaikan di atas, penulis dapat

menyimpulkan beberapa poin sebagai akhir dari tulisan ini, sebagaimana terumuskan

berikut:

1. Praktek aborsi provokatus criminalis atau aborsi buatan yang terjadi di

masyarakat sendiri sangat beragam bentuknya. Dari cara yang tradisional sampai

menggunakan cara yang modern dilakukan agar berusaha mengakhiri kehamilan

yang bisa memberikan dampak pada kesakitan dan bahkan kematian sang ibu.

Cara tradisional sendiri melalui jalur non medis (dukun) yang menggunakan

dahan daun pepaya yang dimasukkan kedalam mulut rahim, menggunakan obat

dan jamu-jamuan yang berdampak agar rahim berkontraksi seperti kasus-kasus

yang sudah dijelaskan di atas. Atau dengan cara modern yang melalui jalur medis

oleh dokter atau bidan bahkan yang bukan dalam bidangnya seperti dokter gigi

yang belum mendapatkan surat izin praktek yang semuanya menyalahi kode etik

dan sumpah profesi mereka dengan berbagai cara dilakukan dari yang berkedok

klinik untuk berobat secara umum sampai berkedok kedokteran/kebidanan atau

USG agar mendapat keuntungan dari hal itu walau tidak memikirkan resiko

dibelakangnya.

76
2. Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya praktek aborsi provokatus

criminalis atau aborsi buatan ini diantaranya: kehamilan yang tidak diinginkan

(KTD) para wanita. Hal ini menjadi faktor yang pokok dari praktek aborsi yang

terjadi, dengan beralasan ekonomi (menambah anak berarti akan menambah

beban ekonomi keluarga), alasan kesehatan (di mana ibu tidak cukup sehat untuk

hamil), alasan psikososial (di mana ibu sendiri sudah enggan/tidak mau untuk

punya anak lagi), kehamilan di luar nikah, alasan sosial (merasa khawatir atau

malu atau bahkan takut adanya penyakit turunan, janin cacat), kehamilan akibat

perkosaan atau akibat incest (hubungan antar keluarga) atau bahkan kegagalan

kontrasepsi dalam rangka program nasional keluarga berencana yang termasuk

dalam tindakan kehamilan yang tidak diinginkan.

3. Pandangan hukum Islam terhadap praktek aborsi provokatus criminalis atau

aborsi buatan ini adalah: Para fuqaha (Ahli Hukum Islam) telah sepakat

mengatakan bahwa pengguguran kandungan (aborsi) sesudah ditiupkan ruh

(setelah 4 bulan kehamilan) adalah haram, tidak boleh dilakukan, karena

perbuatan tersebut merupakan kejahatan terhadap nyawa yang patut dihormati

yaitu dalam hidup pertumbuhan dan persiapan. Oleh karena itu makin besar

kandungan, makin besar pula hukum jinayahnya (tindak pidana), semakin besar

pula dosanya, apalagi setelah janin bernyawa dilakukan aborsi, terlebih lagi

membunuhnya, karena setiap anak yang lahir, adalah dalam keadaan suci (tidak

berdosa). Sedangkan pengguran kandungan (aborsi) sebelum ditiupkan ruh pada

77
janin (embrio) yaitu sebelum berumur 4 bulan, para fuqaha berbeda pendapat

tentang boleh tidaknya melakukan pengguguran tersebut seperti yang telah

dijelaskan di bab sebelumnya.

B. Saran-Saran

Ada beberapa saran yang penulis anggap perlu untuk disampaikan dalam

risalah ini, yaitu:

1. Sebaiknya orang tua terbuka memberikan pengarahan kepada putera-puterinya

terutama terhadap pendidikan seks. Yang kebanyakan para remaja mengetahui

masalah seks itu dari pergaulan bersama teman-temannya, dari bahan bacaan dan

tontonan, dari guru-guru sekolahnya baru yang terakhir dari orang tuanya.

Dikarenakan ada sebagian orang tua yang menganggap pendidikan seks itu tidak

layak untuk diperbincangkan kepada putera-puterinya padahal itu sangat penting

agar mereka bisa menjaga anggota tubuhnya terutama bagian reproduksi yang

memang harus dilindungi.

2. Negara/pemerintah juga bekerja sama dengan lapisan masyarakat memberikan

penyuluhan dengan pihak kesehatan dalam rangka pencegahan HIV/AIDS akibat

pergaulan bebas. Juga bekerja dengan komite penyiaran Indonesia melaksanakan

pemberantasan VCD porno dan buku-buku porno yang bisa berdampak ke aborsi

dari pergaulan bebas tersebut.

3. Lembaga pendidikan nasional, pendidikan daerah bahkan pendidikan agama,

saling bekerjasama dengan melakukan pendidikan dan bahaya seks serta

78
kesehatan reproduksi, serta peningkatan ilmu keagamaan/budi pekerti dalam

pencegahan dan penghapusan aborsi.

4. Sebaiknya calon ibu yang ingin hamil harus benar-benar dipikirkan dengan sang

suami, apakah ingin mempunyai anak atau tidak. Agar sang janin (calon anak)

tidak terbuang dengan sia-sia (akibat aborsi) atas prilaku kedua orang tuanya yang

kurang mempersiapkan kehadiran sang bayi.

79
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an al-Karim dan Terjemahnya, Jakarta, Departemen Agama Republik Indonesia,


1992.

Amini, Ibrahim, Anakmu Amanat-Nya Rumah Sebagai Sekolah Utama, Jakarta, Al-Huda,
2006.

Anshor, Maria Ulfah., Fikih Aborsi Wacana Penguatan Hak Reproduksi Perempuan,
Jakarta, Buku Kompas, 2006.

Anshor, Maria Ulfah Dan Wannedra, Sururin., Aborsi Dalam Perspektif Fiqh
Kontemporer, Jakarta, Balai Penerbit FKUI, 2002.

Assegaf, S. Ahmad Abdullah., Islam dan Keluarga Berencana, Jakarta, Lentera


Basritama, 1997.

Departemen Kesehatan RI Pusat Data Kesehatan, Informasi Rumah Sakit 1991 –


Pelayanan Kesehatan Di RS Propinsi Panduan 1990, Jakarta, Katalog
DEPKES, 1990.

Doi, Abdur Rahman I., Tindak Pidana Dalam Syari’at Islam, Jakarta, PT. Rineka Cipta,
1992, Cet. I.

Ebrahim, Abul Fadl Mohsin., ABORSI Kontrasepsi dan Mengatasi Kemandulan (Isu-isu
Biomedis Dalam Perspektif Islam), Bandung, Mizan, 1997.

Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), Nomor: 4 Tahun 2005 Tentang Aborsi.

Fauzan, Shaleh bin Fauzan bin Abdullah., Sentuhan Nilai Kefiqihan Untuk Wanita
Beriman, Jakarta, Kantor Atase Agama Kedutaan Besar Arab Saudi, 2003.

Harian POSKOTA, Rabu, 13 Februari 2008.

Harian POSKOTA, Minggu, 6 April 2008.

Harian Tempo Interaktif, Selasa, 1 Juni 2004.

Husairi, DR. Ahmad M.Ag., Kontribusi Embriologi Dalam Penetapan Hukum Fiqih
Kehamilan, Yogyakarta, Pustaka Banua, 2007.

Hooker, MB., Islam Mazhab Indonesia (Fatwa-Fatwa Dan Perubahan Sosial),


Terjemahan dari Iding Rosyidin Hasan, Jakarta, Teraju Refleksi Masyarakat
Baru, 2002.

80
Kementerian Pemberdayaan Perempuan RI dan Departemen Sosial RI, Undang-Undang
Ri Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, Jakarta, UNICEF, 2003.

Koesno, Dra. Harni, MKM., Majalah BIDAN (MEDIA KOMUNIKASI BIDAN DA


KELUARGA BERENCANA) Vol. XXI/NO.01/2008, Jakarta, Ikatan Bidan
Indonesia (IBI), 2008.

KOMNAS Perempuan, Laporan Penelitian Penghentian Kehamilan Tak Diinginkan


(KTD) Yang Aman Berbasis Konseling, Penelitian di 9 Kota Besar., Jakarta,
Yayasan Kesehatan Perempuan, 2004.

KOMNAS Perempuan, Temuan Terkini Upaya Penatalaksanaan Kehamilan Tak


Direncanakan, Jakarta, Mitra Inti Foundation, 2005.

Moeloek, Farid A., Aborsi Di Bayang-Bayang Kematian Ibu., Jakarta, Perkumpulan


Keluarga Berencana Indonesia, 1998

Mudwal, Med. T., Sumbangan Al-Qur’an Dalam Ilmu Kebidanan Sebuah Tinajauan
Terhadap Tafsir Al-Qur’an, Jakarta, Socialia, 1996.

Muhammad, KH. Husein., Islam Agama Ramah Perempuan (Pembelaan Kiai


Pesantren), Jawa Barat dan Yogyakarta, Fahmina Institute dan LkiS, Cet. I,
2004.

Rasyid, DR. KH. M. Hamdan., Fiqih Indonesia Himpunan Fatwa-Fatwa Aktual, Jakarta,
Al-Mawardi Prima, 2003.

Sadli, Saparinah, Anita Rahman, Atashendartini Habsjah., Implementasi Pasal 12


Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 Pelayanan Kehamilan Persalinan dan
Pasca Persalinan Studi Kasus: Di Cilincing, Jakarta Utara, Kebumen dan Jawa
Tengah, Jakarta, Kelompok Kerja Convention Watch UI, 2006.

Sarapung, Elga dkk., Agama dan Kesehatan Reproduksi, Jakarta, Sinar Harapan, 1999.

Sholeh, Asrorun Ni’am, Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan Dan Keluarga, Jakarta,


Elsas, 2008.

Shaqar, Syaikh Athiyah., Tanya Jawab Wanita, Jakarta, Pustaka Azzam, 2002.

Situmorang, Abdul Wahib, Politik Kesehatan Reproduksi, Gender dan Kependudukan di


Indonesia: perspektif Parlemen, Jakarta, Hewlett Foundation, Cet, I, 2006.

Soerodibroto, R. Soenarto., KUHP Dan KUHAP Dilengkapi Yurisprudensi Mahkamah


Agung Dan Hoge Raad, Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada, Ed. 5, 2007.
Susilowati, Ima dkk bekerja sama dengan UNICEF., Pengertian Konvensi Hak Anak,

81
Jakarta, Harapan Prima, 2003.

Sya’rawi, M. Mutawalli., Anda Bertanya Islam Menjawab, Jakarta, Gema Insani, 2007.

Syauman, Dr. Abbas., Hukum Aborsi dalam Islam, Terjemahan dari Ijhad al-Haml Wama
Yatarattabu Alaihi Min Ahkam Fi Asy-Syari’ah Al-Islamiyyah oleh Misbah.

Uddin, Prof. Dr. H. Jurnalis, Prof. Dr. H. Atho Muzhar, MA., Prof. Dr. Muhammad Amin
Suma, SH, MA., Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, MA., Prof. Dr. H.
Syamsul Anwar, MA., Prof. Dr. Khoiruddin Nasution, MA., Prof. Dr. H. M.
Arfah Shiddiq, MA., Prof. Dr. Abd. Rahim Yunus, MA., Dr. H. Harifudin
Cawidu, MA., Reinterpretasi Hukum Islam Tentang Aborsi, Jakarta, Universitas
YARSI, Cet. 1, 2006.

Utomo, Budi, Sujana Jatiputra dan Arjatmo Tjokronegoro., Abortus Di Indonesia: Suatu
Telaah Pustaka, Jakarta, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia,
1985.

http://www.nahimunkar.com/?p=233, diambil tanggal 16 Maret 2009, jam 11.03.

http://situs.kesrepro.info/gendervaw/jul/2002/utama02.htm.

http://www.blogdokter.net/2007/04/26/selayang-pandang-tentang-abortus/ , 2 November
2009, jam 22.10.

http://kedokteran .fkuii/index.php?option=com_wrapper&Itemid=29.

http://www.blogdokter.net/2007/07/20/penyebab-abortus/.

http://www.aborsi.org/statistik.htm, diakses 28 November 2009.

www.abortiono.org.

82
LEMBAR PERTANYAAN SEPUTAR ABORSI PROVOKATUS CRIMINALIS DAN
MASALAHNYA DALAM AHLI MEDIS

1. Menurut dokter pengertian aborsi secara umum seperti apa?


2. Seperti apa aborsi yang aman (safe) dan tidak aman (unsafe)?
3. Dokter… kan rancangan UU tentang Kesehatan yang seolah-olah melegalkan aborsi di
Indonesia. Salah satu pasalnya berbunyi “Pemerintah wajib melindungi dan mencegah
pengguguran kandungan yang tidak aman.” Menurut saya pribadi ini lebih cenderung
membuka akses u/ melakukan aborsi yang aman, bagaimana menurut tanggapan dokter
mengenai pasal ini?
4. Bagaimana menurut dokter terhadap semakin meningkatnya praktek-praktek aborsi yang
semakin meningkat dari tahun ketahun?
5. Apakah dokter sependapat, bahwa dalam permasalahan aborsi saat ini perempuan berada
pada posisi yang serba sulit? (di 1 sisi perempuan, secara kodrati dapat hamil, tetapi
karena alasan-alasan tertentu, sehingga harus diaborsi, termasuk karena gagal kontrasepsi
dalam rangka program nasional keluarga berencana).
6. Seandainya anda bukan dokter/ahli medis, apakah anda sependapat, aborsi terhadap KTD
khususnya karena alasan sosial, ekonomi, pemerkosaan atau incest dapat dibenarkan?
7. Apakah upaya-upaya dokter/ahli medis ke depan dalam menanggulangi semakin
maraknya praktek-praktek aborsi?
8. Adakah dampak positif dan negatifnya dari aborsi itu?
9. Bagaimana aborsi dilihat dari aspek kesehatan reproduksi?
10. Secara keseluruhan bagaimana pengaruh aborsi terhadap aspek kesehatan?
11. Aborsi kan masih merupakan masalah kontroversi, ada yang berpandangan bahwa aborsi
terhadap janin yang belum berumur 120 hari, dianggap bukan kesalahan, karena janin
tersebut belum punya roh. Tetapi menurut teori embriologi modern, begitu terjadi
pertemuan antara sperma dan ovum, maka genom telah mempunyai hak untuk hidup.
Dalam hal ini bagaimana tanggapan dokter akan teori ini?
12. Faktor-Faktor apa yang mempengaruhi terjadinya praktek aborsi yang terjadi?
LEMBAR PERTANYAAN SEPUTAR ABORSI PROVOKATUS CRIMINALIS DAN
MASALAHNYA

1. Menurut bapak/ibu pengertian aborsi itu seperti apa?


2. Adakah dampak positif dan negatif dari aborsi tersebut bagi perempuan?
3. Menurut bapak/ibu u/ zaman sekarang ini, aborsi bagi perempuan dapat berindikasi
kepada kekerasan perempuan?
4. (apabila termasuk kekerasan terhadap perempuan) bagaimana pendapat bapak/ibu sebagai
(komisioner KOMNAS Perempuan) u/ bisa mengurangi praktek aborsi itu sendiri yang
banyak dilakukan perempuan?
5. (apabila termasuk kekerasan terhadap perempuan) menurut bapak/ibu pribadi hukum
aborsi seperti apa?
6. Menurut bapak/ibu adakah pengaruh aborsi terhadap kesehatan reproduksi perempuan?
7. MUI kan menilai aborsi itu hukumnya haram kecuali ada indikasi medis baru dibolehkan
melakukan aborsi, menurut bapak/ibu sendiri setuju tidak terhadap fatwa MUI tersebut?
Apakah punya pendapat lain yang tidak sama dengan MUI?
8. Bagaimana solusi dari permasalahan aborsi dalam perempuan untuk memperkecil praktek
aborsi yang terjadi?
9. Apakah upaya-upaya bapak ke depan dalam menanggulangi semakin maraknya praktek-
praktek aborsi?
10. Seandainya bapak/ibu bukan (salah seorang dari komisioner KOMNAS Perempuan)
apakah bapak sependapat, aborsi terhadap KTD khususnya karena alasan sosial,
ekonomi, pemerkosaan atau incest dapat dibenarkan?
LEMBAR PERTANYAAN SEPUTAR ABORSI PROVOKATUS CRIMINALIS DAN
MASALAHNYA DALAM HUKUM ISLAM

1. Bagaimana hukum aborsi yang sebenarnya?


2. Adakah dampak positif dan negatifnya dari aborsi itu jika dilihat dari hukum islamnya?
3. Adakah manfaat dari aborsi bagi perempuan jika dilihat dari hukum islam?
4. Secara keseluruhan bagaimana pengaruh aborsi terhadap masyarakat jika dilihat dari
hukum islam?
5. Bagaimana solusi dari permasalahan aborsi untuk memperkecil praktek aborsi yang
terjadi jika dilihat dari pandangan hukum islam?
6. Apakah upaya-upaya ahli hukum islam ke depan dalam menanggulangi semakin
maraknya praktek-praktek aborsi?
7. Seandainya anda bukan ahli hukum islam, apakah anda sependapat, seperti halnya di
beberapa negara, aborsi terhadap KTD khususnya karena alasan sosial, ekonomi,
pemerkosaan atau incest dapat dibenarkan?
8. Bagaimana pandangan hukum islam terhadap praktek aborsi itu sendiri?
9. Bagaimana hukuman bagi pelaku aborsi itu menurut hukum islam?
LAMPIRAN

83

Anda mungkin juga menyukai