Anda di halaman 1dari 12

IDENTIFIKASI KESESUAIAN JARAK INDUSTRI MEBEL DAN MANUFAKTUR KE

PUSAT KOTA DI SWK KAREES

Disusun oleh :

Kezia Audrey Leyder 242017055

Lanang Amri Muslim 242017062

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL

BANDUNG

2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Christaller, kota merupakan pusat pelayanan yang berfungsi sebagai Commented [AX1]: Tahun brp?

penyelenggara dan penyedia jasa-jasa bagi wilayah sekitarnya. Jadi, pada mulanya kota bukan
merupakan pemukiman, melainkan pusat pelayanan. Seberapa jauh kota menjadi pusat pelayanan
bergantung pada seberapa jauh daerah-daerah di sekitarnya mamanfaatkan jasa kota.

Menurut Rully Damayanti (2005), pengertian pusat kota pada kota-kota di Jawa terus
berubah sesuai dengan perkembangan jaman. Keadaan sosial, politik, termasuk sistem
pemerintahan, letak geografis, serta sejarah masa lalu sebuah kota sangat berpengaruh pada
kawasan yang disebut sebagai pusat kota. Setelah tahun 1980an dengan adanya perpindahan
industri skala kecil dan menengah dari negara maju ke negara berkembang yang sebagian besar
bertempat di pinggiran kota-kota besar di Jawa seperti Jakarta, Surabaya, dan Semarang, maka
kesenjangan jarak antara pusat dan pinggiran ini makin tipis. Majunya transportasi mengurangi
kesenjangan antara pusat dan pinggiran kota tersebut. Karena panjang jalan yang tidak seimbang
dengan jumlah kendaraan pada abad 21, di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung dan
Semarang, maka timbullah lagi kesenjangan antara pusat dan pinggiran.

Sektor industri merupakan sektor yang banyak dikembangkan oleh pemerintah karena
sektor industri membantu pertubuhaan ekonomi negara. Pada saat ini, bukan hanya industri besar
yang berkontribusi dalam pembangunan sektor industri tetapi banyak berkembangnya sektor
industri kecil yang berkontribusi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Sektor industri
banyak berkembang di kota-kota besar di Indonesia. Hal tersebut disebabkan oleh pusat
perekonomian yang ada di kota.

Kota Bandung sendiri merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang banyak
berkembang sektor industrinya. Hal ini dikarenakan jumlah penduduk yang bertambah setiap
tahunnya. Pertumbuhan penduduk yang tidak pernah berhenti mengakibatkan semakin meningkat
jumlah kebutuhan yang harus terpenuhi dan semakin pesat persaingan setiap penduduk dalam
memenuhi kebutuhannya. Hal tersebut membuat Kota Bandung banyak mengembangkan sektor-
sektor yang menunjang kebutuhan penduduknya. Dengan kondisi perkembangan industri di Kota
Bandung tersebut maka perlu dilakukan identifikasi kesesuaian jarak industri khususnya industri
mebel dan manufaktur ke pusat kota.

1.2 Rumusan Masalah


Menurut Peraturan Daerah Kota Bandung No. 10 Tahun 2015 tentang Rencana Detail Tata
Ruang dan Peraturan Zonasi Kota Bandung Tahun 2015 -2035, zona industri pergudangan
sebagaimana dimaksud pada pasal 7 ayat (3) huruf e seluas kurang lebih 73,69 (tujuh puluh tiga
koma enam sembilan) hektar. Industri sendiri dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu industri barang
dan jasa, industri kecil menengah, industri ekstraktif, industri kreatif, industri mebel dan
manufaktur, dan industri kimia. SWK Karees sendiri merupakan kawasan yang memiliki kawasan
industri dilihat dari peta RTRW Kota Bandung 2011-2031.

Pada sektor industri yang ada saat Kota Bandung hanya memiliki luas 8000 Ha letaknya
berada di pinggir Kota Bandung, namun pada saat sekarang yang memiliki luas 16.729,65 Ha
maka letak posisi lokasi industri yang berada di pinggir kota sebelumnya dengan sendirinya
bergeser dan berada di wilayah tengah-tengah Kota Bandung. Perhitungan luasan itu didasarkan
pada Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung Nomor 10 Tahun 1989 tentang
Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung sebagai tindak lanjut dari
Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1987 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya
Daerah Tingkat II Bandung dengan Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung.

Menurut Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2016


tentang Pedoman Teknis Pembangunan Kawasan Industri, penentuan lokasi perindustrian penting
guna untuk membangun kawasan industri sesuai dengan tata ruang, didukung dengan infrastruktur,
efisien dan berwawasan lingkungan, sehingga pada gilirannya mampu menarik investasi bagi
pengembanngan industri dan mempercepat penyebaran dan pemerataan pembangunan industri ke
seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Penentuan ini juga dapat mengatasi
permasalahan tata ruang dan sekaligus mengendalikan dampak lingkungan yang diakibatkan oleh
kegiatan industri.

Kenyataan bahwa terjadi kesenjangan perkembangan industri antara pusat kota dan
pinggirannya di Kota Bandung yang tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian Republik
Indonesia tentang Pedoman Teknis Pembangunan Kawasan Industri. Untuk itu perlu meninjau
kesesuaian jarak industri khususnya industri mebel dan manufaktur ke pusat kota. Berdasarkan
rumusan permasalahan tersebut maka dapat terbentuk pertanyaan penelitian yaitu apakah jarak
industri mebel dan manufaktur di Satuan Wilayah Kecamatan Karees sudah sesuai dengan
Pedoman Teknis Pembangunan Kawasan Industri?

1.3 Tujuan dan Sasaran


Adapun tujuan penelitian ini untuk menentukan kesesuaian jarak industri mebel dan
manufaktur ke pusat kota di Satuan Wilayah Kecamatan Karees.

Dalam mencapai tujuan, terdapat sasaran yang ingin dicapai yaitu :

1. Teridentifikasinya jumlah dan sebaran lokasi industri mebel dan manufaktur di


Satuan Wilayah Kecamatan Karees; dan
2. Teridentifikasinya kesesuaian jarak industri mebel dan manufaktur ke pusat kota di
Satuan Wilayah Kecamatan Karees.

1.4 Manfaat
Manfaat dari penelitian kecil ini adalah untuk dapat mengaplikasikan sistem informasi
geografis dalam pemecahan masalah, menjelaskan kesesuaian jarak lokasi industri, dan menjadi
tolak ukur untuk penentuan lokasi industri.

1.5 Ruang Lingkup


Ruang lingkup terdiri dari ruang lingkup spasial dan ruang lingkup substansi. Ruang
lingkup spasial mengenai batasan wilayah penelitian, sedangkan ruang lingkup subtansi mengenai
batasan materi yang akan dibahas dalam penelitian ini.

1.5.1 Ruang Lingkup Spasial


Ruang lingkup wilayah penelitian ini adalah Satuan Wilayah Kecamatan Karees yang
memiliki 4 kecamatan yaitu Regol, Lengkong, Kiaracondong Batununggal. Adapun batas-batas
administrasi Satuan Wilayah Kecamatan Karees, yaitu:

 Sebelah Utara : SWK Cibeunying


 Sebelah Timur : SWK Arcamanik
 Sebelah Selatan : SWK Kordon
 Sebelah Barat : SWK Tegalega
1.5.2 Ruang Lingkup Substansi
Ruang lingkup substansi yang dikaji dalam penelitian ini yaitu jarak antara industri mebel
dan manufaktur ke pusat kota dengan batasan sebagai berikut:

 Sebaran industri mebel dan manufaktur yang terdapat di Satuan Wilayah Commented [AX2]: Yg termasuk mebel dan manufaktur
itu apa saja? Sebutkan yg sebagai lingkup penelitian kalian
Kecamatan Karees. saja!

 Kesesuaian jarak lokasi perindustrian dalam Peraturan Menteri Perindustrian Commented [AX3]: Jarak darimana? Berapa meter atau
km?
Republik Indonesia No. 40 Tahun 2016 tentang Pedoman Teknis Pembangunan
Kawasan Industri

1.6 Metodologi
Untuk mempermudah penelitian maka kami sebagai peneliti menggunakan beberapa
metode penelitian diantaranya:

1.6.1 Metode Pengumpulan Data


a) Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari
sumber aslinya. Dalam penelitian ini observasi dilakukan dengan cara terjun
langsung kelapangan guna mengetahui kondisi aspek aspek yang sudah diketahui
sebelumnya dari data sekunder atau melihat kondisi real dari setiap aspek.
b) Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh melalui media
perantara atau secara tidak langsung. Dimana disini peneliti menggunakan literatur
berupa data data tentang aspek – aspek yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

1.6.2 Metode Analisis


Penilitian ini dilakukan metode analisis yang menggunakan aplikasi sistem informasi
geografis ArcGis. Metode ini akan menganalisis jarak bangunan industri mebel dan
manufaktur ke pusat kota dengan menggunakan cara geoprocessing. Commented [AX4]: Jenis geoprocessingnya apa?
Sebutkan!
Tahapannya bagaimana? Buatkan diagram atau
1.7 Sistematika Penyajian penjelasannya!
Data yg digeoprocessing apa saja? Cantumkan!
Sistematika penyajian dalam penelitian ini terdiri dari:

BAB 1 PENDAHULUAN berisi latar belakang permasalahan penelitian, rumusan masalah, tujuan
dan sasaran dilakukan penelitian, manfaat penilitian, ruang lingkup yang terdiri dari ruang lingkup
wilayah dan substansi penelitian, serta sistematika penyajian laporan penelitian ini.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA berisi kajian pustaka tentang kota dan pusat kota, perindustrian,
pedomana mengenai struktur kota, permukiman dan juga perindustrian menurut para ahli, serta Commented [AX5]: Ini copas ya? Dibaca/diperhatikan
lagi ya
pedoman pembangunan kawasan industri yang akan menjadi landasan penelitian ini.

BAB 3 GAMBARAN UMUM berisi gambaran umum wilayah studi, deskripsi keadaan eksisting,
dan hasil observasi berupa survey primer ataupun sekunder.

BAB 4 HASIL ANALISIS berisi beberapa sasaran yang telah dianalisis menggunakan metode
yang telah ditentukan dalam penelitian ini.

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI berisi hasil kesimpulan dari seluruh analisis dan
pembahasan untuk menjawab tujuan dan sasaran yang ingin dicapai pada penelitian ini. Lalu,
disertai dengan saran dan rekomendasi terhadap permasalahan di wilayah kajian.
BAB II
KAJIAN LITERATUR

2.1 Industri
Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku,
barang setengah jadi dan atau barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya,
termasuk kegiatan rancang bangunan dan perekayasaan industri yakni kelompok industri
hulu (kelompok industri dasar), kelompok industri hilir, dan kelompok industri kecil.
Bidang usaha industri adalah lapangan kegiatan yang bersangkutan dengan cabang industri
yang mempunyai ciri khusus yang sama dan atau hasilnya bersifat akhir dalam proses
produksi (UU RI No.5 Tahun 1984 tentang Perindustrian).
Istilah industri sering disebut sebagai kegiatan manufaktur (manufacturing).
Padahal, pengertian industri sangatlah luas, yaitu menyangkut semua kegiatan manusia
dalam bidang ekonomi yang sifatnya produktif dan komersial. Secara umum dan luas,
industri sering diartikan sebagai semua usaha dan kegiatan di bidang ekonomi yang
produktif. Namun dalam pengertian yang sempit, industri diartikan sebagai segala usaha
dan kegiatan yang sifatnya mengubah dan mengolah bahan mentah menjadi barang jadi
atau setengah jadi.
Industri merupakan kegiatan ekonomi yang luas maka jumlah dan macam industri
berbeda-beda untuk tiap negara atau daerah. Pada umumnya, makin maju tingkat
perkembangan perindustrian di suatu negara atau daerah, makin banyak jumlah dan macam
industri, dan makin kompleks pula sifat kegiatan dan usaha tersebut.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat menyaksikan beragam sekali kegiatan dan
hasil dari industri. Industri erat hubungannya dengan berbagai keperluan hidup manusia,
maka industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi manusia yang amat penting. Saat
ini industri merupakan sumber nafkah bagi sebagian besar penduduk di dunia. Lebih dari
30% penduduk dunia dan lebih dari 10% seluruh jumlah tenaga kerja di dunia bekerja di
bidang industri, dan setengah dari 100 juta tenaga kerja industri di dunia terdapat di Eropa
dan Amerika Utara.
Jumlah dan macam industri sangat beragam dan berbeda-beda untuk tiap daerah
atau negara, tergantung pada sumber daya yang tersedia, teknologi, dan perkembangan
ekonomi di tiap daerah atau tiap negara tersebut. Umumnya semakin maju tingkat
perkembangan perindustrian di suatu daerah atau negara, makin banyak jumlah dan macam
industri, serta makin beragam sifat kegiatan dan usaha industrinya tersebut.

2.1.1 Klasifikasi Industri


Klasifikasi indistri berdasarkan lokasi unit usaha yaitu:
1. Industri berorientasi pada pasar (market oriented industri), yaitu industri yang
didirikan mendekati daerah persebaran konsumen.
2. Industri berorientasi pada tenaga kerja (employment oriented industri), yaitu
industri yang didirikan mendekati daerah pemusatan penduduk, terutama
daerah yang memiliki banyak angkatan kerja tetapi kurang pendidikannya.
3. Industri berorientasi pada pengolahan (supply oriented industri), yaitu industri
yang didirikan dekat atau ditempat pengolahan. Misalnya: industri semen di
Palimanan Cirebon (dekat dengan batu gamping), industri pupuk di Palembang
(dekat dengan sumber pospat dan amoniak), dan industri BBM di Balongan
Indramayu (dekat dengan kilang minyak).
4. Industri berorientasi pada bahan baku, yaitu industri yang didirikan di tempat
tersedianya bahan baku. Misalnya: industri konveksi berdekatan dengan
industri tekstil, industri pengalengan ikan berdekatan dengan pelabuhan.
5. Industri yang tidak terikat oleh persyaratan yang lain (footloose industry), yaitu
industri yang didirikan tidak terikat oleh syarat-syarat di atas. Industri ini dapat
didirikan di mana saja, karena bahan baku, tenaga kerja, dan pasarnya sangat
luas serta dapat ditemukan di mana saja. Misalnya: industri elektronik, industri
otomotif, dan industri transportasi.

2.2 Industri Mebel dan Manufaktur


2.3 Lokasi Industri
Bahasan tentang lokasi industri di sini ialah berkenaan dengan bagaimana menilai
atau mengkaji suatu kegiatan industri ditempatkan, apakah letak dari suatu kegiatan
industri tertentu sudah tepat atau belum. Sebab, jika lokasi suatu industri tidak
diperhitungkan berdasarkan faktor-faktor tertentu, maka akan membawa dampak negatif
bagi kemajuan usaha industri tersebut.

Dengan demikian, pemilihan lokasi industri mempunyai arti penting sekali. Sebab,
akan mempengaruhi perkembangan dan kelangsungan proses dan kegiatan-kegiatan
industri. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan menentukan pilihan lokasi industri
antara lain:

1. Bahan mentah : merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi dalam


kegiatan industri, sehingga keberadaannya harus selalu tersedia dalam jumlah yang
besar demi kelancaran dan keberlanjutan proses produksi. Apabila bahan mentah
yang dibutuhkan industri, cadangannya cukup besar dan banyak ditemukan maka
akan mempermudah dan memperbanyak pilihan atau alternatif menempatkan
lokasi industri. Apabila bahan mentah yang dibutuhkan industri, cadangannya
terbatas dan hanya ditemukan di tempat tertentu saja maka akan menyebabkan
biaya operasional semakin tingi dan pilihanuntuk penempatan lokasi industri
semakin terbatas.

2. Modal : besarnya modal yang dimiliki oleh pengusaha dalam peoses


produksi merukan hal yang sangat penting. Hal ini kaitannya dengan jumlah produk
yang akan dihasilkan, tenaga kerja yang dibutuhkan, teknologi yang akan
digunakan, dan sistem pemasaran yang akan dilakukan. Banyak contoh yang dapat
kita saksikan, bahwa besarnya modal yang dimiliki akan menentukan kualitas dan
keberlajutan proses produksi. Sehingga pada umumnya industri yang sedang
beroperasiselalu mencari peluang untuk menambah modal baik melalui pinjaman
modal dalam negeri (PMDN) maupun pinjaman modal dari luar generi (PMA).

3. Tenaga kerja : merupakan tulang punggung dalam menjaga kelancaran


proses produksi, oleh karena ketersediaan tenaga kerja baik jumlah maupun
keahliannya harus menjadi pertimbangan dalam menentukan lokasi industri.
Masalah tenaga kerja di negara kita masih menjadi agenda pemerintah dalam
memberdayakannya, karena banyak sektor/kegiatan yang membutuhkan tenaga
kerja tetapi tidak dapat diisi karena kualifikasi pencari kerja tidak sesuai dengan
yang dibutuhkan. Selain masalah tersebut, sistem upah kerja masih belum sesuai
dengan ketentuan karena banyak perusahaan yang belum mampu membayar upah
pekerja sesuai dengan upah minimum regional (UMR) yang telah ditetapkan. Oleh
karena itu ada sebagian kelompok masyarakat yang mencoba mencari pekerjaan di
luarnegeri yang dikenal dengan istilah tenaga kerja Indonesia (TKI).

4. Sumber energi merupakan tenaga untuk menggerakkan mesin-mesin


produksi, sehingga keberadaannya sangat dibutuhkan dan mempengaruhi
keberlangsungan kegiatan industri. Cukup banyak sumber energi yang dapat kita
gunakan mulai dari sumber energi yang konvensional sampai pada sumber energi
yang berteknologi tinggi. Sumber energi tersebut misalnya: kayu bakar, air terjun,
arus laut/gelombang, angin, sinar matahari, bahan baka fosil (batubara, minyak
bumi, dan gas alam), serta tenaga atom/nuklir.Kemampuan untuk merekayasa
energi tersebut masih belum optimal sehingga banyak sumber energi yang terbuang
dan tidak dimanfaatkan.

5. Transportasi merupakan penunjang kegiatan industri yang sangat


penting, karena transportasi yang lancar dan baik akan menjamin pasokan bahan
baku untuk proses industri dan juga akan menjamin distribusi pemasaran produk
yang dihasilkan. Sarana transportasi yang dapat digunakan untuk kegiatan industri
diantaranya adalah transportasi darat (kereta api dan kendaraan roda empat atau
lebih), transportasi laut (kapal laut), dan transportasi udara (kapal
terbang).Penggunaan transportasi darat yang banyak digunakan di negara kita
masih didominasi oleh angkutan kendaraan roda empat atau lebih (mobil truk).
Penggunaan sarana angkutan ini kurang menguntungkan, karena: kemampuan
angkut terbatas, penggunaan bahan bakar terlalu banyak, polusi udara yang
dihasilkan lebih tinggi, dan pemeliharaan jalan yang rusak menjadi lebih tinggi.
Walaupun demikian masih ada sisi positifnya yaitu tenaga kerja yang dapat diserap
lebih banyak. Sehingga perlu pemikiran penggunan sarana transportasi masal
(kereta api) untuk mengurangi kepadatan arus lalulintas dan efisiensi bahan bakar
fosil di masa mendatang.
6. Pasar sebagai komponen yang sangat penting dalam mempertimbangkan
lokasi industri, karena pasar sebagai sarana untuk memasarkan/menjual produk
yang dihasilkan. Lokasi pasar ada kaitannya dengan lokasi pemukiman atau pusat
penduduk, karena pada hakekatnya pasar adalah tempat untuk memenuhi semua
kebutuhan hidup penduduk melalui transaksi jual beli. Lokasi pasar biasanya
terletak di lokasi yang satrategis dan mudah dijangkau oleh masyarakat.Produk
yang dihasilkan harus mempertimbangkan kebutuhan pasar agar segala sesuatu
yang dipasarkan dapat diterima dan diperlukan oleh konsumen,oleh karena itu
kecerdasan dalam membaca kebutuhan pasar sangat diperlukan dalam rangka
pengembangan industri di masa mendatang.

Masalah lokasi timbul karena unsur-unsur yang menjadi faktor lokasi tersebut tidak
selalu terdapat dan ada di daerah yang sama dan sering terpencar. Karena itu, berdasarkan
faktor-faktor tersebut, maka kecenderungan lokasi industri yaitu sebagai berikut :

1. Industri yang cenderung ditempatkan di daerah bahan mentah, yaitu industri-


industri yang membutuhkan bahan mentah dalam jumlah besar, segar, dan
mengalami susut banyak dalam proses pengolahannya. Contoh: industri yang
mengolah hasil-hasil pertanian, peternakan, perikanan, dan kehutanan.
2. Industri yang cenderung ditempatkan di daerah sumber tenaga, yaitu industri
yang banyak memerlukan energi (bahan bakar). Contoh: industri peleburan
bijih, industri besi baja, pabrik alumunium, dan sebagainya.
3. Industri yang cenderung ditempatkan di daerah sumber tenaga kerja, yaitu
industri-industri yang memerlukan tenaga terampil atau ahli (skill labour)
dengan kemampuan khusus. Contoh: industri permata, industri kacamata,
industri pakaian, industri kerajinan, dan lainnya.
4. Industri yang cenderung ditempatkan di daerah pemasaran, yaitu industri yang
bahan-bahan untuk keperluan industrinya mudah didapat atau didatangkan.
Contoh: industri perakitan, industri makanan, industri pakaian, dan sejenisnya.

Anda mungkin juga menyukai