Anda di halaman 1dari 11

USULAN TUGAS AKHIR TIPE 1

JUDUL :

GEOLOGI DAERAH KAWITAN DAN SEKITARNYA,

KECAMATAN SALOPA, KABUPATEN TASIKMALAYA,

PROPINSI JAWA BARAT

Oleh :

Nama : Terry Iwou

No. Mhs : 410005010

Diajukan untuk pengurusan ijin dan pembuatan SK pembimbingan Tugas Akhir di

Jurusan Teknik Geologi, Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

Bulan/ tahun : Maret, 2017

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL

YOGYAKARTA

2017
USULAN TUGAS AKHIR

JUDUL : GEOLOGI DAERAH KAWITAN DAN SEKITARNYA,

KECAMATAN SALOPA, KABUPATEN TASIKMALAYA,

PROPINSI JAWA BARAT

Nama : Terry Iwou


No. Mahasiswa : 410005010

Diajukan untuk pengurusan ijin dan pembuatan SK bimbingan Tugas Akhir di


Jurusan Teknik Geologi, Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta.
Bulan/tahun :September, 2017.

Disetujui oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Sukartono., MT Ign. Adi Prabowo, ST, MSi


NIK. 19730031 NIK. 19730251

Mengetahui/Menyetujui
Ketua Jurusan Teknik Geologi

Winarti, ST, MT
NIK. 19730134
JUDUL : GEOLOGI DAERAH KAWITAN DAN SEKITARNYA,

KECAMATAN SALOPA, KABUPATEN TASIKMALAYA,

PROPINSI JAWA BARAT

LOKASI PENELITIAN : Daerah Penelitian terletak di Daerah Kawitan,

Kecamatan Salopa, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Daerah

penelitian termasuk dalam lembar Peta Geologi Regional Karanunggal 1308-1

dengan skala 1 : 100.000. Secara geografis daerah penelitian terletak diantara

koordinat 108º 15’ 00’’ – 108 º 18’ 30’’ BT dan 7 º 30’ 15’’ – 7 º 35’ 15’’ LS.

KESAMPAIAN DAERAH : Daerah penelitian dapat dicapai dari Yogyakarta

dengan menggunakan kendaraan roda dua atau kendaraan roda empat dengan

jarak tempuh lebih kurang ± 230 km selama ± 8 jam. Untuk sampai ke daerah

penelitian jalur yang dapat ditempuh, yaitu: Yogyakarta – Purworejo – Kebumen

–Purwokerto – Ciamis - Tasikmalaya

TAHAPAN PENELITIAN : Penelitian Pendahuluan (Studi pustaka, ijin

penelitian, dan pembuatan proposal), Penelitian lapangan, Tahap Pra-Mapping

(survey awal dan “recognize”, observasi, perijinan tempat tinggal dan persiapan

peta-peta), Tahap Mapping (Pengamatan geomorfologi, stratigrafi, struktur

geologi), Pengolahan Data (Laboratorium dan Studio), Analisa data, Pembuatan

laporan dan Presentasi hasil laporan. Gambar 1 menunjukkan diagram alir dari

tahapan penelitian dalam Tugas Akhir.


Gambar 1. Diagram alir tahapan penelitian

GEOLOGI REGIONAL

Bemmelen (1949), menyebutkan bahwa zona pegunungan selatan Jawa

Barat pada masa Kenozoikum telah mengalami beberapa kali tektonik. Tktonik

pertama terjadi pada akhir Paleogen, kemudian yang kedua pada kala Pilo-

Plistosen, keduanya merupakan proses pengangkatan cekungan sedimentasi yang

menyebabkan terbentuknya struktur-struktur geologi. Proses pengangkatan ini

disertai instrusi-instrusi dan kegiatan vulkanisme. Tektonik tersebut merupakan

faktor utama yang mempengaruhi perkembangan struktur geologi. Proses

pengangkatan ini disertai oleh intrusi-intrusi dan kegiatan vulkanisme. Tektonik

tesebut merupakan faktor utama yang mempengaruhi perkembangan struktur

daerah penelitian.

Menurut Situmorang (1967) mencoba menerapkan pola struktur lipatan

dan pola struktur sesar terhadap Pulau Jawa berdasarkan data geologi permukaan
dan gravitasi.Supriatna (1992), mengatakan bahwa struktur geologi utama yang

ada di daerah Karangnunggal dan sekitarnya adalah sesar normal dan lipatan.

Sesar normal, umumnya mempunyai arah Barat laut-Tenggara tetapi ada

diantaranya berarah hampir Utara-Selatan, dan ditandai oleh adanya kelurusan

sungai, lembah dan bukit.

Lipatan yang terdapat di daerah lembar ini mempunyai arah sumbu Barat-

Timur dan Utara-Selatan. Dibagian timur meskipun tak begitu jelas nampaknya

sumbu siklin menerus ke lembar Pengandaran, dengan arah Barat-Timur. Hal ini

tampaknya sesuai dengan arah sumbu dari Geantinklin Pegunungan Selatan.

Dibagian lembar, sumbu lipatan tersebut berbelok kearah utara san timur laut,

diperkirakan ebagai lipatan orde II dari lipatan utama. Sedang lipatan yang

terdapat di lembar Karangnunggal dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

1. Lipatan terbuka, apabila memiliki kemiringan lapisan < 30o.

2. Lipatan tertutup, apabila memiliki kemiringan lapisan > 30o.

: Daerah penelitian
Gambar 1.1. Peta Fisiografi daerah Jawa Barat (Van Bemmelen, 1949)
2. Stratigrafi : Zona Pegunungan Selatan Jawa Barat merupakan bagian

barat dari Zona Pegunungan Selatan yang membentang dari Jawa Barat sampai

Jawa Timur. Bemmelen (1949) pernah membahas tentang stratigrafi lembar

Jampang, Budhitrisna (1984) membahas stratigrafi lembar Tasikmalaya , dan

Supriatna (1992) yang membahas stratigrafi lembar Karangnunggal dan masih

banyak peneliti lainnya.

Dari peneliti – peneliti tersebut menghasilkan urut-urutan batuan atau

stratigrafi secara regional dan hasil yang diperoleh menunjukkan adanya kesamaan

dan perbedaan. Adapun urut-urutan formasi dari tua ke muda adalah sebagai

berikut :

1. Formasi Jampang menurut Bemmelen (1949), terdiri dari tuf batuapung,

breksi dasit, dasit massif, tuf dasit, tuf abu, batupasir tufan, breksi (andesit-

basalt), aliran lava, napal dan lensa marmer (gamping kristalin). Formasi

Jampang umumya Miosen Bawah. Batas bawah Formasi Jampang tidak

tersingkap, sedang yang dianggap paling bawah diwakili oleh lava dan breksi

bersusunan andesit dan basalt, ketebalan formasi ini diperkirakan ± 900 meter

2. Formasi Kalipucang terdiri dari batugamping terumbu bersisipan

batugamping mengeping. Umur formasi ini Miosen Tengah dengan lingkungan

pengendapan laut dangkal dan terbuka, tebalnya diperkirakan sekitar 150 m.

Formasi kalipucang menindih Formasi Jampang secara selaras dan tertindih oleh

Formasi Bentang dan Formasi Halang secara tidak selaras. Sementara itu

Supriatna (1992) menyatakan bahwa Formasi Kalipucang litologinya terdiri

dari batugamping foraminifera pasiran.

3. Formasi Pamutuan Formasi Pamutuan tersusun oleh litologi batupasir,

batugamping, napal, batu lempung dan tuf. Fosil foraminifera yang dijumpai
dalam napal dan batugamping adalah Globocassidulina sp, Amphistegina sp.,

Globoquadrina altispira Cushman dan Jarvis, Globorotalia mayeri Cushman

dan Ellisor dan Gyordina sp. Kumpulan fosil tersebut menunjukkan umur

Miosen Tengah dengan lingkungan pengendapan laut dangkal dan agak terbuka.

Formasi Pamatuan diduga menindih selaras Formasi Jampang dan menjemari

dengan Formasi Kalipucang serta tertindih tidak selaras Formasi Bentang. Tebal

Formasi Pamutuan diperkirakan antara 300 – 600 meter, singkapannya yang

baik terdapat disungai Pamutuan Pengandaran.

4. Anggota Tuf Napalan Formasi Pamutuan Menurut Supiatna (1992) Anggota

Tuf Napalan Formasi Pamutuan terdiri dari tuf napalan berselingan dengan

batupasir tufan dan batulempung tufan. Penentuan umur satuan dilakukan

dengan mengkorelasikan dengan batuan yang sama dilembar Pengandaran

(Simanjuntak, 1981) yang didasarkan pada fosil foraminifera kecil

menunjukkan umur Miosen Tengah, lingkungan pengendapannya laut dan

dangkal dan terbuka (Simanjuntak, 1981. Tebal satuan diperkirakan antara 200

meter sampai 500 meter dan mempunyai hubungan menjemari dengan Anggota

Batugamping Formasi Pamutuan.

5. Anggota Batugamping Formasi Pamutuan terdiri dari batugamping pasiran,

kalsilutit, dan napal. Berdasarkan hasil fosil formani.fera formasi ini

menunjukkan lingkungan pengendapan laut dangkal dan terbuka dengan

ketebalan 500 meter. Anggota batugamping ini menjemari dengan Anggota Tuf

Napalan Formasi Pamutuan dan menutupi Formasi Jampang secara selaras

6. Formasi Bentang terdiri dari batupasir gampingan, batupasir tufan, bersisipan

serpih dan mengandung lensa batugamping. Berdasarkan hasil foraminifera

plantonik formasi ini menunjukan umur Miosen Akhir bagian awal. Tebal satuan
berdsarkan penampang geologi tidak lebih dari 800 meter. Sebarannya terutama

dibagian Barat, Tengah dan Utara lembar.

7. Batuan Gunungapi Muda litologinya terdiri dari breksi gunungapi, lava dan

tufa. Umur satuan batuan ini dikorelasikan dengan batuan yang sama dilembar

Tasikmalaya (Budhistrisna, 1984) yaitu Pilo-Plistosen. Sartono (1978)

menyebut satuan batuan ini sebagai Formasi Andesit Muda. Selain satuan-satuan

batuan diatas, di daerah Karangnunggal terdapat banyak intrusi batuan beku

diantaranya adalah dasit dan granodiorit. Penyebarannya dibagian Barat laut

lembar.

8. Endapan Sungai dan Pantai. Endapan termuda di daerah ini terdiri dari

endapan sungai dan pantai yang terjadi akibat proses pengikisan dan

pengendapan yang berlangsung terus menerus hingga sekarang.

Tabel 1.1. Kolom stratigrafi regional daerah Karangnunggal (Datun dkk., 1996)
Stratigrafi : secara umum stratigrafi daerah penelitian menunjukan urutan

stratigrafi dari tua ke muda adalah Formasi Jampang (Tomm) berumur Miosen

awal menerus dengan Formasi Pamutuan (Tmpa) dan menjemari dengan Anggota

Batugamping Formasi Pamutuan (Tmpl) yang berumur Miosen tengah setelah itu

tidak selaras dengan Formasi Bentang (Tmb) yang berumur Miosen Akhir sampai

Pliosen awal.

PENELITI TERDAHULU :

1. Van Bemmelen (1949)

2. S. Supriatna, L. Sarmili, D. Sudana, A. Koswara (1992), Peta Geologi

Lembar Karangnunggal.

LAMPIRAN :

1. Peta Topografi Lokasi Penelitian

2. Peta Geologi Regional Daerah Penelitian


1. Peta Topogafi Lokasi Penelitian
2. Peta Geologi Regional Daerah Penelitian

Anda mungkin juga menyukai