Anda di halaman 1dari 4

TUGAS MATA KULIAH UMUM B (MKU B)

Islam Ulil Albab, Rahmatan Lil Alamin

Disusun Oleh:

1. Farlinda Alya Zulkarnain 17711129


2. Dhinda Ayu Rasitta 17711136
3. Aisyah Ratu Anahari 17711151

Dosen Pembimbing :
dr. H. Agus Taufiqurrahman, M.Kes, Sp.S

PRODI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN UII
2018
ILUSTRASI MASALAH SOSIAL

Nama Inisal : Ibu T

Usia : tahun

Alamat : Kelurahan Pringgokusuman, Kecamatan Gedong Tengen, Yogyakarta.

Kelompok kami, mendatangi dan mengobrol singkat dengan Ibu T, dirumahnya pada hari
Sabtu tanggal 8 Desember 2018 pada pukul 3 sore hari. Ibu T merupakan ibu rumah tangga biasa,
yang bekerja sambilan sebagai pejual lauk pauk seadanya didepan rumahnya dan suaminya Pak T,
hanya bekerja sebagai tukang becak. Ibu T memiliki 2 orang anak. Anak pertamanya sudah
menikah juga sudah memiliki anak dan anak keduanya masih duduk di SMK kelas 3.
Pada pertengahan tahun 2016, Ibu T merasakan sesuatu pada bagian payudaranya yaitu
mulai muncul gumpalan gumpalan putih, seperti setelah menyusui. Ibu T kemudian
memeriksakannya ke puskesmas, ternyata tidak ada apa-apa. Lama kelamaan, keluar cairan seperti
susu, kemudian memerah seperti darah. Ibu T periksa lagi ke puskesmas dan dari puskesmas
merujuk ke RS Jogja Spesialis Bedah Umum bukan Onkologi. Pada akhir tahun 2016, Ibu T
terdeteksi terkena kanker payudara dan di operasi di RS Jogja bersama Spesialis Bedah Umum
bukan Onkologi, dan operasinya berjalan lancar. Di RS Jogja, tidak ada kemoterapi untuk
pengobatan pasca operasi, maka Ibu T di rujuk ke RS Panti Rapih dan RSUP Sarjito. Namun,
untuk kemoterapi di RSUP Sarjito, Ibu T harus mengantri bisa sampai 3 tahun lamanya, sehingga
Ibu T melakukan kemoterapi di RS Ken Saras, Semarang. Pada saat awal kemoterapi, ibu T tidak
belum disarankan untuk langsung sinar, akan tetapi sinar di lakukan pada akhir program
kemoterapi.

Ibu T mendaftar di RS Ken Saras mulai bulan Januari 2017, tetapi karena masih banyaknya
antrian, sinar baru di mulai sekitar bulan Maret 2017. Sinar dilakukan selama 30 kali. Dengan
menggunakan jaminan, Ibu T tidak diperbolehkan mandi selama program sinar (30x) dan mesin
terkadang eror sebelum proses. Akan tetapi jika ada masyarakat yang tidak menggunakan jaminan
dan melakukan sinar, diperbolehkan mandi, mesin tidak eror dan harus mengeluarkan biaya 17
juta. Karena ketelatenan beliau, penyakit ini tidak terlalu parah. Kata dokter, tumor posisi masih
terbungkus, dan dengan langsung dilaksanakan operasi, kemoterapi dan sinar, penyakit tidak
menyebar bagian tubuh Ibu T yang lain. Mulai dari awal sakit hingga sekarang, Ibu T
menggunakan KIS Pemerintah. KIS Pemerintah didapatkan karena sebelumnya beliau
menggunakan JAMKESMAS. Itu artinya pemeriksaan baik operasi dan kemoterapi, semua
ditanggung oleh pemerintah.

Di Semarang, Ibu T hanya menanggung biaya kos dan hidup (kos-nya dekat RS Ken Saras)
dan biaya untuk kos kurang lebih habis 400 ribu rupiah. Hidup Ibu T di Semarang, dimulai pada
hari senin pagi (diantar suaminya) dan sampai jumat sore (dijemput suaminya untuk pulang ke
Jogja). Hal ini dilakukan selama kurang lebih 2 bulan. Hingga sekarang Ibu T masih dalam tahap
penyembuhan. Ibu T harus minum obat selama 5 tahun dan setiap 3 bulan sekali harus tetap kontrol
untuk di USG dan cek CA153 (untuk mengecek kadar tumor). Ibu T sebelum terdeteksi sakit
bekerja serabutan dan saat sakit beliau tidak bekerja, hanya suaminya saja. Kemudian saat proses
penyembuhan (sekarang), beliau bekerja serabutan lagi dan berjualan makanan (lauk-pauk).

Permasalahan sosial seperti yang dialami keluarga Ibu T bisa diantisipasi di Indonesia
apabila fasilitas kesehatan lebih ditingkatkan. Menunggu proses penyembuhan kurang lebih
selama 3 tahun memakan waktu yang lama, sehingga satu-satunya jalan adalah memilih rumah
sakit di lain daerah yang jaraknya jauh dari tempat tinggal. Jarak yang jauh menyebabkan
menyebabkan keluarnya biaya lagi untuk transportasi dan tempat tinggal di luar daereah sehingga
memperburuk keadaan sosial ekonomi. Fasilitas kesehatan untuk terapi kanker di daerah dengan
presentase penyakit kanker yang tinggi hendaknya lebih ditingkatkan dan diperbanyak untuk
mengatasi antrian lama yang harus ditunggu pasien. Antrian yang terlalu lama juga tentunya akan
memperparah penyakit, dan meningkatkan resiko kematian bagi pasien.

Permasalahan sosial juga dialami Ibu T ketika menjalani perawatan di rumah sakit. Ibu T
menggunakan jaminan saat menjalani pemeriksaan, oleh karenanya alat yang digunakan untuk
terapi sering bermasalah, sedangkan alat yang digunakan oleh pasien dengan administrasi normal
tanpa jaminan tidak sering bermasalah. Fasilitas kesehatan untuk pasien biasa dengan pasien yang
menggunakan BPJS hendaknya sama-sama dirawat dengan baik agar ketika digunakan tidak sering
bermasalah. Sehingga pasien yang menggunakan BPJS merasakan kenyamanan yang sama dengan
pasien tanpa BPJS.

Ibu T sekarang alhamdulillah keadaannya sudah membaik. Ibu T kembali bekerja untuk
mengatasi masalah sosial ekonomi yang telah digunakan untuk biaya pemeriksaan. Penghasilan
Ibu T dan suaminya sudah cukup untuk memanuhi kebutuhan makan sehari-hari tetapi untuk
memenuhi kebutuhan sekunder lainnya masih sulit.

Anda mungkin juga menyukai