Anda di halaman 1dari 21

MODUL BASIC MEDICAL SCIENCE

RESUME
PROBLEM BASED LEARNING
PERABAAN DAN REFLEX

TUTOR :
Dwi Nur Indah Sari, S. Si., M. Sc
Disusun oleh :
Astri Chyntia Devi
G1B019013

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN GIGI
PURWOKERTO
2019
BAB I
PENDAHULUAN

Skenario
Perabaan dan Refleks
Sebuah Cerita tentang Kita
Al dan Dul adalah sahabat di bangku SMU yang bertemu kembali setelah
hampir 6 bulan. Masing-masing sibuk dengan kegiatan kampusnya. Al saat ini
menjalani studinya di kampus kedokteran gigi, sedangkan Dul memilih
menekuni dunia desain interior. Al dan Dul bertemu di sebuah rumah makan
langganan mereka pada saat SMU. Ketika asyik bercerita tiba-tiba Dul
mengangkat kedua kakinya hingga ke atas kursi dan berseru kaget.
Al kaget dan bertanya “Kenapa Dul?”
Sambil bergidik, Dul berseru “Barusan ada kucing lewat di bawah meja kita,
ekornya kena kakiku, reflex aku angkat kaki.”
Sambil meneruskan makan Dul bertanya, “Kok bisa ya, kita merasa geli terus
reflex angkat kaki?”
Al dengan wajah terkekeh menjawab pertanyaan Dul “Ya jelas bisalah, di kaki
kita itu ada reseptornya, stimulus yang tidak kamu sangka tadi, membuat
reaksimu lebay kayak tadi.”
Dul masih dengan wajah melongo meneruskan diskusi “Bukannya biasanya
gerakan kaki itu disadari ya?”
“Iya, gerakan otot di kaki itu memang volunter, ada neurotransmitternya, ada
regulatornya. Nanti beda lagi kalau kamu ketemu anjing, masih takutan sama
anjing, kan?”
Pasti adrenalin-mu keluar dan reaksimu beda lagi” tambah Al
“Emang gimana ceritanya? Tanya Dul penuh rasa ingin tahu.
“Udah besok coba ikut aku kuliah, biar paham sama badanmu sendiri”, ujar Al.
BAB II
PEMBAHASAN

I. Daftar Unfamiliar Term


1. Volunter: Disadari
2. Stimulus: Suatu perubahan di lingkungan yang menyebabkan potensial aksi
Suatu pemicu yang menyebabkan suatu perubahan yang
menimbulkan potensial aksi
Rangsangan
3. Neurotransmitter: Neuro yaitu sel saraf dan transmitter adalah
perpindahan data
Zat yang berfungsi membawa impuls saraf dari satu
neuron ke neuron lain
4. Regulator: Proses
Suatu yang mengatur sistem
5. Refleks: Gerak yang tidak disadari
Gerak spontan
Gerak otot secara tiba-tiba
6. Adrenalin: Hormon yang berasal dari kelenjar adrenal
Hormon yang meningkatkan kerja jangtung dan otot
Hormon pengendali kerja dari otot.
7. Reseptor: Bagian yang menerima stimulus atau rangsang
8. Reaksi: Hasil dari sebuah rangsangan
Disebabkan karena sebuah aksi
Perubahan gerak atau cara kerja yang terjadi karena stimulus
Aksi yang timbul karena rangsangan
II. Step 2: Rumusan Masalah
1. Apa saja perbedaan mekanisme gerak volunter dan involunter?
2. Bagaimana cara kerja sistem regulator?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi hormon adrenalin?
4. Bagaimana cara kerja hormon adrenalin?
III. Step 3: Brainstorming
1. Apa saja perbedaan meknisme gerak volunter dan involunter?
- Gerak volunter
Stimulus-Reseptor-Afferens-Otak-Efferens-Efektor
- Gerak involunter
- Stimulus-Reseptor-Afferens-Medula spinalis-Efferens-Efektor
2. Bagiamana cara kerja sistem regulator?
Terdapat 2 sistem regulator di dalam tubuh, yaitu sistem saraf dan sitem
endokrinatau hormon.
Mekanisme sistem saraf yaitu stimulus-integrasi-respon
Mekanisme sistem endokrin yaitu stimulus-
hipotalamus/hipofisis/thymus- reseptor hormon- distribusi hormon- fusi
dengan reseptor sel target – terjadi reaksi tertentu.
3. Hormon Adrenalin
-Hormon yang dikendalikan oleh kelenjar adrenal.
-Faktor yang mempengaruhi :
Adanya bahaya
Rangsangan secara tiba-tiba
Kerja sistem regulator, terkait dengan feedback
- Cara kerja
Adanya bahaya akan menstimulasi otak dan kelenjar adrenal untuk
mensekresikan hormon adrenal.
IV. Step 4: Mind Map

Sistem Gerak

Hormon
Adrenalin Gerak
Gerak Refleks
Sadar

Mekanisme
Pengeluaran Refleks Refleks
Definisi
Autonom Somatis

Fungsi
Definisi Definisi

Jenis dan Jenis dan


Mekanisme Mekanisme

Sensasi

Reseptor

V. Step 5: LO
1). Macam-macam sensasi
2). Gerak refleks berdasarkan sirkuit yang dilalui
3). Gerak refleks berdasarkan proses pengolahan informasi
4). Jaras sensori motorik
5). Jaras sensori sensorik
VI. Step 6: Belajar Mandiri
VII. Step 7: Reporting
1. Klarifikasi Istilah Sulit
a. Volunter: Terlaksana sesuai dengan kehendak (Dorland, 2014)
b. Stimulus: Pengaruh yang menghasilkan reaksi fungsional atau topik pada
reseptor, jaringan yang peka terhadap rangsang (Dorland, 2014)
c. Neurotransmitter: zat yang dilepaskan dari ujung akson neuron
presinaptik pada eksitasi, berdifusi melalui celah sinap dapat merangsang
ataupun menghambat (Dorland, 2014)
d. Regulator: Mekanisme yang mengendalikan mekanisme lain sebuah gen
yang diaktifkan secara permanen dan menghasilkan protein reseptor.
(Brokes, 2005)
e. Refleks: Respon otomatis yang diperantarai oleh sistem saraf (Dorland,
2014)
f. Adrenalin (epinefrin): zat kimia yang berfungsi sebagai hormon maupun
sinyal pada sistem saraf (Campbell, 2003)
g. Reseptor: Molekul dipermukaan atau di dalam sel yang mengenali dan
berikatan dengan spesifik (Dorland, 2014)
h. Reaksi: Fenomena yang disebabkan oleh kerja agen kimia, respon
terhadap rangsangan (Dorland, 2014)
i. Perabaan: Sentuhan ringan dengan tangan pada permukaan tubuh untuk
menentukan keadaan organ tubuh di bawahnya (Dorland, 2014)
2. Gerak volunter
Definisi: Gerak yang disadari dengan pusat integrasi yaitu otak
3. Gerak Refleks
a. Gerak refleks autonom
- Definisi: Gerak yang umumnya tidak disadari, melibatkan respon otot
polos, jantung, dan kelenjar. (Tortora, 2012)
- Jenis: Simpatis dan parasimpatis
- Mekanisme: stimulus  reseptor  saraf sensoris 
hipotalamus/batang otak  pre ganglion  ganglion  post
ganglion  efektor (Tortora, 2014)
b. Gerak refleks somatik
- Definisi: Gerak refleks yang melibatkan otot skelet atau otot rangka
(Tortora, 2014)
- Jenis dan mekanisme:
 Otot regang
Merupakan peregangan otot.
Mekanisme: Peregangan  neuron sensoris sumsum tulang
belakang  neuron motori aktif  peregangan berkurang (Tortora,
2014)

Gambar 3. Mekanisme stretch reflex


Sumber : Tortora, 2014

 Refleksi tendon
- Merupakan relaksasi otot untuk mencegah kerusakan karena
tegangan. (Tortora, 2014)
Mekanisme: Tegangan naik Reseptor sensori terstimulus Impuls
menyebar ke saraf tulang belakang  neuron inhibitor aktif 
bersinapsis dengan neuron motorik  Impuls berkurang dan otot
relaksasi (Tortora, 2014)

Gambar 4. Mekanisme tendon reflex


Sumber : Tortora, 2014

 Refleks ekstensor menyilang


Terjadi ketika ada stimulus yang menyakitkan dan akan menjaga
keseimbangan tubuh. (Tortora, 2014)
- Mekanisme: Nyeri pada reseptor  impuls saraf  sumsum tulang
belakang  interneuron aktif  bersinap dengan neuron motorik 
mengaktifkan otot ekstensor Ach lepas  otot ekstensor
berkontraksi (Tortora, 2014)
Gambar 5. Mekanisme flexor reflex
Sumber : Tortora, 2014

 Refleks flexor
Terjadi akibat adanya rasa nyeri yang diterima oleh resptor
- Mekanisme: Stimulus  dendrit  neuron sensoris  impuls saraf
sumsum tulang belakang  interneuron aktif (Tortora, 2014)
Gambar 6. Mekanisme Extensor reflex
Sumber : Tortora, 2014

- Macam-macam Sensasi
 Sensasi taktil:
 Sentuhan
Dihasilkan dari stimulasi pada reseptor taktil di kulit atau lapisan
subkutan
 Tekanan
Sensasi terus-menerus pada area yang lebih luas dan diikuti dengan
deformasi jaringan dalam.
 Getaran
Hasil dari sinyal sensorik berulang yang cepat dari reseptor taktil.
Reseptor yang terlibat adalah korpusculum sentuhan dan
korpuskulum terlaminasi.
 Gatal
Sensasi yang timbul dari stimulasi ujung saraf bebas oleh bahan
kimia tertentu. Seperti antigen pada air liur nyamuk disuntikkan
melalui gigitan.

 Gelitikan
Dimediasi oleh saraf ujung bebas. Hanya terjadi jika orang lain yang
melakukannya bukan dari diri sendiri.

 Sensasi suhu
Termoreceptor adalah ujung saraf bebas yang memiliki reseptif
bidang sekitar 1 mm dengan diameter pada permukaan kulit. Dua
jenis sensasi termal yaitu panas dan dingin. Reseptor dingin terletak
di strata basale epidermis dan melekat pada diameter sedang dan
aktif pada suhu antara 10 dan 40 C (50-105 F). Reseptor hangat,
yang tidak berlimpah seperti reseptor dingin, terletak di dermis dan
melekat untuk serat C berdiameter kecil dan tidak bermielin, mereka
diaktifkan oleh suhu antara 32 dan 48 C (90–118 F). Reseptor dingin
dan hangat keduanya beradaptasi dengan cepat pada permulaan
stimulus. Namun, pada temperatur di bawah 10 C dan di atas 48 C
terutama merangsang reseptor rasa sakit daripada thermoreseptor dan
menghasilkan sensasi yang menyakitkan

 Sensasi nyeri:
Nyeri sangat diperlukan untuk bertahan hidup.karena memberi
fungsi pelindung dengan memberi sinyal adanya kondisi berbahaya
yang merusak jaringan. Dari sudut pandang medis, nyeri dapat
membantu menentukan yang mendasarinya penyebab penyakit.
Nociceptors, reseptor untuk rasa sakit, adalah ujung saraf bebas
ditemukan di setiap jaringan tubuh kecuali otak. Stimulus termal,
mekanik, atau kimia yang intens dapat mengaktifkan nosiseptor.
Iritasi jaringan atau cedera melepaskan bahan kimia seperti
prostaglandin, kinin, dan ion kalium (K) yang merangsang
nosiseptor. Rasa sakit dapat bertahan bahkan setelah stimulus
penghasil rasa sakit hilang karena bahan kimia yang memediasi rasa
sakit bertahan lama, dan karena nociceptors menunjukkan sedikit
adaptasi. Kondisi yang menimbulkan nyeri termasuk distensi
(peregangan) struktur berlebihan, kontraksi otot berkepanjangan,
kejang otot, atau iskemia (tidak adekuat aliran darah ke organ).
Ada dua jenis rasa sakit yaitu cepat dan lambat. Persepsi cepat
rasa sakit terjadi sangat cepat, biasanya dalam 0,1 detik setelah
stimulus diterapkan, karena impuls saraf merambat serat A
berdiameter sedang dan bermielin. Jenis rasa sakit ini juga
dikenal sebagai nyeri akut, tajam, atau menusuk. Rasa sakit terasa dari
jarum tusukan atau pisau potong pada kulit adalah rasa sakit yang
cepat. Nyeri cepat tidak terasa di jaringan tubuh yang lebih dalam.
Persepsi nyeri lambat. Sebaliknya, dimulai sedetik atau lebih setelah
stimulus diterapkan, kemudian secara bertahap meningkatkan
intensitas selama beberapa detik atau menit. Impuls untuk melakukan
rasa sakit yang lambat di sepanjang diameter kecil dan serat C tidak
bermielin. Jenis rasa sakit ini, yang mungkin menyiksa, juga disebut
sebagai kronis, terbakar, sakit, atau sakit berdenyut-denyut. Nyeri
lambat dapat terjadi baik di kulit maupun di jaringan yang lebih dalam
atau organ internal. Contohnya adalah rasa sakit yang terkait dengan
sakit gigi. Nyeri yang timbul dari stimulasi reseptor di kulit adalah
disebut nyeri somatik superfisial; stimulasi reseptor di otot rangka,
persendian, tendon, dan fascia menyebabkan somatik yang dalam
rasa sakit. Nyeri visceral terjadi akibat stimulasi nosiseptor di organ
visceral. Jika stimulasi difus (melibatkan area yang luas). Nyeri
visceral bisa parah. Stimulasi difus dari nosiseptor visceral
- mungkin hasil dari distensi atau iskemia internal organ. Misalnya,
batu ginjal atau batu empedu dapat menyebabkan sakit parah dengan
menghalangi dan memperbesar ureter atau saluran empedu. (Tortora,
2014)
Lokalisasi Nyeri
Nyeri cepat sangat tepat dilokalisasi ke daerah yang dirangsang.
Misalnya, jika seseorang menusuk Anda dengan pin, Anda tahu persis
- bagian mana dari tubuh Anda yang dirangsang. Nyeri lambat somatik
juga dilokalisasi dengan baik tetapi lebih tersebar (melibatkan area
yang luas). Dalam beberapa contoh rasa sakit lambat visceral, jika
membran pleura di sekitar paru-paru meradang, misalnya, mengalami
nyeri dada. Namun, dalam banyak kasus nyeri visceral, rasa sakit
hanya dirasakan jauh di dalam kulit yang menutupi organ yang
dirangsang, atau dalam luas permukaan jauh dari organ yang
terstimulasi disebut nyeri yang dirujuk (Tortora, 2014)
 Sensasi Propioseptor
- Sensasi proprioseptif memungkinkan kita untuk mengenali bahwa
bagian-bagian tubuh kita adalah milik kita sendiri. Mereka juga
memungkinkan kita untuk mengetahui di mana kepala dan anggota
tubuh kita berada dan bagaimana mereka bergerak bahkan jika kita
tidak melihat mereka, jadi itu kita bisa berjalan, mengetik, atau
berpakaian tanpa menggunakan mata kita. Kinestesia adalah persepsi
pergerakan tubuh. Sensasi proprioseptif muncul di reseptor disebut
proprioceptor. Mereka tertanam pada otot (terutama otot postural)
dan tendon memberi tahu kita sejauh mana otot berkontraksi, jumlah
ketegangan pada tendon, dan posisi sendi. Sel-sel rambut pada
telinga bagian dalam memantau orientasi kepala relatif terhadap
tanah dan kepala posisi selama gerakan. Cara mereka memberikan
informasi menjaga keseimbangan dan keseimbangan. Karena
proprioceptors beradaptasi perlahan dan hanya sedikit, otak terus
menerus menerima impuls saraf yang berhubungan dengan posisi
bagian tubuh yang berbeda dan melakukan penyesuaian untuk
memastikan koordinasi. Proprioceptors juga memungkinkan
diskriminasi berat, kemampuan untuk menilai berat suatu benda.
Jenis informasi ini membantu untuk menentukan upaya otot yang
diperlukan untuk melakukan tugas. Misalnya, ketika mengambil tas
belanja, kita dengan cepat menyadari apakah itu berisi buku atau
bulu, dan kemudian mengerahkan jumlah upaya yang dibutuhkan
untuk mengangkatnya. (Tortora, 2014)
- Reseptor
Reseptor taktil:
 Ujung saraf bebas: untuk rasa sakit
 Pacini: reseptor tekanan kuat
 Ruffini: reseptor panas
 Diskus merkel: reseptor sentuhan dan tekanan ringan
Gambar 1. reseptor taktil di kulit
Sumber : Sherwood (2013)

4. Perbedaan refleks somatis dan autonom

Somatik Autonom
Asupan sensoris Indra khusus dan Interoseptor, indra
somatik khusus dan somatik
Keluaran motoris Sadar Tidak sadar
Neuron motoris Satu neuron Dua neuron (neuron pre-
ganglion dan post
ganglion)
Neurotransmitter Acetylcholine Acetylcholine (Ach)
(Ach) atau Norepinephrine
(NE)
Efektor Otot skelet Otot polos, otot jantung,
kelenjar
Respon Kontraksi Kontraksi/relaksasi
Peningkatan/penurunan
sekresi
Pusat integrasi Batang otak dan Hipotalamus dan
sumsum tulang medula spinalis
belakang

5. Gerak refleks berdasarkan sirkuit yang dilalui


1) Monosinaps
Refleks monosinaps merupakan gerak refleks yang paling sederhana contohnya
refleks regang sebab geraknya akan diintegrasikan pada korda spinalis kemudian
neuron aferen langsung mensyarafi otot rangka untuk melawan regangan.
2) Polisinaps
Refleks polisinaps merupakan refleks yang melibatkan dua atau lebih sinaps
dalam penjalaran impulsnya. Contoh dari polisinaps ini adalah pergerakan yang
terdapat dalam skenario.
6. Gerak refleks berdasarkan proses pengolahan informasi
1) Spinal
Refleks spinal merupakan refleks yang pusat integrasinya berada di materi abu
medula spinalis tanpa melewati otak.
2) Cranial
Refleks cranial merupakan refleks yang pusat integrasinya melibatkan otak yaitu
pada bagian batang otak.

7. Hormon Adrenalin
Fungsi:Meningkatkan detak jantung
Meningkatkan detak jantung
Meningkatkan glukosa darah dan asam lemak
Memperlebar saluran udara ke paru-paru
8. Jaras sensori motorik

1. Traktus Piramidalis atau jalur langsung


a. Traktus Kortikobulbaris  Area kepala
b. Traktus Kortikospinalis
- Area trunkus dan ekstremitas.
- Terbagi menjadi dua, yaitu
 Traktus Kortikospinalis lateralis (80%)
 Traktus Kortikospinalis ventralis (20%)
2. Traktus ektrapiramidalis atau jalur tidak langsung
a. Traktus Rubrospinal
b. Traktus Tektospinal
c. Traktus Vestibulospinalis
d. Traktus Retikulospinal lateral
e. Traktus Retikulospinal medial
Traktus Rubrospinal Dari nucleus rubra Gerakan bagian
 medulla spinalis distal tungkai

Traktus Tektospinal Dari colliculus Gerakan kepala &


superior  medulla mata, respon
spinalis terhadap
stimuli visual
Traktus Nucleus vestibular Tonus otot ipsilateral
Vestibulospinalis  medulla spinalis keseimbangan,
respon terhadap
gerakan kepala
Traktus Retikulospinal Formatio reticularis Fasilitasi refleks
lateral  medulla spinalis fleksor, inhibisi
refleks
ekstensor,
mengurangi tonus
otot
aksial &
proksimal tungkai
Traktus Retikulospinal Formatio reticularis Inhibisi refleks
medial  medulla spinalis fleksor, fasilitasi
refleks
ekstensor,
meningkatkan tonus
otot
aksial & proksimal
tungkai
9. Jaras sensori somatik

DORSAL ANTEROLATERAL TRIGEMINO


COLUMNA (SPINOTHALAMIC THALAMICUS
– MEDIAL US)
LEMNISCUS

MODALITAS MEKANIS NYERI RABA-TEKAN, SUHU,


SENSORI (RABA – SUHU GELI- NYERI,PROPIOSEPTIF
TEKAN) GATAL
VIBRASI
PROPIOSEPTIF

REGIO LEHER WAJAH, RONGGA


PENERIMA TRUNKUS HIDUNG, RONGGA
STIMULUS EKSTREMITAS MULUT, GIGI
BELAKANG KEPALA

JUMLAH 3 ORDE
ORDE
SINAP ORDE 1 - NUKLEUS MEDULLA PONS
BATANG GRACILE SPINALIS BATANG OTAK
OTAK DORSUM - CORNU
COLUMNA DORSALIS
- NUKLEUS
CUNNEATE
DORSUM
COLUMNA

SINAP ORDE 2 NUKLEUS VENTRAL POSTERIOR THALAMUS


BAB III
KESIMPULAN DAN DAFTAR PUSTAKA

Kesimpulan
Sistem gerak dibagi menjadi dua yaitu gerak sadar dan gerak refleks
serta dipengaruhi juga oleh hormon adrenalin. Pada gerak refleks berdasarkan
respon yang timbul dibedakan menjadi dua macam yaitu gerak refleks somatik
dan gerak refleks autonom. Seperti pada materi di atas, gerak refleks somatik
berkaitan dengan otot skelet, sedangkan gerak refleks autonom berhubungan
dengan organ dalam. Kedua gerak refleks tersebut memiliki perbedaan-
perbedaan seperti yang telah dijelaskan diatas, misalnya pusat integrasinya,
neurotransmitternya, keluaran motorisnya, cara kerja, dan lain-lain. Kemudian
berdasarkan sirkuit yang dilalui ada gerak refleks monsinap dan gerak refleks
polisinap. Gerak refleks juga dibedakan berdasarkan proses pengolahan
informasinya yaitu ada gerak refleks spinalis dan gerak refleks kranialis. Pada
kasus di atas, gerak refleks yang terjadi menurut respon yang timbul termasuk
gerak refleks somatik, lalu berdasarkan sirkuit yang dilaluinya termasuk gerak
refleks polisinap dan berdasarkan proses pengolahan informasinya termasuk
gerak refleks kranialis. Selain itu, terdapat pula traktus ( jalur) sensori somatik
dan traktus sensori motorik.

Daftar pustaka
Campbell, N.A., Reece, J.B., Urry, L.A., Cain, M.L., Wasserman, S.A.,
Minorsky, P.V., Jackson, R.B. (2012). Biologi Jilid 2. Edisi 8. Terjemahan
D.T Wulandari. Jakarta: Erlangga.
Drg. Ramadhani, A., 2019. Fisiologi Saraf. Materi kuliah kalangan sendiri.
Sherwood, L., 2013. Introduction to Human Physiology. Edisi 8. Yollanda
Cossio. Cina.
Tortora, GJ, Derrickson, B. 2012. Principles of Anatomy & Physiology 13th
Edition. United States of America: John Wiley & Sons, Inc.

Anda mungkin juga menyukai