Anda di halaman 1dari 27

BLOK 17KEGAWATDARURATAN KEDOKTERAN GIGI

SKENARIO 2

WRAP UP

KELOMPOK 11

Dosen tutorial : drg. Okky Marita Ardy, M.Si

Ketua : Hadi Prabowo 1112017028


Sekretaris : Hurin Sahar Zati Azka 1112017029
Anggota : Wiji 1112016054
Alsakina Dea Kusuma 1112017002
Angelia Pratiwi Yulina Sari 1112017003
Anisa Aulia Rahmah 1112017004
Ifthitah Dona Mahavira 1112017030
Ruvi Putri Danian 1112017049
Seldi Salsabila 1112017050
Shela Kusuma Al Azhar 1112017051

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
2019
DAFTAR ISI

Kata pengantar ...................................................................................................... 3


Skenario................................................................................................................. 4
Identifikasi kata sulit ............................................................................................. 5
Pertanyaan dan jawaban ........................................................................................ 6
Skema .................................................................................................................... 11
Learning objective ................................................................................................. 12
LO 1. Memahami dan menjelaskan pencabutan pasca ekstraksi .......................... 13
1.1 Definisi ............................................................................................................ 13
1.2 Macam-macam ............................................................................................. 14
1.3 Etiologi ......................................................................................................... 15
1.3.1 Lokal ..................................................................................................... 15
1.3.2 Sistemik ................................................................................................. 15
1.4 Penatalaksanaan ........................................................................................... 15
1.4.1 Saat bedah ............................................................................................. 15
1.4.2 Setelah bedah ........................................................................................ 15
1.5 Pemeriksaan laboratorium............................................................................ 15
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 25

UniversitasYarsi | 2
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah atas segala limpahan karunia Allah SWT. Atas izin-Nya lah
kami dapat menyelesaikan wrap up ini tepat waktu. Tak lupa pula kami kirimkan
shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW.

Penulisan wrap up ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok Tutorial Blok
17 Kegawatdaruratan kedokteran gigi,Skenario 2.

Dalam wrap up ini kami menguraikan mengenai masalah Skenario 2.

Dalam penyelesaian wrap up ini, kami mendapatkan bantuan serta bimbingan dari
beberapa pihak. Oleh karna itu, sudah sepantasnya kami ucapkan terima kasih
kepada:
 drg. Okky Marita Ardy, M.Si selaku pembimbing tutorial.
 Orang tua kami yang banyak memberikan support dan dukungan baik
moril maupun materil.
 Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan namanya satu persatu yang
telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Akhirul kalam, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
karna itu kami mengharapkan saran dan kritik demi perbaikan wrap up di masa
mendatang. Harapan kami semoga wrap up ini bermanfaat dan memenuhi harapan
berbagai pihak. Amin.

UniversitasYarsi | 3
Skenario 4
Seorang pasien laki-laki berusia 24 tahun datang dengan keluhan lubang
bekas cabut gigi semalam masih terus mengeluarkan darah. Pada pemeriksaan
terlihat mulut pasien penuh darah dan terdapat gumpalan darah didaerah bekas
cabut gigi. Dokter melakukan penghentian perdarahan secara lokal namun tidak
berhasil. Kemudian dilakukan pemeriksaan lab darah dan ternyata nilai PT dan
APTT nya tidak normal. Pasien segera dirujuk ke dokter SpBMM dan setelah
ditangani penghentian darahnya, oleh Drg. SpBMM pasien dirujuk ke spesialis
penyakit dalam subspesialis hematologi.

UniversitasYarsi | 4
Identifikasi kata sulit
1. Hematologi: cabang ilmu kesehatan yang mempelajari darah, organ
pembentuk darah, dan penyakitnya.
2. Nilai PT dan APTT:
- PT (Protombin Time): pemeriksaan masa protombin. Pemeriksaan
screening yang digunakan untuk menguji pembekuan darah melalui
jalur ekstrinsik dan jalur bersama yaitu faktor pembekuan VII, X, V,
protombin dan fibrinogen.
- APTT (Activated Partial Thromboplastin Time): normal adalah 30-40
detik. APTT adalah pemeriksaan untuk mengetahui proses pembekuan
darah yang diukur dalam satuan detik.
3. Perdarahan secara lokal: perdarahan yang berasal dari berbagai ukuran
pembuluh darah yang terluka dan tidak dapat berhenti karena jendalan
darah tidak dapat terbentuk atau karena sudah pecah atau lepas dari ujung
pembuluh yang terbuka.

UniversitasYarsi | 5
Pertanyaan dan jawaban
1. Apa faktor penyebab dari perdarahan pasca ekstraksi?
- Faktor lokal:
-Trauma yang berlebihan pada jaringan lunak,
-Mukosa mengalami peradangan pada daerah pencabutan
-Tidak dipatuhinya instruksi pasca pencabutan oleh pasien
-Tindakan pasien seperti penekanan soket oleh lidah dan kebiasaan
menghisap
-Berkumur berlebihan
-Makan-makanan keras pada daerah bekas pencabutan
- Faktor sistemik:
-Penyakit CVS - Defisiensi platelet
-Penyakit hipertensi -Penderita sirosis
-Penyakit hemofilia -Penyakit hati
-Diabetes melitus - Gangguan pembekuan darah
-Malfungsi adrenal - Pemakaian obat antikoagulan
2. Bagaimana penatalaksanaan pasien yang mengalami perdarahan pasca
ekstraksi?
1. Periksa luka tersebut, beri pasien larutan kumur dan buang semua
bekuan darah pakai aspirator
2. Letakkan kassa lembab diatas luka dan ditekan, kassa harus terbuat
dari tenun agar ukurannya tidak 2x lebih besar dari gigi yang dicabut.
3. Jika perdarahan berlanjut lakukan infiltrasi pada daerah soket dengan
anestesi lokal yang mengandung adrenalin, tunggu 3 menit, lalu pasien
buang bekuan darah tersebut, lalu jahit, dan tutup soket dengan kassa.
3. Hal apa saja yang harus diperhatikan sebelum ekstraksi?
- Seorang dokter gigi harus melakukan anamnesis
- Periksa tekanan darah

UniversitasYarsi | 6
- Periksa laporan darah untuk perdarahan, waktu bekuan, gula darah,
ESR (Eritrose Sedimentasi Rate)
- Pemakaian aspirin hentikan waktu pencabutan gigi selama 7 hari
- Penderita diabetes = pemeriksaan Hb A1C untuk mengetahui kadar
gula 3 bulan terakhir
- Penderita kardiovaskuler = Membutuhkan profilaksis antibiotic, diberi
amoxicillin secara peroral sebanyak 3 gram, 1 jam sebelum tindakan.
Jika alergi penicillin diberi clindamicin 600 gram 1 jam sebelum
tindakan.
4. Mengapa pasien dirujuk ke spesialis penyakit dalam?
- Untuk mengetahui seberapa jauh pasien tersebut memiliki riwayat
penyakit sistemik
- Untuk mengetahui kadar darah atau pemeriksaan darah
- Untuk menentukan diagnosis penyakit yang diderita
- Agar dokter gigi dapat mengetahui pasti kapan pencabutan dilakukan

UniversitasYarsi | 7
Skema

Perdarahan pasca
ekstraksi

Definisi Macam- Pemeriksaan


Etiologi Penatalaksanaan
macam laboratorium

UniversitasYarsi | 8
Learning objective

LO I. Memahami dan menjelaskan perdarahan pasca ekstraksi


1.1 Definisi
1.2 Macam-macam
1.3 Etiologi
1.3.1 Lokal
1.3.2 Sistemik
1.4 Penatalaksanaan
1.4.1 Saat bedah
1.4.2 Setelah bedah
1.5 Pemeriksaan laboratorium

UniversitasYarsi | 9
LO I. Memahami dan menjelaskan perdarahan pasca ekstraksi
1.1 Definisi
Menurut Woodruff (1974), perdarahan adalah keluarnya darah dari sistem
vaskular. Perdarahan mungkin merupakan komplikasi yang paling ditakuti,
karena oleh dokter maupun pasiennya, perdarahan dianggap mengancam
kehidupan. Perdarahan dapat dikatakan normal apabila terjadi selama 5
hingga 20 menit setelah pencabutan, meskipun dalam beberapa jam
setelahnya masih terjadi sedikit perdarahan. Sedangkan Pedlar dan Frame
(2001) menyatakan bahwa perdarahan normal pasca ekstraksi akan berhenti
setelah tidak lebih dari 10 menit. Perdarahan dikatakan eksternal apabila
perdarahan terlihat pada permukaan atau pada salah satu lubang pada tubuh.
Sedangkan perdarahan internal merupakan perdarahan yang terjadi
kemudian masuk ke dalam jaringan. Perdarahan dibagi menjadi tiga macam,
yakni perdarahan primer, reaksioner dan perdarahan sekunder.
1.2 Macam-macam
Perdarahan dibagi menjadi tiga macam, yaitu perdarahan primer, reakisoner,
dan sekunder. Perdarahan primer terjadi akibat cedera pada suatu jaringan
sebagai akibat langsung dari rusaknya pembuluh darah. Perdarahan
reaksioner terjadi setelah operasi. Perdarahan reaksioner ini terjadi ketika
tekanan darah mengalami peningkatan lokal yang membuka dengan paksa
pembuluh darah yang dilapisi oleh sesuatu yang natural ataupun artifisial.
Perdarahan reaksioner juga dapat terjadi akibat tergesernya benang jahit atau
pergeseran bekuan darah dan mengakibatkan meningkatnya tekanan darah
yang menyebabkan terjadinya perdarahan. Perdarahan sekunder terjadi
akibat infeksi yang menghancurkan bekuan darah atau mengulserasi dinding
pembuluh darah. Karena perdarahan ini disebabkan oleh infcksi, maka
antibiotik perlu diberikan kepada pasien.

UniversitasYarsi | 10
1.3 Etiologi
1.3.1 Lokal
Ekstraksi gigi adalah tindakan yang paling sederhana di bidang bedah
mulut dan merupakan tindakan yang sehari-hari dilakukan oleh
seorang dokter gigi. Walaupun merupakan tindakan yang biasa
dilakukan, tetapi kemungkinan terjadinya komplikasi pasca pencabutan
gigi dapat terjadi setiap saat. Salah satu komplikasi yang mungkin
dapat terjadi pasca ekstraksi gigi adalah perdarahan. Sebagaimana
telah kita ketahui bersama bahwa perdarahan pasca ekstraksi dapat
terjadi karena faktor lokal maupun karena faktor sistemik. Sebagai
seorang dokter gigi, kita dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan
kemampuan yang memadai dalam melakukan pencegahan dan
penatalaksanaannya.
Perdarahan pasca ekstraksi umumnya disebabkan oleh faktor lokal,
seperti :
1. Mukosa yang mengalami peradangan pada daerah ekstraksi
2. Trauma yang berlebihan pada jaringan lunak
3. Tidak dipatuhinya instruksi pasca ekstraksi oleh pasien
4.Kumur-kumur yang berlebihan
5. Tindakan pasien seperti penekanan soket oleh lidah dan kebiasaan
menghisap
6. Memakan makanan yang keras pada daerah ekstraksi
1.3.2 Sistemik
1. Penyakit kardiovaskular
• Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit yang sering terjadi dan
banyak pasien dengan penyakit jantung membutuhkan perawatan
dental. Survey menunjukkan bahwa penyakit dental juga dapat
berkontribusi pada perkembangan arterosklerosis dan Myocardial
infarction. Myocardial infarction merupakan penyebab utama
UniversitasYarsi | 11
kegawatdaruratan pada dental surgery.
• Penatalaksanan dental pada pasien penyakit kardiovaskular:
Behrman dan Wright, menganjurkan perawatan dilakukan dengan cara
rawat inap di rumah sakit, trauma seminimal mungkin, profilaktik
antibiotik sebelum tindakan, menggunakan gel-foam di soket bekas
pencabutan gigi untuk mencegah terjadi perdarahan, melakukan
penjahitan, menggigit tampon selama 1-1 ½ jam, kompres dingin
dengan menggunakan ice-pack selama ½ jam selama 2 hari, diet lunak
selama 48-72 jam, dan sebaiknya menggunakan anestesi lokal tanpa
menggunakan vasokonstriktor, sedangkan untuk pasien anak-anak atau
pasien yang tidak kooperatif dapat dilakukan anestesi umum di rumah
sakit. Perawatan gigi pada pasien ini membutuhkan profilaksis
antibiotik, diberikan amoksisilin secara peroral sebanyak 3 gram 1 jam
sebelum tindakan. Jika alergi terhadap penisilin, dapat diberikan
klindamisin peroral 600 mg 1 jam sebelum tindakan. Sedangkan jika
menggunakan anestesi umum, diberikan amoksisilin iv + amoksisilin
peroral sebanyak 1 gram pada saat induksi dan 0,5 gram 6 jam
kemudian. Jika alergi terhadap penisilin dapat diberikan vankomisin iv
(1 gram 1 jam sebelum tindakan) + gentamisin iv (120 mg) (Vitria,
2011).
2. Diabetes melitus
• Diabetes melitus (DM) adalah suatu penyakit kronik yang bersifat
kompleks akibat gangguan metabolisme karbohidrat karena
kekurangan insulin absolut atau relatif yang ditandai adanya kadar gula
darah yang lebih tinggi dari normal (hiperglikemia).
• Penatalaksanaan dental pada pasien diabetes melitus:
Epinefrin endogen dan kortisol dapat meningkatkan stres. Hormon ini
akan meningkatkan kadar glukosa darah dan mempengaruhi kontrol
glukosa. Oleh karena itu mengurangi stres dan mengontrol rasa nyeri
UniversitasYarsi | 12
sangat penting dalam merawat pasien diabetes melitus. Kadar epinefrin
1:100.000 dalam obat anestesi lokal tidak memberikan efek yang
bermakna terhadap kadar glukosa. Jika pasien merasa cemas, maka
diberikan sedasi. Pasien diabetes melitus dapat dirawat di klinik gigi
secara rawat jalan. Pada pasien diabetes melitus yang tidak terkontrol,
seringkali mengalami infeksi berat di daerah oromaksilofasial, serta
penyakit sistemik lainnya, dan perawatan gigi pada pasien tersebut
membutuhkan pengobatan jangka panjang serta diet yang terkontrol.
Penggunaan antibiotik sangat dibutuhkan untuk perawatan gigi pada
pasien diabetes melitus khususnya jika tidak terkontrol. Antibiotik ini
digunakan baik untuk mengatasi infeksi akut maupun untuk tindakan
profilaktik pada saat akan dilakukan tindakan bedah. Pasien diabetes
melitus sebaiknya menerima perawatan gigi di pagi hari, baik sebelum
atau setelah periode puncak aktivitas insulin. Hal ini akan mengurangi
risiko perioperatif reaksi hipoglikemik, yang terjadi paling sering
selama aktivitas puncak insulin. Bagi mereka yang menggunakan
insulin, risiko terbesar hipoglikemia akan terjadi sekitar 30-90 menit
setelah menyuntik lispro insulin, 2-3 jam setelah insulin reguler, dan 4-
10 jam setelah Nph atau Lente insulin. Faktor utama yang perlu
dipertimbangkan dalam menentukan waktu perjanjian perawatan
adalah aktivitas puncak insulin dan jumlah glukosa yang diserap dari
usus berikut asupan makanan terakhir. Risiko terbesar akan terjadi
pada pasien yang telah menggunakan insulin dalam jumlah biasa atau
menggunakan obat diabet oral tetapi mengurangi atau menghilangkan
makan pagi sebelum perawatan gigi, karena berisiko mengalami
hipoglikemia selama pemeriksaan gigi. Oleh karena itu pasien
dianjurkan untuk makan dengan diet normal dan membawa glucometer
ke tempat praktek gigi. Sebelum perawatan dimulai pasien dapat
mengecek kadar gula darahnya. Jika kadar gula darahnya lebih rendah
UniversitasYarsi | 13
dari normal, maka pasien dianjurkan untuk mengkonsumsi sedikit
karbohidrat sebelum perawatan untuk menghindari terjadinya
hipoglikemia (Vitria, 2011).
3. Hipertensi
• Hipertensi atau yang dikenal sebagai tekanan darah tinggi
didefinisikan sebagai suatu kenaikan tekanan darah sistole lebih dari
140 mmHg atau tekanan darah diastole lebih dari 90 mmHg, dengan
diagnosis didasarkan pada hasil yang sama pada dua atau lebih
kunjungan setelah pemeriksaan awal. Hipertensi ditandai adanya suatu
kenaikan tekanan darah yang persisten sebagai akibat dari kenaikan
resistensi dari arteri perifer.
• Penatalaksanaan dental pada pasien hipertensi:
Hipertensi menjadi kontraindikasi relatif dalam pencabutan gigi
berkaitan dengan penggunaan anestesi lokal. Adanya vasokonstriktor
dalam anestesi lokal merupakan masalah tersendiri berkaitan dengan
tekanan darah pasien.Anestetikum lidokain dengan epinefrin
(adrenalin) sebagai vasokonstriktornya merupakan yang paling umum
digunakan dalam praktek dokter gigi. Selain itu, konsumsi obat-obatan
pada pasien dengan hipertensi tidak terkontrol juga dapat memicu
terjadinya pendarahan setelah pencabutan gigi. Obat-obatan yang
umumnya dikonsumsi pasien hipertensi adalah antikoagulan.

4. Hemofilia A
 Hemofilia A merupakan kelainan terkait-X yang menyebabkan
defisiensi pada faktor pembekuan darah faktor VIII. Hemofilia
dikarakteristikan sebagai perdarahan berlebihan, biasanya diakibatkan
trauma dan terkadang terjadi secara spontan. Perdarahan abnomal
pasca ekstraksi dapat disebabkan oleh hemofilia. Ekstraksi gigi yang
mengarah ke perdarahan berkepanjangan dapat berakibat fatal.

UniversitasYarsi | 14
Tingkat keparahan dari hemofilia A tergantung dari tingkat aktivitas
faktor VIII: koagulan C (VIII:C) dan derajat trauma.
Anestesi lokal regional blok, infiltrasi lingual atau injeksi pada
dasar mulut pada pasien Hemofilia A dapat menyebabkan risiko
perdarahan yang membahayakan jalan napas dan dapat berakibat fatal.
Injeksi intramuskular juga dapat menyebabkan perdarahan yang besar.
Kemungkinan perdarahan pada pasien dengan Hemofilia A dapat
menjadi buruk dengan penggunaan NSAIDs (Scully, 2014).

 Penatalaksanaan Hemofilia A :
Faktor VIII atau IX harus digantikan sampai ke level yang adekuat
selama perdarahan. Vasopresin sintetis (DDAVP) berperan untuk
meningkatkan faktor VIII dan dapat digunakan pada hemofilia sangat
ringan. Pada hemofilia ringan dapat ditangani dengan desmopressin
dan antifibrinolitik seperti asam traneksamat.
Penggantian dari faktor pembekuan yang hilang didapatkan dari
faktor rekombinan VIII. Plasma (fresh atau frozen) dan
cryoprecipitate dapat digunakan. Desmopressin (deamino-8-arginine

UniversitasYarsi | 15
vasopressin; DDAVP) merupakan analog sintetik dari vasopressin
yang menyebabkan lepasnya faktor VIIIC. Desmopressin dapat
diberikan secara intranasal spray sebanyak 1,5 mg desmopresin pe ml
dengan setiap semprotannya 0,1 ml, atau melalui infusi lambat
intravena lebih dari 20 menit sebanyak 0,3-0,5 µg/kg.
Asam traneksamat (Cyklokapron) merupakan turunan sintetis
asam amino lisin. Asam traneksamat memberikan efek antifibrinolitik
melalui blokade reversible pada daerah pengikat lisin di molekul
plasminogen. Asam traneksamat secara siginifikan dapat mengurangi
kehilangan darah pasca operasi pada pasien dengan hemofilia dan
dapat digunakan baik secara topikal ataupun sistemik. Secara sistemik,
diberikan dengan dosis 1 gr (30mg/kg) melalui oral atau melalui infusi
10 mg/kg pada 20 ml larutan saline selama lebih dari 20 menit
(Scully, 2014).
5. Hemofilia B
 Hemofilia B dikarakteristikan sebagai defisiensi faktor IX, diturunkan
sebagai kelainan terkait-X dan memiliki manifestasi klinis yang sama
dengan Hemofilia A (Anderson et al, 2013).
 Penatalaksanaan Hemofilia B :
Terapi dengan pemberian faktor IX sintetis, yang lebih stabil
dibandingkan dengan faktor VIII dengan paruh waktu selama 18 jam
tetapi seringkali mencapai 2 hari, oleh karena itu terapi pemberian
faktor IX sintetis terkadang dapat diberikan dengan interval yang
panjang dibanding pada hemofilia A. Satu dosis dari 20 unit faktor IX
per kilogram berat badan diberikan secara intravena, 1 jam sebelum
tindakan (Scully, 2014).
6. Von Willebrand disease
 Von Willebrand disease merupakan kelainan kongenital yang paling
umum terjadi dan dikarakteristikan sebagai defisiensi atau kondisi
UniversitasYarsi | 16
abnormal protein plasma yang diketahui sebagai faktor von
Willebrand (vWF) (Anderson et al, 2013).
Von Willebrand disease dapat menyebabkan perdarahan yang
sama dengan perdarahan diakibatkan oleh disfungsi trombosit, namun
jika parah menyerupai hemofilia. Penggunaan aspirin dan NSAIDs
pada Von Willebrand disease harus dihindari (Scully, 2014).
 Penatalaksanaan Von Willebrand disease :
Administrasi faktor VIII terkonsentrasi dan vasopressin sintetis
(DDAVP). DDAVP efektif pada vWD tipe 1 dan biasanya diberikan
baik secara intravena atau injeksi subkutan, meskipun bentuk nasal
spray juga tersedia. DDAVP mungkin efektif pada tipe 2A dan
seringkali membantu pasien pada dosis percobaan untuk memastikan
respons. DDAVP merupakan kontraindikasi pada vWD tipe 2B karena
dapat menstimulasi pelepasan dari disfungsi vWF, yang dapat
mengarah kepada agregasi platelet dan tingkat keparahan meningkat
(Scully, 2014).
7. Pasien yang mengkonsumsi anti-koagulan
 Pasien yang sedang mengkonsumsi obat anti-koagulan memiliki
kemungkinan mengalami perdarahan berlebih setelah trauma atau
tindakan bedah. Kondisi sistemik yang dapat memperburuk
perdarahan termasuk koagulopati, trombositopenia, kelainan vaskular
seperti sindrom Ehlers-Danlos, kelainan pada hati, kelainan pada
ginjal, keganasan dan infeksi HIV. Obat yang dapat memperburuk
perdarahan seperti warfarin, heparin dan aspirin harus dihindari.
Injeksi intramuskular juga harus dihindari.
Pada umumnya, penggunaan antikoagulasi tidak harus dihentikan
kecuali dengan alasan yang sangat baik, karena penghentian
penggunaan antikoagulasi tidak terlalu berdampak pada menurunkan
perdarahan secara siginifikan tetapi, sebaliknya, dapat menyebabkan
UniversitasYarsi | 17
hypercoagulability dan rebound trombosis, yang merusak katup
jantung prostetik dan dapat juga menyebabkan kematian trombotik
pada pasien.
Efek dari warfarin dapat berubah oleh beberapa obat, misalnya gel
miconazole topikal dapat menyebabkan pasien mengalami perdarahan.
Efek antikoagulan dari warfarin juga dapat menghambat metabolisme
dari vitamin K.
Heparin berperan langsung pada koagulasi darah dengan memblok
konversi dari fibrinogen ke fibrin, umumnya dengan menghambat
reaksi thrombin-fibrinogen melalui perlekatannya dan mengkatalisis
antitombin III, dimana kemudian akan menon-aktifkan trombin.
Penggunaan aspirin, bahkan pada dosis kecil, dapat meningkatkan
waktu perdarahan dan mengurangi perlekatan trombosit. Pada dosis
besar, aspirin dapat menyebabkan hypoprothrombinaemia (Scully,
2014).
 Penatalaksanaan pasien yang mengkonsumsi anti-koagulan:
Untuk meminimalisir resiko perdarahan berkepanjangan pasca
ekstraksi, jumlah gigi yang diekstraksi sebisa mungkin sesedikit
mungkin. Pasien diminta menggigit kasa yang sudah direndam saline
selama 30 menit dan diminta untuk tidak berkumur-kumur selama 24
jam atau memakan apapun selain diet yang lunak dan dingin selama 48
jam (Scully, 2014).
Pasien yang sedang mengkonsumsi anti-koagulan oral dan
membutuhkan tindakan bedah dapat diberikan obat kumur yang
mengandung asam traneksamat 5% , digunakan untuk kumur-kumur,
empat kali sehari, selama dua hari pasca tindakan (McCormick et al,
2014).

UniversitasYarsi | 18
8. Idiopathic thrombocytopenic purpura (ITP)

 Merupakan salah satu penyebab umum dari trombositopenia,


merupakan kelainan autoimun dan dapat mengarah pada terjadinya
purpura dan perdarahan berkepanjangan. Penggunaan obat seperti
aspirin dan NSAIDs dapat merusak trombosit dan harus dihindari.

 Penatalakanaan :

Transfusi trombosit merupakan tindakan yang paling baik untuk


perdarahan akibat trombositopenia. Ketika akan diberikan secara
profiilaksis, trombosit harus diberikan setengah, sebelum tindakan
dilakukan untuk mengontrol perdarahan kapiler dan setengah lagi
saat akhir operasi untuk memfasilitasi perlekatan yang adekuat
untuk suture. Trombosit harus digunakan dari 6-24 jam setelah
pengambilan dan yang biasa digunakan yaitu platelet-rich plasma
(PRP), yang mengandung 90% trombosit dari darah segar dan
platelet-rich concentrate (PRC), yang mengandung 50% trombosit
yang berasal dari unit fresh whole blood 25 ml (Scully,2014).

1.4 Penatalaksanaan
1.4.1 Saat bedah
Kontrol perdarahan jika terjadi perdarahan arteri yaitu dengan
melakukan penekanan menggunakan jari atau kasa steril. Umumnya
melakukan penekanan 10-20 menit atau pasien menggigit kasa steril
selama 30 menit sampai 1 jam sudah dapat mengatasi perdarahan. Jika
keluarnya darah yang banyak misalnya karena terpotongnya arteri,
maka daerah tersebut dapat di klem dengan hemostat. Melakukan klem
pada daerah perdarahan di mulut sangat sulit dan melakukan ligasi
bahkan lebih sulit lagi. Apabila tersedia, maka dapat menggunakan alat
elektrokoagulasi dari pembuluh darah yang diklem sehingga
tidak perlu dilakukan pengikatan. Alternatif lain yang biasa digunakan
UniversitasYarsi | 19
pada pembedahan adalah menggunakan klip hemostatik pada
pembuluh darah. Sesudah mengontrol perdarahan intra-operati, maka
dapat diputuskan untuk meneruskan atau
menghentikan prosedur. Faktor yang mempengaruhi keputusan ini
yaitu dilihat dari kondisi fisik dan mental pasien (tanda-tanda vital).
Bila terjadi perdarahan ringan 12 sampai 24 jam setelah pencabutan
atau pembedahan gigi, hal tersebut masih di ianggap normal.
Penekanan oklusal menggunakan kasa adalah jalan terbaik untuk
mengontrol dan bisa merangsang pembentukan bekuan darah yang
stabil.
Apabila perdarahan cukup banyak, lebih dari 450 mg saat 12 jam
pertama pada pasien dewasa harus di lakukan tindakan segera untuk
mengontrol perdarahan. Tenangkan pasien lalu lakukan
periksalah tanda-tanda vital (denyut nadi, pernapasan, tekanan darah).
Jika pasien syok, misalnya diaforetik atau berkeringat dengan denyut
yang lemah dan cepat, serta pernapasan yang
dangkal dan cepat disertai dengan turunnya tekanan darah atau
kondisi pasien sedangkan menuju syok, maka diperlukan
merujukke rumah sakit yang memiliki fasilitas yang memadai untuk
mengatasi hal tersebut.
1.4.2 Setelah bedah
1. Meletakkan sebuah kassa gulung kecil diatas soket. Kassa harus
dibasahi dulu sehingga darah yang merembes tidak akan membeku
pada kassa. Pasien diberi instruksi untuk menggigit kassa selama
30 menit dan tidak mengunyah kassa. Usahakan untuk tidak bicara
selama minimal 2-3 jam.
2. Pasien diberitahu untuk tidak melakukan hal- hal yang
memperparah perdarahan.
3. Pasien yang merokok diberitahu untuk tidak merokok 12 jam
UniversitasYarsi | 20
pertama pasca ekstraksi.
4. Asap tembakau dan nikotin akan menganggu penyembuhan luka.
5. Pasien diberitahu untuk tidak minum menggunakan sedotan karna
dapat menimbulkan tekanan negatif.
6. Pasien dilarang meludah selama 12 jam pertama pasca
pembedahan.
7. Pasien yang tidak suka akan adanya darah didalam mulut
diberitahu untuk menggigit kassa dengan kencang untuk
mengontrol perdarahan dan menelan ludah.
8. Memberitahu hal-hal diatas akan menghindari adanya telpon
ditengah malam kepada dokter. (Peterson L, 1998).

Salah satu komplikasi ekstraksi gigi yang dapat terjadi adalah


perdarahan pasca ekstraksi. Dalam hal ini, yang paling utama
dilakukan adalah pencegahan terjadinya perdarahan yang terus
menerus akibat dari ekstraksi gigi. Tetapi apabila perdarahan tetap
tidak bisa dihentikan, diharapkan operator untuk bersikap tenang,
jangan panik dan berikan penjelasan pada pasien bahwa ini dapat
diatasi dan tidak perlu khawatir, setelah itu bisa dilakukannya tindakan
lebih lanjut seperti:
a. Perdarahan ringan (waktu 12-24 jam)
Apabila terjadi perdarahan ringan dalam kurun waktu 12-24 jam
setelah pencabutan gigi, dapat dilakukan penekanan oklusal dengan
menggunakan kasa/ tampon kapas. Dengan demikian, perdarahan
dapat dikontol dan supaya terbentuknya bekuan darah yang stabil.
Pasien tidak diperkenankan untuk berkumur-kumur selama 6 jam
setelah operasi, karena berkumur akan menghancurkan bekuan
darah.

UniversitasYarsi | 21
b. Perdarahan cukup banyak dalam waktu 24 jam
Apabila mengalami perdarahan yang cukup banyak, lebih dari 1
unit (450 ml) pada waktu 24 jam pertama pada pasien dewasa,
maka diharuskannya dilakukan pemeriksaan sesegera mungkin.
Tenangkan pasien, periksa tanda-tanda vital yang meliputi denyut
nadi, pernafasan dan tekanan darah. Setelah pasien diperiksa dan
dinilai sudah stabil, perhatikan bagian yang mengalami perdarahan.
Apabila bagian yang mengalami perdarahan sudah ditemukan,
lakukan anastesi local agar perawatan tidak terasa sakit.
Vasokonstriktor yang digunakan pada anastesi hanya boleh sedikit
saja (1:100.000 epinefrin). Setelah itu, periksa darimana
perdarahan itu berasal, lalu berikan bekuan darah.
− Gingiva
Apabila perdarahan berasal dari gingiva, dapat dikontrol dengan
menjahit tepi/ margin luka.
− Tulang
Apabila perdarahan berasal dari tulang, maka soket diisi dengan
spons gelatin/ oxidized cellulose gauze ukuran 2x2 inci yang telah
dilipat dan dapat menutup luka ekstraksi, pasien diintruksikan
untuk menggigit kuat daerah di atas sponge gauze selama sekitar
30-60 menit. Jangan perbolehkan pasien pulang apabila belum
berhenti hingga perdarahan berhenti. Apabila perdarahan sudah
berhenti, lakukan observasi pada pasien selama 10-15 menit untuk
melihat apakah terjadi perdarahan kembali.Apabila masih kembali,
gantikan sponge gauze dengan yang baru dan ulangi kembali
selama 30 menit. Jika perdarahan tetap terjadi, pasien diminta
untuk kembali keesokan harinya.

UniversitasYarsi | 22
c. Perdarahan berat (Terpotongnya arteri)
Pada perdarahan yang sangat deras misalnya terpotongnya arteri,
maka dilakukannya klem dengan hemostat lalu lakukan ligasi,
yaitu dengan mengikat pembuluh darah dengan benang/
kauterisasi. Apabila masih belum berhenti juga, siapkan segera
hemostatic agent seperti asam traneksamat. Injeksikan asam
traneksamat secara intravena/ intermuskuler.

1.5 Pemeriksaan laboratorium


Beberapa pemeriksaan laboratoris yang dilakukan bagi penderita dengan
gangguan perdarahan adalah partial thromboplastin time (PTT), prothrombin
time (PT), platelet count, ivy bleeding time, platelet function analyzer 100
(PFA-100), dan thrombin time.
Partial thromboplastin time (PTT) digunakan untuk memeriksa sistem
intrinsik (faktor VIII, IX, XI, dan XII) dan jalur utama (faktor V dan X,
protrombin, dan fibrinogen).Tes ini juga merupakan tes terbaik untuk
screening gangguan koagulasi.Prothrombine time digunakan untuk
memeriksa jalur ekstrinsik (faktor VII) dan jalur utama (faktor V dan X,
prothrombin, dan fibrinogen).Platelet count digunakan untuk memeriksa
penyebab-penyebabgangguan perdarahan akibat trombositopenia. Angka
normal platelet count adalah 140.000-400.000/mm3 dari keseluruhan jumlah
darah. Ivy bleeding time digunakan untuk melihat gangguan fungsi platelet
dan trombositopenia.Platelet function analyzer 100 (FA-100) merupakan
pemeriksaan invitro untuk mendeteksi disfungsi platelet.Trombine time
menunjukkan jumlah fibrinogen yang ada di dalam darah.

PENATALAKSANAAN MEDIS
Penyakit-penyakit yang termasuk di dalam defek vaskuler adalah hereditary
hemorrhagic telangiectasia (Osler-Weber-Rendu syndrome), Ehler-Danlos,
UniversitasYarsi | 23
osteogenesisimperfekta, pseudoxanthoma elasticum, dan Marfan syndrome.
Penderita penyakit ini sebaiknya menghindari tindakan pembedahan, namun
bila pembedahan tetap dilakukan sebaiknya dilakukan penanganan khusus
terhadap kerusakan pembuluh darah. Gangguan pada platelet terjadi pada
penderita von Willebrand’s disease, Bernard-Soulier disease, Glanzmann’s
thrombosthenia, dan disorders of platelet release. Penanganan yang dapat
dilakukan adalah transfusi platelet dan penggantian faktor VIII. Hemofilia A
dan B merupakan manifestasi dari gangguan koagulasi. Penanganan yang
dilakukan adalah pemberian prednisone; IV gamma globulin, dan transfusi
platelet, pemberian faktor VIII, dan faktor VIIa serta steroid.

PENATALAKSANAAN DI BIDANG KEDOKTERAN GIGI


Metode pemeriksaan yang sebaiknya dilakukan oleh dokter gigi saat
mengidentifikasi pasien dengan kelainan perdarahan adalah membuat
riwayat penyakit secara lengkap, pemeriksaan fisik, skrining laboratoris, dan
observasi terjadinya perdarahan yang luas setelah tindakan pembedahan.
Riwayat penyakit pasien harus dibuat selengkap mungkin.Pertanyaan-
pertanyaan hendaknya disusun secara berurutan dimulai dari pengalaman-
pengalaman pasien terdahulu. Beberapa penyakit gangguan perdarahan
dapat diturunkan, sehingga pertanyaan juga perlu diarahkan ke anggota
keluarga yang lain. Pengelompokan pertanyaan dilakukan sesuai dengan
jenis-jenis penyakit gangguan perdarahan yang mungkin dapat terjadi.
Adapun pertanyaan tersebut meliputi: apakah ada anggota keluarga yang
mengalami gangguan perdarahan, apakah pernah mengalami perdarahan
yang cukup lama setelah dilakukan tindakan pembedahan seperti operasi dan
cabut gigi, apakah pernah terjadi perdarahan yang cukup lama setelah
mengalami trauma, apakah sedang meminum obat-obatan untuk pencegahan
gangguan koagulasi atau sakit kronis, riwayat penyakit terdahulu, dan
apakah pernah mengalami perdarahan spontan.
UniversitasYarsi | 24
Deteksi pasien dengan riwayat perdarahan:
1. Riwayat Penyakit Lengkap
a. Riwayat keluarga yang memiliki gangguan perdarahan
b. Gangguan perdarahan setelah dilakukan operasi dan pencabutan gigi
c. Gangguan perdarahan setelah mengalami trauma
d. Konsumsi obat-obatan yang menimbulkan masalah perdarahan seperti
aspirin, antikoagulan, pemakaian antibiotika jangka panjang, dan obat-obat
herbal
e. Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan gangguan perdarahan seperti
leukemia, penyakit liver, hemofilia, penyakit jantung bawaan, penyakit
ginjal
f. Perdarahan spontan dari hidung, mulut, telinga, dan lain-lain.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Jaundice dan pallor
b. Spider angiomas
c. Ecchymosis
d. Ptechiae
e. Oral ulcers
f. Hyperplastic gingival tissues
g. Hemarthrosis
3. Skrining laboratoris
a. PT
b. aPTT
c. TT
d. PFA-100
e. Jumlah Platelet

UniversitasYarsi | 25
4. Tindakan pembedahan yang pernah dialami sehingga menimbulkan
gangguan perdarahan.

Skrining laboratoris perlu dilakukan terutama pemeriksaan PT, aPTT, TT,


PFA-100dan platelet count.Jenis pemeriksaan yang dilakukan disesuaikan
dengan pengelompokangangguan perdarahan.

UniversitasYarsi | 26
DAFTAR PUSTAKA

UniversitasYarsi | 27

Anda mungkin juga menyukai