Resume Materi Komunikasi Organisasi
Resume Materi Komunikasi Organisasi
KOMUNIKASI ORGANISASI
“RESUME MATERI”
Dosen Pengampu:
Dra Sofiah M.Si.
Kelompok:
Bedeian dan Zamnuto menyampaikan bahwa “social entities that are goal
directed, deliberately structured activity systems with a permeable boundary”
(Ibid).
1. Pendekatan obyektif
Sesuatu yang bersifat fisik dan konkret, dan merupakan sebuah
struktur dengan batas-batas yang pasti, sesuatu yang stabil. Organisasi
merupakan sesuatu yang nyata yang merangkum orang-orang, hubungan-
hubungan, dan tujuan-tujuan. Jadi, menurut pendekatan obyektif,
organisasi adalah struktur.
2. Pendekatan Subyektif
Kegiatan yang dilakukan orang-orang, terdiri dari tindakan-
tindakan, interaksi, dan transasksi yang melibatkan orang-orang.
Organisasi diciptakan dan dipupuk melalui kontak-kontak yang terus-
menerus berubah dan dilakukan oleh satu orang dengan orang lainnya.
Jadi, menurut pendekatan subyektif, organisasi adalah proses yakni
mengorganisasikan perilaku.
Carl I. Hovland
Proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan
rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku
orang lain (komunikate).
Everett M. Rogers
Proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau
lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka
Harold Laswell
‘Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect’ yang
artinya, ‘Siapa berkata Apa dengan Saluran apa, Kepada Siapa dengan
Efek apa’.
Dengan kata lain keberadaan komunikasi dalam organisasi itu membuat kita
mampu membedakan dua hal yaitu :
1. Menunjukkan bagaimana para anggota bekerja sebagai seorang
organisatoris.
2. Bagaimana operasi jaringan kerja yang mengaitkan mereka satu sama lain,
jadi bagaimana kedudukan mereka sebagai human actors.
Fungsi Khusus :
1. Membuat para karyawan melibatkan diri ke dalam isu-isu organisasi lalu
menerjemahkannya ke dalam tindakan tertentu di sebuah “komando”.
2. Membuat para karyawan menciptakan dan menangani “relasi” antara
sesama bagi peningkatan produk organisasi
3. Membuat para karyawan memiliki kemampuan untuk menangani
keputusan-keputusan dalam keadaan yang ambigu dan tidak pasti.
D. TEORI-TEORI ORGANISASI
Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan mengenai pengertian
organisasi dan hakikatnya. Pada tahap selanjutnya, akan dijelaskan secara rinci
mengenai teorinya. Ada beberapa teori organisasi yang dikenal dan sering
diaplikasikan.
Teori Transisional
Jika teori-teori ilmiah dan klasik fokus lebih sempit seputar struktur
organisasi dan desain pekerjaan, setidaknya dua teori transisional ditujukan
konsentrasi yang lebih luas, termasuk kekuasaan digunakan, psikologi kepatuhan,
variabilitas dalam perilaku anggota organisasi individu, dan pentingnya
komunikasi dalam proses organisasi. Mary Parker Follet memperkenalkan
pertama kalinya pada tahun 1920.
3. Proses
Pendekatan kognitif menyatakan bahwa kognisi (pengetahuan dan
pengalaman) adalah proses mental, yang menyempurnakan dan
disempurnakan struktur kognitif yang ada. Akibat adanya ketidaksesuaian
di dalam struktur sebuah organisasi, akan menghasilkan sebuah perilaku
yang diharapkan dapat mengurangi ketidaksesuasian tersebut.
Dalam pendekatan reinforcement, lingkungan yang beraksi dalam
individu mengundang suatu respon yang dittentukan oleh keturunan dan
sejarah masa lalu. Sifat dan reaksi lingkungan pada respon tersebut
menentukan kecenderungan-kecenderungan perilaku individu di masa
mendatang.
Dalam pendekatan Psikoanalitis, keinginan dan harapan dihasilkan
oleh ID, kemuduan diproses dan dikerjakan oleh Ego dan di bawah
pengamatan Superego. Hasil-hasil perilaku dari keputusan Ego adalah
tentang bagaimana memuaskan keinginan Id dan hambatan dari Superego.
5. Tingkat Kesadaran
Dalam lpendekatan kognitif, memang ada aneka ragam tingkatan
kesadaran, akan tetapi kegiatan mental yang sadar seperti mengetahui,
berpikir, dan memahami akan dipertimbangkan dalam pendekatan ini.
Reinforcement tidak membedakan secara spesifik antara keadaan
seseorang yang sadar dan tidak sadar. Dalam kenyataannya, biasanya
aktivitas mental dipertimbangkan menjadi bentuk lainperilaku dan tidak
dihubungkan dengan faktor eksternal lainnya.
Menurut pendekatan Psikoanalitis, hampir sebagian besar aktivitas
mental adalah tidak sadar. Menurutnya, aktivitas tidak sadar Id dan
Superegolah yang akan menentukan terbentuknya perilaku seorang
individu.
6. Data
Dalam pendekatan kognitif, data atas sikap-sikap, nilai-nilai,
pengertian, dan pengharapan seseorang dikumpulkan lewat kegiatan
survey. Pendekatan reinforcement mengukur stimuli lingkungan dan
respon materi atau fisik dan dapat diamati melalui observasi langsung.
Sedangkan pendekatan Psikoanalits menggunakan data ekspresi
dari keinginan-keinginan, harapan-harapan, dan bukti penekanan dan
penghambatnya melalui analisis mimpi, asosiasi bebas, dan juga hipnotos.
2. Kelompok Informal
Kelompok informal adalah pengelompokan orang-orang secara
alamiah dalam suatu situasi kerja sebagai tanggapan terhadap kebutuhan
social. Dengan kata lain kelompok informal tidak muncul sebagai hasil
rencana yang disengaja tetapi berkembang secara agak alamiah. Ada dua
jenis khusus kelompok informal : kelompok kepentingan dan kelompok
persahabatan.
Tahap Normalisasi
Tahap ketiga ini adalah tahap di mana hubungan yang dekat terbentuk dan
kelompok tersebut menunjukkan kekohesifan. Dalam tahap ini terdapat sebuah
rasa yang kuat akan identitas kelompok dan persahabatan. Tahap normalisasi
(norming stage) ini selesai ketika struktur kelompok tersebut menjadi solid dan
kelompok telah mengasimilasi serangkaian ekspektasi definisi yang benar atas
perilaku anggota.
Masalah lainnya dari model lima tahap, terkait pemahaman perilaku yang
berhubungan dengan pekerjaan, adalah penelitian atas awak kokpit dalam sebuah
pesawat terbang menemukan bahwa, dalam 10 menit, tiga orang yang tidak saling
mengenal yang ditugaskan untuk terbang bersama untuk pertama kali menjadi
sebuah kelompok yang sangat cepat ini adalah konteks organisasional yang kuat
yang melingkupi tugas dari awak kokpit. Konteks ini memberikan aturan, definisi,
tugas, informasi, dan sumber – sumber daya yang diperlukan bagi kelompok
tersebut untuk tampil. Mereka tidak butuh untuk mengembangkan sumber daya,
memecahkan konflik, dan menentukan norma – norma seperti yang diramalkan
model lima tahap.
G. PERFORMANCE ORGANISASI
Konsep kinerja (Performance) dapat didefinisikan sebagai sebuah
pencapaian hasil atau degree of accomplishtment (Rue dan byars, 1981 dalam
Keban 1995). Hal ini berarti bahwa, kinerja suatu organisasi itu dapat dilihat dari
tingkatan sejauh mana organisasi dapat mencapai tujuan yang didasarkan pada
tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya.
Mengingat bahwa Raison d’etre dari suatu organisasi itu adalah untuk
mencapai tujuan tertentu yang sudah ditetapkan sebelumnya, maka informasi
tentang kinerja organisasi merupakan suatu hal yang sangat penting. Informasi
tentang kinerja organisasi dapat digunakan untuk mengevaluasi apakah proses
kerja yang dilakukan organisasi selama ini sudah sejalan dengan tujuan yang
diharapkan atau belum. Akan tetapi dalam kenyataannya banyak organisasi yang
justru kurang atau bahkan tidak jarang ada yang tidak mempunyai informasi
tentang kinerja organisasinya.
H. BUDAYA KERJA
Dalam buku Wacana Komunikas Organisasi, Alo Liliweri(2004: 323)
menjelaskan budaya organisasi adalah suatu budaya yang dimiliki oleh organisasi,
budaya merupakan faktor yang memberikan spirit bagi organisasi dan
membedakannya dengan organisasi lain. Beliau juga menyebutkan pentingnya
budaya dalam organisasi yaitu (1) kebudayaan mempengaruhi perilaku anggota
organisasi baik secara individu maupun kelompok, (2) organisasi membentuk
sebuah kebudayaan sendirikarena organisasi merupakan wadah kerjasama dan
komunitas yang dibentuk oleh perilaku-perilaku manusia. Jadi budaya orgnisasi
dapat dopandang sebagai budaya yang mengajarkan dan mewariskan perilaku atau
aktivitas tertentu seseorang dalam organisasi, meliputi cara bekerja, menikmati
kebebasan dalam organisasi, cara bekerjasama dan lain-lain.
Berikut ini Allo LiliwerI juga menjelaskan beberapa pengertian budaya
organisasi menurut beberapa ahli. Menurut Carbaught dalam Liliweri (2004:326)
budaya organisasi merupakan metafora enting untuk menggambarkan norma,
perasaan, dan pola-pola aktivitas interaksi dari suatu kelompok.
Deal dan Kenedy dalam Grifin dalam Liliweri (2004:326)mengatakan
bahwa budaya organisasi adalah cara bagaimana kita melakukan sesuatu
disekeliling kita. Sementara itu, dukitup dari buku yang sama, Ivancevich dan
Matteson mengemukakan bahwa budaya organisasi dapat dipandang sebagai :
1. Suatu sistem kepercayaan yang dibagi diantara para anggota organisasi
2. Kekuatan, keluasan, inti nilai yang dibagi
3. Langkah bagikita untuk melakukan sesuatu disekeliling kita.
4. Pemrograman kolektif dari berbagai gagasan.
5. Pemahaman kolektif
6. Seperangkat symbol, upavara dan mitos yang mengkmunikaskan nilai-
nila utama dan keyakinan bagi organisasi (T.J Oeters dan R.H)
7. Menurut Schein budaya organisasi adalah pola dasar yang diterima oleh
organisasi untuk bertindak dan memecahkan masalah, membentuk
karyawan yang mampu beradaptasi dengan lingkungan dan
mempersatukan anggota-anggota organisasi. Untuk itu harus diajarkan
kepada anggota termasuk anggota yang baru sebagai suatu cara yang
benar dalam mengkaji, berpikir dan merasakan masalah yang dihadapi.
Model ini dikenalkan oleh Talcot Parsons dalam salah satu teori
fungsional. Dalam pandangan nya Parsons menilai bahwa:
1. Setiap masyarakat hanya bisa mempertahankan kelangsungan hidupnya
apabila ada keteraturan sosial (social ordres) yang bisa dipertahankan.
2. Setiap masyarakat, agar bisa bertahan, harus menjalankan empat fungsi,
dijalankan oleh empat subsistem yang berbeda.
a. Fungsi menyesuaikan diri dengan ling yangkungan disebut
dengan fungsi adaptasi. Fungsi ini dijalankan oleh subsistem
ekonomi.
b. Fungsi mencapai tujuan. Tujuan bersama yang telah
dirumusakan menjadi arah segala kegiatan. Dijalankan oleh
subsistem politik.
c. Fungsi integrasi, yaitu setiap unsur dalam masyarakat harus
terjalin dan tidak berlawanan. Dijalankan oleh subsistem
hukum dan politik.
d. Fungsi mempertahankan pola. Hubungan sosial yang
dijalankan untuk mencapai tujuan harus dijalankan melalui
hubungan sosial dengan cara menaati aturan dan nilai.
Dijalankan oleh subsistem keluarga dan pendidikan.
Atribut dari perusahaan yang baik dari Peter dan Waterman ditunjukan
pada table dibawah ini.
Tabel4.
Model Good Organization Dari Peter Dan Waterman
1. Bebas untuk bertindak
2. Tak perlu menunggu reaksi pelanggan
3. Menyukai otonomi dan kewiraswastaan
4. Suka produktivitas melalui orang lain
5. Berpegang pada manajemen
6. Bentuk sederhana, belajar dari staff
7. Selalu berkelanjutan dan diorganisasikan
Ruangan
Ruangan dan
dan fasilitas
fasilitas PROSES
PROSES Interaksi
Interaksi
Nilai,
Nilai, norma,
norma, dan
dan VISI Pakaian
Pakaian
VISI dan
dan MISI
MISI
sikap
sikap
Aturan
Aturan
Ritual
Ritual
Alat-alat
Alat-alat Ganjaran
Ganjaran
Peran
Peran teknologi
teknologi
Masukan
Keluaran
Referensi Buku:
Bernard Kutner. Elements and Problems of Democratic Leadership dalam Alvin
W.Gouldner, Studies in Leadership. Russel & Russel, Inc. New York.
1965.
Drs. Ig. Wursanto. Dasar-Dasar Ilmu Organisasi. Andi Offset. Yogyakarta. 2001
Kusdi. 2010. Budaya Organisasi: Teori, Penelitian, dan Praktik. Jakarta: Salemba
Empat
Refernsi Online:
Anonim, “Prinsip manajemen”, Diakses melalui situs
http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen pada pukul 20.05, Rabu, 25
Desember.