Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
A. Tujuan Percobaan
1. Dapat menentukan efesiensi kuat medan tembus udara dengan bermacam-
macam sela elektroda dengan jarak sela yang tetap.
2. Dapat menentukan tegangan tembus di udara sebagai fungsi dari diameter
bola.
3. Dapat menentukan tegangan tembus udara sebagai fungsi jarak elektroda.
B. Teori Dasar
Tegangan Tinggi AC
gambar 2.1 ditunjukkan suatu bahan dielektrik yang ditempatkan di antara dua
elektroda piring sejajar. Bila elektroda diberi tegangan searah V, maka timbul
medan elektrik (E) di dalam dielektrik. Medan elektrik ini memberi gaya kepada
electron-elektron agar terlepas dari ikatannya dan menjadi electron bebas. Dengan
kata lain, medan elektrik merupakan suatu beban yang menekan dielektrik agar
berubah sifat menjadi konduktor.
Jika terpaan elektrik yang dipikulnya melebihi batas tersebut dan terpaan
berlangsung cukup lama, maka dielektrik akan menghantar arus atau gagal
melaksanakan fungsinya sebagai isolator. Dalam hal ini dielektrik disebut tembus
listrik atau “breakdown”. Terpaan elektrik tertinggi yang dapat dipikul suatu
dielektrik tanpa menimbulkan dielektrik tembus listrik disebut kekuatan dielektrik.
Jika suatu dielektrik mempunyai kekuatan dielektrik , maka terpaan elektrik yang
dapat dipikulnya adalah . Ek≤ Ek
Jika terpaan elektrik yang dipikul dielektrik melebihi , maka di dalam
dielektrik akan terjadi proses ionisasi berantai yang akhirnya dapat membuat
dielektrik mengalami tembus listrik. Proses ini membutuhkan waktu dan lamanya
tidak tentu tetapi bersifat statistik. Waktu yang dibutuhkan sejak mulai terjadi
ionisasi sampai terjadi tembus listrik disebut waktu tunda tembus (time lag). Jadi
tidak selamanya terpaan elektrik dapat menimbulkan tembus listrik, tetapi ada dua
syarat yang harus dipenuhi, yaitu: (1) terpaan elektrik yang dipikul dielektrik harus
lebih besar atau sama dengan Ek yaitu kekuatan dielektriknya dan (2) lama terpaan
elektrik berlangsung lebih besar atau sama dengan waktu tunda tembus.
Tegangan yang menyebabkan dielektrik tersebut tembus listrik disebut
tegangan tembus atau breakdown voltage. Tegangan tembus adalah besar tegangan
yang menimbulkan terpaan elektrik pada dielektrik sama dengan atau lebih besar
daripada kekuatan dielektriknya.
GENERATOR AC (ALTERNATOR)
Hampir semua tenaga listrik yang dipergunakan saat ini bekerja pada sumber
tegangan bolak balik (ac), karenanya, generator ac adalah alat yang paling penting
untuk menghasilkan tenaga listrik. Generator ac, umumnya disebut alternator,
bervariasi ukurannya sesuai dengan beban yang akan disuplai. Sebagai contoh,
alternator pada PLTA mempunyai ukuran yang sangat besar, membangkitkan
ribuan kilowatt pada tegangan yang sangat tinggi. Contoh lainnya adalah alternator
di mobil, yang sangat kecil sebagai perbandingannya. Beratnya hanya beberapa
kilogram dan menghasilkan daya sekitar 100 hingga 200 watt, biasanya pada
tegangan 12 volt.
Dasar-dasar Generator AC
Berapapun ukurannya, semua generator listrik, baik ac maupun dc, bergantung
kepada prinsip induksi magnet. EMF diinduksikan dalam sebuah kumparan
sebagai hasil dari (1) kumparan yang memotong medan magnet, atau (2) medan
magnet yang memotong sebuah kumparan. Sepanjang ada gerak relative antara
sebuah konduktor dan medan magnet, tegangan akan diinduksikan dalam
konduktor. Bagian generator yang mendapat induksi tegangan adalah armature.
Agar gerak relative terjadi antara konduktor dan medan magnet, semua generator
haruslah mempunyai dua bagian mekanis yaitu rotor dan stator.
ROTATING-ARMATURE ALTERNATOR
Alternator armature bergerak (rotating-armature alternator) mempunyai
konstruksi yang sama dengan generator dc yang mana armature berputar dalam
sebuah medan magnet stasioner. Pada generator dc, emf dibangkitkan dalam
belitan armature dan dikonversikan dari ac ke dc dengan menggunakan komutator
(sebagai penyearah). Pada alternator, tegangan ac yang dibangkitkan tidak diubah
menjadi dc dan diteruskan kepada beban dengan menggunakan slip ring. Armature
yang bergerak dapat dijumpai pada alternator untuk daya rendah dan umumnya
tidak digunakan untuk daya listrik dalam jumlah besar.
ROTATING-FIELD ALTERNATORS
Alternator medan berputar mempunyai belitan armature yang stasioner dan
sebuah belitan medan yang berputar. Keuntungan menggunakan system belitan
armature stasioner adalah bahwa tegangan yang dihasilkan dapat dihubungkan
langsung ke beban.
Jenis armature berputar memerlukan slip ring dan sikat untuk menghantarkan
arus dari armature ke beban. Armature, sikat dan slip ring sangat sulit untuk
diisolasi, dan percikan bunga api dan hubung singkat dapat terjadi pada tegangan
tinggi. Karenanya, alternator tegangan tinggi biasanya menggunakan jenis medan
berputar. Karena tegangan yang dikenakan pada medan berputar adalah tegangan
searah yang rendah, problem yang dijumpai pada tegangan tinggi tidak terjadi.
Armature stasioner, atau stator, pada alternator jenis ini mempunyai belitan
yang dipotong oleh medan putar (rotating magnetic field). Tegangan yang
dibangkitkan pada armature sebagai hasil dari aksi potong ini adalah tegangan ac
yang akan dikirimkan kepada beban. Stator terdiri dari inti besi yang dilaminasi
dengan belitan armature yang melekat pada inti ini.
Tegangan tinggi adalah semua tegangan yang dianggap cukup tinggi oleh
teknisi listrik, sehingga dibutuhkan pengujian dan pengukuran. Standar tegangan
tinggi di dunia umumnya berbeda-beda, tergantung kemajuan negaranya masing-
masing. Di Indonesia, level tegangan dibagi menjadi 4 macam, yakni: Tegangan
Rendah (220-380 V), Tegangan Menengah (7-20 kV), Tegangan Tinggi (30-150
kV), dan Tegangan Extra Tinggi (500 kV). Untuk transmisi biasa digunakan
Tegangan Tinggi dan Extra Tinggi sedangkan untuk distribusi menggunakan
Tegangan Rendah dan Menengah.
Pengujian tegangan tinggi perlu dilakukan untuk beberapa tujuan, diantaranya:
1. Menemukan bahan (di dalam atau yang menjadi komponen suatu alat tegangan
tinggi) yang kurang baik kualitasnya, atau cara pembuatannya salah.
2. Memberikan jaminan bahwa alat-alat listrik dapat dipakai pada tegangan
normalnya dalam jangka waktu yang tidak terbatas.
3. Breakdown Test (Uji Kegagalan). Pada tes ini, tegangan yang diberikan terus
dinaikkan hingga terjadi kegagalan pada bahan/alat yang diujikan.
menahan tegangan yang melebihi tegangan operasinya untuk waktu yang terbatas.
Hal ini dilakukan karena tidak selamanya tegangan yang diberikan ke peralatan
tersebut stabil. Ada kalanya tegangan yang diberikan melebihi batas nominalnya
karena putusnya kawat saluran atau hal lainnya.
Pengujian tegangan tinggi AC frekuensi tinggi dilakukan untuk berbagai
menguji adanya kerusakan-kerusakan mekanis (keretakan, kantong udara, dan
lain-lain) pada isolator, terutama isolator porselen. Tegangan tinggi ini
memungkinkan adanya lompatan api pada isolator tersebut. Frekuensi tinggi
memungkinkan terjadinya rambatan pada kulit isolator yang diuji. Apabila isolator
yang diuji tidak terdapat kerusakan mekanis, maka arus akan merambat melalui
permukaan isolator. Apabila isolator yang diuji mengalami kerusakan mekanis,
tidak akan terlihat percikan api pada bagian kulit karena arus merambat melalui
bagian dalam isolator yang mengalami keretakan (adanya rongga udara).
Tegangan tinggi DC juga perlu diuji. Meskipun tegangan ini tidak banyak
digunakan pada sistem transmisi karena mahal dan sulit mentransformasikan level
tegangannya, tegangan ini memiliki kelebihan jika digunakan pada sistem
transmisi, antara lain:
1. Dengan tegangan puncak dan rugi daya yang sama kapasitas penyaluran
dengan tegangan searah lebih tinggi diibandingkan dengan tegangan bolak
balik
2. Pengisolasian tegangan searah lebih sederhana
4. Pada penyaluran jarak jauh dengan tegangan searah tidak ada persoalan
perubahan frekuensi dan stabilitas
5. Untuk rugi korona dan radio interferensi tertentu tegangan searah dapat
dinaikkan lebih tinggi daripada tegangan bolak balik
E. Prosedur Percobaan
1. Buatlah rangkaian instalasi tegangan tinggi sesuai gambar percobaan,
baik nilai komponen dan posisi peletakan komponen harus sesuai pada
gambar, dengan panduan asisten yang bertugas.
2. Setelah instalasi tegangan tinggi sudah selesai, tutup pagar dan tongkat
grounding dikeluarkan dari pagar. (pastikan tidak ada lagi siapapun di
dalam pagar tegangan tinggi dan peralatan kerja ataupun benda-benda
yang berpotensi menimbulkan bahaya).Masukkan tegangan pada Control
desk 220 V ˜.
3. Aktifkan Control Desk dengan memutar ke-kanan kunci Control Switch
dan Main switch pada control desk.
4. Setting jarak sela elektroda dengan sakelar MF sebesar 0.5 cm
5. Tutup switch primer ON (S1). Periksa tegangan pada voltmeter, pastikan
bahwa tegangan dalam posisi nol. (jika belum, turunkan regulator
tegangan sampai posisi nol).
6. Tutup switch sekunder ON (S2).
7. Naikkan regulator tegangan secara bertahap dengan kecepatan 1 kV/detik
sampai udara pada sela bola tembus.
8. Saat udara pada sela bola tembus, buka switch secunder (OFF). Catat
penunjukan besar tegangan pada voltmeter serta penunjukan arus pada
amperemeter.
9. Turunkan regulator tegangan TP sampai nol.
10. Buka Switch primer (OFF).
11. Ulangi prosedur 6 s/d 9 untuk jarak elektroda 1 cm, 1.5 cm, 2 cm, 2.5 cm,
3 cm.
12. Setelah selesai matikan sumber tegangan control desk.
13. Ground/tanahkan semua terminal komponen di dalam ruang instalasi
tegangan tinggi terutama pada kapasitor (Cs) dengan menggunakan
tongkat grounding.
14. Lakukan prosedur 3 s/d 13 untuk semua susunan elektroda:
a. Bola-bola (ground)
b. Jarum-jarum (ground)
c. Plat-plat (ground)
d. Tabung-tabung (ground)
e. Jarum-plat (ground)
15. Letakkan tongkat grounding pada trafo pengujian setelah semua
percobaan telah selesai.
F. Hasil Pengamatan
Elektroda bola-bola
(kV)
Elektroda Jarum-jarum
Tegangan Tembus
No. Jarak (cm) Keterangan
(kV)
Elektroda Plat-plat
Tegangan Tembus
No. Jarak (cm) Keterangan
(kV)
Elektroda Tabung-tabung
Tegangan Tembus
No. Jarak (cm) Keterangan
(kV)
Elektroda Jarum-Plat
Tegangan Tembus
No. Jarak (cm) Keterangan
(kV)
(A.MUHASFAR) ( )
H. Kesimpulan