“DESTILASI EKSTRAKTIF“
GRUP J
1. NADIA ASTHI HAPSARI 17031010204
2. DZULFIKRI ASSHOFI 17031010226
LEMBAR PENGESAHAN
“DESTILASI EKSTRAKTIF”
GRUP J
Kepala Laboratorium
Operasi Teknik Kimia I Dosen Pembiming,
DAFTAR ISI
INTISARI
Destilasi ekstraktif merupakan suatu motode pemisahan beberapa
komponen yang memiliki beda titik didih rendah. Metode ini melibatkan dengan
penambahan entrainer yang tidak volatil dari zat yang akan dipisahkan, sehingga
kebanyakan terikat sebagai residu. Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk
mengetahui refluks ratio pada proses destilasi ekstraktif campuran etanol-air.
Kemudian untuk memperoleh etanol dengan kemurnian yang tinggi melalui proses
pemisahan destilasi ekstraktif. Dan untuk menentukan kurva kesetimbangan dan
perhitungan jumlah plate pada proses destilasi ekstraktif.
Adapun prosedur dari percobaan yaitu membuat larutan etanol dengan
konsentrasi 20-40% sebanyak 500ml kemudian ditambahkan garam sebagai media,
masukkan larutan etanol garam kedalam labu leher tiga, lalu pastikan air pendingin
sudah mengalir dalam kondensor dan lakukan pengaturan jumlah volume refluks,
setelah itu panaskan larutan sampai diatas titik didihnya, lakukan pengamatan pada
saat destilat telah mencapai 15ml, serta lakukan pengamatan konsentrasi etanol
pada destilat, konssentrasi etanol pada residu dan suhu pada sistem selama 5 atau 6
kali, kemudian membuat kurva kesetimbangan dan perhitungan jumlah plate.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan data percobaan setelah dilakukan
perhitungan sebanyak 10 kali, didapatkan bahwa destilasi etanol pada kolom
destilasi tersebut sebagian besar densitas semakin menurun dengan seiring dengan
lama waktu proses saat destilasi, dimana pada percobaan terakhir didapatkan
densitas sebesar 0,8013 gr/mL. Sedangkan pada densitas bottom (kolom bagian
bawah) dapat diperoleh bahwa sebagian besar densitas semakin naik dengan seiring
dengan lama waktu proses destilasi, dimana destilasi pada percobaan terakhir
didapatkan sebesar 0,9873 gr/mL.
BAB I
PENDAHULUAN
I.2. Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui cara menormalkan kurva kesetimbangan
2. Mahasiswa mengetahui cara mendapatkan etanol fuel grade
I.3 Manfaat
1. Agar praktikan dapat mengaplikasikannya dalam dunia industri dan
kehidupan sehari – hari.
2. Agar praktikan dapat mengetahui cara pengoperasian alat distilasi ekstraktif
dalam skala laboratorium.
3. Agar praktikan agar dapat memahami prinsip distilasi ekstraktif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
𝐶𝐿
K=𝐶𝐺
Keterangan:
K =Konstanta kesetimbangan
CL =Konsentrasi kesetimbangan fase liquid
CG =Konsentrasi kesetimbangan fase uap
𝐶1
KD=𝐶2
Keterangan:
KD =koefisien distibusi
C1 =Solvent 1
C2 =Solvent 2
Biasanya pelarut yang digunakan adalah air dan yang lainnya adalah
pelarut organic,sehingga species ion anorganik yang juga dinamakan polar organic
compounds biasanya dalam fase organic atau juga dapat dikatakan sebagai “larut
sukar larut”.(Pecsok,1968)
𝐿
HETP=𝑁
Keterangan:
L=Tinggi bahan isian
N=Banyaknya plate
(Setyadi,2007)
II.4 Hipotesa
Pada praktikum ini diharapkan mendapatkan etanol dengan konsentrasi
tinggi. Dimana konsentrasi garam dalam pelarut berpengaruh terhadap hasil destilat
yang diperoleh. Dimana semakin besar konsentrasi garam dalam pelarut maka
komposisi fraksi destilat akan semakin besar. Serta semakin tinggi temperatur maka
waktu yang dibutuhkan untuk refluks semakin tinggi. Dengan penambahan garam
dalam proses destilasi akan memberikan perbedaan titik didih yang signifikan dan
berpengaruh terhadap kemurnian etanol.
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
III.3 GambarAlat
III.4 Prosedur
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. 1 Perhitungan
Tabel IV.1 Perhitungan Fraksi Destilat (Xd) dan Fraksi Bottom (Xw)
ρ Destilat ρ Bottom T uap T bottom % Ethanol % Ethanol
Waktu
(gr/mL) (gr/mL) (oC) (oC) destilat bottom
1 0,76006 0,95456 62 87
2 0,7404 0,9609 62 90
3 0,7651 0,9779 62 92
4 0,7742 0,9692 62 93
5 0,7406 0,9740 63 95
6 0,7758 0,9741 63 97
7 0,7765 0,97716 74 98
Berdasarkan data yang diperoleh berdasarkan percobaan yang dilakukan
sebanyak 10 kali, didapatkan hasil dimana densitas dari destilat terus menurun
mendekati densitas dari ethanol seiring dengan lamanya waktu destilasi dan
didapatkan densitas akhir pada destilat sebesar 0,8013 gr/mL. Sedangkan untuk
densitas residu pada bottom, terus meningkat seiring dengan lamanya waktu
destilasi, dimana densitas akhir residu pada bottom sebesar 0,9873 gr/mL. Untuk
suhu uap dan bottom menghasilkan data yang berbanding lurus dengan lamanya
waktu destilasi, dimana semakin lama proses destilasi maka suhu uap dan bottom
akan semakin tinggi. Setelah dilakukan perhitungan, pada percobaan kali ini
dihasilkan kadar ethanol pada destilat yang semakin meningkat, dengan kadar
tertingginya sebesar 92,93%. Kadar ethanol yang dihasilkan belum optimal, dimana
berdasarkan literatur seharusnya kadar ethanol bisa mencapai kadar lebih dari 96%.
Hal tersebut dapat dikarenakan konsentrasi garam, suhu yang tidak konstan pada
proses destillasi ekstraktif, penimbangan bobot piknometer dan isi yang dilakukan
pada suhu tinggi serta kesalahan pembacaan alat karena kurangnya kalibrasi.
IV. 2 Grafik
Berdasarkan hasil percobaan, didapatkan data dari fraksi mol ethanol pada
destilat dan pada bottom yang digunakan untuk membentuk kurva kesetimbangan
sistem etanol-air baru. Dimana data fraksi mol ethanol pada bottom diplot pada
sumbu x dan fraksi mol ethanol pada destilat diplot pada sumbu y. Data yang
dihasilkan belum sesuai dengan literatur. Dimana menurut literatur, kurva
kesetimbangan sistem etanol-air memiliki titik azeotrop dan apabila dilakukan
destilasi ekstraktif titik azeotrop akan terbuka dengan kadar ethanol yang dihasilkan
dapat mencapai 99,9%.
Sehingga dapat dilihat pada grafik IV.2.1, dimana kurva kesetimbangan
ethanol-air pada literatur memiliki titik azeotrop. Sedangkan pada data hasil
percobaan titik azeotrop dari sistem ethanol-air tidak terbuka dengan kadar
maksimal didapatkan hanya 92,93%. Selain itu, pada percobaan kali ini didapatkan
hasil perhitungan relative volatility dari sistem ethanol-air sebesar 2,2102. Menurut
ketentuan yang ada nilai dari relative volatility seharusnya kurang dari 1.
Perbedaan dari data yang diperoleh pada percobaan dengan teori yang ada
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu perubahan temperatur, dimana temperatur
yang tidak dijaga selama proses destilasi akan mempengaruhi ratio refluks yang
tinggi saat proses pemisahan secara spesifik. Dan juga pada temperatur pelarut yang
meningkat menyebabkan air dapat menguap dan destilat yang dihasilkan tidak
murni serta penimbangan piknometer yang dilakukan dengan cairan bersuhu tinggi
dapat menyebabkan pengamatan yang tidak tepat. Selain itu konsentrasu dan
kemurnian garam yang digunakan pada proses destilasi juga akan mempengaruhi
hasil etanol yang diperoleh, dimana pada penambahan garam tersebut pada proses
destilasi dapat mempengaruhi relative volatility, karena dapat dikatakan bahwa
garam memiliki efek dehidrasi yang dapat membuat merubah komposisi fase uap
dan fase liquid dari etanol. Dengan adanya komponen lain dalam garam yang
digunakan pada saat proses akan mempengaruhi koefisien aktivitas baik pelarut
maupun destilat. Garam yang digunakan dalam percobaan ini adalah CaCl 2 teknis
(<99%) dimana artinya dalam garam tersebut masih terdapat komponen lain
didalamnya sehingga dapat mempengaruhi hasil konsentrasi destilat.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Pada percobaan destilasi ekstraktif yang telah kelompok kami lakukan, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Pada percobaan dihasilkan data kesetimbangan ethanol-air baru dengan
didasarkan perhitungan relative volatility yang belum berhasil membuka
titik azeotrop pada sistem ethanol-air. Dimana nilai relative volatility yang
dihasilkan sebesar 2,2102.
2. Pada percobaan kali ini dihasilkan kadar ethanol tertinggi sebesar 92,93%
dimana seharusnya kadar yang dihasilkan mencapai 99,9%.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses detilasi ekstraktif adalah
temperatur, kalibrasi, konsentrasi dan kemurnian garam.
V.2 Saran
1. Sebaiknya praktikan dapat menjaga temperatur pada saat proses destilasi
ekstraktif sehingga tidak melewati temperatur titik didih air, yang akan
mempengaruhi konsentrasi destilat.
2. Sebaiknya praktikan dapat melakukan perhitungan dan penimbangan bahan
dengan benar dan akurat, sehingga hasil yang diperoleh tidak ada kesalahan.
3. Sebaiknya dilakukan kalibrasi pada indikator atau alat ukur seperti
thermometer supaya temperatur yang dibaca akurat dan data perhitungan
yang didapatkan valid.
DAFTAR PUSTAKA
Agung.2011 “ Skrining senyawa Kimia dan Pengaruh metode maserasi dan refluks”
Jurnal UNB. Vol 1.127.
Erawati, Eni. 2013 “Pemurnian etanol dengan metode saline ekstraktif distillation”
Jurnal UNS.Vol.1.12-13.
Hartanto, Yansen. 2017 “Distilasi ekstraktif pada pemisahan aseton dan etanol”
Jurnal Untirta.Vol 6.169.
Rahmawati. 2014. “Optimasi tekanan dan rasio refluks pada distilasi fraksionasi
vakum terhadap waktu eugenol” Jurnal konversi. Vol.3.8.
Setyadi, Mochamad . 2007. “Pemilihan bahan dan isian perbandingan refluks pada
distilasi” Jurnal MIPA.Vol.17.23.
LAMPIRAN 1
I. Tabel Pengamatan
Tabel 1. Kalibrasi
II. Perhitungan
1. Pembuatan larutan 35% etanol 350 ml
96% 𝑥 𝑣1 = 35% 𝑥 𝑣2
35% 𝑥 350 𝑚𝑙
𝑣1 =
96%
𝑣1 = 127,60 𝑚𝑙
Jadi, untuk membuat larutan 35% etanol 350 ml, diambil etanol 96%
sebanyak 127,60 ml. Kemudian diencerkan dengan larutan Nacl kedalam
labu ukur sampai 350 ml
2. Pembuatan larutan etilen glikol 1 N 100 Ml
% 𝑥 𝜌 𝑥 100
𝑁=
𝐵𝑒
99,8 𝑥 % 𝑥 1,1132 𝑥 1000
=
62,07/2
𝑁 = 35,7974 𝑔𝑟𝑎𝑚
N1.V1 = N2.V2
35,7974.V1 = 1.100
V1 = 2,7934
Jadi, untuk membuat larutan etilen glikol 2,7934 ml larutkan hingga 100 ml
dengan aquadest.
3. Densitas Air
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑖𝑠𝑖 − 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝜌 𝑎𝑖𝑟 =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜
21,3683𝑔𝑟 − 11,229 𝑔𝑟
𝜌 𝑎𝑖𝑟 =
10 𝑚𝑙
𝑔𝑟
𝜌 𝑎𝑖𝑟 = 0,985
𝑚𝑙
= 0,0409
6. Temperatur Uap Rata-rata
62+62+62+62+63+63+74
Td = = 64 oC
7
8. Konsentrasi Destilat
Interpolasi tabel 2-110 Ethyl Alcohol untuk Densities of Aqueous Organic
Solution.
Untuk densitas ethanol sebesar 0,8013 gr/mL dihasilkan konsentrasi
ethanol sebesar 92,93%
LAMPIRAN 2