Laporan Tugas Besar SIP (Pencil Wisata Edukasi SWK Gedebage)
Laporan Tugas Besar SIP (Pencil Wisata Edukasi SWK Gedebage)
PENDAHULUAN
1.4 ManfaatStudi
Manfaat dari penelitaina ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Informasi
Perencanaan,menambah wawasan bagi peneliti dan menjadi acuan bagi pembaca dan
manfaat lain diantaranya:
1.6 Metodologi
Dalam penyusunan makalah ini, menggunakan metodologi pengumpulan data dan
menggunakan metodologi Penggunaan Software ArcGis 10.1.3.
Melakukan Survey
Mendigitasi lokasi
Data SHP eksisiting primer
wisata edukasi
SWK Gedebage, SHP membandingkan
menggunakansoftware
Pola ruang SWK Gebage lokasi wisata edukasi
ArcGis 10.3
dengan peta eksisting
menggunakan
geoprocessing (disolve)
Melakukan analisis
untuk menggabungkan
deskriptif dengan
Hasil Analisis peta lokasi wisata
melihat peta yang
dengan peta eksisting
sudah di overlay menggunakan software
ArcGis 10.1.3
Berdasarkan Rencana Detail Tata Ruang, Sub Wilayah Kota Gedebage direncanakan
Mengembangkan Kawasan yang bersinergikan antara pedidikan tinggi, ekonomi kreatif, komersial
sekaligus menjadi pusat pemerintahan berkonsep Teknopolis dalam mewujudkan fungsi Pusat
Pelayanan Kota (PPK) kedua di Kota Bandung.
Rumusan Masalah
Belum diketahui apakah lokasi - lokasi wisata edukasi di SWK Gedebage sudah sesuai penempatan
guna lahannya seperti yang ada di dalam RTRW karena jika tidak sesuai akan terjadi kepadatan yang
sudah pasti akan menimbulkan masalah di lokasi tersebut.
Tujuan
Identifikasi kesesuaian guna lahan untuk lokasi wisata edukasi di SWK Gedebage
Metode Penelitian
Keluaran
KAJIAN PUSTAKA
2.1 PenggunaanLahan
Lahan sebagai suatu "sistem" mempunyai komponen-komponen yang terorganisir secara
spesifik dan perilakunya menuju kepada sasaran-sasaran tertentu. Komponen-komponen
lahan ini dapat dipandang sebagai sumberdaya dalam hubung-annya dengan aktivitas
manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Lahan adalah komoditas. Penggunaan lahan
harus memperhatikan kemampuan fisik alamiah dan daya dukungnya. Tidak semua lahan
dapat dimanfaatkan untuk kegiatan bermukim dan ekonomi, seperti kawasan pegunungan dan
sempadan sungai yang harus dijaga sebagai kawasan lindung. Ada seperangkat persyaratan
yang harus dipenuhi agar lahan dapat dinyatakan kelayakannya sebagai wadah kegiatan yang
secara mendasar dapat dipelajari dari Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor
20/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi
serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang. Dalam arti lain lahan
didefinisikan sebagai suatu wilayah di permukaan bumi, mencakup semua komponen biosfer
yang dapat dianggap tetap atau bersifat siklis yang berada di atas dan di bawah wilayah
tersebut, termasuk atmosfer, tanah, batuan induk, relief, hidrologi, tumbuhan dan hewan,
serta segala akibat yang ditimbulkan oleh aktivitas manusia di masalalu dan sekarang yang
kesemuanya itu berpengaruh terhadap penggunaan lahan oleh manusia pada saat sekarang
dan di masa mendatang(FAO, 1977)
Pengertian Tata Guna Lahan adalah aktivitas penilaian secara sistematis terhadap potensi
lahan (dan termasuk air), dalam rangka untuk memilih, mengadopsi, dan menentukan pilihan
penggunaan lahan terbaik dalam ruang berdasarkan potensi dan kondisi biofisik, ekonomi dan
social untuk meningkatkan produktivitas dan ekuitas, dan menjaga kelestarian lingkungan.
Pada era modern, perencanaan tata guna lahan mulai dibantu oleh perangkat teknologi
informasi geospasial, seperti penginderaan jauh dan geographic information system (GIS).
2.2 WisataEdukasi
Wisata merupakan suati kegiatan baik individu maupun grup dari tempat tinggal
menuju suatu tempat tertentu untuk mendapatakan pengalaman bersenang-senang dan
menambah pengetahuan dilaur aktivitas keseharian dalam waktu sementara. Dalam arti lain
Wisata adalah suatau kegiatan yang bersifat bersenang-senang (leisure) yang di tandai dengan
mengeluarkan uang atau melakukan kegiatan yang bersifat konsumtif. (heriawan:2004)
Wisata Edukasi atau Wisata Pendidikan adalah suatu program yang menggabungkan
unsur kegiatan wisata dengan muatan pendidikan didalamnya. Program ini dapat dikemas
sedemikian rupa menjadikan kegiatan wisata tahunan atau kegiatan ektrakulikule rmemiliki
kualitas dan berbobot. Biasanya wisata ini dilaksanakan oleh Sekolah atau kampus dengan
rombongan untuk mendukung pelajaran yang bersangkutan, bisanya disebut dengan study
tour, wisata ini berupa museum, taman belajar,dll. Dalam arti lain Wisata edukasi atau edu
tourism adalah suatu program dimana wisatawan berkunjung ke suatu lokasi wisata dengan
tujuan utama untuk memperoleh pengalaman pembelajaran secara langsung di obyek wisata
tersebut. (Rodger, 2010)
Wisata edukasi atau pendidikan juga merupakan gabungan dari beberapa sub-tipe wisata
seperti ekowisata, wisata sejarah dan budaya, wisata pedesaan, dan juga pertukaran pelajaran
tari institusi pendidikan. (Gibson, 1998)
2.3 KesesuaianPenggunaanLahan
Penggunaan lahan sering disalahartikan dengan fasilitas, sebagai contoh tata guna
lahan perdagangan atau komersial sering disamakan dengan fasilitas pasar atau pertokoan,
padahal kedua istilah ini berbeda. Seperti sudah dijelaskan di atas, penggunaan lahan
mengarah pada bentang tanah yang ditetapkan memiliki fungsi tertentu. Secara fisik sudah
tentu berupa ruang yang dibatasi oleh batas kepemilikan atau pengelolaan lahan. Sementara
itu, fasilitas adalah unit pelayanan yang memiliki fungsi tertentu dan biasanya secara fisik
berupa bangunan. Dengan adanya Rencana detail tata ruang (RDTR) dapat dijadikan
pedoman pembangunan suatu daerah. Dengan adanya perubahan penggunaan lahan yang
terjadi, nantinya dapat diketahui kesesuaia nfakta di lapangan dengan apa yang sudah
direncanakan oleh pemerintah setempat. Sebab itu, perlu diketahui tingkat kesesuaian antara
penggunaan lahan saat ini dengan yang sudah direncanakan dalam RDTR.
Secara umum, pola penggunaan lahan perkotaan memiliki 3 ciri (Sadyohutomo,
2006:71), antara lain :
1. Pemanfaatannya dengan intensitas yang tinggi yang disebabkan oleh populasi
penduduk yang lebih tinggi dari kawasan pedesaan. Dengan demikian, dalam pasar
investasi tingkat permintaan akan lahan juga tinggi dan nilai guna lahan kawasan
perkotaan cenderung lebih tinggi pula.
2. Adanya keterkaitan yang erat antar unit-unit penggunaan tanah.
3. Ukuran unit-unit penggunaan lahan didominasi luasan yang relatif kecil.
Hal ini sangat berbeda dengan kawasan pedesaan yang memungkinkan sebentang lahan yang
luas me
miliki satu fungsi yang sama sehingga cocok untuk kegiatan budi daya agraria. Secara umum,
klasifikasi penggunaan tanah pada kawasan perkotaan dapat dibagi menjadi 7 jenis
(Sadyohutomo, 2006: 72) , antara lain :
Stadion Gelora Bandung Lautan Api berada tepat di cekungan Danau Purba
Bandung yang tanahnya mudah amblas & dibangun setinggi 5 meter dari permukaan
tanah. Namun karena lahan yang digunakan lunak, ketinggian akan turun 1,7 meter
hingga ketinggiannya menjadi 3,3 meter.Tanah eksisting untuk stadion adalah berupa
sawah dengan material lempung lunak umumnya ketebalannya 30 meter.
Masjid Raya Al-Jabbar Kota Bandung Provinsi Jawa Barat
Kampung Tulip Dibangun di atas areal lahan seluas 800 meter persegi, ilengkapi
dengan hamparan taman bunga yang indah, lengkap dengan penunjang fasilitas wisatanya
seperti kolam-kolam,
Pustaka Lebah Bandung
Studi analisis dimulai dengan mencari data sekunder berupa Shapefile SWK
keseluruhan di Kota Bandung, setelah data sekunder berupa Shapefile dan data lain
terkumpul, langkah berikutnya yaitu menganalisis dengan menggunakan software ArcMap
10.3, berikut proses yang dilakukan saat melakukan analisis Menggunakan ArcMap :
1. Buat Shapefile pola ruang SWK Gedebage, batas SWK dan Batas Kecamatan
2. Lalu masuk ke ad-data dan klik basemap berupa world imagery untuk memulai
digitasi.
3. Masukan query SWK dengan memilih properties baas SWK ke SWK Gedebage.
4. Melakukan digitasi dengan digitasi polygon, bertujuan untuk membuat titik
persebaran wisata edukasi yang telah ditentukan dengan membuat Shapefile “wisata
edukasi” lalu untuk memunculkan informasi pada setiap lokasi terutama nama tempat
yaitu dengan field calculator pada attribute table
5. Melakukan dislove pada Shapefile “Pola ruang Gedebage” untuk mengambil atribut
pola guna lahan dan kecamatan SWK Gedebage
6. Setelah dissolve melakukan intersect untuk menggabungkan Shapefile dissolve “pola
guna lahan dan kecamatan” dengan Shapefile digitasi “wisata edukasi” keluarkan
instersect berupa gabungan attribute table lokasi wisata belanja, luas, kecamatan,
lokasi wisata belanja, dan peruntukan guna lahan.
7. pada attribute tabel “keseuaian guna lahan” buat field baur untuk menentukan guna
lahan
4.2 Hasil Analisis
Setelah melakukan Analisis dengan Software ArcMap 10.3 berikut hasil analisis
keseuaian guna lahan di SWK Gedebage.
Berdasarkan analisis yang sudah dilakukan menyatakan terdapat tiga (3) lokasi
wisata edukasi yang tidak sesuai dengan peruntukan guna lahan di SWK Gedebage, yaitu
Musemu Nike Ardilla, Pustaka Lebah Bandung dan Kampung Tulip pada lokasi tersebut,
peruntukan guna lahan seharusnya permukiman bukan tempat wisata.
Commented [AX4]: Petanya kok cuman ini?
Guna lahannya mana? Ga keliatan
Tau sesuai apa ngga nya gimana?
Trus lokasi wisatanya dimana aja? Ga ada di legenda
Trus batas sekitar gedebage itu wilayah apa aja? Kok ga ditunjukin
labelnya?
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
SWK Gedebage pada Perda RDTR nomor 10 tahun 2015 Berdasarkan
Rencana Detail Tata Ruang, Sub Wilayah Kota Gedebage direncanakan mengembangkan
kawasan yang bersinergikan antara pedidikan tinggi, ekonomi kreatif, komersial sekaligus
menjadi pusat pemerintahan berkonsep Teknopolis dalam mewujudkan fungsi Pusat
Pelayanan Kota (PPK) kedua di Kota Bandung. Pada analisis yang telah dilakukan
sebelumnya, tiga wisata edukasi di SWK Gedebage yaitu Museum Nika Ardilla ,
Kampung Tulip dan Pustaka lebah Bandung berada di lahan yang tidak diperuntukan,
untuk lokasi lainya sudah sesuai seperti Stadion Gelora BLA, Kolam Renang Tirta
Adipura, dan Masjid Al-jabbar. Kesalahan guna lahan dapat mengakibatkan perbedaan
fungsi ruang terhadap guna lahan menurun hingga pelanggaran tata ruang.
5.2 Saran
Sudah Menjadi keharusan masyarakat atau lembaga masyrakat mengikuti
aturan tata ruang dan guna lhan dalam mendirikan dan memanfaatkan bangunan, hal ini
aat tercipta tata ruang yang sesuai dan rapih, juga untuk pemerintah Kota Bandung
Melalui dinas Tata ruang untuk selalu melalukan pengawasan terhadap pembangunan dan
pemanfaatan lahan di Kota Bandung yang sudah di rencanakan aga sesuai dengan
rencaana peruntukan pola ruang dan tercipta keasrian dalam ruang wilayah juga
melakukan evaluasi berkala dan menerima masukan, partisipasi masyarakat dalam menata
ruang wliayah.
DAFTAR PUSTAKA
https://jurnal.ugm.ac.id/mgi/article/viewFile/13358/9576
http://johannes.lecture.ub.ac.id/files/2014/10/01-PPWK-Tata-guna-lahan.pdf