Oleh :
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Syariah (S. Sy)
Oleh :
Pembimbing
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
Jakarta.
KATA PENGANTAR
SWT, yang telah melimpahkan berkah rahmat, hidayat dan inayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini tepat waktunya. Shalawat dan salam
para sahabatnya dan juga seluruh umatnya di penjuru dunia hingga akhir zaman.
Penulis merasa bahwa karya tulis dalam bentuk skripsi ini bukan merupakan
karya penulis semata, tetapi juga merupakan hasil dari bimbingan dan bantuan para
pihak. Dan tidak lupa penulis mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dan membimbing penulis hingga selesainya
skripsi ini, semoga amal baik tersebut mendapat balasan pahala dari yang maha
kuasa.
Sebagai rasa hormat, dan syukur penulis, ucapan terima kasih ini penulis
sampaikan kepada :
1. Kepada Dekan Fakultas Syariah Dan Hukum, Bapak Prof. Dr. H. Muhammad
Amin Suma, SH., MA., MM. Serta seluruh staf pengajar konsentrasi
Perbandingan Madzhab Fiqih (PMF) terutama Bpk. Dr. Ahmad Sudirman Abbas,
MA yang telah menyediakan tempat dan memberi informasi untuk penelitian ini,
v
2. Kepada Ketua Program Studi, Bapak Dr. H. Ahmad Mukri Aji, MA dan
3. Kepada Bapak Dr. H. Afifi Fauzi Abbas atas bimbingannya hingga skripsi ini
4. Kepada Bapak Kabareskrim POLRI Jakarta, terutama kepada Unit III/ Pelayanan
yaitu Kompol. Ibu Khatarina Ekorini Indriati, SS yang telah menyediakan tempat
KANIT IV/ PPA yaitu Brigadir. Ibu Mariana W, SH yang telah menyediakan
6. Kepada Pimpinan Surat Kabar Harian POS KOTA, terutama kepada H. E. Dedent
penelitian ini.
7. Kepada Bapak Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI), terutama kepada Wakil
Sekretaris Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yaitu Bpk. Drs. H.
8. Kepada Bapak Pimpinan Rumah Sakit UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terutama
kepada Ibu Reni dan Ibu Linda yang telah menyediakan tempat dan memberi
informasi untuk penelitian ini di Poli Kandungan oleh Dr. E. Rohati, SpOg.
vi
9. Kepada Bapak Pimpinan KOMNAS PEREMPUAN, terutama kepada Mba ita
yang telah menyediakan tempat dan memberi informasi untuk penelitian ini di
10. Kepada Kepala Perpustakaan Fakultas Syari’ah dan Hukum, dan juga Kepala
skripsi ini.
11. Kepada kedua orang tua tercinta, Bapak H. Moch. Firdaus dan Ibu Hj. Siti
12. Kepada Teteh dan Aaku (Neneng Widiasih dan Moch. Firmansyah) serta adikku
13. Kepada kawan-kawanku di PSM UIN Jakarta serta MB. Bulldozer PU yang telah
14. Dan terakhir, kepada teman-teman dan kerabat seperjuangan (Yasinta Devi, Eva
Regular), Kelompok KKS Garut 2008 serta kawan-kawan yang tidak bisa
disebutkan satu-persatu tapi tidak mengurangi rasa hormat penulis kepada kawan-
vii
Akhirnya, penulis hanya bisa berharap semoga semua yang telah dilakukan
menjadi amal sholeh dan dikaruniai balasan yang setimpal dari Allah SWT, amin.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI ix
BAB I PENDAHULUAN 1
B. Perumusan Masalah 4
D. Objek Penelitian 5
G. Sistematika Penulisan 11
HUKUM ISLAM 13
DI MASYARAKAT 43
ix
A. Data Kasus Praktek Aborsi Provokatus Criminalis Yang
Terjadi Di Masyarakat 43
Criminalis 63
Criminalis 65
PROVOKATUS CRIMINALIS 67
Criminalis 67
Criminalis 73
BAB V PENUTUP 76
A. Kesimpulan 76
B. Saran-Saran 78
DAFTAR PUSTAKA 80
LAMPIRAN-LAMPIRAN 83
x
BAB I
PENDAHULUAN
Tetapi dengan begitu, perempuan adalah makhluk yang lemah yang harus
dicintai dan disayangi. Allah menciptakan makhluknya itu terdiri atas laki-laki dan
perempuan. Dari berpasang-pasang itu bisa menimbulkan rasa saling memiliki antara
keduanya yaitu membuat suatu ikatan yang sah dalam pandangan agama maupun
sebuah kehidupan babak baru bagi setiap insan yang melakukannya, yang boleh
berkembang biak dan melakukan regenerasi yang hanya diberikan oleh seorang
Melalui proses kehamilan itulah wanita bisa melahirkan seorang bayi yang
diinginkannya atas izin Yang Maha Kuasa. Mereka juga mempunyai hak untuk
menentukan kapan dan berapa banyak untuk memiliki anak. Sesuai ICPD
1
Abbas Syauman, Hukum Aborsi Dalam Islam, (Jakarta: Cendekia Sentra Muslim, 2004),
Cet. I, h. 14.
2
Ahmad Sudirman Abbas. MA., Pengantar Pernikahan Analisa Perbandingan Antar
Madzhab, (Jakarta: PT. Prima Heza Lestari, 2006), Cet. I, h. 1.
1
(International Conference on Population and Development) di Cairo 1994, yang
pembangunan, khususnya dalam hal pengurusan anak. Oleh karena itu, dari dampak
keputusan tersebut ialah bahwa kita semua harus menghargai dan menjaga agar
keturunan kita atau generasi yang akan datang memang direncanakan dan bermutu. 3
kepada putera-puterinya secara baik. Demikian pula jika si isteri dalam keadaan
lemah atau secara terus-menerus hamil, sementara suami dalam keadaan miskin.
Bahkan sebagian ulama berpendapat, bahwa pembatasan kelahiran pada kondisi ini
dilakukan oleh masyarakat modern adalah kehidupan free sex yang semakin
meningkat dan terbuka dilakukan. Akibat dari kehidupan free sex, maka banyak
terjadi kehamilan diluar nikah sehingga menimbulkan kepanikan, baik bagi wanita
yang bersangkutan maupun keluarganya. Untuk menghindari rasa malu, maka banyak
3
Maria Ulfah Anshor, Wan Nedra, Sururin., Aborsi Dalam Perspektif Fiqh Kontemporer,
(Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2002), h. 2.
4
M. Abdul Ghoffar E. M., Fiqih Wanita, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1998), Cet. I, h. 425.
2
diantara mereka melakukan aborsi (pengguguran kandungan). Di samping itu, juga
muncul praktek aborsi dari wanita yang hamil dari suami yang sah, tetapi kehamilan
yang bijaksana adalah menjaga jiwa manusia secara umum, dan jiwa mukmin secara
pembunuhan tersebut adalah anak pelakunya sendiri dengan alasan apapun seperti
yang dilakukan orang Jahiliyah. Yang bahwasanya Allah telah melarang hal itu dan
pembunuhan ini tidak terbatas pada pembunuhan anak setelah kelahiran, tetapi juga
mencakup janin yang ada di perut ibu karena pada akhirnya akan dilahirkan. 6
Maret 2000) bahwa aborsi telah dilakukan oleh 2,3 juta perempuan. Berbagai jalan
alternatif ditempuh yang mengakibatkan tindak aborsi yang tidak aman (unsafe
abortion) yang mengakibatkan kematian. Yang menurut data WHO terdapat 15-50%
kematian ibu disebabkan oleh aborsi tidak aman. Dari 20 juta pengguguran
kandungan tidak aman yang dilakukan tiap tahun, ditemukan 70.000 perempuan yang
meninggal dunia. 7
5
M. Hamdan Rasyid, M.A., Fiqih Indonesia Himpunan Fatwa-Fatwa Aktual, (Jakarta: PT.
Al-Mawardi Prima, 2003), Cet. I, h. 200.
6
Abbas Syauman, Hukum Aborsi Dalam Islam, h. 14-16.
7
Maria Ulfah Anshor, Wan Nedra, Sururin, Aborsi Dalam Perspektif Fiqh Kontemporer, h. v.
3
Keputusan untuk melakukan aborsi biasanya ditempuh oleh mereka yang
sedang mengalami depresi atau kebingungan. Oleh karena itu, jangan mengambil
keputusan saat sedang mengalami depresi, putus asa atau kecewa. Dalam keadaan
tenang, sehat dan dapat berpikir jernih, keputusan untuk melakukan aborsi sama
untuk membahas dan menjadikan sebuah penelitian skripsi dengan judul “Aspek
B. Perumusan Masalah
Dengan demikian pembahasan skripsi ini terarah dan lebih spesifik, kepada
provokatus criminalis?
criminalis?
4
1. Dengan melalui penelitian ini dapat mengetahui praktek aborsi provokatus
2. Dengan melalui penelitian ini dapat diketahui faktor-faktor apa saja yang dapat
3. Dengan melalui penelitian ini dapat diketahui pandangan hukum islam terhadap
provokatus criminalis.
khazanah keilmuan dalam bidang hukum islam terutama dalam hal aborsi
provokatus criminalis.
dalam bidang hukum syar’iyah dan bidang sosiologis untuk dapat menjawab
D. Objek Penelitian
penulisan karya tulis ini, maka pada sub-sub ini penulis akan memaparkan objek
5
penelitian yang ada kaitannya dengan pembahasan skripsi ini.
Untuk itu, yang menjadi objek penelitian dalam pembahasan ini adalah
berada di Jakarta dan POLRES Jakarta Selatan. Dan lokasi lainnya yang dituju adalah
Pusat Data Statistik yang berada di Jakarta, serta Media Massa yang pernah
selain dekat dengan tempat tinggal penulis, juga dapat memperkecil biaya, waktu dan
Dari hasil penelusuran terhadap karya ilmiah yang ada, penulis menemukan
Jurusan Akhwal Sahsiyyah, Fakultas Syari’ah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah,
Tahun 2005. Skripsi pada poin ini, membahas tentang aborsi secara umum, yang
dikaitkan dengan tinjauan hukumnya menurut hukum islam, dengan tidak disertai
9
Casmad, Pandangan Fuqaha Terhadap Aborsi Dan Implikasinya, Jurusan Akhwal
Syahsiyyah, Fakultas Syari’ah dan Hukum, 2005.
6
Ada juga skripsi yang berjudul: “Hukum Aborsi Bayi Terdeteksi Virus HIV
Menurut Majelis Ulama Indonesia (MUI)” yang diajukan oleh Anisa Fitriani,
UIN Syarif Hidayatullah, tahun 2009. Skripsi ini menjelaskan tentang bagaimana
pandangan MUI sendiri tentang kasus aborsi bayi yang terdeteksi virus HIV, yang
dalam hal ini menurut MUI boleh dilakukan aborsi tersebut jika memang benar janin
tersebut terdeteksi virus HIV/AIDS yang ditakutkan akan mengancam jiwa si Ibu. 10
Ada juga skripsi yang berjudul “Perbedaan Sikap Terhadap Aborsi Pra-Nikah
Pada Remaja Yang Bersekolah Di SMA dan MA” yang diajukan oleh Ady Waskito,
mahasiswa Fakultas Psikologi non regular, UIN Syarif Hidayatullah, tahun 2009.
Skripsi ini menjelaskan adakah perbedaan sikap terhadap aborsi pra-nikah pada
remaja yang bersekolah di SMA dan MA. Dengan mengambil sample di SMA
Dharma Karya UT dan MA. Manaratul Islam dengan masing-masing 25 orang. Yang
hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan sikap aborsi pra-
nikah pada remaja yang bersekolah di SMA dan MA. Hal ini terlihat dari
kategorisasi, baik siswa SMA dan MA sebanyak 40% memiliki sikap yang cukup
Selain itu terdapat juga skripsi yang berjudul: “Respon Remaja Kebon Nanas
Utara Jakarta-Timur Terhadap Film ‘Hantu Aborsi’” yang diajukan oleh Dewi
10
Anisa Fitriani, Hukum Aborsi Bayi Terdeteksi Virus HIV Menurut Majelis Ulama Indonesia
(MUI), Jurusan Akhwal Sahsiyyah, Fakultas Syari’ah dan Hukum, 2009.
11
Ady Waskito, Perbedaan Sikap Terhadap Aborsi Pra-Nikah Pada Remaja Yang
Bersekolah Di SMA dan MA, Fakultas Psikologi non regular, 2009.
7
Novita, mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), Fakultas Dakwah
dan Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah, tahun 2009. Skripsi ini menjelaskan
bagaiman respon serta faktor yang mempengaruhi para remaja di Kebon Nanas Utara,
Jakarta Timur terhadap film “Hantu Aborsi” itu. yang hasilnya mereka semua takut
untuk melakukan aborsi setelah menonton film “Hantu Aborsi” yang tadinya mereka
tidak tahu kemudian mengerti dan berusaha untuk tidak melakukan aborsi. 12
Selain itu terdapat juga skripsi yang berjudul “Masalah Abortus Provokatus
Di Indonesia Ditinjau Dari Hukum Pidana” yang diajukan oleh Siswantara .T,
mahasiswa Fakultas Hukum, Universitas Indonesia (UI), Tahun 1985. Skripsi ini
undangan pidana di Indonesia baik latar belakang, uraian sampai jenis delik pasal-
pasal KUHP yang mengatur tentang abortus provokatus serta bagaimana aspek
Universitas Indonesia (UI), Tahun 1984. Skripsi ini membahas tentang masalah
12
Dewi Novita, Respon Remaja Kebon Nanas Utara Jakarta-Timur Terhadap Film ‘Hantu
Aborsi, Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), Fakultas Dakwah dan Komunikasi, 2009.
13
Siswantara .T, Masalah Abortus Provokatus Di Indonesia Ditinjau Dari Hukum Pidana,
Fakultas Hukum, Universitas Indonesia (UI), 1985.
14
Sri Murliena, Abortus Provokatus Criminalis, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia (UI),
1984.
8
Sedangkan skripsi ini, penulis membedakan pembahasan penelitian dari
skripsi yang sudah ada diatas dengan perbedaan, yaitu terkait dengan konteks
kekiniannya atas praktik abortus provokatus criminalis yang ditinjau dari aspek
Dalam sebuah penelitian ilmiah, ada aturan baku yang mutlak harus dilakukan
oleh setiap peneliti dalam menyelesaikan tugasnya. Dalam hal ini, konsep metode
penelitian menjadi sangat penting adanya sebagai cara atau jalan agar peneliti dalam
point penting yang akan penulis lakukan dalam menyelesaikan tugas penelitian
penelitian kepustakaan (library research). Hal ini, karena data dan sumbernya
tidak dapat dipisahkan dari data-data kepustakaan, antara lain berupa buku-buku,
majalah, jurnal dan media informasi yang berkaitan dengan pembahasan yang
15
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI-Press, 2007), Cet. III, h. 7.
9
dimaksud.
abortus provokatus criminalis yang ditinjau dalam hukum Islam dan aspek
sosiologisnya. 16
Jika ditinjau dari segi penelitian hukum pada umumnya, penelitian ini
penelitian studi kepustakaan, yakni menelusuri bahan pustaka yang terkait dengan
masalah praktek abortus provokatus criminalis perspektif hukum Islam, baik dari
literatur fiqh klasik maupun kontemporer. Serta data-data yang diambil dari
lembaga yang terkait dalam penelitian ini seperti data persentase dari Badan Pusat
Statistik (BPS) yang pernah melakukan aborsi yang dilihat dari tingkat
pendidikannya, diambil juga data kasus yang pernah ditangani aparat polisi
juga diambil data kriminal yang pernah ditangani oleh POLRES Jakarta Selatan
secara keselurahan dari tahun 2006 sampai 2009 Untuk mendapatkan pandangan
lebih jelas tentang praktek abortus provokatus criminalis baik dalam perspektif
sosial, medis dan hukum akan dilakukan interview dengan nara sumber terkait,
16
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2004), Ed. Ke-1, h. 65.
10
guna menggali fakta-fakta aspek sosiologis sebagai obyek kajian penelitian.
comparative) serta kualitatif, karena data yang diperoleh merupakan data yang
Adapun teknik penulisan skripsi ini mengacu pada buku pedoman penulisan
Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif
G. Sistematika Penulisan
Criminalis Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Aspek Sosiologisnya ini, penulis
BAB I: Pendahuluan
Penulisan.
17
Buku Pedoman Penulisan Skripsi, Drs. Djawahier Hejazziey, SH, MA, Dkk, (Jakarta:
Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, 2007), Cet. I
11
Macam-Macamnya, Dasar Hukum Aborsi, Cara-Cara dan Indikasi-
Pembahasan bab ini terdiri dari sub-sub bahasan: Data Kasus Praktek
Pembahasan bab ini terdiri dari sub-sub bahasan: Pandangan Ahli atau
BAB V: Penutup
penulis skripsi ini yaitu library research ditulis dalam daftar pustaka,
12
BAB II
karena manusia mengemban misi yang amat mulia sebagai makhluk yaitu menjaga
dan melestarikan Bumi beserta isinya. 18 Yang tertuang dalam surat di bawah ini:
☺
⌧
⌧ ☺ ⌧
(30 :2/)اﻟﺒﻘﺮة. ☺
Artinya:
“Ingatlah ketika Rabb-mu berfirman kepada para Malaikat:
Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.
Mereka berkata: Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu
orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan
Engkau? Rabb berfirman: Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui“. (Q.S. Al-Baqarah/2: 30).
Dengan mengemban misi yang amat mulia, maka manusia diciptakan dalam
bentuknya yang paling sempurna sebagaimana tertuang dalam surat di bawah ini:
(4 :95/)اﻟﺘﻴﻦ
Artinya:
18
Maria Ulfah Anshor, Fikih Aborsi, (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2006), h. 15.
13
“Sesungguhnya kami menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya”. (QS. At-Tin/95: 4). 19
Selain ayat di atas ada beberapa ayat Al-Qur’an yang menerangkan tentang
proses kejadian manusia, antara lain 6 ayat yang tercantum di bawah ini:
(8-7 :32/)اﻟﺴﺠﺪة.
Artinya:
“Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan
yang memulai penciptakan manusia dari tanah. Kemudian Dia
menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani)”. (QS.
As-Sajadah/32: 7-8).
.
.
⌧
(37 :75/)اﻟﻘﻴﻤﺔ. ☺
Artinya:
“Bukanlah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam
rahim)”. (QS. Al-Qiyamah/75: 37).
19
Ibid, h. 16.
14
4. Surah Al-Insan ayat 2:
⌧
☺ ☺
(2 :76/)اﻻﻧﺴﺎن.
Artinya:
“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari setetes mani
yang bercampur yang Kami hendak mengujinya dengan perintah dan
larangan, karena itu kami jadikan dia mendengar dan melihat”. (QS. Al-
Insan/76: 2).
perempuan.
.
⌧
.
⌧
☺ ☺
☺
⌧
(14-12 :23/)اﻟﻤﺆﻣﻨﻮن.
Artinya:
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan dari suatu saripati
(berasal) dari tanah, kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami
jadikan tulang-belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus daging,
kemusian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain maka Maha
Suci Allah Pencipta yang paling baik”. (QS. Al-Mu’minun/23: 12-14).
15
⌧
(5 :22/ )اﻟﺤﺞ... ⌧
Artinya:
“Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari
kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya kami telah menjadikan kamu
dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah,
kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya, agar Kami
menjelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim apa yang
Kami kehendaki sampai waktu yang ditentukan, kemudian Kami
keluarkan kamu sebagai bayi”. (QS. Al-Hajj/22: 5).
langsung dengan tanah sebagai bahan pokok penciptaan, tetapi tanah dengan
organ tubuh manusia, yang kemudian dengan tanah itu pula menumbuhkan
16
tanaman-tanaman yang akan dimakan oleh manusia yang masih hidup dan
Air mani (Nutfah) dianggap sebagai al-ma’ al-shafi atau air suci. Dan jika
terjadi pembuahan, maka proses nutfah yang kemudian diberi bentuk itu
didiamkan dalam rahim (uterus) dalam waktu tertentu yang berada dalam tiga
kegelapan, yakni kegelapan dalam perut, dalam rahim dan dalam selaput yang
menutupi janin dalam rahim. Dari air yang terpancar yang dalam buku-buku seks
vagina masuk ke tuba pallopi guna bertemu dengan ovum. Apabila sudah
bertemu dengan ovum dan menembusnya sehingga bersatu, atau dengan kata lain
4. Saripati air mani yang disimpan di tempat/ wadah yang kokoh/ rahim.
Nuthfah menurut Sayid Qutub adalah setetes air mani yang keluar dari sulbi
(tulang belakang) seorang laki-laki lalu bersarang di rahim perempuan. Hal ini
20
Maria Ulfah Anshor, Fikih Aborsi, (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2006), h. 17.
21
Ibid, h. 18.
22
Elga Sarapung, Masruchah, M. Imam Aziz., Agama dan Kesehatan Reproduksi, (Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 1999), h. 158.
17
menurut embriologi, zygote berbentuk blastokista dan bersarang dalam selaput
lender rahim. 23
5. Segumpal darah.
Menurut Sayid Qutub, hal ini terjadi ketika benih laki-laki dan telur
perempuan bersatu dan melekat pada dinding rahim berupa sel yang kecil yang
6. Segumpal daging.
terbenam dalam lender rahim. Sebagaimana diuraikan oleh Sayid Qutub bahwa
perpindahan dari tahap Alaqah ke mudghah terjadi di saat sesuatu yang melekat
8. Makhluk lain.
Ini adalah manusia yang mempunyai ciri-ciri istimewa yang siap untuk
dengan apa yang disebut dalam Al-Qur’an tersebut di atas, mudighah berkembang
dalam minggu keempat hingga minggu kedelapan sampai sudah terbentuk semua
alat-alat tubuh dan susunan alat-alat tubuh utama. Dengan kata lain, selama bulan
23
Ibid, h. 158-159.
24
Maria Ulfah Anshor, Fikih Aborsi, (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2006), h. 19.
25
Ibid, h. 19.
26
Elga Sarapung, Masruchah, M. Imam Aziz., Agama dan Kesehatan Reproduksi, (Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 1999), h. 159.
18
kedua bentuk luar mudghah banyak berubah dengan bertambah besar kepala dan
ﻋﻦ اﺑﻲ ﻋﺒﺪاﻟﺮﺣﻤﻦ ﻋﺒﺪاﷲ ﺑﻦ ﻣﺴﻌﻮد رﺿﻲ اﷲ ﻋﻨﻪ ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ
ان اﺣﺪآﻢ ﻳﺠﻤﻌﺨﻠﻘﻪ ﻓﻲ ﺑﻄﻦ اﻣﻪ ارﺑﻌﻴﻦ ﻳﻮﻣﺎﻧﻄﻔﺔ ﺛﻢ ﻳﻜﻮن ﻋﻠﻘﺔ ﻣﺜﻞ.اﻟﺼﺎدق وهﻮ اﻟﻤﺴﺪوق
ذاﻟﻚ ﺛﻢ ﻳﻜﻮن ﻣﻀﻐﺔ ﻣﺜﻞ ذاﻟﻚ ﺛﻢ ﻳﺮﺳﻞ اﻟﻴﻪ اﻟﻤﻠﻚ ﻓﻨﻔﺦ ﻓﻴﻪ اﻟﺮوح وﻳﺆﻣﺮ ﺑﺎرﺑﻊ آﻠﻤﺎت ﻳﻜﺘﺐ
(رزﻗﻪ واﺟﻠﻪ وﻋﻤﻠﻪ وﺳﻘﻲ وﺳﻌﻴﺪ )رواﻩ ﻣﺴﻠﻢ
Artinya:
“Abi Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud r.a berkata: Rasulullah SAW
menceritakan kepada kami, sesungguhnya seseorang dari kamu kejadiannya
dikumpulkan di dalam perut ibunya selama empat puluh hari berupa nuthfah
(mani) kemudian menjadi mudghah (segumpal darah) selama seperti tadi,
kemudian Malaikat dikirimkan kepadanya (mudgah), lalu meniupkan ruh ke
dalamnya dan diperintahkan untuk melakukan empat kalimat, yaitu mencatat
rizkinya, amal perbuatannya, dia celaka atau bahagia”(HR.Muslim). 28
Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim di atas ini menjelaskan
bahwa waktu yang dilalui tahap proses kejadian manusia dalam rahim ibu adalah
berupa nuthfah 40 hari sampai menjadi makhluk berbentuk manusia lengkap yang
kemudian ditiupkan ruh. Kemudian terjadinya konsepsi, buah dalam rahim ibu
mengalami proses pembentukan diri yang dalam Al-Qur’an disebutkan sebagai proses
setelah menjadi mudghah (segumpal darah). Menurut Al-Qur’an dan hadis tersebut
diketahui bahwa proses kejadian manusia terdiri dari dua tahap, meliputi tahap
27
Ibid, h. 161.
28
Maria Ulfah Anshor, Fikih Aborsi, (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2006), h. 22
19
penciptaan fisik dan jasad manusia dan tahap non-fisik berupa peniupan ruh yang
Menurut ulama, ruh itu terpisah dari ruh ibu tidak berjalan di dalam tubuh
seperti pendapat Imam Ghazali dan lain-lain, tetapi peniupan ruh itu merupakan
perkataan kiasan tentang dijadikannya ruh melekat pada tubuh. Yang langsung
menurut ulama yang menganggap bahwa ruh itu merupakan benda halus, peniupan
dimana buah itu setelah dilahirkan dapat hidup terus secara mandiri. Sebagian buah
itu dilahirkan sebelum waktunya dan kejadian ini disebut keguguran atau abortus
spontaneus. Jumlah jenis abortus ini berkisar antara 10 sampai 15 % dari semua
kehamilan. Disamping itu terdapat juga keguguran yang dibuat dengan sengaja oleh
(memasukkan benda kedalam vagina, uterus) yang biasa disingkat IUD. Dan malahan
sudah ada cara dengan operasi yaitu dengan membuat lobang di urethra externa
29
Ibid, h. 23.
30
Elga Sarapung, Masruchah, M. Imam Aziz., Agama dan Kesehatan Reproduksi, (Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 1999), h. 161.
20
sehingga waktu ejaculatio air mani tidak masuk ke vagina. Pada zaman itu sudah
pula dijalankan sterilisasi, dikebiri dengan merusak testis. Jika masih terjadi
mengurut-urut perut supaya rahim terbalik dan lain sebagainya. Pendek kata abortus
provocatus merupakan gejala yang sejak dahulu kala sudah dikenal pada seluruh
kira-kira 5000 tahun yang lalu, dimana salah satu tujuannya adalah untuk mengurangi
jumlah kelahiran. Dalam catatan kedokteran kuno diperoleh keterangan bahwa ada
anjuran bagi wanita yang ingin menggugurkan kandungannya untuk meminum air
raksa. Dari catatan Mesir Kuno, juga telah ada disebutkan pengguguran kandungan,
tetapi tanpa ada pembahasan mendalam mengenai hal tersebut. Pada zaman Yunani
umur 40 tahun, suami-suami bangsa Romawi diberi hak untuk melakukannya bagi
isteri dan budak mereka. Cicero dan Galen mengutuk abortus provocatus yang
bayi-bayi dan mengutuknya. Pada abad Pertama Masehi, Saranos seorang ahli
kandungan dalam 2 (dua) jenis, yaitu Phthorion dan Ekbolin. Phthorion berarti
21
menghancurkan kandungan, sedangkan Ekbolin adalah memaksa keluar janin yang
menghancurkan janin, diantaranya seperti si ibu harus berlari-lari, mandi dalam air
kedalam ramuan minyak eami dan perut ditekan sehingga semua darah keluar.
Jadi, aborsi sendiri sudah berkembang dari setiap zaman baik menggunakan
cara yang tradisional sekalipun sampai cara yang modern dilakukan pada saat itu.
1. Pengertian Aborsi
Kata aborsi berasal dari bahasa Latin yaitu abortus, yang berarti gugur
kandungan atau keguguran. Dalam bahasa Arab aborsi ialah disebut isqatu al-
Hamli atau al-Ijhadh. 32 Kata aborsi juga diserap dari bahasa Inggris yaitu
abortion yang berasal dari bahasa Latin yang berarti pengguguran kandungan atau
keguguran. 33
Kata bahasa Arab di atas merupakan mashdar dari ajhadha yang keduanya
mempunyai arti perempuan yang melahirkan secara paksa dalam keadaan belum
31
Siswantara T, Masalah Abortus Provocatus di Indonesia Ditinjau Dari Hukum Pidana,
(Skripsi S1 Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, 1985), h. 13-15.
32
Elga Sarapung, Masruchah, M. Imam Aziz., Agama dan Kesehatan Reproduksi, (Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 1999), h. 162.
33
Maria Ulfah Anshor, Fikih Aborsi, (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2006), h. 32.
22
sempurna penciptaannya. Secara bahasa disebut juga lahirnya janin karena
kandungan, menurut ahli fikih tidak keluar dari makna bahasa, diungkapkan
adalah keluarnya janin secara spontan atau paksa yang biasanya dilakukan dalam
kehamilan sebelum masa genetasi 28 minggu atau sebelum janin mencapai berat
1.000 gram. Definisi ini menyatakan, aborsi adalah pengeluaran hasil konsepsi
pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu (kurang dari 5 bulan) atau berat janin
kurang 500 gram. Aborsi merupakan suatu proses pengakhiran hidup dari janin
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Pengertian ini umum digunakan di
34
Ibid, h. 32.
35
Maria Ulfah Anshor, Fikih Aborsi, h. 33.
36
Asrorun Ni’am Sholeh, Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan Dan Keluarga, (Jakarta: El-
SAS, 2008), Cet. II, h. 167.
37
Ahmad Husairi, Kontribusi Embriologi Dalam Penetapan Hukum Fiqih Kehamilan,
(Yogyakarta: Pustaka Banua, 2007), Cet, I, h. 97.
23
Aborsi juga sering dikaitkan dengan ranah hukum. Menurut pengertian yuridis
dari Skegg aborsi adalah... intentional destruction of the Fetus in the womb, or
any untimely delivery brought about with intent to couse the death of the Fetus
(perusakan pada janin di dalam rahim, atau disebabkan karena kematian pada
fetus” (cara yang spontan atau dikeluarkan secara paksa di dalam embrio yang
sudah menjadi janin). Kedua rumusan di atas sama sekali tidak menyebutkan
40 minggu) atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan (berat kurang dari 500 gram atau kurang dari 20 minggu). Dari segi
arti yang sama dan menunjukkan pengeluaran janin sebelum usia kehamilan yang
cukup. 39
38
Maria Ulfah Anshor, Fikih Aborsi, (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2006), h. 35.
39
http://situs.kesrepro.info/gendervaw/jul/2002/utama02.htm www.abortiono.org.
40
Elga Sarapung, Masruchah, M. Imam Aziz., Agama dan Kesehatan Reproduksi, (Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 1999), h. 162.
24
2. Macam-macam Aborsi
Dalam istilah media aborsi terdiri dari dua macam yaitu aborsi spontan
(abortus spontaneus), dan aborsi yang disengaja (abortus provocatus), hal ini
sengaja atau aborsi alamiah (Abortus Spontaneus) adalah aborsi yang terjadi
Aborsi spontan ini oleh Ulama disebut Isqath al-‘Afwu yang berarti aborsi
hukum. 43
Aborsi spontan ini dalam ilmu kedokteran dibagi lagi menjadi, yaitu:
41
Maria Ulfah Anshor, Fikih Aborsi, (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2006), h. 35.
42
Asrorun Ni’am Sholeh, Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan Dan Keluarga, (Jakarta: El-
SAS, 2008), Cet. II, h. 168.
43
Elga Sarapung, Masruchah, M. Imam Aziz., Agama dan Kesehatan Reproduksi, (Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 1999), h. 162-163.
25
konsepsi masih di dalam uterus dan tanpa adanya dilatasi serviks.
adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih
uterus. Pendarahan yang terjadi biasanya cukup banyak, namun tidak fatal,
uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada setiap abortus, tetapi biasanya
ditemukan pada abortus incompletus dan lebih sering pada abortus buatan
44
http://situs.kesrepro.info/gendervaw/jul/2002/utama02.htm www.abortiono.org.
45
http://www.blogdokter.net/2007/04/26/selayang-pandang-tentang-abortus/ , 2 November
2009, jam 22.10.
26
yang dikerjakan secara tidak ahli atau tersembunyi tanpa memperhatikan
asepsis dan). 46
pembuahan yang telah mati tertahan dalam rahim selama 8 minggu atau
kehamilan secara spontan dengan gejala yang sama dengan abortus yang
lain. 47
ini (abortus provocatus) adalah aborsi yang terjadi secara sengaja karena
sebab-sebab tertentu, dalam istilah fikih disebut al-isqath al-dharury atau al-
isqath al-‘ilajiy. Aborsi macam ini memiliki konsekuensi hukum yang jenis
minggu, atau berat badan bayi belum 1.000 gram. Walaupun terdapat kasus
46
Skripsi Siswantara T, Judul Masalah Abortus Provocatus Di Indonesia Ditinjau Dari
Hukum Pidana, Universitas Indonesia, Fakultas Hukum, h. 27, 1985.
47
Maria Ulfah Anshor, Fikih Aborsi, (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2006), h. 36-37.
48
Ibid, h. 37.
49
http://situs.kesrepro.info/gendervaw/jul/2002/utama02.htm www.abortiono.org.
27
1) Abortus Provokatus Medisinalis/ Artificialis therapicus, adalah sejenis
faktor adanya indikasi medis. Biasanya aborsi jenis ini dilakukan dengan
b. Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis lain, agama, hukum,
keluarga terdekat.
50
Elga Sarapung, Masruchah, M. Imam Aziz., Agama dan Kesehatan Reproduksi, (Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 1999), h. 163.
28
d. Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga/peralatan yang
tanpa indikasi medis (ilegal) atau dengan kata lain bukan disebabkan
tindakan yang bertentangan dengan hukum dan etika. Biasanya proses ini
b. Orang lain.
51
http://kedokteran .fkuii/index.php?option=com_wrapper&Itemid=29.
52
Maria Ulfah Anshor, Fikih Aborsi, (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2006), h. 37-38.
53
Elga Sarapung, Masruchah, M. Imam Aziz., Agama dan Kesehatan Reproduksi, (Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 1999), h. 163.
54
http://kedokteran .fkuii/index.php?option=com_wrapper&Itemid=29.
29
c. Si wanita sendiri dengan bantuan orang lain.
D. Dasar Hukum
Karena ketika sperma dan sel telur telah bercampur sehingga membentuk embrio,
maka ini merupakan awal kehidupan; dan aborsi terhadapnya adalah haram dalam
Orang menempuh jalan aborsi karena berbagai alasan, yang tidak semuanya
diterima oleh agama. Dan, bahkan para ulama yang berpendapat bahwa aborsi di
sebagai suatu alternatif bagi kontrasepsi. Lebih jauh, perbedaan pendapat di kalangan
ulama tidak harus dimanfaatkan sebagai suatu izin bagi penggunaan aborsi secara
serampangan. 56
Jika aborsi ini dilakukan setelah janin usia empat bulan maka ulama sepakat
55
Ibrahim Amini, Anakmu Amanatnya Rumah Sebagai Sekolah Utama, (Jakarta: Al-Huda,
2006), Cet. I, h. 62.
56
S. Ahmad Abdullah Assegaf, Islam & KB, (Jakarta: Lentera Basritama, 1992), Cet. I, h.
231.
30
keadaan darurat. Sesuatu yang sifatnya darurat itu dapat membolehkan sesuatu yang
diharamkan. Demikian itu jika dokter yang dapat dipercaya menyatakan bahwa
Adapun jika aborsi dilakukan sebelum bulan keempat terjadi perbedaan pendapat di
apabila dalam keadaan darurat. Sedang sebagian yang lain berpendapat tidak halal
melakukan aborsi pada bulan tersebut. Adapun tingkatan yang paling rendah
adalah makruh. 57
sampai empat puluh hari, berdasarkan apa yang mereka yakini dari mazhab
Bahwa, aborsi diharamkan oleh mereka, ada yang berpendapat makruh pada
dua masa yaitu masa nuthfah (masih dalam ujud mani) dan masa alaqah
57
Syaikh Athiyah Shaqar, Tanya Jawab Masalah Wanita, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2002),
Cet. I, 245.
58
Ibid, h. 245.
31
(segumpal darah). Apabila nuthfah dari hasil perzinaan maka aborsi ini
diperbolehkan. 59
yang sempurna) kemudian ada kesaksian dari orang yang dapat dipercaya maka
aborsi tersebut dikenai ghurrah (denda atas anggapan bahwa ia telah melakukan
dibiarkan ia akan membentuk wujud maka ada dua pendapat, yang paling benar di
Mengenai aborsi sebelum ditiupkan ruh ke dalam janin ada empat pendapat:
1. Pendapat yang membolehkan secara mutlak tanpa harus ada udzur. Ini adalah
2. Pendapat yang membolehkan sewaktu ada udzur dan dimakruhkan apabila tidak
ada udzur. Ini adalah pendapat sebagian Hanafiyah dan sebagian Syafi’iyah.
59
Syaikh Athiyah Shaqar, Tanya Jawab Masalah Wanita, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2002),
Cet. I, 245.
60
Ibid, h. 246.
32
4. Pendapat yang mengharamkan dengan tanpa ada udzur. Yaitu pendapat yang
dipegang oleh Malikiyah dan yang disepakati oleh Zhahiriyah serta Ja’fariyah. 61
Demikianlah, masalah ini juga dibahas dalam MUNAS MUI tahun 2000 yang
langsung dikeluarkan fatwa MUI No.4 Tahun 2005 tentang aborsi bahwa menurut
keputusan MUI malakukan aborsi sebelum atau sesudah nafkh al-ruh hukumnya
haram, kecuali jika ada alasan-alasan medis atau alasan lain yang dibenarkan oleh
Masalah aborsi ini juga diatur dalam Undang-Undang Indonesia yang masih
berlaku hingga kini, yaitu Undang-Undang No.1 tahun 1946 tentang KUHP (Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana) terdapat 4 pasal sebagai tindak pidana dan kejahatan
diatur dalam Pasal 299, 346, 347 dan 348, Undang-Undang No.7/1984 tentang
dan Undang-Undang No.23/1992 tentang kesehatan yang terdapat dalam Pasal 15. 63
Dalam garis besarnya dapat dibedakan antara cara atau teknik abortus (abortus
61
Syaikh Athiyah Shaqar, Tanya Jawab Masalah Wanita, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2002),
Cet. I, 24.
62
Asrorun Ni’am Sholeh, Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan Dan Keluarga, h. 85.
63
http://id.wikipedia.org/wiki/Gugur_kandungan, diambil dari tgl 20 maret 2009, jam 14.22.
33
1) Dilatasi dan kerokan
berupa hasil konsepsi dengan cara pengerokan ini dilakukan dengan alat
kuret. Setelah hasil konsepsi (pembuahan) lepas dari dinding uterus akibat
Pada seorang wanita yang hamil untuk pertama kalinya atau seorang
wanita yang pernah melahirkan bayi yang viable untuk beberapa kali yang
Pada kehamilan setua ini kerokan lebih baik jangan dilakukan, oleh
mulut rahim yang tidak cukup terbuka. Cara abortus pada kehamilan setua
34
ini dapat dilakukan dengan tekhnik histerektomi abdominal, yaitu
b. Pemberian prostaglandin.
cukup memuaskan.
35
3) Induksi pengobatan yaitu dengan memberi obat-obatan tertentu
a) Suntikan.
b) Infus.
hasil konsepsi dapat dialihkan kearah pengeluaran secara alamiah. Adapula cara-
cara lain yang juga dilakukan oleh kalangan non medis, misalnya sebagai berikut :
36
1) Suatu cara yang sudah lazim dilakukan dan diakui secara luas, yaitu dengan
Benda benda tersebut misalnya kawat, pipa logam yang kecil dan benda-
penggunaannya.
a. Indikasi medik.
persalinan terhadap kesehatan si ibu. Indikasi medik ini dapat dibagi menjadi
medik terbatas, yaitu terbatas dalam indikasi vital. Atas dasar indikasi
vital abortus dilakukan bilamana si ibu terancam bahaya maut, yang tidak
menggugurkan kandungan.
37
Contoh indikasi vital ini adalah penderita dengan payah jantung dalam
memperburuk keadaan kesehatan si ibu. Dalam arti luas indikasi medik ini
buruk.
medik yang vital, yang jelas dapat meyakinkan dan membenarkan suatu
38
Selanjutnya bahwa pertimbangan pada tiap-tiap abortus dengan indikasi
saat suatu jenis penyakit bisa digolongkan sebagai dasar indikasi medik bagi
indikasi medik mungkin tidak lagi merupakan sebagai indikasi medik, karena
b. Indikasi sosio-medik
Dalam menentukan indikasi medik, baik dalam arti sempit maupun dalam
arti luas, penilaian kesehatan si wanita hamil fisik maupun mental berdasarkan
kurang tepat.
prinsip pendekatan tiap penderita harus selalu dilakukan secara integral, yang
berarti bahwa tidak hanya aspek fisik dan mental semata-mata, tetapi aspek
sosial pun perlu mendapat perhatian, karena manusia merupakan apa yang
dan fisik). Aspek sosial harus dianggap sebagai bagian integral dari kesehatan
dalam keseluruhannya. Tidak kurang dari aspek fisik dan mental, aspek sosial
39
juga mempengaruhi keadaan kesehatan seseorang. Faktor-faktor sosial turut
well being and not merely the absence of desease or infirmity”. Demikian
Pasal 2
Yang dimaksud dengan kesehatan ialah meliputi kesehatan badan,
rohaniah (mental) dan sosial dan bukan hanya keadaan yang bebas penyakit,
cacat dan kelemahan.
sebagai indikasi sosial. Tafsiran ini tidak tepat, karena dalam hal indikasi
atas dasar sosial adalah semata-mata demi keadaan sosial si wanita saja.
Untuk seorang wanita yang hamil yang telah dalam keadaan kesehatan yang
40
dan sebagainya dapat sedemikian rupa sehingga sungguh-sungguh merupakan
dan sangat terganggu karenanya, maka abortus provocatus atas indikasi sosio-
d. Indikasi Eugenistis
Abortus dilakukan jika kemungkinan besar bayi akan lahir cacat fisik atau
mental.
41
sampai G di atas. Selanjutnya diterangkan bahwa walaupun abortus
provocatus ini semata hanya berdasarkan atas permintaan si wanita hamil saja,
Apa yang menyebabkan terjadinya abortus. Abortus pada wanita hamil biasa
bagus atau kurang sempurna dan pengaruh zat-zat yang berbahaya bagi janin
pembuluh darah pada plasenta yang disebabkan oleh karena penyakit darah tinggi
yang menahun.
3. Faktor ibu seperti penyakit penyakit kronis yang diderita oleh sang ibu seperti
radang paru-paru, tifus, anemia berat, keracunan dan infeksi virus toxoplasma.
64
Siswantara T, “Masalah Abortus Provocatus di Indonesia Ditinjau Dari Hukum Pidana”,
(Skripsi S1 Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, 1985), h.32-42.
42
4. Kelainan yang terjadi pada organ kelamin ibu seperti gangguan pada mulut rahim,
umum rahim melengkung ke depan), mioma uteri dan kelainan bawaan pada
rahim. 65
65
http://www.blogdokter.net/2007/07/20/penyebab-abortus/
43
BAB III
membuang bayi yang baru dilahirkan hampir tiap hari terjadi di Jakarta. Begitu juga
masalah aborsi ilegal yang jelas-jelas bermotif ekonomis bagi penyelenggaranya dan
pastinya tidak pernah sepi pasien. Bisnis ini tumbuh subur dan merajalela karena
yang tak menginginkan kehadiran jabang bayi setiap hari menggugurkan kandungan
di klinik. Fenomena ini membuat praktek ilegal aborsi menjadi lahan bisnis yang
terorganisir rapih melibatkan dokter, bidan, body guard, juga preman calo, tukang
parkir yang bertindak sebagai calo. Bayangkan dalam sebuah investigasi diketahui
bahwa aborsi untuk kandungan berusia dua bulan sekitar Rp 1,5 juta. Bila usia lebih
dari itu akan ditambah dengan harga Rp 500.000,-. Proses pengguguran berlangsung
sangat cepat, tergantung usia kehamilan. Akan halnya waktu aborsi untuk usia 1-4
bulan hanya memerlukan waktu 15 menit untuk “eksekusi”, sedangkan untuk 4 bulan
Seperti yang dijelaskan oleh AKBP. Rivai selaku Kepala Satuan Renakta
POLDA Metro Jaya mengatakan bahwa POLDA Metro Jaya menduga ada sejumlah
43
memastikan ada tidaknya praktek ilegal itu, polisi akan melakukan penyelidikan
secara matang dan akan mengawasi klinik tersebut. Dalam catatan Polda Metro,
pengungkapan kasus aborsi terbesar adalah Klinik Herlina di Tanah Tinggi IV pada
tahun 1997 serta Klinik Amalia. Tak jauh dari klinik tersebut ditemukan sekitar 100
kerangka bayi yang diduga korban abortus. Menurut beliau juga, kasus aborsi yang
sudah ditangani sebetulnya sudah banyak. Selama tahun 2007 tercatat 10 kasus yang
ditangani Polda Metro Jaya dan Polres diwilayah. Sebagian besar pelakunya
Hal ini sangat bertentangan dengan kasus aborsi yang berkembang pada saat
ini. Seharusnya seorang wanita yang hamil baik yang belum berkeluarga atau yang
sudah berkeluarga harus menjaga janin yang dikandungnya sesuai dengan hak yang
67
Ibid, h. 11.
68
Kementerian Pemberdayaan Perempuan RI dan Departemen Sosial RI, Undang-Undang RI
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, h. 16.
44
4. Hak atas berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat (participation). 69
Dari penelitian yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), yang sesuai
data panduan informasi dari Rumah Sakit tahun 1990, dari 2557 penderita rawat inap
abortus 2-4 kali dan 0,7% mengalami ≥ 5 kali.Bila dilihat lebih terinci lagi penderita
yaitu 45,1% diikuti SLTP (21,7%) SD (17,0%), Perguruan Tinggi (11,0%) dan Buta
Huruf (5,2%). Sedangkan penderita yang pernah mengalami abortus antara 2-4 kali
yang paling banyak ditemukan pada penderita berpendidikan SLTA (46,4%) diikuti
oleh berpendidikan SD (21,4%), SLTP (12,5%), Perguruan Tinggi (10,7%) dan Buta
Huruf (10,7%). Disamping itu yang mengalami abortus > 5 kali ditemukan paling
banyak pada penderita yang berpendidikan SLTA (45,0%), diikuti oleh yang
Huruf (5,3%). Data terinci yang pernah mengalami abortus dapat dilihat pada
Lampiran 1. 70
69
Ima Susilowati dkk., Pengertian Konvensi Hak Anak, (Jakarta: Harapan Prima, 2004), h.
19.
70
Pusat Data Kesehatan Jakarta Departemen Kesehatan RI, Informasi Rumah Sakit 1991, h.
23-24.
45
Tabel 3.1
Persentase Penderita Rawat Inap Kebidanan Di RS Propinsi
Panduan Menurut Pengalaman Abortus Tahun
1990
PERSEN
120
100
80 1 KALI
60 2 KALI
40 > 5 KALI
20
0
SUMATRA DKI SULAWESI
BARAT JAKARTA SELATAN
Dalam hitungan satu tahun laporan WHO juga memperlihatkan angka aborsi
mencapai sekitar 4,2 juta kasus untuk wilayah Asia Tenggara. Di Indonesia sendiri
menempati angka 750.000 hingga 1.500.000 kasus yang terjadi, atau dapat dikatakan
hampir 50 persennya terjadi di Indonesia, dengan jumlah sekitar 2.500 aborsi yang
mengakibatkan kematian. Bahkan angka tersebut kurang dari jumlah yang disebutkan
dalam penelitian Dr. Azrul yang berkisar sekitar 2,3 juta pertahun. Lebih lanjut data
terakhir dari World Health Organization (WHO) yang diperoleh sekitar tahun 1999
Utara menunjukkan angka 2,3 juta kasus aborsi yang terjadi dengan kategori 600.000
karena kasus gagalnya alat KB, 700.000 karena kondisi ekonomi yang rendah,
46
1.000.000 karena kasus keguguran. Seperti data pada tahun 1995 yang menyebutkan
373 per 100.000 dari kelahiran hidup, dan jumlah ini terus meningkat setiap tahunnya
hingga sekarang. Dari angka tersebut kematian akibat aborsi karena pendarahan
menempati porsi yang paling dominan, yaitu sekitar 46,7 %. Bahkan WHO menaksir
dari 10-50 % kematian ibu diakibatkan oleh aborsi. Berarti setiap 100.000 kelahiran
hidup sekitar 37-186 meninggalkan dunia secara sia-sia karena aborsi. Untuk
masyarakat urban seperti yang terjadi di kota-kota besar di Indonesia, dari hasil
penelitian yang dilakukan oleh Prof. Budi Utomo dan kawan-kawan di 10 kota besar
dan enam kabupaten menemukan bahwa per tahun terdapat 2 juta kasus aborsi atau
37 aborsi per 1.000 perempuan usia 15 tahun-49 tahun, atau 43 aborsi per 1.000
kelahiran hidup, atau 30% kehamilan. Sementara, penelitian lain menyebutkan variasi
angka 5 sampai 35 aborsi per 100 kelahiran hidup. Sebuah klinik di Jakarta
memperkirakan setiap harinya aborsi dilakukan rata-rata mencapai 100 kasus. Data
tersebut tidak menafikan bahwa di desa praktik aborsi menempati angka yang kecil,
sekitar 84 % melebihi jumlah praktik yang ada pada masyarakat urban. Dan, biasanya
untuk masyarakat desa praktik aborsi dilakukan oleh para dukun. Indikasi ini perlu
untuk diadakan penelitian lanjutan guna mengetahui variable apa saja yang
47
Frekuensi terjadinya aborsi sangat sulit dihitung secara akurat, karena aborsi
buatan sangat sering terjadi tanpa dilaporkan kecuali jika terjadi komplikasi, sehingga
perlu perawatan di Rumah Sakit. Jumlah kematian karena aborsi melebihi kematian
perang manapun. Data statistik mengenai kasus aborsi di luar negeri, khususnya di
Amerika dikumpulkan oleh dua badan utama, yaitu Federal Centers for Disease
Control (CDC) dan Alan Guttmacher Institute (AGI). Hasil pendataan menunjukkan
bahwa jumlah nyawa yang dibunuh dalam kasus aborsi di Amerika yaitu hampir 2
juta jiwa lebih banyak dari jumlah nyawa manusia yang dibunuh dalam perang
manapun dalam sejarah negara itu. Sebagai gambaran, jumlah kematian orang
tahun ada 550.000 orang yang meninggal karena kanker dan 700.000 meninggal
karena penyakit jantung. Jumlah ini tidak seberapa dibandingkan jumlah kematian
karena aborsi yang mencapai hampir 2 juta jiwa di negara itu. Secara keseluruhan, di
seluruh dunia, aborsi adalah penyebab kematian yang paling utama dibandingkan
48
kanker maupun penyakit jantung. 72
besar (lebih dari 90%) dilakukan tidak aman, sehingga berkontribusi sekitar 11-13%
28% seluruh kematian ibu berhubungan dengan abortus. Sementara di Tanzania dan
Adis Ababa masing-masing-masing sebesar 21% dan 54%. Hal ini diperkirakan
mengalami abortus tanpa mengetahui bahwa ia hamil, dan tidak mempunyai gejala
yang hebat sehingga hanya dianggap sebagai menstruasi yang terlambat (siklus
memanjang). Terlebih lagi abortus kriminalis, sangat sulit ditentukan karena biasanya
tidak dilaporkan. Angka kejadian abortus dilaporkan oleh rumah sakit sebagai rasio
dari jumlah abortus terhadap jumlah kelahiran hidup. Di USA, angka kejadian secara
sakit, seperti di RS Hasan Sadikin Bandung berkisar antara 18-19%. Menurut Prof.
Dr. Wimpie Pangkahila abortus di Indonesia tingkat abortus masih cukup tinggi
dibanding dengan negara-negara maju di dunia, yakni mencapai 2,3 juta abortus per
tahun. 1 juta diantaranya adalah abortus spontan, 0,6 juta disebabkan oleh kegagalan
program KB, dan 0,7 juta karena tidak pakai alat kontrasepsi KB. Angka Kematian
Ibu (AKI) Kota Palembang berdasarkan laporan indikator Database 2005 United
72
http://www.aborsi.org/statistik.htm, diakses 28 November 2009.
49
Nation Found Population (UNFPA) 6th Country Programe adalah 317 per 100.000
kelahiran, lebih rendah dari Propinsi Sumsel sebesar 467 per 100.000 kelahiran.
Jumlah kematian ibu tahun 2005 di Kota Palembang sebanyak 15 orang diantaranya
abortus. Dari data yang diperoleh dari rekam medik di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.
Mohammad Hoesin Palembang tahun 2006, angka kejadian abortus sebesar 123
kasus dengan nkejadian abortus imminens sebanyak 106 kasus (86,17%), abortus
komplit sebanyak 2 kasus (1,62%), abortus inkomplit sebanyak 12 kasus (9,75%) dan
perkotaan, status perkawinan, umur dan paritas. Estimasi nasional menyatakan setiap
tahun terjadi 2 juta kasus abortus di Indonesia, artinya terdapat 43 kasus abortus per
100 kelahiran hidup perempuan usia 15 - 49 tahun. Sebuah penelitian yang dilakukan
di 10 kota besar dan 6 kabupaten di Indonesia ditemukan bahwa insiden abortus lebih
penelitian yang mengambil populasi penelitiannya adalah seluruh ibu hamil < 22
minggu yang pernah dirawat di Instalasi Rawat Inap Kebidanan RSUP Dr.
hamil < 22 minggu yang pernah dirawat di Instalasi Rawat Inap Kebidanan Rumah
Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Dengan Jumlah total sampel
163 orang.
50
Ada juga data yang saya ambil dari POLRES Jakarta Selatan tentang kasus yang
pernah ditangani oleh mereka dalam Laporan Polisi (LP) UNIT VI/PPA yang diterima dari
Telah kita ketahui, berapa banyaknya data kasus aborsi yang terjadi di
pengakhiran kehamilan pasti tidak selalu aman. Banyak perempuan mati atau
kehamilannya sendiri, atau pergi ke dukun (yang tidak terlatih) yang memakai alat-
alat sangat primitif atau tidak bersih. Inilah masalah di seluruh dunia, dimana di
merupakan penyebab utama kematian ibu. Maka dari itu, Angka Kematian Ibu (AKI)
terhadap Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) itu khususnya karena alasan sosial,
ekonomi, pemerkosaan atau incest dibenarkan dengan menjunjung tinggi hak asasi
manusia dan hak hidup seseorang. Mungkin dengan pendekatan psikologi para
korban pemerkosaan atau incest maupun karena alasan ekonomi dan sosial dapat
diupayakan dengan:
perkosaan, korban dapat merasa sangat bersalah karena melakukan aborsi yang
73
Data Rekapitulasi LP unit VI/PPA, POLRES Jak-Sel, (Diambil Senin, 18 Januari 2010).
51
artinya melakukan pembunuhan terhadap calon anaknya.
dapat menerima korban, dapat juga ditempuh cara relokasi korban ke tempat lain
yang mana korban dapat memulai hidup dan harapan baru tanpa harus
melaksanakan aborsi.
4. Apabila anak yang tidak dikehendaki oleh calon ibu, dapat dikoordinasikan
kesepakatan tertulis dari sang ibu dengan berbagai pertimbangan yang dapat
khususnya di Indonesia yang pernah ditangani oleh polisi sebagai aparat penegak
hukum, yaitu:
1. Perkara aborsi dan melakukan praktek kedokteran tanpa surat ijin praktek.
ijin praktek pasal 348 ayat (1) Jo. 349 KUHP dan Pasal
Surabaya.
74
Data Tanya-jawab aborsi di BARESKRIM, (diambil Rabu, 20 Januari 2010), h. 11.
52
d. TKP : Klinik MDK Dr. TN, di Surabaya.
Surabaya.
Praktek Kedokteran.
g. Saksi-saksi : MP, AP, OD, SW, MJ, Drg. RA, Dr. SL.
OD,
75
Ibid, h. 13.
53
2. Perkara melakukan tindakan medis tertentu terhadap ibu hamil yang tidak
memenuhi ketentuan.
aborsi,
gumpalan darah,
- 1 buah celemek,
54
- 1 set tempat untuk operasi aborsi,
- 1 botol betadine,
b. Pasal yang digunakan : Pasal 338, 346 Yo 55, 56, 64 KUHP dan pasal
Kesehatan.
rahim.
: NG, 57 th (Fasilitator).
55
4. Perkara tindak pidana aborsi yang dilakukan di Klinik Dr. Abd Jak-Pus berkedok
Ev (Suster klinik),
J (Karyawan klinik),
A R (Karyawan klinik),
JM (pasien),
TH (pasien),
rahim pasien.
77
Ibid, h. 14.
56
- Berkedok klinik kebidanan atau klinik
USG.
- 1 lampu sorot,
- Dll.
Rumah sakit yang berinisial SG. Saat memeriksa kandungan keduanya yang
Ketika meminta advis dokter pada tanggal 16 April 2004, melalui pemeriksaan
78
Data Tanya-jawab aborsi di BARESKRIM, (diambil Rabu, 20 Januari 2010), h. 15
57
USG pihak dokter rumah sakit menyatakan kandungan pasien dalam keadaan baik
beristirahat di rumah sakit atau di rumah. AI memilih di rumah sakit, salah satu
rumah sakit, menolak bahwa terjadi mal praktek, karena abortus imminens
diterapkan pada pasien karena kondisi dan situasi pasien yang saat itu
setelah meminum obat yang diberikan oleh dokter. Karena pemberian obat selalu
diberikan sesuai dengan petunjuk dokter dan diagnosa juga dilihat dari kondisi
Kisah sedih pula yang menimpa Dini Kurniati, ia adalah korban tewas di RSI
Pondok Kelapa dari aborsi setelah menggugurkan kandungannya yang berusia 2,5
bulan di rumah Erna Rumondang Manalu dengan usia 40 tahun, yang bertempat
79
Harian TEMPO INTERAKTIF, Selasa, 1 Juni 2004. h. 1
58
di RT 09/06 Pondok Kelapa. 80 Erna adalah seorang ibu yang mempunyai empat
orang anak itu selama ini dikenal sebagai bidan, tapi kenyataannya adalah bukan
seorang bidan karena dia hanya lulus Sekolah Pendidikan Keperawatan (SPK)
Sumatera Utara. Kini, Erna dan Pembantunya yaitu Genisah, ditahan di Polsek
Duren Sawit. Polisi menyita alat-alat yang dipakai Erna untuk mengaborsi dari
lantai dua rumahnya. Ada juga seorang wanita muda yang tengah menunggu Erna
Pada tanggal 22 Januari 2009 lalu, kepolisian juga mengendus sebuah tempat
Dokter Ownie di Jalan Warakas I No 17, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Dalam
kasus tersebut, polisi memeriksa satu buah kamar mandi, septic tank, serta saluran
air antara kamar mandi dan septic tank. Hasilnya, setelah dilakukan
jenis kelaminnya. Disebut kriminalis, karena izin praktek yang dimiliki yayasan
tersebut adalah praktek dokter umum bukan kebidanan. Kedua, meski pelakunya
beralasan bahwa pada umumnya yang mereka layani adalah pasangan suami isteri
namun belum tentu ada alasan medis yang tepat. Dari penggerebekan yang
80
Harian POSKOTA, Kamis, 3 April 2008. h. 1dan 11
81
Harian POSKOTA, Minggu, 6 April 2008. h. 11
59
dilakukan polisi, beberapa pelaku abortus provokatus kriminalis ditangkap, di
antaranya pasangan suami istri. Mereka adalah pasangan dokter umum dan bidan
yang sudah beroperasi sejak 1987, Namun baru ketahuan melakukan aborsi ilegal
pemukiman padat, dan berjarak hanya sekitar 200 meter dari Mapolsek Tanjung
Priok. Pasiennya selain berasal dari Jakarta, juga berasal dari berbagai tempat
seperti Bekasi dan Tangerang. Dengan biaya Rp 1,5 juta pasien bisa mendapatkan
menjadi terkenal berkat ‘promosi’ dari mulut ke mulut alias gethok tular. 82
Seorang dukun urut bernama Kokom (56). Salah satu ‘pasiennya’ adalah
Fitriani Arrazi alias Anny (17), siswi SMKN 9, Jalan Gedong Panjang, Jakarta
Barat. Saat itu ia hamil 22,5 minggu akibat berzina dengan pacarnya bernama
Suryadi (21). Selama hamil, tidak ada yang tahu keadaannya yang sudah
Anny selalu menutupi perutnya yang semakin membesar itu dengan mengenakan
jaket. Namun, ia cemas akan diberhentikan dari sekolah bila ketahuan sedang
hamil (di luar nikah). Maka, Anny pun menerima saran pacarnya untuk
sampai akhirnya pada tanggal 6 April 2008 Rimin (45) dan Abdul Rasyid (32)
82
http://www.nahimunkar.com/?p=233, Tanggal 16-03-09, jam 11.03
60
warga Jl. Mangga Besar XIIIA Mangga Dua Selatan Jakarta Pusat, mencium bau
amis yang menyengat. Keduanya kemudian mencari sumber bau menyengat tadi.
Ternyata, aroma menyengat itu berasal dari gundukan tanah di tepi sungai.
Setelah digali, ada janin bayi yang masih berdarah beserta ari-arinya. Maka,
Rimin dan Abdul Rasyid pun segera melaporkan temuannya itu kepada warga
temuan tersebut, polisi melakukan penyidikan. Akhirnya, pada dini hari 9 April
2008 polisi menciduk Anny dan Suryadi, yang sedang berada di rumah Anny
yang jaraknya hanya beberapa ratus meter dari tempat penguburan janin.
Berdasarkan hasil visum, diketahui bayi dipaksa untuk keluar hingga janin mati
Namun, Suryadi dan dukun urut Kokom ditahan hingga proses hukum selesai.
gigi.
seorang dokter gigi. Hal ini pernah terjadi di Denpasar, Bali. Pelakunya bernama I
Ketut Arik Wiantara (38). Praktek ilegalnya terbongkar setelah jatuh korban
61
Gang Gelatik, Denpasar, pada Sabtu 15 November 2008. Korban meninggal
pendarahan akibat luka robek di rahim. Ni Komang Asih hamil akibat dari
Wiantara. Dokter gigi I Ketut Arik Wiantara beberapa tahun lalu sudah membuka
praktik aborsi ilegal dan pernah divonis dua tahun penjara PN Denpasar pada
tahun 2005. Setahun setelah menghirup udara bebas, ia kembali membuka praktik
10. Perkara melakukan tindakan pengguguran kandungan yang dilakukan oleh bidan.
menjemput maut. Hal tersebut terjadi pada diri Novila Sutiana (21) warga Dusun
Santoso (38) warga Desa Tempurejo, Kecamatan Wates, Kediri, yang masih
17 Mei 2008 dengan biaya sebesar Rp 2 juta. Proses aborsi dilakukan bidan di
klinik tempatnya bekerja yang sekaligus rumah tinggalnya. Ketika itu, bidan
84
Ibid, dan detiknews., Senin, 17/11/2008 14:37 WIB
62
Endang menyuntikkan sesuatu di bagian kiri bokong Novila. Selang satu jam,
Maksudnya, agar cepat mengalami kontraksi dan janin dalam kandungan Novila
muntah darah dan pingsan di jalan. Tentu saja hal ini membuat Santoso (pacar
Novila) panik dan kembali menghubungi sang bidan. Atas rujukan bidan dan
Dalam ilmu sosiologi, perubahan sosial adalah salah satu jenis dari sekian
Proses-proses lainnya yang lebih umum sifatnya adalah seperti akulturasi, difusi,
bahwa banyak faktor yang dapat mendorong terjadinya perubahan sosial, beberapa
85
Detiknews Minggu, 18/05/2008 10:44 WIB.
63
3. Faktor kependudukan,
4. Faktor teknologi,
6. Faktor pemimpin,
8. Faktor perencanaan. 86
perbedaan ulama mengenai hal aborsi adalah apakah keharaman aborsi itu sejak
pembuahan atau sejak ditiupkannya ruh kepada janin. Lalu yang kedua ini terbedakan
kepada dua, yaitu antara usia kehamilan 120 hari atau 42 hari sesuai dengan hadist-
hadist Nabi yang ada. Sekarang, berkat kemajuan pengetahuan kedokteran, para
ulama telah lebih rinci dalam memberikan batasan. Para ulama modern itu
mengatakan bahwa kehidupan manusia itu sesungguhnya bermula pada saat nidasi
(alaqah), yaitu saat ketika ovum yang dibuahi menggantung pada dinding rahim dan
hal itu terjadi antara hari keenam atau salah satu hari sampai hari ke duabelas setelah
zigot masuk ke dalam rahim. Dengan demikian bagi para ulama itu, aborsi haram
hukumnya kalau dilakukan setelah nidasi (alaqah). Ini berarti bahwa aborsi sebelum
terjadinya nidasi (alaqah) tidak dilarang atau boleh dilakukan karena hal itu
dipandang sama dengan azal yaitu perbuatan untuk mengeluarkan sperma di luar
86
Jurnalis Uddin. Dkk., Reinterpretasi Hukum Islam Tentang Aborsi, (Jakarta: Universitas
YARSI, 2006), Cet. I, h. 149-152.
64
vagina.
aborsi, dapat juga ditempuh cara relokasi korban ke tempat lain yang mana korban
dapat memulai hidup dan harapan baru tanpa harus melaksanakan aborsi. Tidak ada
lagi diskriminasi terhadap perempuan yang melakukan aborsi, karena tidak 100%
perempuan bersalah banyak faktor di belakangnya baik dari keluarganya, orang lain
berkembang dan sejumlah kematian yang jumlahnya tidak diketahui terjadi di luar
rumah sakit. Wanita-wanita yang berobat untuk abortus ini akan mengorbankan
Timbulnya sikap seperti itu merupakan hasil jalinan dari berbagai faktor, sosial,
ekonomi dan budaya yang bisa membuka peluang untuk mengakhiri kehamilan.
orang-orang yang tidak kompeten dan yang dilakukan dalam kondisi yang tidak
higienik. 87
87
Budi Utomo, Sujana Jatiputra dan Arjatmo Tjokronegoro., Abortus Di Indonesia: Suatu Telaah
Pustaka, (Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1985), h.1.
65
Ada beberapa faktor mengapa seorang wanita tidak menginginkan
1. Faktor kesehatan Æ di mana ibu tidak cukup sehat untuk hamil atau janin
ternyata telah terekspos oleh substansi teratogenik atau sang ibu terinfeksi HIV
2. Faktor psikososial Æ di mana ibu sendiri sudah enggan/tidak mau untuk punya
anak lagi atau Anak terakhir masih kecil atau Ayah anak yang dikandung bukan
mengakibatkan hamil.
6. Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan atau akibat incest (hubungan antar
7. Selain itu tidak bisa dilupakan juga bahwa kegagalan kontrasepsi juga termasuk
88
http://id.wikipedia.org/wiki/Gugur_kandungan, Tanggal 20 maret 2009, Jam 14.22.
66
BAB IV
Para ahli atau pakar dari berbagai disiplin ilmu memberikan pandangan yang
berbeda terhadap dilakukannya aborsi buatan ini. Pada umumnya para ahli tersebut
buatan.
Menurut pandangan ahli agama sendiri melihatnya dari kaca mata dosa dan
mereka sepakat bahwa melakukan abortus buatan ini adalah perbuatan dosa baik
sebelum atau sesudah ditiupkannya ruh, kecuali dengan alasan medis atau alasan
lainnya yang dibenarkan oleh syari’at Islam. Hal ini sesuai dengan wawancara yang
dilakukan oleh penulis dari salah satu wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI Pusat, di
bahwa “aborsi itu haram hukumnya kecuali ada hal yang darurat (keadaan di mana
seseorang apabila tidak melakukan sesuatu yang diharamkan maka ia akan mati atau
hampir mati) yaitu apabila kehamilan tersebut mengancam nyawa si ibu dan hal
yang hajat (kebutuhan yang mendesak/ keadaan di mana seseorang apabila tidak
melakukan sesuatu yang diharamkan maka ia akan mengalami kesulitan berat) yaitu
apabila janin yang dikandung dideteksi menderita cacat genetik yang kalau lahir
67
sulit sembuhkan“. Sesuai dengan Qa’idah Fiqh, di bawah ini:
Berbeda dengan ahli psikologi, mereka melihat dari perempuan itu sendiri.
Bagaimana keputusan yang diambil perempuan itu sudah dipertimbangkan dari segi
agama, hukum, kesehatan dan lain-lain sehingga dapat memutuskan sebaik mungkin
bagi diri dan keluarganya. Hal yang dilakukan untuk antisipasi terjadinya aborsi
dengan cara pengadaan informasi melalui pengadaan pre dan post konseling yang
sesuai dengan wawancara yang dilakukan oleh penulis dari salah satu wakil
Komisioner KOMNAS Perempuan, di Jakarta yaitu Ibu Desti Murdijana yang beliau
dampingi baik dari keluarga maupun orang lain yang berkompeten dalam
tidak terjadi hal yang tidak diinginkan seperti melakukan tindakan aborsi dengan
Begitu pula dengan ahli ekonomi, mereka sepakat bahwa alasan ekonomi
86
Hasil Wawancara Penulis dengan Bpk. Drs. H. Sholahuddin al-Aiyub M. Si, Bertempat di
MUI Pusat Jakarta, Tanggal 15 Februari 2010.
87
Hasil Wawancara Penulis dengan Ibu Desti Murdijana, Bertempat di Kantor KOMNAS
Perempuan, Tanggal 10 Maret 2010.
68
tidak dapat dijadikan alasan untuk membenarkan dilakukannya pengguguran
kandungan.
kehamilannya yang paling aman itu dilakukan sebelum janin berusia 12 minggu (3
bulan), yang dapat dipertimbangkan untuk dapat diakhiri, jika syarat-syarat lain
terpenuhi. Syarat-syarat lain yang harus dipenuhi ialah: KB gagal, si ibu hamil
menderita sakit fisik berat, si ibu hamil menderita sakit jiwa berat, si suami menderita
sakit jiwa berat, si janin punya cacat genetic yang tak dapat disembuhkan, kehamilan
karena incest dan kehamilan karena perkosaan. Hal ini sesuai dengan wawancara
yang dilakukan penulis dari salah satu Dokter Kandungan di RS. Syarif Hidayatullah
Jakarta yaitu Dr. E. Rohati, SpOg yang beliau mengatakan bahwa ”dilakukan aborsi
sendiri saya tidak setuju, tetapi kalau dikatakan aborsi yang aman itu dengan
indikasi yang dibolehkan, apabila cara aman dilakukan oleh seorang dokter dengan
kehamilan”. 88 Apabila di luar itu maka memerlukan prosedur medis yang berisi
Perempuan mengusulkan disertai alasan kesehatan dan dilakukan oleh dokter tertentu
dan dilakukan di tempat yang telah ditunjuk oleh pemerintah melalui Departemen
Kesehatan yang diatur dalam UU No.23 Tahun 1992 tentang kesehatan Pasal 15 (ayat
88
Hasil Wawancara Penulis dengan Dr. E. Rohati, SpOg, Bertempat di RS. UIN Syahid
Jakarta, Tanggal 1 Maret 2010.
69
Ahli hukum melihatnya dari sisi tindakan aborsinya, yang berarti membunuh
calon makhluk hidup baru yang termasuk dalam unsur kriminal atau kejahatan.
Beberapa pasal yang mengatur abortus provokatus dalam KUHP yaitu Pasal 299,
341, 342, 343, 346, 347, 348, 349 dan 535. Namun demikian Rancangan Undang-
Undang (RUU) KUHP yang dipersiapkan untuk mengubah KUHP yang berlaku saat
Karena dalam Rancangan Undang-Undang (RUU) KUHP ini pengaturan aborsi tidak
disamakan dengan pembunuhan. Oleh karena itu, pengaturan aborsi seharusnya tidak
Islam
praktik yang tidak boleh dilakukan walau dengan alasan apapun. Tak ada alasan
miskin dan lapar atau yang lainnya yang membolehkan lelaki atau perempuan
membunuh anak-anak. Orang tua yang mengugurkan kandungannya serta para dokter
yang melakukan usaha tersebut kesemuanya berdosa dengan kejahatan ini. Secara
garis besarnya pun dasar hukum dalam kasus ini pun juga sudah dijelaskan di bab II.
Menurut fiqih klasik pembunuhan janin disini masuk dalam kategori syibhul ‘amdi
(pembunuhan sengaja) dan terkadang pembunuhan karena tak sengaja karena pelaku
sengaja menghilangkan nyawa anak Adam yang hidup yang bisa mengakibatkan
70
pelakunya dihukum qishash kecuali bila tidak sengaja dengan tahapan proses
medis. 89
Jika kehamilan itu sudah masuk masa ditiupkannya ruh pada janin dan mati
oleh sebab aborsi, maka hal itu dianggap pembunuhan nyawa yang diharamkan oleh
Allah untuk dibunuh secara tidak haq, sehingga ulama Islam menyimpulkan bahwa
semua kasus serangan terhadap janin dikenakan al-ghurrah. Tetapi, ada perbedaan
Imam Malik mengatakan bahwa ghurrah dibayar walau janin dalam keadaan
belum terbentuk. Imam Abu Hanifah dan Al-Syafi’i mengatakan bahwa al-ghurrah
tetap harus dibayar karena yang keluar dari tubuh sang ibu merupakan awal dari
penciptaan manusia. Imam Hanbali mengatakan bahwa tidak perlu membayar al-
Untuk nilai al-ghurrah sendiri sebanding dengan 1/20 (seperduapuluh) dari diyat atau
kompensasi lengkap. Yang dapat dibayar dengan cara membebaskan seorang budak
laki-laki atau perempuan yang terbaik kualitasnya atau dalam bentuk 100 domba atau
dalam bentuk uang tunai sebesar 500 dirham atau menurut Sayyid Sabiq
Hanafi dan Syafi’i yaitu keluarga dari pihak ayah wanita hamil jika wanita ini yang
bertanggung jawab atas serangan pada janinnya atau oleh keluarga lain yang secara
89
Abdur Rahman I. Doi., Tindak Pidana Dalam Syariat Islam, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
1992), Cet. I, h. 20-21.
71
tak langsung, menyebabkan wanita hamil mengalami keguguran. Berbeda dengan
Mazhab Hanbali bahwa bila janin meninggal bersama ibunya atas kehendaknya
sendiri melakukan pengguguran, maka kompensasi penuh terhadap ibunya dan al-
ghurrah adalah tanggung jawab keluarga sang ibu hamil. Tetapi, apabila hanya janin
yang meninggal maka yang bertanggung jawab dalam membayar al-ghurrah adalah
sang ibu hamil. Sedangkan Mazhab Maliki bahwa yang bertanggung jawab itu si
Sedangkan untuk sang dokter, atau ahli bedah bahkan dukun pun juga
melaksanakan tugasnya pendapat Ibnu Rusyd dan ulama Islam lainnya yang
menyepakati hal ini. Yang dikenakan diyat atau kompensasi, tetapi diyat ini dibayar
oleh keluarga, atau pihak keluarga laki-laki dari dokter dan bukan dari kekayaan
dokter, karena kesalahan ini dianggap tidak disengaja. Jadi, bila aborsi dilakukan
dokter/ahli bedah atau dukun setelah bulan keempat (setelah peniupan ruh terjadi)
untuk alasan non-medis dia harus bertanggung jawab membayar sebagian dari diyat
kamilah dan diharapkan dia bertobat atas perannya dengan berpuasa selama dua
bulan berturut-turut (yang dianggap sebagai kaffarah). Tetapi, bila dokter melakukan
aborsi untuk alasan non-medis sebelum bulan keempat maka dia harus membayar al-
90
Abul Fadl Mohsin Ebrahim, Aborsi Kontrasepsi Dan Mengatasi Kemandulan Isu-Isu
Biomedis Dalam Perspektif Islam, (Bandung: Mizan, 1997), Cet. I, h. 166-173.
72
MUI Pusat, di Jakarta yaitu Bpk. Drs. H. Sholahuddin al-Aiyub M. Si mengenai
hukuman yang diberikan kepada pelaku yang terlibat dalam aborsi ilegal ini
diserahkan kepada hukum positif yang mempunyai sistem hukum yang berwenang
hukuman: 91
kesimpulan bahwa:
1. Seorang wanita hamil yang sengaja melakukan abortus atau ia menyuruh orang
2. Seseorang yang sengaja melakukan abortus terhadap ibu hamil, dengan tanpa
persetujuan ibu hamil tersebut, diancam hukuman penjara 12 tahun, dan jika ibu
3. Jika dengan persetujuan ibu hamil, maka diancam hukuman 5,5 tahun penjara dan
4. Jika yang melakukan dan atau membantu melakukan abortus tersebut seorang
dokter, bidan atau juru obat (tenaga kesehatan) ancaman hukumannya ditambah
91
Hasil Wawancara Penulis dengan Bpk. Shalahudin al-Ayyubi, Bertempat di MUI Pusat
Jakarta, Tanggal 15 Februari 2010.
73
sepertiganya dan hak untuk berpraktek dapat dicabut.
Pasal 15 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 15
(lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000 (lima ratus juta
rupiah).
Ayat (1):
Namun dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu
Ayat (2):
Butir a: Indikasi medis adalah suatu kondisi yang benar-benar mengharuskan diambil
tindakan medis tertentu, sebab tanpa tindakan medis tertentu itu, ibu hamil
dan janinnya terancam bahaya maut.
Butir b: Tenaga kesehatan yang dapat melakukan tindakan medis tertentu adalah
tenaga yang memiliki keahlian dan kewenangan untuk melakukannya, yaitu
seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan.
Butir c: Hak utama untuk memberikan persetujuan ada pada ibu hamil yang
bersangkutan, kecuali dalam keadaan tidak sadar atau tidak dapat
memberikan persetujuannya, dapat diminta dari suami atau keluarganya.
Butir d: Sarana kesehatan tertentu adalah sarana kesehatan yang memiliki tenaga dan
peralatan yang memadai untuk tindakan tersebut dan telah ditunjuk oleh
pemerintah.
Ayat (3):
Dalam Peraturan Pemerintah sebagai pelaksanaan dari pasal ini dijabarkan antara lain
mengenal keadaan darurat dalam menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinnya,
tenaga kesehaan mempunyai keahlian dan kewenagan bentuk persetujuan, sarana
kesehatan yang ditunjuk.
74
Wanita hamil korban pemerkosaan, yang mengakibatkan strees berat, bila
tidak digugurkan kandungannya ia akan sakit jiwa atau gila, sedangkan ia sudah
konsultasi dengan ahli psikoterapi dan sudah dinasehati oleh ahli agama (ulama)
tetapi tidak berhasil, atau kemudian wanita hasil pemerkosaan itu sangat tertutup,
karena malu kalau diketahui orang, sedangkan ia tidak berdosa karena tidak ada
kesengajaan, akibatnya ia strees berat atau gila, maka dalam hal seperti itu,
75
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian dan penjelasan yang telah disampaikan di atas, penulis dapat
menyimpulkan beberapa poin sebagai akhir dari tulisan ini, sebagaimana terumuskan
berikut:
masyarakat sendiri sangat beragam bentuknya. Dari cara yang tradisional sampai
yang bisa memberikan dampak pada kesakitan dan bahkan kematian sang ibu.
Cara tradisional sendiri melalui jalur non medis (dukun) yang menggunakan
dahan daun pepaya yang dimasukkan kedalam mulut rahim, menggunakan obat
yang sudah dijelaskan di atas. Atau dengan cara modern yang melalui jalur medis
oleh dokter atau bidan bahkan yang bukan dalam bidangnya seperti dokter gigi
yang belum mendapatkan surat izin praktek yang semuanya menyalahi kode etik
dan sumpah profesi mereka dengan berbagai cara dilakukan dari yang berkedok
USG agar mendapat keuntungan dari hal itu walau tidak memikirkan resiko
dibelakangnya.
76
2. Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya praktek aborsi provokatus
criminalis atau aborsi buatan ini diantaranya: kehamilan yang tidak diinginkan
(KTD) para wanita. Hal ini menjadi faktor yang pokok dari praktek aborsi yang
beban ekonomi keluarga), alasan kesehatan (di mana ibu tidak cukup sehat untuk
hamil), alasan psikososial (di mana ibu sendiri sudah enggan/tidak mau untuk
punya anak lagi), kehamilan di luar nikah, alasan sosial (merasa khawatir atau
malu atau bahkan takut adanya penyakit turunan, janin cacat), kehamilan akibat
perkosaan atau akibat incest (hubungan antar keluarga) atau bahkan kegagalan
aborsi buatan ini adalah: Para fuqaha (Ahli Hukum Islam) telah sepakat
yaitu dalam hidup pertumbuhan dan persiapan. Oleh karena itu makin besar
kandungan, makin besar pula hukum jinayahnya (tindak pidana), semakin besar
pula dosanya, apalagi setelah janin bernyawa dilakukan aborsi, terlebih lagi
membunuhnya, karena setiap anak yang lahir, adalah dalam keadaan suci (tidak
77
janin (embrio) yaitu sebelum berumur 4 bulan, para fuqaha berbeda pendapat
B. Saran-Saran
Ada beberapa saran yang penulis anggap perlu untuk disampaikan dalam
masalah seks itu dari pergaulan bersama teman-temannya, dari bahan bacaan dan
tontonan, dari guru-guru sekolahnya baru yang terakhir dari orang tuanya.
Dikarenakan ada sebagian orang tua yang menganggap pendidikan seks itu tidak
agar mereka bisa menjaga anggota tubuhnya terutama bagian reproduksi yang
pemberantasan VCD porno dan buku-buku porno yang bisa berdampak ke aborsi
78
kesehatan reproduksi, serta peningkatan ilmu keagamaan/budi pekerti dalam
4. Sebaiknya calon ibu yang ingin hamil harus benar-benar dipikirkan dengan sang
suami, apakah ingin mempunyai anak atau tidak. Agar sang janin (calon anak)
tidak terbuang dengan sia-sia (akibat aborsi) atas prilaku kedua orang tuanya yang
79
DAFTAR PUSTAKA
Amini, Ibrahim, Anakmu Amanat-Nya Rumah Sebagai Sekolah Utama, Jakarta, Al-Huda,
2006.
Anshor, Maria Ulfah., Fikih Aborsi Wacana Penguatan Hak Reproduksi Perempuan,
Jakarta, Buku Kompas, 2006.
Anshor, Maria Ulfah Dan Wannedra, Sururin., Aborsi Dalam Perspektif Fiqh
Kontemporer, Jakarta, Balai Penerbit FKUI, 2002.
Doi, Abdur Rahman I., Tindak Pidana Dalam Syari’at Islam, Jakarta, PT. Rineka Cipta,
1992, Cet. I.
Ebrahim, Abul Fadl Mohsin., ABORSI Kontrasepsi dan Mengatasi Kemandulan (Isu-isu
Biomedis Dalam Perspektif Islam), Bandung, Mizan, 1997.
Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), Nomor: 4 Tahun 2005 Tentang Aborsi.
Fauzan, Shaleh bin Fauzan bin Abdullah., Sentuhan Nilai Kefiqihan Untuk Wanita
Beriman, Jakarta, Kantor Atase Agama Kedutaan Besar Arab Saudi, 2003.
Husairi, DR. Ahmad M.Ag., Kontribusi Embriologi Dalam Penetapan Hukum Fiqih
Kehamilan, Yogyakarta, Pustaka Banua, 2007.
80
Kementerian Pemberdayaan Perempuan RI dan Departemen Sosial RI, Undang-Undang
Ri Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, Jakarta, UNICEF, 2003.
Mudwal, Med. T., Sumbangan Al-Qur’an Dalam Ilmu Kebidanan Sebuah Tinajauan
Terhadap Tafsir Al-Qur’an, Jakarta, Socialia, 1996.
Rasyid, DR. KH. M. Hamdan., Fiqih Indonesia Himpunan Fatwa-Fatwa Aktual, Jakarta,
Al-Mawardi Prima, 2003.
Sarapung, Elga dkk., Agama dan Kesehatan Reproduksi, Jakarta, Sinar Harapan, 1999.
Shaqar, Syaikh Athiyah., Tanya Jawab Wanita, Jakarta, Pustaka Azzam, 2002.
81
Jakarta, Harapan Prima, 2003.
Sya’rawi, M. Mutawalli., Anda Bertanya Islam Menjawab, Jakarta, Gema Insani, 2007.
Syauman, Dr. Abbas., Hukum Aborsi dalam Islam, Terjemahan dari Ijhad al-Haml Wama
Yatarattabu Alaihi Min Ahkam Fi Asy-Syari’ah Al-Islamiyyah oleh Misbah.
Uddin, Prof. Dr. H. Jurnalis, Prof. Dr. H. Atho Muzhar, MA., Prof. Dr. Muhammad Amin
Suma, SH, MA., Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, MA., Prof. Dr. H.
Syamsul Anwar, MA., Prof. Dr. Khoiruddin Nasution, MA., Prof. Dr. H. M.
Arfah Shiddiq, MA., Prof. Dr. Abd. Rahim Yunus, MA., Dr. H. Harifudin
Cawidu, MA., Reinterpretasi Hukum Islam Tentang Aborsi, Jakarta, Universitas
YARSI, Cet. 1, 2006.
Utomo, Budi, Sujana Jatiputra dan Arjatmo Tjokronegoro., Abortus Di Indonesia: Suatu
Telaah Pustaka, Jakarta, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia,
1985.
http://situs.kesrepro.info/gendervaw/jul/2002/utama02.htm.
http://www.blogdokter.net/2007/04/26/selayang-pandang-tentang-abortus/ , 2 November
2009, jam 22.10.
http://kedokteran .fkuii/index.php?option=com_wrapper&Itemid=29.
http://www.blogdokter.net/2007/07/20/penyebab-abortus/.
www.abortiono.org.
82
LEMBAR PERTANYAAN SEPUTAR ABORSI PROVOKATUS CRIMINALIS DAN
MASALAHNYA DALAM AHLI MEDIS
83