Anda di halaman 1dari 52

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

GANGGUAN TYROID

Dosen Koordinator: Ns. Dwi Agustina, S. Kep, Sp.Kep.,MB

Kelompok 2:
1. Alemina Ginting
2. Anna Kustiani
3. Elis Sumiati
4. Nurul Fallah Anantasya
5. Rani Sri Oktorina
6. Siti Alawiyah

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JAYAKARTA


PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN
JAKARTA
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, sehingga saya dapat menyelesaikan
pembuatan tugas ini dengan judul “​Asuhan Keperawatan Pada Gangguan kelenjar tiroid”​ . Tugas ini
dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah KMB II. Dalam tugas ini saya membahas tentang
gangguan kelenjar tiroid. ​Ucapan Terima Kasih penulis ditujukan kepada:

1. Ns. Nedra Wati Zaly, S.Kep.,M.Kep selaku Ketua Prodi Sarjana Keperawatan
2. Ns. Ratna Sari Dewi, S.Kep.,M.Kep selaku PuKet I Bidang Akademi STIKes Jayakarta
3. Eddy Rosfiati, S.Kp, Sp. KV, M.Kep, Sp, Kep, MB, selaku dosen pembimbing MK KMB
II
4. Ns. Dwi Agustina, S. Kep, Sp.Kep.,MB, selaku dosen koordinator MK. KMB II
5. Teman- teman Jurusan Sarjana Keperawatan STIKes Jayakarta di RSPAD
Penulis menyadari teknik menyusun dan materi yang penulis sajikan ini masih jauh dari
kata kesempurnaan, masih banyak kekurangan dan perlu perbaikan untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dipergunakan sebagaimana mestinya.

Jakarta, September 2019


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kelainan tiroid merupakan kelainan endokrin tersering kedua yang ditemukan selama
kehamilan. Berbagai perubahan hormonal dan metabolik terjadi selama
kehamilan,menyebabkan perubahan kompleks pada fungsi tiroid maternal. Hipertiroid
adalah kelainan yang terjadi ketika kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid yang
berlebihan dari kebutuhan tubuh.Wanita hamil dengan eutiroid memunculkan beberapa
tanda tidak spesifik yang mirip dengan disfungsi tiroid sehingga diagnosis klinis sulit
ditegakkan.Sebagai contoh, wanita hamil dengan eutiroid dapat menunjukkan keadaan
hiperdinamik seperti peningkatan curah jantung, takikardi ringan, dan tekanan nadi yang
melebar, suatu tanda-tanda yang dapat dihubungkan dengan keadaan hipertiroid.Disfungsi
tiroid autoimun umumnya menyebabkan hipertiroidisme dan hipotiroidisme pada wanita
hamil.Kelainan endokrin ini sering terjadi pada wanita muda dan dapat mempersulit
kehamilan, demikian pula sebaliknya. Penyakit Graves terjadi sekitar lebih dari 85 % dari
semua kasus hipertiroid, dimana Tiroiditis Hashimoto adalah yang paling sering untuk kasus
hipotiroidisme. Tiroiditis postpartum adalah penyakit tiroid autoimun yang terjadi selama
tahun pertama setelah melahirkan.Penyakit ini memberikan gejala tirotoksikosis transien
yang diikuti dengan hipotiroidisme yang biasanya terjadi pada 8-10% wanita setelah
bersalin.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum :
Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Endokrin untuk mengeksplorasi
secara lebih dalam tentang Asuhan keperawatan pada pasien hipertiroidisme.
2. Tujuan khusus :
a. Memahami pengertian hipertiroidisme
b. Mengetahui etiologi dari hipertiroidisme
c. Mengetahui bagaimana patofisiologi dari hipertiroidisme
d. Mengetahui tanda dan gejala pada hipertiroidisme
e. Mengetahui komplikasi dari hipertiroidisme
f. Mengetahui bagaimana pemeriksaan dan penatalaksanaan medis dalam menangani
kasus hipertiroidisme.
g​.​ Memahami asuhan keperawatan dengan diagnosa medis hipertiroidisme

C. Ruang Lingkup Penulisan


1. Pengertian Hipertiroidisme
2. Etiologi Hipertiroidisme
3. ManifestasiKlinisHipertiroidisme
4. PatofisiologiHipertiroidisme
5. Komplikasi Hipertiroidisme
6. Pemerikasaan Diagnostik
7. Penatalaksanaan
8. Asuhan Keperawatan dengan Diagnosa Medis Hipertiroidisme.

D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini dengan cara mengumpulkan
literatur dan mencari di internet serta berdiskusi dengan teman kelompok maupun diluar
kelompok.Pengumpulan informasi dan data, analisis informasi dan data, penarikan
kesimpulan, serta merumuskan saran mencakup pendekatan penulisan, sumber
penulisan,sasaran penulisan, dan tahapan penulisan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI

a. HIPOTIROID

Hipotiroid adalah suatu penyakit akibat penurunan fungsi hormon tiroid yang
dikikuti tanda dan gejala yang mempengaruhi sistem metabolisme tubuh. Faktor
penyebabnya akibat penurunan fungsi kelanjar tiroid, yang dapat terjadi kongenital atau
seiring perkembangan usia. Pada kondisi hipotiroid ini dilihat dari adanya penurunan
konsentrasi hormon tiroid dalam darah disebabkan peningkatan kadar TSH (Tyroid
Stimulating Hormon).

Hipotiroidisme adalah suatu sindroma klinis akibat dari defisiensi hormone


tiroid, yang kemudian mengakibatkan perlambatan proses metabolik. Hipotiroidisme
pada bayi dan anak-anak berakibat pertambahan pertumbuhan dan perkembangan jelas
dengan akibat yang menetap yang parah seperti retardasi mental.
Hipotiroidisme adalah keadaan defisiensi hormon tiroid (TH) yang menyebabkan
metabolisme tubuh berjalan lambat, penurunan produksi panas, dan penurunan
konsumsi oksigen dijaringan. Aktivitas yang lambat di kelenjar toroid mungkin sebagai
akibat disfungsi tiroid primer, atau kejadian sekunder akibat disfungsi hipofisis anterior.
(Elsevier.2009). Hipotiroidisme merupakan kondisi hipofungsi tiroid yang disertai
dengan gagal tiroid. Kondisi ini diakibatkan oleh kadar hormone tiroid suboptimal.
(Susan C. 2013).
Jadi, hipotiroidisme adalah suatu penyakit akibat penurunan fungsi hormon tiroid
yang diikuti tanda&gejala yang mengakibatkan perlambatan proses metabolik,
penurunan produksi panas, dan penurunan konsumsi oksigen di jaringan yang disertai
dengan gagal tiroid.

b. Hipertiroid
Hipertiroidisme adalah sekresi hormon tiroid yang berlebihan yang
dimanifestasikan melalui peningkatan kecepatan metabolisme. (Suzanne C.
Smeltzer,2001). Hipertiroidisme dapat diidentifikasikan sebagai respons jaringan-jaringan
tubuh terhadap pengaruh metabolic hormone tiroid yang berlebihan. Keadaan ini dapat
timbul spontan atau akibat asupan hormone tiroid yang berlebihan. (Sylvia A.
Price,dkk,2005).

Jadi hipertiroidisme adalah sekresi hormon tiroid yang berlebihan yang


menyebabkan ketidakseimbangan metabolik.

B. ETIOLOGI

a. HIPOTIROID

Pada umumnya efek kelainan hipotiroidisme berbeda dengan efek


hipertiroidisme namun pada hipotiroidisme ada beberapa mekanisme fisiologik yang
khusus.

Seperti halnya hipertiroidisme, maka beberapa kasus hipotiroidisme mungkin juga


disebabkan oleh autoimunitas terhadap kelenjar tiroid sendiri, namun imunitasnya
lebih merusak kelenjar daripada merangsang kelenjar.Pada sebagian besar penderita,
mula-mula kelenjar mengalami “tiroiditis”, yakni adanya peradangan pada kelenjar.
Keadaan ini menyebabkan kemunduran pada kelenjar itu dan akhirnya timbul fibrosis
pada kelenjar, dan hasil akhirnya adalah berkurangnya atau tidak adanya sekresi
hormone tiroid sama sekali. Beberapa jenis hipotiroidisme yang lain juga timbul,
seringkali berkaitan dengan membesarnyakelenjar tiroid, yang disebut sebagai goiter
tiroid, yaitu sebagai berikut:

Goiter Koloid Endemik.​Istilah “goiter” berarti sangat membesarnya kelenjar


tiroid.Seperti yang telah dinyatakan pada pembahasan tentang metabolisme iodium,
untuk pembentukan hormone tiroid adalahjumlah yang cukup setiap tahunnya
diperlukan kira-kira 50 mg iodium.Pada daerah tertentu, misalnya dipegunungan
Alpen di Swiss, di Andes, dan daerah Great Lakes di Amerika Serikat, tanah yang
dipakai menanam bahan makanan ternyata kurang atau hanya mengandung sedikit
iodium.Oleh karena itu, sebelum dilakukan iodinasi garam meja, kebanyakan
penduduk yang tinggal didaerah ini mempunyai kelenjar tiroid yang sangat membesar
yang disebut ​goiter endemic.​

Mekanisme timbulnya goiter endemic yang besar itu adalah sebagai berikut:
kekurangan iodium mencegah produksi hormone tiroksin dan triiodotironin tetapi
tidak menghambat pembentukan tiroglobulin. Akibatnya, tidak tersedia hormone
yang dapat dipakai untuk menghambat produksi TSH oleh hipofisis anterior; sehingga
kelenjar hipofisis mensekresi banyak sekali TSH.Selanjutnya TSH menyebabkan
sel-sel tiroid mensekresi banyak sekali tiroglobulin (koloid) ke dalam folikel, dan
kelenjarnya tumbuh semakin besar.Tetapi oleh karena iodiumnya kurang, produksi
tiroksin dan triiodotironin tidak meningkat dan oleh karena itu tidak ada penekanan
secara normal pada produksi TSH oleh kelenjar hipofisis.Ukuran folikelnya menjadi
sangat besar, dan kelenjar tiroidnya dapat membesar 10-30 kali ukuran normal.

Goiter Koloid Nontoksik Idiopatik.​Pembesaran kelenjar tiroid yang mirip


dengan pembesaran pada goiter koloid endemic juga sering terjadi pada orang-orang
yang tidak menderita kekukarangan iodium.Jumlah hormone tiroid yang disekresikan
oleh kelenjar ini mungkin normal, namun sekresi hormonnya lebih sering tertekan,
seperti halnya pada goiter koloid endemic.

Penyebab pasti pembesaran kelenjar tiroid pada penderita dengan goiter


koloid idiopatik tidak diketahui, namun sebagian besar penderita menunjukkan
gejala-gejala tiroiditis ringan; oleh karena itu, diduga bahwa tiroiditis ini
menyebabkan hipotiroidisme ringan, yang selajutnya menyebabnya peningkatan
sekresi TSH dan pertumbuhan yang progresif dari bagian kelenjar yang tidak
meradang. Keadaan inilah yang dapat menjelaskan mengapa kelenjar ini biasanya
nodular, dengan beberapa bagian kelenjar tumbuh namun bagian yang lain rusak
akibat tiroiditis.

Pada beberappa penderita goiter koloid, di dalam kelenjar tiroidnya timbul


kelainan pada system enzim yang dibutuhkan untuk pembentukan hormon tiroid. Di
antara kelainan-kelainan yang dapat dijumpai adalah:

1. Defisiensi mekanisme penjeratan iodida, sehingga iodium yang dipompakan ke


dalam sel jumlahnya tidak adekuat.
2. Difesiensi system perokdisase, dimana iodide tidak dioksidasi menjadi iodium.
3. Defisiensi penggandengan tirosin teriodinasi di dalam molekul triglobulin,
sehingga bentuk akhir dari hormone tiriod tidak terbentuk.
4. Defisiensi enzim deiodinase, yang mencegah pulihnya iodium dari tirosin
teriodinasi, yang tidak mangalami penggandengan untuk membentuk hormon
tiroid (jumlahnya kita-kira dua pertiga dari yodium), sehingga menggakibatkan
defisiensi yodium.
Akhirnya, ada beberapa makanan yang mengandung ​substansi goitrogenik ​yakni
makanan yang mengandung jenis-propiltiourasil yang mempunyai aktivitas antitiroid,
sehingga juga menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid akibat TSH.Beberapa bahan
goitrogenik ditemukan terutama pada beberapa varietas lobak dan kubis.

b. HIPERTIROID
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah goiter toksika, tirotoksikosis, dan
penyakit grave).Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua
sampai tiga kali dari ukuran normalnya, disertai dengan banyak hiperplasia dan
lipatan-lipatan sel-sel folikel ke dalam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih
meningkat beberapa kali dibandingkan dengan pembesaran kelenjar.Juga, setiap sel
meningkatkan kecepatan sekresinya beberapa kali lipat dengan kecepatan 5-15 kali lebih
besar daripada normal.

Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu yang
“menyerupai” TSH, Biasanya bahan – bahan ini adalah antibodi immunoglobulin yang
disebut TSI (​Thyroid Stimulating Immunoglobulin​), yang berikatan dengan reseptor
membran yang sama dengan reseptor yang mengikat TSH. Bahan – bahan tersebut
merangsang aktivasi cAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah
hipertiroidisme.Karena itu pada pasien hipertiroidisme kosentrasi TSH menurun,
sedangkan konsentrasi TSI meningkat. Bahan ini mempunyai efek perangsangan yang
panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH yang hanya
berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon tiroid yang disebabkan oleh TSI
selanjutnya juga menekan pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis anterior.

Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon hingga


diluar batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar tiroid
membesar.Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka hawa dingin termasuk
akibat dari sifat hormon tiroid yang kalorigenik, akibat peningkatan laju metabolisme
tubuh yang diatas normal. Bahkan akibat proses metabolisme yang menyimpang ini,
terkadang penderita hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan
sinaps saraf yang mengandung tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme ini
menyebabkan terjadinya tremor otot yang halus dengan frekuensi 10-15 kali perdetik,
sehingga penderita mengalami gemetar tangan yang abnormal.Nadi yang takikardi atau
diatas normal juga merupakan salah satu efek hormon tiroid pada sistem
kardiovaskuler.Eksopthalmus yang terjadi merupakan reaksi inflamasi autoimun yang
mengenai daerah jaringan periorbital dan otot-otot ekstraokuler, akibatnya bola mata
terdesak keluar.

C. FAKTOR RISIKO

a. HIPOTIROID

Berdasarkan data epidemiologik diketahui bahwa faktor genetik sangat berperan


dalam patogenesis PTAI. Selanjutnya diketahui pula pada Penyakit Tiroiditis Auto Imun
terjadi kerusakan seluler dan perubahan fungsi tiroid melalui mekanisme imun humoral dan
seluler yang bekerja secara bersamaan. Kerusakan seluler terjadi karena limfosit T
tersensitisasi (sensitized T-lymphocyte) dan/atau antibodi antitiroid berikatan dengan
membran sel tiroid, mengakibatkan lisis sel dan reaksi inflamasi. Sedangkan gangguan
fungsi terjadi karena interaksi antara antibodi antitiroid yang bersifat stimulator atau
blocking dengan reseptor di membran sel tiroid yang bertindak sebagai autoantigen .

Mekanisme patogen yang mungkin dari Tiroiditis Hashimoto. Faktor genetik


predisposed individu dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan (contoh: diet iodine, infeksi,
kehamilan, terapi sitokin) yang termasuk respon autoimun melawan antigen spesifik tiroid
dengan infiltrasi sel imun. Proses autoimun menghasilkan T helper tipe 1 (Th1) respon imun
mediate dan induksi apoptosis dari sel tiroid yang mengakibatkan hipotiroid.
Hipotiroid merupakan kelainan endokrin kedua yang paling banyak dijumpai di
Amerika Serikat setelah diabetes mellitus (Hueston, 2001).Hipotiroid lebih banyak terjadi
pada wanita dibandingkan pria dan insidensinya meningkat dengan pertambahan umur.
Hipotiroid primer lebih sering di jumpai dibanding hipotiroid sekunder dengan perbandingan
1000 : 1 (Roberts & Ladenson, 2004 ).

b. HIPERTIROID

1. Jenis kelamin dan umur


Factor risiko terkena hipertiroid lebih tinggi terhadap pasien wanita
dibanding pasien pria. Dengan gejala-gejala yang nampak, diduga wanita tersebut
lebih mudah mengalami hipertiroid, dimana peningkatan factor risiko penyakit ini
pada usia 30-40 tahun. Hipertiroid sering menyerang wanita daripada pria karena
produksi hormone pada wanita lebih kompleks dibandingkan dengan produksi
hormon pada pria. Namun, beberapa kasus kanker tiroid juga ditemukan pada kaum
pria

2. Faktor genetic atau kesehatan sebelumnya


Jika seseorang pernah terkena penyakit tiroid, maka kemungkinan akan
terkena penyakit yang sama di kemudian hari menjadi semakin besar. Ada dua jenis
penyakit tiroid yang termasuk kelompok penyakit oto-imun, yaitu penyakit radang
tiroiditis Hashimoto dan penyakit Graves.Penyakit autoimun adalah semacam
penyakit alergi terhadap jaringan tubuh sendiri, yang mengakibatkan kerusakan
jaringan tiroid.Jika mempunyai penyakit autoimun lainnya, misalnya radang,
rematik, lupus, atau psoriasis (semacam penyakit kulit), seseorang lebih cenderung
terserang penyakit autoimun juga.Orang yang menderita tiroid, kemungkinan
anaknya mengalami penyakit yang sama menjadi lebih besar. (Tandra,2011)

3. Merokok
Kebiasaan merokok merupakan pencetus penyakit tiroid, terutama penyakit
Graves.Dibandingkan dengan yang bukan perokok, orang yang mempunyai
kebiasaan merokok bukan hanya lebih mudah terkena pernyakit Graves, tetapi
dapat mengalami komplikasi pada mata yang meningkat lebih dari 10 kali
lipat.(Tandra, 2011)
4. Stress
Stress yang berlebihan bisa mengganggu tiroid. Orang muda yang sudah
beruban, atau orang kidal, dikatakan beriesiko lebih mudah terkena penyakit
tiroid. (Tandra,2011)

D. PREVALENSI
a. HIPOTIROID
Hipotiroid adalah keadaan defisiensi hormone tiroid (TH) yang menyebabkan
metabolism tubuh berjalan lambat, penurunan produksi panas, dan penurunan konsumsi
oksigen di jaringan.

Prevalensi hipotiroid di Indonesia belum di ketahui secara pasti. Riskesdas 2007


melakukan pemeriksaan kadar TSH sebagai salah satu penunjang diagnostik gangguan
tiroid. Dari pemeriksaan TSH tersebut terdapat 2,7% laki-laki dan 2,2% perempuan
memiliki kadar TSH tinggi yang menunjukkan adanya kecurigaan hipotiroid.

b. HIPERTIROID
Penyakit hipertiroid adalah suatu keadaan ketika fungsi kelenjar gondok (tiroid)
menjadi berlebihan.Kelebihan fungsi kelenjar tersebut meningkatkan produksi hormon
tiroid yang mempengaruhi metabolisme tubuh.
Menurut hasil Riskesdas 2013, hanya terdapat 0,4% penduduk Indonesia yang
berusia 15 tahun atau lebih yang berdasarkan wawancara mengakui terdiagnosis
hipertiroid. Meskipun secara persentase kecil namun secara kuantitas cukup besar. Jika
pada tahun 2013 penduduk dengan usia >15 tahun sebanyak 176.689.336 jiwa , maka
terdapat lebih dari 700.000 orang terdiagnosis hipertiroid.
Prevalensi penduduk >15 tahun yang terdiagnosis hipertiroid menurut karakteristik

E. KLASIFIKASI
a. HIPOTIROID
Hipotiroid dapat diklasifikasikan berdasar waktu kejadian (kongenital atau
akuisital), disfungsi organ yang terjadi (primer atau sekunder/ sentral), jangka waktu
(transien atau permanen) atau gejala yang terjadi (bergejala/ klinis atau tanpa gejala/
subklinis).Hipotiroid kongenital biasa dijumpai di daerah dengan defisiensi asupan
yodium endemis. Pada daerah dengan asupan yodium yang mencukupi, hipotiroid
kongenital terjadi pada 1 dari 4000 kelahiran hidup, dan lebih banyak dijumpai pada bayi
perempuan.
Hipotiroid akuisital disebabkan oleh berbagai faktor.Penyebab yang paling sering
dijumpai adalah tiroiditis autoimun yang sering disebut tiroiditas Hashimoto.Peran auto
imun pada penyakit ini didukung adanya gambaran infiltrasi limfosit pada kelenjar tiroid
dan adanya antibody tiroid dalam sirkulasi darah. Operasi atau radiasi (mis: radioterapi
eksternal pada penderita head and neck cancer, terapi yodium radioaktif pada
tirotoksikosis, paparan yodium radioaktif yang tidak disengaja, infiltrasi besi di kelanjar
tiroid pada hemokromatosis. Beberapa bahan kimia maupun obat (misal: amiodarone,
lithium, interferon) juga dapat menyebabkan hipotiroid dengan cara mempengaruhi
produksi hormon tiroid atau mempengaruhi autoimunitas kelenjar tiroid (Roberts &
Ladenson, 2004).
Berdasarkan disfungsi organ yang terkena, hipotiroid dibagi dua yaitu hipotiroid
primer dan hipotiroid sentral. Hipotiroid primer berhubungan dengan defek pada kelenjar
tiroid itu sendiri yang berakibat penurunan sintesis dan sekresi hormon tiroid, sedangkan
hipotiroid sentral berhubungan dengan penyakit penyakit yang mempengaruhi produksi
hormon thyrotropin releasing hormone (TRH) oleh hipothalamus atau produksi tirotropin
(TSH) oleh hipofisis.
Hipotiroid berdasarkan kadar TSH dibagi beberapa kelompok yaitu:

1. TSH < 5,5 µIU/L = normal


2. 5,5 µIU/L ≤ TSH < 7 µIU/L = Hipotiroid ringan
3. 7 µIU/L ≤ TSH < 15 µIU/L = Hipotiroid sedang
4. TSH ≥ 15 µIU/L = Hipotiroid berat
*point 2-4 merupakan hipotiroid biokimia
Selain itu pasien dinyakan hipotiroid klinis jika dijumpai peninggian kadar TSH
(TSH ≥ 5,5 µIU/L) disertai adanya simptom seperti fatique,peningkatan BB, ganguan
siklus haid, konstipasi, intoleransi dingin, rambut dan kuku rapuh (Wiseman, 2011).

b. HIPERTIROID
Hipertiroidisme (Tiroktosikosis) di bagi dalam 2 kategori:

1. Kelainan yang berhubungan dengan Hipertiroidisme


2. Kelainan yang tidak berhubungan dengan Hipertiroidisme
Klasifikasi lain:
1. Goiter Toksik Difusa (Graves’ Disease)
Kondisi yang disebabkan, oleh adanya gangguan pada sistem kekebalan tubuh
dimana zat antibodi menyerang kelenjar tiroid, sehingga menstimulasi kelenjar tiroid
untuk memproduksi hormon tiroid terus menerus.

Graves’ disease​ lebih banyak ditemukan pada wanita daripada pria, gejalanya
dapat timbul pada berbagai usia, terutama pada usia 20 – 40 tahun. Faktor keturunan
juga dapat mempengaruhi terjadinya gangguan pada sistem kekebalan tubuh, yaitu
dimana zat antibodi menyerang sel dalam tubuh itu sendiri.

2. Nodular Thyroid Disease


Pada kondisi ini biasanya ditandai dengan kelenjar tiroid membesar dan tidak
disertai dengan rasa nyeri.Penyebabnya pasti belum diketahui. Tetapi umumnya
timbul seiring dengan bertambahnya usia.
3. Subacute Thyroiditis
Ditandai dengan rasa nyeri, pembesaran kelenjar tiroid dan inflamasi, dan
mengakibatkan produksi hormon tiroid dalam jumlah besar ke dalam
darah.Umumnya gejala menghilang setelah beberapa bulan, tetapi bisa timbul lagi
pada beberapa orang.

4. Postpartum Thyroiditis
Timbul pada 5 – 10% wanita pada 3 – 6 bulan pertama setelah melahirkan
dan terjadi selama 1 -2 bulan. Umumnya kelenjar akan kembali normal secara
perlahan-lahan

F. MANIFESTASI KLINIS
a. HIPOTIROID
Kekurangan hormon tiroid mengakibatkan perlambatan proses metabolik di dalam
tubuh manusia. Gejala dan tanda hipotiroid sebagai berikut.
Organ Tanda dan Gejala
Otak Lemah, lelah, mengantuk,
depresi, kemampuan
berbicara menurun,
intelektual menurun,
gangguan ingatan, proses
psikis pelan
Mata Sakit kepala, gangguan
penglihatan, edema
periorbital
Telinga, hidung dan Suara serak
tenggorokan
Kelenjar tiroid Pembesaran tiroid/goiter
noduler atau difusa
Jantung dan Pembuluh Tekanan nadi berkurang
darah (bradikardi), hipertensi
diastolik, kardiak output
berkurang
Saluran Cerna Sulit buang air besar
(konstipasi), berat badan
naik/gemuk
Ginjal Fungsi ginjal menurun,
retensi cairan
Sistem Reproduksi Infertilitas, gangguan
menstruasi
Otot dan Saraf Kaku sendi, kesemutan, nyeri
sendi, gerakan otot lemah
(hipofleksia), edema non
pitting (miksedema),
ataxia, kram otot
kulit Tidak tahan dingin, produksi
keringat berkurang

b. HIPERTIROID
Kelebihan hormon tiroid menyebabkan proses metabolik dalam tubuh berlangsung
lebih cepat. Gejala dan tanda hipertiroid adalah sebagai berikut.
Organ Tanda dan Gejala
Susunan Saraf Labil/emosional, menangis tanpa
alasan yang jelas (iritabel),
psikosis, tremor, nervositas,
sulit tidur, sulit konsentrasi
Mata Pandangan ganda, melotot
Kelenjar Tiroid Pembesaran tiroid
Jantung dan Paru Sesak nafas (​dispnea​), hipertensi,
aritmia, berdebar-debar, gagal
jantung, tekanan nadi
meningkat (​takikardi​)
Saluran Cerna Sering buang air besar, lapar,
banyak makan, haus, muntah,
berat badan turun cepat,
toleransi obat
Sistem Reproduksi Tingkat kesuburan menurun,
menstruasi berkurang, tidak
haid, libido menurun
Darah-Limfatik Limfositosis, anemi, pembesaran
limpa, pembesaran kelenjar
limfe leher
Tulang Osteoporosis, epifisis cepat
menutup, nyeri tulang
Otot Lemah badan (​thyrotoxic periodic
paralysis)​ , refleks meningkat,
hiperkinesis, capai, tangan
gemetar atau tremor
Kulit Berkeringat tidak wajar
(berlebihan)

G. PATOFISIOLOGI
a. HIPOTIROID
Hipotiroid dapat disebabkan oleh gangguan sintesis hormon tiroid atau gangguan
pada respon jaringan terhadap hormon tiroid. Sintesis hormon tiroid diatur sebagai
berikut: Hypothalamus membuat Thyrotropin Releasing Hormon (TRH) yang
merangsang hipofise yang merangsang kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid mensintesis
hormon tiroid (Triiodothyronin/T3 dan Tetraiodothyronin/T4) yang merangsan
metabolisme jaringan yang meliputi konsumsi oksigen, produksi panas tubuh, fungsi
syaraf, metabolisme protein, karbohidrat, lemak, dan vitamin-vitamin serta kerja
hormon-hormon lain.

b. HIPERTIROID
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika. Pada
kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar 2-3 kali dari ukuran
normal, disertai dengan banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel folikel ke dalam
folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali dibandingkan dengan
pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel meningkatkan kecepatan sekresinya beberapa kali
lipat dengan kecepatan 5-15 kali lebih besar daripada normal.
Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon hinga
diluar batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar tiroid
membesar. Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka hawa dingin termasuk
akibat dari sifat hormon tiroid yang kalorigenik, akibat peningkatan laju metabolisme
tubuh yang diatas normal. Bahkan akibat proses metabolisme yang menyimpang ini,
terkadang penderita hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur.
Efek pada kepekaan sinaps saraf yang mengandung tonus otot sebagai akibat dari
hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya tremor otot yang halus dengan frekuensi
10-15 kali perdetik, sehingga penderita mengalami gemetar tangan yang abnormal.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. HIPOTIROID
Semua kasus yang diduga hipotiroid harus diperiksa : kadar T​4 total,
​ T​4 bebas
(rendah) dan TSH (meningkat).
● Kadar normal :
T​4 total
​ : ​58 - 161 nmol/L
T​4​ bebas : ​10 - 23 pmol/L
TSH : 0,02 – 5,0 ​μU/ml
b. HIPERTIROID
Lakukan pemeriksaan darah setidaknya satu kali dan lebih baik jika dua kali,
pemeriksaan sebelum memulai terapi untuk menetapkan diagnosis pasti. Lakukan
pemeriksaan kadar T​4 total,
​ T​4 ​ bebas (meningkat) dan TSH (menurun).

I. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. HIPOTIROID
Agar hipotiroid dapat dikembalikan secara permanen, klien harus mengonsumsi
hormone tiroid seumur hidup.
Natrium Levotiroxin adalah preparat utama sebagai terapi pengganti.Dosis
mungkin bervariasi sesuai umur klien.Anak-anak dan lansia memerlukan dosis yang
lebih kecil.Klien yang merespon terapi TH, memerlukan dosis pemeliharaan sehari-hari
selama hidupnya. Klien hipotiroid dengan terapi lama akan memperlihatkan perbaikan
manifestasi pada minggu ke 2 atau ke 3 semenjak terapi.
b. HIPERTIROID
Terapi ini pertama pertama pada semua pasien apapun diagnosanya . Karbimazol
menurunkan sintesis hormone tiroid. Dosis awal 40-60 mg per hari. Kemudian dikurangi
sampai mencapai dosis pemeliharaan. Efek samping karbimazol diantaranya adalah ruam
kulit, rambut rontok, neutropenia (nyeri tenggorokan biasanya merupakan gejala awal)
dan pasien harus diperingatkan untuk menghentikan penggunaan obat bila terjadi efek
samping yang berkelanjutan.
1. Propanolol 20 mg t.d.s bisa memperbaiki gejala gangguan jantung dengan cepat dan
memberikan perasaan segar bugar.
2. Terapi iodium radioaktif ( I​131​) , diberikan setelah pemberian obat pada pasien eutiroid
yang lebih toksik. Obat dihentikan selama 4 hari sebelum terapi radioaktif diberikan.
Intervensi ini memiliki banyak keuntungan, yaitu : lebih ekonomis, mudah digunakan,
dan dapat diresepkan pada pengobatan rawat jalan. Kelenjar tiroid tidak mampu
membedakan antara atom yodium regular dengan atom yodium radioaktif.
Konsekuensinya ketika klien menerima dosis I​131 ​kelenjar tiroid akan menggunakan
yodium tersebut dan dikonsentrasikan seperti halnya yodium regular. Akibatnya
konsentrat I​131​akan membuat T​4 menjadi rusak karena radiasi local. Sekresi TH
dihambat,hipertiroid akan hilang. Oleh karena yodium radioaktif merusak sel-sel
kelenjar tiroid, komplikasi utama yang mungkin adalah hipotiroid.
J. KOMPLIKASI
a. HIPOTIROID
1. Gondok
Ini adalah salah satu komplikasi yang paling umum hipotiroidisme. Akan ada
stimulasi konstan tiroid oleh kelenjar pituitari untuk melepaskan hormon lebih selama
kondisi hipotiroidisme. Upaya ekstra akan membuat kelenjar lebih besar dari ukura
normal. Kondisi ini dikenal sebagai gondok. Ini tidak lain hanyalah pembengkakan
kelenjar yang terlihat pada leher.
2. Kesehatan Mental
Hypothyroidism dapat berubah menjadi depresi. Hal ini terjadi terutama pada
tahap awal hypothyroidism dan dapat berlanjut ke yang lebih parah. Hypothyroidism
membuat kelesuan pada fisik dan juga turunnya fungsi otak.
3. Myxedema
Mixadema d​ apat terjadi pada klien hipotiroidisme yang tidak terdiagnosis atau
tidak diobati secara adekuat dan mengalami tekanan seperti infeksi, penggunaan obat,
gagal jantung dan trauma.
4. Koma ​Myxedema
Komplikasi paling berat adalah koma mixadema, kondisi yang sangat jarang
dengan proporsi kematian mendekat 100%. Status kegawatdaruratan ditandai dengan
penurunan drastis laju metabolisme, hipoventilasi, yang berlanjut ke asidosis
respiratorik, hipotermia dan hiponatremia
b. HIPERTIROID
1. Eksoftalmos
Adalah manifestasi ketiga yang utama dari penyakit graves.perubahan ini
terkait proses autoimun pada jaringan retro-orbital. Klien yang menunjukkan
eksoftalmos mempunyai mata yang menonjol dan pandangan yang
menetap.Eksoftalmos muncul terkait dengan proptosis, pembengkakan otot, dan
edema jaringan akibat hipertiroid yang lama.
2. Penyakit jantung
Adanya penyakit jantung membutuhkan terapi yang serius.Takikardi dan
fibrilasi atrium sering kali menyertai hipertiroid.
3. Krisis tiroid / thyroid storm (tirotoksikosis)
Tirotoksikosis berpotensi menyebabkan episode yang mematikan karena overaktif kelenjar
tiroid. Ditandai dengan panas tinggi, takikardi yang berat, dehidrasi, dan
iritabilitas ekstrem.
Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan merupakan asuhan yang diberikan oleh seorang perawat kepada

seorang klien menggunakan proses keperawatan. Menurut Hidayat (2004), proses keperawatan

merupakan cara sistematis yang dilakukan oleh perawat bersama klien dalam menentukan

kebutuhan asuhan keperawatan dengan melakukan pengkajian, menetukan diagnosis,

merencanakan tindakan yang akan dilakukan, melaksanakan tindakan serta mengevaluasi hasil

asuhan yang telah diberikan.

1.​ Pengkajian

Menurut Hidayat (2004), pengkajian merupakan langkah pertama dari proses

keperawatan dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui

berbagai permasalahan yang ada. Tahap pengkajian terdiri dari pengumpulan data, validasi data

dan identifikasi masalah.

Hal-hal yang dikaji pada klien dengan hipertiroid meliputi (Carpenito, 2007) :

1.​ A
​ ktivitas atau istirahat

Gejala : Imsomnia, sensitivitas meningkat, Otot lemah,gangguan koordinasi, kelelahan berat.


Tanda : Atrofi otot

2.​ S
​ irkulasi

Gejala : Palpitasi, nyeri dada (angina). Tanda : Distritmia (vibrilasi atrium), irama gallop,
murmur, peningkatan tekanan darah dengan tekanan nada yang berat. Takikardia saat
istirahat, sirkulasi kolaps, syok (krisis tirotoksikosis)

3.​ E
​ liminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria, nocturia), rasa nyeri/terbakar, kesulitan berkemih
(infeksi), infeksi saluran kemih berulang, nyeri tekan abdomen, diare, urine encer, pucat,
kuning, poliuria (dapat berkembang menjadi oliguria atau anuria jika terjadi hipovolemia
berat), urine berkabut, bau busuk (infeksi), bising usus lemah dan menurun, hiperaktif
(diare).

4.​ I​ ntegritas / Ego


Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi.

Tanda : Ansietas peka rangsang

5.​ M
​ akanan / Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual atau muntah, tidak mengikuti diet, peningkatan masukan

glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari periode beberapa hari/minggu,

haus, penggunaan diuretik (tiazid)

Tanda : Kulit kering atau bersisik, muntah, pembesaran thyroid (peningkatan kebutuhan

metabolisme dengan pengingkatan gula darah), bau halitosis atau manis, bau buah (napas

aseton).

6.​ N
​ eurosensori

Gejala : Pusing atau pening, sakit kepala kesemutan, kelemahan pada otot parasetia, gangguan

penglihatan.

Tanda : Disorientasi, mengantuk, lethargi, stupor atau koma (tahap lanjut), gangguan memori

baru masa lalu ) kacau mental. Refleks tendon dalam (RTD menurun;koma), aktivitas kejang

( tahap lanjut dari DKA).

7.​ N
​ yeri / Kenyamanan

Gejala : Abdomen yang tegang atau nyeri (sedang / berat), wajah meringis dengan palpitasi,
tampak sangat berhati-hati.

8.​ P
​ ernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum purulen (tergantung adanya
infeksi atau tidak)

Tanda : sesak napas, batuk dengan atau tanpa sputum purulen (infeksi), frekuensi pernapasan
meningkat

9.​ K
​ eamanan

Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit

Tanda : Demam, diaforesis, kulit rusak, lesi atau ulserasi, menurunnya kekuatan umum/rentang
gerak, parastesia atau paralysis otot termasuk otot pernapasan (jika kadar kalium menurun
dengan cukup tajam)

10.​ ​Seksualitas
Gejala : Rabas wanita ( cenderung infeksi ), masalah impotent pada pria.

Tanda : Glukosa darah meningkat 100-200 mg/ dl atau lebih, aseton plasma positif secara
mencolok, asam lemak bebas kadar lipid dengan kolosterol meningkat.

2.​ Diagnosa Keperawatan


a.​ Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak

terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung.

b.​ K
​ elelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi.

c.​ Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penurunan

berat badan).

d.​ R
​ isiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan

mekanisme perlindungan dari mata: kerusakan penutupan kelopak mata/eksoftalmus.

e.​ Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis: status hipermetabolik.



f.​ Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan

berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.

3.​ Perencanaan

Adapun proses perencanaan keperawatan pada klien dengan hipertiroid adalah:

a.​ R
​ isiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak

terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung.

Tujuan : Klien akan mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengankebutuhan
tubuh.
Kriteria hasil:
1)​ N
​ adi perifer dapat teraba normal

2)​ V
​ ital sign dalam batas normal.

3)​ P
​ engisian kapiler normal

4)​ S
​ tatus mental baik

5)​ T
​ idak ada disritmia

Intervensi:

1)​ P
​ antau tekanan darah pada posisi baring, duduk dan berdiri jika memungkinkan.

2)​ P
​ erhatikan besarnya tekanan nadi

3)​ P
​ eriksa kemungkinan adanya nyeri dada atau angina yang dikeluhkan

pasien.

4)​ A
​ uskultasi suara nafas, perhatikan adanya suara yang tidak normal (seperti krekels)

5)​ O
​ bservasi tanda dan gejala haus yang hebat,mukosa membran kering, nadi lemah,

penurunan produksi urine dan hipotensi

b.​ K
​ elelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi.
Tujuan : Kelelahan tidak terjadi

Kriteria hasil : menetapkan secara verbal tentang tingkat energi peka rangsang dari saraf

sehubungan dengan gangguan kimia tubuh.

Intervensi:

1)​ P
​ antau tanda-tanda vital dan catat nadi baik saat istirahat maupun saat melakukan aktivitas.

2)​ C
​ atat berkembangnya takipnea, dipsnea, pucat saat sianosis

3)​ B
​ erikan/ciptakan lingkungan yang terang

4)​ S
​ arankan pasien pasien untuk mengurangi aktivitas dan meningkatkan aktivitas dan

meningkatkan istirahat ditempat tidur sebanyak-banyaknya jika memungkinkan

5)​ B
​ erikan tindakan yang membuat pasien nyaman seperti sentuhan/ massase, bedak sejuk.

6)​ B
​ erikan obat sesuai indikasi : sedatif (fenobarbital/luminal),transquilizer misal

klordiazepoxsida (librium).

c.​ R
​ isiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penurunan berat

badan).

Tujuan : Penurunan nutrisi tidak terjadi.

Kriteria hasil : Menunjukan berat badan yang stabil, disertai nilai laboratorium normal dan

terbebas dari tanda-tanda malutrisi.

Intervensi:

1)​ A
​ uskultasi bising usus

2)​ C
​ atat dan laporkan adnya anoreksia kelemahan umum/ nyeri abdomen mual muntah.
3)​ P
​ antau masukan makanan setiap hari. Timbang berat badan setiap hari serta laporkan

adanya penurunan berat badan

4)​ K
​ onsultasikan dengan ahli gizi untuk memberikan diit tinggi kalori, tinggi protein,

karbohidrat dan vitamin

5)​ B
​ erikan obat sesuai indikasi : glukosa, vitamin B kompleks.

d.​ R
​ isiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan

mekanisme perlindungan dari mata: kerusakan penutupan kelopak mata/eksoftalmus.

Tujuan : kerusakan integritas jaringa tidak terjadi

Kriteria hasil : mempertahankan kelembaban membran mukosa terbebas dari ulkus dan mampu

mengidentufikasi tindakan untuk memberikan perlindungan pada mata

Intervensi:

1)​ O
​ bservasi edema periorbital, gangguan penutupan kelopak mata, gangguan penutupan

kelopak mata, lapang pandang penglihatan sempit, air mata yang berlebihan.

2)​ C
​ atatadanya fotophobia, rasa adanya benda di luar mata dan nyeri pada mata

3)​ E
​ valusi ketajaman mata, laporkan adanya pandangan mata kabur atau pandangan ganda

(diplopia).

4)​ B
​ agian kepala tempat tidur di tinggikan dan batasi pemasukan garam jika ada indikasi

5)​ I​ nstruksikan agar pasien melatih otot mata ekstraokuler jika memungkinkan.

6)​ K
​ olabrasi berikan obat sesuai indikasi : obat tetes mata metilselulosa, ACTH, prednison,

obat anti tiroid, diuretik.

7)​ S
​ iapkan pembedahan sesuai indikasi

e.​ A
​ nsietas berhubungan dengan faktor fisiologis: status hipermetabolik.
Tujuan : Ansietas tidak terjadi.

Kriteria hasil : Melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi. Klien mampu

mengidentifikasi cara hidup sehat

Intervensi:

1)​ O
​ bservasi tingkah laku yang menunjukan tingkat ansietas.

2)​ P
​ antau respon fisik, palpitasi, gerakan yang berulang-ulang, hiperventilasi, insomnia.

3)​ K
​ urangi stimulasi dari luar : tempatkan pada ruangan yang tenang

4)​ T
​ erangkan bahwa pengendalian emosi itu harus tetap diberikan sesuai dengan

perkembangan terapi obat.

5)​ B
​ erikan obat ansietas (transquilizer,sedatif) dan pantau efeknya.

f.​ K
​ urang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan

dengan tidak mengenal sumber informasi.

Tujuan : Klien akan melaporkan pemahaman tentang penyakitnya dengan kriteria :

Mengungkapkan pemahaman tentang penyakitnya

Intervensi :

1)​ T
​ injau ulang proses penyakit dan harapan masa depanberdasarkan informasi

2)​ B
​ erikan informasi yang tepat

3)​ I​ dentifikasi sumber stress

4)​ T
​ ekankan pentingnya perencanaan waktu istirahat

5)​ B
​ erikan informasi tanda dan gejala dari hipotiroid

4.​ Pelaksanaan

Implementasi merupakan tahap keempat dalam tahap proses keperawatan dengan

melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan)yang telah direncanakan

dalam rencana tindakan keperawatan. Dalam tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal

seperti bahaya fisik dan perlindungan pada klien, tehnik komunikasi, kemampuan dalam

prosesdur tindakan, pemahaman tentang hak-hak pasien serta memahami tingkat perkembangan

pasien.

Pelaksanaan mencakup melakukan, membantu atau mengarahkan kinerja aktivitas

sehari-hari. Setelah dilakukan, validasi, penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual dan

tehnik intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan

fisik dan psikologi dilindungi dan dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan.

5.​ Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan

identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak (Hidayat ,2004).

Evaluasi yang digunakan mencakup 2 bagian yaitu evaluasi formatif yang disebut juga

evaluasi proses dan evaluasi jangka pendek adalah evaluasi yang dilaksanakan secara terus

menerus terhadap tindakan yang telah dilakukan. Sedangkan evaluasi sumatif yang disebut juga

evaluasi akhir adalah evaluasi tindakan secara keseluruhan untuk menilai keberhasilan tindakan

yang dilakukan dan menggambarkan perkembangan dalam mencapai sasaran yang telah

ditentukan. Bentuk evaluasi ini lazimnya menggunakan format “SOAP”. Tujuan evaluasi adalah

untuk mendapatkan kembali umpan balik rencana keperawatan, nilai serta meningkatkan mutu

asuhan keperawatan melalui hasil perbandingan standar yang telah ditentukan sebelumnya.
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
Pada bab ini penulis akan membahas asuhan keperawatan pada klien Ny. M dengan diagnosa
medis Hipertiroid di ruang Pav. Eri Sadewo lt.5 RSPAD GATOT SOEBROTO. Asuhan
keperawatan ini dimulai dari tahap pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi keperawatan.
1. Identitas Klien
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh penulis dan catatan kasus, maka
diperoleh data sebagai berikut, klien bernama Ny. M berjenis kelamin Perempuan
dengan usia 36 tahun, agama Islam, suku bangsa Jawa. Bahasa yang digunakan adalah
Bahasa Indonesia, pendidikan SMA, alamat klien Jl. Munggang RT08 RW04 No.53.
Sumber biaya BPJS KLS II, sumber informasi dari klien, keluarga, status dan perawat
ruangan.

2. Resume
Klien bernama NY. M datang ke poli bedah Rumah Sakit RSPAD Gatot Soebroto tanggal 20
September 2019 pukul 11.00 WIB dengan keluhan nyeri pada benjolan di leher, mual,
lemas, tidak nafsu makan. Tanda – tanda vital dengan tekanan darah 100/70 mmHg,
nadi 112 x/menit, suhu badan 36​7​c, pernafasan 20 x/menit. Tindakan keperawatan
infus RL 20 tetes/menit, na diclopenac 3 x 1 tab, Ranitidin 2x150 mg. Dari hasil
Laboratorium pada tanggal 20 September 2019 didapatkan Hemoglobin 13,4 gr/dl,
Hematokrit 40%, Leukosit 9.67 ribu/mL, Trombosit 357 ribu/mL.

3. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan pada saat pengkajian di dapatkan klien mengatakan nyeri pada benjolan di leher kanan,
durasi ± 5 menit, mual, lemas, tidak nafsu makan,sulit menelan, cepat lelah bila
aktivitas, jantung berdebar – debar, banyak keluar keringat di telapak tangan,
kedua tangan terasa baal. Klien rencana operasi thyroidektomi. TD 112/75 mmhg,
suhu badan 36​7​c, pernafasan 20 x/menit, nadi 124 x/menit, skala nyeri 3.

b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


Berdasarkan hasil wawancara dengan klien, didapatkan data bahwa klien pernah dirawat di
Rumah Sakit Haji. klien sebelumnya pernah mempunyai riwayat seperti yang
diderita klien saat ini. Klien mengatakan tidak pernah mengalami kecelakaan
maupun operasi. Klien mengatakan tidak mempunyai alergi baik terhadap obat,
makanan, binatang, dan lingkungan. Klien pernah meminum obat amoxilin,
paracetamol.

c. Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi faktor
resiko
Klien mengatakan tidak ada penyakit keturunan atau penyakit yang pernah diderita oleh anggota
keluarga yang menjadi faktor resiko.

d. Riwayat psikososial dan spiritual


Orang yang tedekat dengan klien adalah suaminya, pola komunikasi dalam keluarga baik,
sedangkan pembuatan keputusan klien mengatakan bermusyawarah, kegiatan
kemasyarakatan tidak ada. Dampak penyakit klien terhadap keluarga adalah
aktivitas terganggu, klien berharap agar cepat sembuh. Klien mengatakan bila ada
masalah maka dilakukan dicari pemecahan masalah tersebut. Hal yang dipikirkan
saat ini dalah ingin cepat sembuh. Harapan setelah menjalani perawatan adalah
dapat kembali kerja. Perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit adalah badannya
lemas. Klien mengatakan tidak ada nillai-nilai yang bertentangan dengan
kesehatan. Aktivitas agama yang dilakukan adalah shalat 5 waktu dan selalu
beribadah dan menjalankan perintahnya. Klien mengatakan kondisi lingkungan
rumah baik dan bersih.

e. Pola Kebiasaan
1. Pola nutrisi
Berdsarkan hasil wawancara dan observasi didapatkan data sebagai berikut, pola nutrisi klien
sebelum sakit frekuensi makan 3x/hari, nafsu makan baik, porsi makan yang
dihabiskan 1 porsi,tidak ada makanan alergi, pantangan dan diet. Sedangkan
pola nutrisi selama di rawat di Rumah Sakit, frekuensi makan 3 x/hari, nafsu
makan kurang karena masih mual, habis 1​​ /​2 porsi makan, klien mengatakan
tidak ada makanan pantangan, penggunaan obat sebelum makan adalah obat
narfos, klien tampak tidak tampak menggunakan alat bantu (NGT, dll)

2. Pola Eliminasi
Pola eliminasi klien sebelum sakit frekuensi 4-5 x/hari, berwarna kuning jernih tanpa ada
keluhan, sedangkan di Rumah Sakit frekensi 6-7 x/hari, berwarna kuning
jernih tanpa adanya keluhan dan tampak tidak menggunakan alat bantu
(kateter, dll)

Sebelum sakit frekuensi BAB 1 x/hari, waktunya pagi, berwarna kuning, konsistensi lembek
tanpa ada keluhan dan tidak menggunakan laxatif. Sedangkan di Rumah Sakit
klien mengatakan bisa BAB dan tidak menggunakan laxatif.
3. Pola Personal Hygiene
Klien mengatakan sebelum sakit mandi 2 x/hari, waktunya pagi dan sore, oral hygiene 2 x/hari,
waktunya pagi dan malam, klien mengatakan cuci rambut cuci rambut 3
x/minggu. Sedangkan di Rumah Sakit klien mandi 2 x/hari, waktunya pagi
dan sore, klien mengatakan belum pernah cuci rambut.

4. Pola Istirahat dan Tidur


Klien mengatakan kebiasaan istirahat dan tidur sebelum masuk Rumah Sakit adalah klien tidur
siang 1 jam/hari, klien tidur malam selama 7 jam/hari, dan klien mengatakan
tidak ada kebiasaan sebelum tidur. Sedangkan selama di Rumah Sakit klien
tidur siang 1 jam/siang, tidur malam 8 jam/hari, dan tidak ada kebiasaan
sebelum tidur.

5. Pola Aktivitas dan Latihan


Aktivitas sebelum masuk Rumah Sakit adalah bekerja dengan waktu pagi hari, klien juga
mengatakan tidak pernah olahraga. Selama dirawat klien lebih banyak
istirahat dan melakukan kegiatan di tempat tidur seperti makan. BAK di
kamar mandi dan tidak ada keluhan dalam beraktivitas.

6. Kebiasaan yang Mempengaruhi Kesehatan


Sebelum klien masuk rumah sakit, klien mengatakan tidak pernah merokok dan minum-minuman
keras/NAPZA. Begitupun saat klien di rawat, klien tidak pernah merokok dan
minum-minuman keras/NAPZA.

2. Pengkajian Fisik
Pemeriksaan fisik umum berdasarkan hasil wawancara dan observasi didapatkan data yaitu Berat
Badan (BB) klien sebelum sakit 47 kg. Berat badan saat ini 45 kg, tinggi badan klien
160 cm, Tanda-tanda vital (TTV) dengan tekanan darah 112/75mmHg, nadi 124
x/menit, pernafasan 20 x/menit, dan suhu tubuh 36​7​c. Keadaan klien sakit sedang, dan
tidak terlihat adanya pembesaran gelenjar getah bening.

Sistem penglihatan meliputi sisi mata klien simetris, kelopak mata normal dan tidak terjadi ptosis,
pergerakan bola mata mengikuti stimulus, konjungtiva klien terlihat berwarna
muda/ananemis, kornea klien normal tidak berwarna keruh ataupun terdapat
perdarahan. Sklera anikhterik, pupil klien isokor, tidak ada kelainan pada otot-otot
mata klien, fungsi penglihatan klien baik dimana klien mengatakan masih dapat
melihat dengan baik, klien tidak menggunakan kacamata ataupun lensa kontak, tidak
ada tanda-tanda peradangan seperti berwarna merah dan pandangan jelas.

Sistem pendengaran meliputi daun telinga klien normal, tidak tampak ada luka dan tampak
simetris. Tidak ada serumen, kondisi telinga tengah normal, tidak tampak bengkak
dan tidak kemerahan, tidak terlihat adanya cairan di telinga seperti darah, nanah,
klien mengatakan telinganya tidak terasa penuh, fungsi pendengaran klien normal
dimana klien dapat mendengar dengan baik dan tidak menggunakan alat bantu.

Sistem wicara selama berinteraksi dengan klien, klien tidak mengalami gangguan bicara, dan
klien dapat menggunakan kata-kata dengan jelas.

Sistem pernafasan dari hasil wawancara, observasi, inspeksi dan auskultasi diperoleh jalan nafas
bersih tidak ada sumbatan, klien mengatakan tidak sesak, klien tampak tidak
menggunakan otot bantu pernafasan, frekuensi pernafasan 20 x/menit, dengan irama
pernafasan teratur, klien mengatakan tidak nyeri saat bernafas, klien tampak tidak
menggunakan alat bantu nafas, klien mengatakan tidak ada batuk. Pemeriksaan secara
palpasi tidak ada masalah pada dada klien, saat diperkusi suara resonan, pemeriksaan
auskultasi terdengar suara nafas klien vesikuler.
Sistem kardiovaskuler dari hasil pemeriksaan palpasi didapatkan nadi 124 x/menit, dengan irama
tidak teratur dan denyut kuat. Tekanan darah klien 112/75 mmHg, temperatur kulit
hangat, pengisian kapiler kurang dari 3 detik, dari hasil inspeksi tidak ada distensi
vena juguralis baik kanan maupun kiri, warna kulit klien putih normal, tampak tidak
ada edema.

Pada auskultasi jantung, kecepatan denyut nadi apical 120 x/menit, dengan irama tidak teratur
dan terdengar adanya kelainan bunyi jantung seperti mur-mur. Klien mengatakan
tidak sakit dada.

Sistem hematologi klien tampak tidak pucat.


Sistem syaraf pusat berdasarkan hasil wawancara dan observasi klien mengatakan tidak pusing,
tingkat kesadaran composmentis, dengan jumlah nilai glaslow coma scale (GCS) 15
yang terdiri dari E: 4, M: 6, V: 5, tidak ada tanda-tanda peninngkatan tekanan intra
kranial seperti nyeri kepala hebat, papil edema, muntah proyektif. Refleks fisiologi
normal seperti refleks bisep, trisep, dan patella normal. Refleks patologisnya seperti
babinski negatif.

Sistem pencernaan setelah dilakukan observasi didapatkan bahwa gigi klien tidak caries, tidak
menggunakan gigi palsu, tidak terlihat adanya stomatitis dan tidak terlihat lidah
kotor. Klien mengatakan mual..

Sistem endokrin klien mengalami pembesaran kelenjar tiroid, nafas tidak berbau keton , dan tidak
ada luka ganggren.
Sistem urogenital, Tidak terjadi perubahan pola kemih, urine berwarna kuning jernih, tidak
terjadi distensi kandung kemih, tidak ada keluhan sakit pinggang.

Sistem integumen turgor kulit klien baik dan elastis, temperatur kulit hangat, warna kulit klien
tampak kemerahan, tidak terdapat luka. Tidak ada lesi atau ulkus, tidak ada
tanda-tanda peradangan di kulit daerah pemasangan infuse. Keadaan rambut klien
baik dan bersih.

Sistem muskuloskeletal, walaupun terpasang infuse klien mengatakan tidak mengalami kesulitan
dalam bergerak. Tidak ada fraktur dan tidak ada kelainan baik bentuk sendi maupun
struktur tulang belakang. Keadaan tonus otot klien baik.

Kekuatan otot klien 5555 5555

5555 5555

3. Data Tambahan (pemahaman tentang penyakit)


Berdasarkan hasil wawancara klien mengatakan sudah mengetahui tentang penyakitnya.

4. Data penunjang (pemeriksaan diagnostic yang menunjang masalah : Lab,


radologi, endeskopi, dan lain-lain)
Laboratorium Tanggal 20 September 2019
Hemoglobin13.4 gr/dl, Hematokrit 43 %, Trombosit 357 ribu/mm, Leukosit 9.67 ribu/mm​3​.
TSH < 0,005 uIU/ml
FT4 20 ug/dl
FT3 15 pg/dl

5. Penatalaksanaan ( Therapi / Pengobatan termasuk diet )


Terapi obat oral Ny. M
Tyrax 1 x 10 mg
Rantin 2 x 150 mg
Na diclopenac 3x 1 tab.

6. Data Fokus
Data subjektif
Klien mengatakan nyeri pada benjolan di leher kanan sejak 6 bulan yang lalu, durasi ± 5 menit,
mual, lemas, tidak nafsu makan,sulit menelan, cepat lelah bila aktivitas,jantung terasa
berdebar – debar, kedua tangan terasa baal, banyak keluar keringat di telapak tangan.
Klien rencana operasi thyroidektomi. TD 112/75 mmhg, suhu badan 36​7​c, pernafasan
20 x/menit, nadi 124 x/menit, skala nyeri 3.
Data Objektif
Klien tampak lemas, wajah klien tampak menahan nyeri, klien tampak lemah, klien tampak
gelisah, kesadaran composmentis, klien tampak habis 1​​ /​2 porsi makan, TD 112/75
mmhg, suhu badan 36​7​c, pernafasan 20 x/menit, nadi 124 x/menit, skala nyeri 3.
Berat badan sebelum sakit 47 kg, BB sakit 45 kg, Hasil lab Hemoglobin13.4 gr/dl,
Hematokrit 43 %, Trombosit 357 ribu/mm, Leukosit 9.67 ribu/mm​3 ​, TSH < 0,005
uIU/ml, FT4 20 ug/dl, FT3 15 pg/dl.

7. Analisa Data

Data Masalah Etio


o logi
.

DS: Penuruna Peru


.
Klien n curah jantung bahan irama
mengatakan jantung
jantung terasa
berdebar –
debar, kedua
tangan terasa
baal, dan banyak
keluar keringat
di telapak
tangan
DO:

- Klien tampak
gelisah
- Suhu 36​7​c
- Nadi 112
x/menit
- RR 20x/menit
- Td 112/75
mmHg
- Skala nyeri 3

. Proses Nye
DS:
Inflamasi ri
- klien
mengatakan
nyeri pada leher
kanan
- hilang timbul
seperti ditusuk –
tusuk
- durasi ± 5
menit.

DO:

- wajah klien
tampak
menahan nyeri.
- Klien tampak
lemah
- Klien tampak
gelisah
- Suhu 36​7​c
- Nadi 112
x/menit
- RR 20x/menit
- Td 112/75
mmHg
- Skala nyeri 3
- TD 100/70
mmHg.
.

DS:
Perubaha Inta
- Klien n kebutuhan nutrisi ke yang tidak
mengatakan kurang dari adekuat.
mual
- Klien kebutuhan tubuh
mengatakan
tidak nafsu
makan
- klien
mengatakan
badannya lemas

DO:

- klien tampak
habis 1​​ /​2 porsi
makan
- nafsu makan
menurun
- klien tampak
lemas
- BB sebelum
sakit 47kg
- BB sakit 45kg
- Hemoglobin
13,4 gr/dl
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Berdasarkan hasil pengkajian keperawatan pada Ny. M pada tanggal 22 September 2019 maka
didapat diagnosa keperawatan sebagai berikut :
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung
2. Nyeri berhubungan dengan proses inflamsi
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat.

C. INTERVENSI

DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI


KEPERAWATAN HASIL
1 Penurunan curah Setelah dilakukan tindakan ▪ Evaluasi adanya nyeri
jantung berhubungan keperawatan 3 x 24 jam dada
dengan perubahan diharapkan penurunan curah ▪ Catat adanya disritmia
irama jantung jantung teratasi, dengan kriteria jantung
DS: hasil : ▪ Catat adanya tanda dan
Klien mengatakan Tanda vital dalam rentang normal gejala penurunan cardiac
jantung terasa Dapat mentoleransi aktivitas, output
berdebar – debar, tidak ada kelelahan ▪ Monitor status
kedua tangan terasa Tidak ada edema paru, perifer, kardiovaskuler
baal, dan banyak dan tidak ada asites b. Monitor adanya
keluar keringat di Tidak ada penurunan kesadaran perubahan TD
telapak tangan. ▪ Monitor respon pasien
terhadap efek pengobatan
DO:
antiaritmia
- Klien tampak ▪ Atur periode latihan dan
gelisah istirahat untuk
7​
- Suhu 36​ c menghindari kelelahan
- Nadi 112 x/menit
- RR 20x/menit ▪ Monitor adanya dispnea,
- Td 112/75 mmHg fatigue, takipnea dan
- Skala nyeri 3 ortopnue.
▪ Anjurkan untuk
menurunkan stres.
▪ Monitor TTV
▪ Catat adanya fluktuasi
TD
▪ Monitor saat pasien
berbaring, duduk, atau
berdiri
▪ Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
▪ Monitor TTV setelah
aktivitas
▪ Monitor kualitas dari
nadi

▪ Monitor irama jantung


▪ Monitor suhu, warna, dan
kelembanan kulit

2 Nyeri berhubungan Setelah dilakukan tindakan ● Monitor keadaan umum


proses inflamasi keperawatan 3 x 24 jam ● Kaji tingkat nyeri
DS: diharapkan penurunan curah intensitas dan skala nyeri
jantung teratasi, dengan kriteria ● Jelaskan penyebab nyeri
- klien mengatakan
nyeri pada leher hasil : ● Ajarkan tehnik distraksi
kanan relaksasi (nafas dalam)
- hilang timbul Pasien nampak lebih rileks, pasien ● Posisikan pasien
seperti ditusuk –
mampu mengontrol nyeri. senyaman mungkin
tusuk
- durasi ± 5 menit. ● Kolaborasi dengan tim
medis pemberian obat
DO:
analgesik
- wajah klien tampak
menahan nyeri.
- Klien tampak
lemah
- Klien tampak
gelisah
- Suhu 36​7​c
- Nadi 112 x/menit
- RR 20x/menit
- Td 112/75 mmHg
- Skala nyeri 3
TD 100/70 mmHg
3 Perubahan kebutuhan Setelah dilakukan tindakan ● Kaji pola makan klien
nutrisi kurang dari keperawatan selama 3 x 24 jam ● Timbang berat badan
kebutuhan tubuh perubahan kebutuhan nutrisi setiap hari (bila
berhubungan dengan teratasi memungkinkan)
intake yang tidak Kriteria Hasil: klien tidak lemas ● Berikan makan klien
adekuat lagi, klien makan habis 1 porsi, dalam keadaan hangat
DS: hemoglobin dalam batas normal ● Anjurkan klien makan
(14 – 16 g/dl ), pertahankan sedikit tapi sering
- Klien mengatakan
mual berat badan. ● Catat jumlah makan
- Klien mengatakan yang dihabiskan klien
tidak nafsu makan
- klien mengatakan ● Kolaborasi pemberian
badannya lemas anti emetik sesuai
intruksi dokter
DO:

- klien tampak habis


1​
/​2​ porsi makan
- nafsu makan
menurun
- klien tampak lemas
- BB sebelum sakit
47kg
- BB sakit 45kg
- Hemoglobin 13,4
gr/dl

D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


Dx 1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung

Tanggal 20 September 2019 Dinas Pagi pukul 08:00-14:00 WIB


Pukul 13:00 WIB, Mengkaji keluhan klien dan mengobservasi tanda-tanda vital klien, respon
subjektif : klien mengatakan jantung berdebar - debar, respon objektif : klien tampak
gelisah, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 124 x/menit, suhu 36 o​​ c, pernafasan
20x/menit. Pukul 13:00 WIB, mengajarkan tehnik relaksasi (nafas dalam), respon
subjektif : klien mengatakan nyaman, respon objektif : klien tampak rileks. Pukul
13:10 WIB. Memonitor nadi pasien, respon nadi terasa kencang dan nadi 112 x/menit.

Tanggal 21 September 2019 Dinas Pagi pukul 08:00-14:00 WIB


Pukul 09:00 WIB, Mengkaji keluhan klien dan mengobservasi tanda-tanda vital klien, respon
subjektif : klien mengatakan jantung berdebar - debar, respon objektif : klien tampak
gelisah, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 124 x/menit, suhu 36 o​​ c, pernafasan
20x/menit. Pukul 11:00 WIB, mengajarkan tehnik relaksasi (nafas dalam), respon
subjektif : klien mengatakan nyaman, respon objektif : klien tampak rileks. Pukul
13:10 WIB. Memonitor nadi pasien, respon nadi terasa kencang dan nadi 112 x/menit.

Tanggal 22 September 2019 Dinas Pagi pukul 08:00-14:00 WIB


Pukul 09:00 WIB, Mengkaji keluhan klien dan mengobservasi tanda-tanda vital klien, respon
subjektif : klien mengatakan jantung berdebar - debar, respon objektif : klien tampak
gelisah, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 110 x/menit, suhu 36 o​​ c, pernafasan
20x/menit. Pukul 11:00 WIB, mengajarkan tehnik relaksasi (nafas dalam), respon
subjektif : klien mengatakan nyaman, respon objektif : klien tampak rileks. Pukul
13:10 WIB. Memonitor nadi pasien, respon nadi terasa kencang dan nadi 112 x/menit.
Evaluasi : Tanggal 22 September 2019 Pukul 14:00 WIB

S​ : Klien mengatakan berdebar – debar berkurang.

O​ : klien tampak gelisah, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 110 x/menit, suhu 36 o​​ c,
pernafasan 20x/menit

A​ : Masalah teratasi sebagian

P​ : intervensi dilanjutkan

a. Observasi tanda-tanda vital


b. Catat adanya disaritmia
c. Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan

Dx 2. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi


Tanggal 20 September 2019 Dinas Pagi pukul 08:00-14:00 WIB
Pukul 13:00 WIB, Mengkaji keluhan klien dan mengobservasi tanda-tanda vital klien, respon
subjektif : klien mengatakan nyeri pada perut sebelah kiri bawah, skala nyeri 3, respon
objektif : klien tampak nyeri, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 124 x/menit, suhu 36
o​
c, pernafasan 20x/menit. Pukul 13:00 WIB, mengajarkan tehnik relaksasi (nafas
dalam), respon subjektif : klien mengatakan nyaman, respon objektif : klien tampak
rileks. Pukul 13:10 WIB, memposisikan pasien senyaman mungkin, respon subjektif :
klien mengatakan sangat nyaman. Pukul 13:30WIB, Memberikan obat analgesik,
respon objektif: terapi masuk.

Tanggal 21 September 2019, Dinas Pagi, Pukul 07:30-14:00 WIB


Pukul 08:30 WIB, mengontrol keadaan klien dan mengobservasi tanda-tanda vital klien, respon
subjektif : klien mengatakan nyeri berkurang, respon objektif : td 110/80 mmHg, nadi
80 x/menit, suhu 36,5 o​​ c, pernafasan18 x/menit. Pukul 10:00 WIB, mengajarkan
tehnik relaksasi (nafas dalam), respon subjektif : klien mengatakan nyaman, respon
objektif : klien tampak rileks. Pukul 11:00 WIB, memposisikan pasien senyaman
mungkin, respon subjektif : klien mengatakan sangat nyaman. Pukul 13:30WIB,
Memberikan obat analgesik, respon objektif: terapi masuk.
Tanggal 22 September 2019 Dinas Pagi, Pukul 08:00-04:00 WIB

Pukul 08:30 WIB, mengontrol keadaan klien dan mengobservasi tanda-tanda vital klien, respon
subjektif : klien mengatakan nyeri perut berkurang, respon objektif : td 110/80
mmHg, nadi 80 x/menit, suhu 36,5 o​​ c, pernafasan18 x/menit. Pukul 10:00 WIB,
mengajarkan tehnik relaksasi (nafas dalam), respon subjektif : klien mengatakan
nyaman, respon objektif : klien tampak rileks. Pukul 11:00 WIB, memposisikan
pasien senyaman mungkin, respon subjektif : klien mengatakan sangat nyaman. Pukul
13:30WIB, Memberikan obat analgesik, respon objektif: terapi masuk.

Evaluasi : Tanggal 22 September 2019 Pukul 14:00 WIB

S​ : Klien mengatakan nyeri berkurang.

O​ : skala nyeri menjadi 1

A​ : Masalah teratasi sebagian

P​ : intervensi dilanjutkan

d. Observasi tanda-tanda vital


e. Anjurkan untuk tehnik relaksasi
f. Posisikan senyaman mungkin

Dx 3. Nutrisi kurang​ ​dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat.
Implementasi Keperawatan
Tanggal 20 September 2019 Dinas Pagi pukul 08:00-14:00 WIB
Pukul 12:00 WIB, Mengkaji pola makan klien, respon subjektif : klien mengatakan hanya habis
1​
/​2 porsi makan karena masih mual, respon objektif : klien tampak habis 1​​ /​2 porsi
makan. Pukul 12:10 WIB, menimbang berat badan klien, respon objektif Berat badan
klien 45. Pukul 13:00 WIB, menganjurkan klien makan sedikit tapi sering, respon
subjektif : klien mengatatakan iya. Pukul 13:10 WIB, mencatata jumlah makan yang
dihabiskan klien, respon subjektif : klien mengatakan habis 1​​ /​2 porsi makan, respon
objektif : klien tampak habis 1​​ /​2​ porsi makan.
Tanggal 21 September 2019, Dinas Pagi, Pukul 07:30-14:00 WIB

Pukul 08:00 WIB,. Pukul 09:00 WIB, mengkaji pola makan klien dan mual klien, respon subektif
: klien mengatakan habis 1​​ /​2 porsi makan dan mual sudah berkurang, respon objektif :
klien tampak habis 1​​ /​2 porsi makan. Pukul 10:00 WIB, menimbang berat badan klien,
respon objektif : berat badan klien 45 kg. Pukul 11:00 WIB, menganjurkan klien
makan sedikt tapi sering, respon subjektif : klien mengatakan habis 1​​ /​2 porsi makan,
respon objektif : klien tampak habis 1​​ /​2​ porsi makan.

Tanggal 22 September 2019, Dinas Pagi,pukul 08:00-14:00 WIB,


Pukul ​09:00 ​WIB, mengkaji pola makan klien dan mual klien, respon subjektif : klien
mengatakan habis 3​​ /​4 porsi makan dan mual sudah menurun, respon objektif : klien
tampak habis 1 porsi makan. Pukul 10:00 WIB, menimbang berat badan klien 45,2 kg.
Pukul 11:00 WIB, menganjurkan klien makan sedikit tetapi sering, respon subjektif :
klien mengatakan iya. Pukul 12:00 WIB, mencatat jumlah makan yang dihabiskan
klien, respon subjektif : klien mengatakan habis 3​​ /​4 porsi makan, respon objektif : klien
tampak habis 1 porsi makan.
Evaluasi : Tanggal 22 September 2019 pukul 14:00 WIB

S : Klien mengatakan mual sudah hilang, klien mengatakan badannya masih lemas,
klien mengatakan badannya masih lemas, klien mengatakan makan habis 3​​ /​4​ porsi.

O : klien tampak masih lemas, Berat badan 45,2 kg.


A : Masalah teratasi sebagian

P : intervensi dilanjutkan

a. Kaji pola makan klien


b. Timbang berat badan setiap hari (bila memungkinkan)
c. Berikan makan klien dalam keadaan hangat
d. Anjurkan klien makan sedikit tapi sering
e. Catat jumlah makan yang dihabiskan klien
f. Kolaborasi pemberian anti emetik sesuai intruksi dokter.
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas kesenjangan antara teori dan kasus tentang asuhan
keperawatan pada klien Ny. M dengan diagnosa medis Hipertiroid di ruang Pav. Eri Sadewo
lt.5 RSPAD GATOT SOEBROTO. Asuhan keperawatan ini dimulai dari tahap pengkajian,
diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan.

A. Pengkajian
Pada teori tanda dan gejala pada hipertiroid terdapat sesak nafas, sering buang air besar.
Sedangkan di kasus tidak ditemukan sulit BAB dan klien tidak sesak nafas. Pada teori
terdapat pemeriksaan lab kadar T​4 total,
​ T​4 bebas (meningkat) dan TSH (menurun). Pada
kasus kadar TSH normal dan FT4 meningkat.

B. Diagnosa
Pada teori terdapat diagnosa yaitu :
1. R
​ isiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid

tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung.


2. Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan

energi.

3. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penurunan

berat badan).

4. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan

mekanisme perlindungan dari mata: kerusakan penutupan kelopak mata/eksoftalmus.

5. Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis: status hipermetabolik.

6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan

berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.

Sedangkan dalam kasus ditemukan diagnosa keperawatan yaitu :

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung


2. Nyeri berhubungan dengan proses inflamsi
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat.
Untuk kasus diagnosa 1 dan 3 terdapat pada teori dan kasus, sedangkan diagnosa 2 muncul pada
diagnosa kasus.

C. Intervensi dan Implementasi


Untuk intervensi sebagian besar sesuai dengan teori, hanya saja pada diagnosa kedua
intervensinya tidak tercantum di teori. Adapun intervensi pada diagnosa kedua yaitu :

● Monitor keadaan umum


● Kaji tingkat nyeri intensitas dan skala nyeri
● Jelaskan penyebab nyeri
● Ajarkan tehnik distraksi relaksasi (nafas dalam)
● Posisikan pasien senyaman mungkin
● Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat analgesik

D. Evaluasi
Hasil evaluasi akhir yaitu sesuai dengan adanya tujuan yang dibuat pada bab 1 sesuai dengan
tujuan dan kriteria khususnya yaitu mahasiswa memahami konsep gangguan pada tyroid
dan telah melakukan pengkajian, mendiagnosa, menintervensi, mengimplementasikan
dan mengevaluasi.

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hipotiroidisme adalah keadaan defisiensi hormon tiroid (TH) yang menyebabkan
metabolisme tubuh berjalan lambat, penurunan produksi panas, dan penurunan konsumsi
oksigen dijaringan. Aktivitas yang lambat di kelenjar toroid mungkin sebagai akibat
disfungsi tiroid primer, atau kejadian sekunder akibat disfungsi hipofisis anterior.
(Elsevier.2009). Hipotiroidisme merupakan kondisi hipofungsi tiroid yang disertai
dengan gagal tiroid. Kondisi ini diakibatkan oleh kadar hormone tiroid suboptimal. (Susan
C. 2013). Hipertiroidisme adalah sekresi hormon tiroid yang berlebihan yang
dimanifestasikan melalui peningkatan kecepatan metabolisme. (Suzanne C.
Smeltzer,2001). Hipertiroidisme dapat diidentifikasikan sebagai respons jaringan-jaringan
tubuh terhadap pengaruh metabolic hormone tiroid yang berlebihan. Keadaan ini dapat
timbul spontan atau akibat asupan hormone tiroid yang berlebihan. (Sylvia A.
Price,dkk,2005)

Dari hasil pengkajian dapat dirumuskan masalah keperawatan pada klien dengan
hipertiroid adalah Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama
jantung, Nyeri berhubungan dengan proses inflamsi, Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake tidak adekuat​.
Pada tahap Perencanaan Dalam merumuskan perencanaan diperlukan literatur
yang lengkap serta membantu dari tenaga keperawatan dan tim kesehatan lainnya yang
ada di Rumah Sakit serta kerjasama yang baik dari klien dan keluarga.
Pada tahap Implementasi tidak semua perencanaan dapat dilaksanakan sesuai
dengan rencana, karena adanya kendala atau hambatan sehingga pada implementasi ini
sangat diperlukan kerjasama yang baik antara tim kesehatan yang ada.
Pada tahap evaluasi Asuhan keperawatan yang dilakukan hanya sebagian yang
tercapai sesuai dengan tujuan, karena dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien
dengan typhoid memerlukan waktu yang cukup lama dalam menyelesaikan masalah
sesuai kriteria.

B. Saran
Untuk penulis sendiri supaya lebih meningkatkan lagi dan mempertahankan kerja
sama antara perawat ruangan dan juga keluarga klien dalam memberikan asuhan
keperawatan serta memiliki buku sumber sebagai acuan. Kemudian bagi perawat yang
akan melakukan asuhan keperawatan pada kasus yang serupa untuklebih
memperhatikan keadaan klien, bekerjasama atau berkolaborasi dengan tim medis
sehingga terjalin kerjasama yang baik antara klien, tim medis, dan perawat yang akan
melakukan kasus yang serupa.

DAFTAR PUSTAKA
1. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/40615/4/Chapter%20II.pdf
2. https://www.scribd.com/doc/129430238/WOC-HIPERTIROIDISME
3. https://books.google.co.id/books?id=wzIGJflmD4gC&printsec=frontcover&dq=klasifi
kasi+hipertiroid&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwim6NOJ84DSAhXCOY8KHaWkAUI
Q6AEIHTAB#v=onepage&q&f=true
4. https://www.scribd.com/doc/113757548/Pathway-Hipertiroidisme
5. http://lpkeperawatan.blogspot.co.id/2014/01/laporan-pendahuluan-hipertiroid.html#.W
JtKAFN97IU
6. https://www.scribd.com/doc/128166331/Pathway-Hipertiroid
7. https://www.scribd.com/document/62467889/WOC-Hipotiroidisme
8. https://www.scribd.com/doc/202305125/Pathway-Hipotiroid
9. https://books.google.co.id/books?id=lhDl8_eIsiEC&pg=PA165&dq=hipotiroid+dan+hipertiroi
d&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwi_86P3lojSAhVMsY8KHeRHB_gQ6AEIITAC#v=onepage&q=hipot
iroid%20dan%20hipertiroid&f=false
10. https://books.google.co.id/books?id=x-vxHEdmk4wC&pg=PA22&dq=faktor+risiko+hipertiroid
&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiEqszq_ZHSAhXIvbwKHePKBD8Q6AEIMzAF#v=onepage&q=fakto
r%20risiko%20hipertiroid&f=false
11. Guyton, Arthur C. & John E. Hall, 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9,
Editor: Irawati Setiawan, EGC, Jakarta.
12. Sumber: Faizi, Muhammad, Netty EP. 2012. Hipotiroid. Surabaya: Staf Pengajar Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya.
13. Black.2014.keperawatan medikal bedah. St.Louis-missouri: Elsevier Saunders
14. Rubenstein,david. 2013.kedokteran klinis. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai