GANGGUAN TYROID
Kelompok 2:
1. Alemina Ginting
2. Anna Kustiani
3. Elis Sumiati
4. Nurul Fallah Anantasya
5. Rani Sri Oktorina
6. Siti Alawiyah
Alhamdulillah puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, sehingga saya dapat menyelesaikan
pembuatan tugas ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Gangguan kelenjar tiroid” . Tugas ini
dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah KMB II. Dalam tugas ini saya membahas tentang
gangguan kelenjar tiroid. Ucapan Terima Kasih penulis ditujukan kepada:
1. Ns. Nedra Wati Zaly, S.Kep.,M.Kep selaku Ketua Prodi Sarjana Keperawatan
2. Ns. Ratna Sari Dewi, S.Kep.,M.Kep selaku PuKet I Bidang Akademi STIKes Jayakarta
3. Eddy Rosfiati, S.Kp, Sp. KV, M.Kep, Sp, Kep, MB, selaku dosen pembimbing MK KMB
II
4. Ns. Dwi Agustina, S. Kep, Sp.Kep.,MB, selaku dosen koordinator MK. KMB II
5. Teman- teman Jurusan Sarjana Keperawatan STIKes Jayakarta di RSPAD
Penulis menyadari teknik menyusun dan materi yang penulis sajikan ini masih jauh dari
kata kesempurnaan, masih banyak kekurangan dan perlu perbaikan untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca.
A. Latar Belakang
Kelainan tiroid merupakan kelainan endokrin tersering kedua yang ditemukan selama
kehamilan. Berbagai perubahan hormonal dan metabolik terjadi selama
kehamilan,menyebabkan perubahan kompleks pada fungsi tiroid maternal. Hipertiroid
adalah kelainan yang terjadi ketika kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid yang
berlebihan dari kebutuhan tubuh.Wanita hamil dengan eutiroid memunculkan beberapa
tanda tidak spesifik yang mirip dengan disfungsi tiroid sehingga diagnosis klinis sulit
ditegakkan.Sebagai contoh, wanita hamil dengan eutiroid dapat menunjukkan keadaan
hiperdinamik seperti peningkatan curah jantung, takikardi ringan, dan tekanan nadi yang
melebar, suatu tanda-tanda yang dapat dihubungkan dengan keadaan hipertiroid.Disfungsi
tiroid autoimun umumnya menyebabkan hipertiroidisme dan hipotiroidisme pada wanita
hamil.Kelainan endokrin ini sering terjadi pada wanita muda dan dapat mempersulit
kehamilan, demikian pula sebaliknya. Penyakit Graves terjadi sekitar lebih dari 85 % dari
semua kasus hipertiroid, dimana Tiroiditis Hashimoto adalah yang paling sering untuk kasus
hipotiroidisme. Tiroiditis postpartum adalah penyakit tiroid autoimun yang terjadi selama
tahun pertama setelah melahirkan.Penyakit ini memberikan gejala tirotoksikosis transien
yang diikuti dengan hipotiroidisme yang biasanya terjadi pada 8-10% wanita setelah
bersalin.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum :
Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Endokrin untuk mengeksplorasi
secara lebih dalam tentang Asuhan keperawatan pada pasien hipertiroidisme.
2. Tujuan khusus :
a. Memahami pengertian hipertiroidisme
b. Mengetahui etiologi dari hipertiroidisme
c. Mengetahui bagaimana patofisiologi dari hipertiroidisme
d. Mengetahui tanda dan gejala pada hipertiroidisme
e. Mengetahui komplikasi dari hipertiroidisme
f. Mengetahui bagaimana pemeriksaan dan penatalaksanaan medis dalam menangani
kasus hipertiroidisme.
g. Memahami asuhan keperawatan dengan diagnosa medis hipertiroidisme
D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini dengan cara mengumpulkan
literatur dan mencari di internet serta berdiskusi dengan teman kelompok maupun diluar
kelompok.Pengumpulan informasi dan data, analisis informasi dan data, penarikan
kesimpulan, serta merumuskan saran mencakup pendekatan penulisan, sumber
penulisan,sasaran penulisan, dan tahapan penulisan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
a. HIPOTIROID
Hipotiroid adalah suatu penyakit akibat penurunan fungsi hormon tiroid yang
dikikuti tanda dan gejala yang mempengaruhi sistem metabolisme tubuh. Faktor
penyebabnya akibat penurunan fungsi kelanjar tiroid, yang dapat terjadi kongenital atau
seiring perkembangan usia. Pada kondisi hipotiroid ini dilihat dari adanya penurunan
konsentrasi hormon tiroid dalam darah disebabkan peningkatan kadar TSH (Tyroid
Stimulating Hormon).
b. Hipertiroid
Hipertiroidisme adalah sekresi hormon tiroid yang berlebihan yang
dimanifestasikan melalui peningkatan kecepatan metabolisme. (Suzanne C.
Smeltzer,2001). Hipertiroidisme dapat diidentifikasikan sebagai respons jaringan-jaringan
tubuh terhadap pengaruh metabolic hormone tiroid yang berlebihan. Keadaan ini dapat
timbul spontan atau akibat asupan hormone tiroid yang berlebihan. (Sylvia A.
Price,dkk,2005).
B. ETIOLOGI
a. HIPOTIROID
Mekanisme timbulnya goiter endemic yang besar itu adalah sebagai berikut:
kekurangan iodium mencegah produksi hormone tiroksin dan triiodotironin tetapi
tidak menghambat pembentukan tiroglobulin. Akibatnya, tidak tersedia hormone
yang dapat dipakai untuk menghambat produksi TSH oleh hipofisis anterior; sehingga
kelenjar hipofisis mensekresi banyak sekali TSH.Selanjutnya TSH menyebabkan
sel-sel tiroid mensekresi banyak sekali tiroglobulin (koloid) ke dalam folikel, dan
kelenjarnya tumbuh semakin besar.Tetapi oleh karena iodiumnya kurang, produksi
tiroksin dan triiodotironin tidak meningkat dan oleh karena itu tidak ada penekanan
secara normal pada produksi TSH oleh kelenjar hipofisis.Ukuran folikelnya menjadi
sangat besar, dan kelenjar tiroidnya dapat membesar 10-30 kali ukuran normal.
b. HIPERTIROID
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah goiter toksika, tirotoksikosis, dan
penyakit grave).Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua
sampai tiga kali dari ukuran normalnya, disertai dengan banyak hiperplasia dan
lipatan-lipatan sel-sel folikel ke dalam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih
meningkat beberapa kali dibandingkan dengan pembesaran kelenjar.Juga, setiap sel
meningkatkan kecepatan sekresinya beberapa kali lipat dengan kecepatan 5-15 kali lebih
besar daripada normal.
Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu yang
“menyerupai” TSH, Biasanya bahan – bahan ini adalah antibodi immunoglobulin yang
disebut TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang berikatan dengan reseptor
membran yang sama dengan reseptor yang mengikat TSH. Bahan – bahan tersebut
merangsang aktivasi cAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah
hipertiroidisme.Karena itu pada pasien hipertiroidisme kosentrasi TSH menurun,
sedangkan konsentrasi TSI meningkat. Bahan ini mempunyai efek perangsangan yang
panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH yang hanya
berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon tiroid yang disebabkan oleh TSI
selanjutnya juga menekan pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis anterior.
C. FAKTOR RISIKO
a. HIPOTIROID
b. HIPERTIROID
3. Merokok
Kebiasaan merokok merupakan pencetus penyakit tiroid, terutama penyakit
Graves.Dibandingkan dengan yang bukan perokok, orang yang mempunyai
kebiasaan merokok bukan hanya lebih mudah terkena pernyakit Graves, tetapi
dapat mengalami komplikasi pada mata yang meningkat lebih dari 10 kali
lipat.(Tandra, 2011)
4. Stress
Stress yang berlebihan bisa mengganggu tiroid. Orang muda yang sudah
beruban, atau orang kidal, dikatakan beriesiko lebih mudah terkena penyakit
tiroid. (Tandra,2011)
D. PREVALENSI
a. HIPOTIROID
Hipotiroid adalah keadaan defisiensi hormone tiroid (TH) yang menyebabkan
metabolism tubuh berjalan lambat, penurunan produksi panas, dan penurunan konsumsi
oksigen di jaringan.
b. HIPERTIROID
Penyakit hipertiroid adalah suatu keadaan ketika fungsi kelenjar gondok (tiroid)
menjadi berlebihan.Kelebihan fungsi kelenjar tersebut meningkatkan produksi hormon
tiroid yang mempengaruhi metabolisme tubuh.
Menurut hasil Riskesdas 2013, hanya terdapat 0,4% penduduk Indonesia yang
berusia 15 tahun atau lebih yang berdasarkan wawancara mengakui terdiagnosis
hipertiroid. Meskipun secara persentase kecil namun secara kuantitas cukup besar. Jika
pada tahun 2013 penduduk dengan usia >15 tahun sebanyak 176.689.336 jiwa , maka
terdapat lebih dari 700.000 orang terdiagnosis hipertiroid.
Prevalensi penduduk >15 tahun yang terdiagnosis hipertiroid menurut karakteristik
E. KLASIFIKASI
a. HIPOTIROID
Hipotiroid dapat diklasifikasikan berdasar waktu kejadian (kongenital atau
akuisital), disfungsi organ yang terjadi (primer atau sekunder/ sentral), jangka waktu
(transien atau permanen) atau gejala yang terjadi (bergejala/ klinis atau tanpa gejala/
subklinis).Hipotiroid kongenital biasa dijumpai di daerah dengan defisiensi asupan
yodium endemis. Pada daerah dengan asupan yodium yang mencukupi, hipotiroid
kongenital terjadi pada 1 dari 4000 kelahiran hidup, dan lebih banyak dijumpai pada bayi
perempuan.
Hipotiroid akuisital disebabkan oleh berbagai faktor.Penyebab yang paling sering
dijumpai adalah tiroiditis autoimun yang sering disebut tiroiditas Hashimoto.Peran auto
imun pada penyakit ini didukung adanya gambaran infiltrasi limfosit pada kelenjar tiroid
dan adanya antibody tiroid dalam sirkulasi darah. Operasi atau radiasi (mis: radioterapi
eksternal pada penderita head and neck cancer, terapi yodium radioaktif pada
tirotoksikosis, paparan yodium radioaktif yang tidak disengaja, infiltrasi besi di kelanjar
tiroid pada hemokromatosis. Beberapa bahan kimia maupun obat (misal: amiodarone,
lithium, interferon) juga dapat menyebabkan hipotiroid dengan cara mempengaruhi
produksi hormon tiroid atau mempengaruhi autoimunitas kelenjar tiroid (Roberts &
Ladenson, 2004).
Berdasarkan disfungsi organ yang terkena, hipotiroid dibagi dua yaitu hipotiroid
primer dan hipotiroid sentral. Hipotiroid primer berhubungan dengan defek pada kelenjar
tiroid itu sendiri yang berakibat penurunan sintesis dan sekresi hormon tiroid, sedangkan
hipotiroid sentral berhubungan dengan penyakit penyakit yang mempengaruhi produksi
hormon thyrotropin releasing hormone (TRH) oleh hipothalamus atau produksi tirotropin
(TSH) oleh hipofisis.
Hipotiroid berdasarkan kadar TSH dibagi beberapa kelompok yaitu:
b. HIPERTIROID
Hipertiroidisme (Tiroktosikosis) di bagi dalam 2 kategori:
Graves’ disease lebih banyak ditemukan pada wanita daripada pria, gejalanya
dapat timbul pada berbagai usia, terutama pada usia 20 – 40 tahun. Faktor keturunan
juga dapat mempengaruhi terjadinya gangguan pada sistem kekebalan tubuh, yaitu
dimana zat antibodi menyerang sel dalam tubuh itu sendiri.
4. Postpartum Thyroiditis
Timbul pada 5 – 10% wanita pada 3 – 6 bulan pertama setelah melahirkan
dan terjadi selama 1 -2 bulan. Umumnya kelenjar akan kembali normal secara
perlahan-lahan
F. MANIFESTASI KLINIS
a. HIPOTIROID
Kekurangan hormon tiroid mengakibatkan perlambatan proses metabolik di dalam
tubuh manusia. Gejala dan tanda hipotiroid sebagai berikut.
Organ Tanda dan Gejala
Otak Lemah, lelah, mengantuk,
depresi, kemampuan
berbicara menurun,
intelektual menurun,
gangguan ingatan, proses
psikis pelan
Mata Sakit kepala, gangguan
penglihatan, edema
periorbital
Telinga, hidung dan Suara serak
tenggorokan
Kelenjar tiroid Pembesaran tiroid/goiter
noduler atau difusa
Jantung dan Pembuluh Tekanan nadi berkurang
darah (bradikardi), hipertensi
diastolik, kardiak output
berkurang
Saluran Cerna Sulit buang air besar
(konstipasi), berat badan
naik/gemuk
Ginjal Fungsi ginjal menurun,
retensi cairan
Sistem Reproduksi Infertilitas, gangguan
menstruasi
Otot dan Saraf Kaku sendi, kesemutan, nyeri
sendi, gerakan otot lemah
(hipofleksia), edema non
pitting (miksedema),
ataxia, kram otot
kulit Tidak tahan dingin, produksi
keringat berkurang
b. HIPERTIROID
Kelebihan hormon tiroid menyebabkan proses metabolik dalam tubuh berlangsung
lebih cepat. Gejala dan tanda hipertiroid adalah sebagai berikut.
Organ Tanda dan Gejala
Susunan Saraf Labil/emosional, menangis tanpa
alasan yang jelas (iritabel),
psikosis, tremor, nervositas,
sulit tidur, sulit konsentrasi
Mata Pandangan ganda, melotot
Kelenjar Tiroid Pembesaran tiroid
Jantung dan Paru Sesak nafas (dispnea), hipertensi,
aritmia, berdebar-debar, gagal
jantung, tekanan nadi
meningkat (takikardi)
Saluran Cerna Sering buang air besar, lapar,
banyak makan, haus, muntah,
berat badan turun cepat,
toleransi obat
Sistem Reproduksi Tingkat kesuburan menurun,
menstruasi berkurang, tidak
haid, libido menurun
Darah-Limfatik Limfositosis, anemi, pembesaran
limpa, pembesaran kelenjar
limfe leher
Tulang Osteoporosis, epifisis cepat
menutup, nyeri tulang
Otot Lemah badan (thyrotoxic periodic
paralysis) , refleks meningkat,
hiperkinesis, capai, tangan
gemetar atau tremor
Kulit Berkeringat tidak wajar
(berlebihan)
G. PATOFISIOLOGI
a. HIPOTIROID
Hipotiroid dapat disebabkan oleh gangguan sintesis hormon tiroid atau gangguan
pada respon jaringan terhadap hormon tiroid. Sintesis hormon tiroid diatur sebagai
berikut: Hypothalamus membuat Thyrotropin Releasing Hormon (TRH) yang
merangsang hipofise yang merangsang kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid mensintesis
hormon tiroid (Triiodothyronin/T3 dan Tetraiodothyronin/T4) yang merangsan
metabolisme jaringan yang meliputi konsumsi oksigen, produksi panas tubuh, fungsi
syaraf, metabolisme protein, karbohidrat, lemak, dan vitamin-vitamin serta kerja
hormon-hormon lain.
b. HIPERTIROID
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika. Pada
kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar 2-3 kali dari ukuran
normal, disertai dengan banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel folikel ke dalam
folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali dibandingkan dengan
pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel meningkatkan kecepatan sekresinya beberapa kali
lipat dengan kecepatan 5-15 kali lebih besar daripada normal.
Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon hinga
diluar batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar tiroid
membesar. Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka hawa dingin termasuk
akibat dari sifat hormon tiroid yang kalorigenik, akibat peningkatan laju metabolisme
tubuh yang diatas normal. Bahkan akibat proses metabolisme yang menyimpang ini,
terkadang penderita hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur.
Efek pada kepekaan sinaps saraf yang mengandung tonus otot sebagai akibat dari
hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya tremor otot yang halus dengan frekuensi
10-15 kali perdetik, sehingga penderita mengalami gemetar tangan yang abnormal.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. HIPOTIROID
Semua kasus yang diduga hipotiroid harus diperiksa : kadar T4 total,
T4 bebas
(rendah) dan TSH (meningkat).
● Kadar normal :
T4 total
: 58 - 161 nmol/L
T4 bebas : 10 - 23 pmol/L
TSH : 0,02 – 5,0 μU/ml
b. HIPERTIROID
Lakukan pemeriksaan darah setidaknya satu kali dan lebih baik jika dua kali,
pemeriksaan sebelum memulai terapi untuk menetapkan diagnosis pasti. Lakukan
pemeriksaan kadar T4 total,
T4 bebas (meningkat) dan TSH (menurun).
I. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. HIPOTIROID
Agar hipotiroid dapat dikembalikan secara permanen, klien harus mengonsumsi
hormone tiroid seumur hidup.
Natrium Levotiroxin adalah preparat utama sebagai terapi pengganti.Dosis
mungkin bervariasi sesuai umur klien.Anak-anak dan lansia memerlukan dosis yang
lebih kecil.Klien yang merespon terapi TH, memerlukan dosis pemeliharaan sehari-hari
selama hidupnya. Klien hipotiroid dengan terapi lama akan memperlihatkan perbaikan
manifestasi pada minggu ke 2 atau ke 3 semenjak terapi.
b. HIPERTIROID
Terapi ini pertama pertama pada semua pasien apapun diagnosanya . Karbimazol
menurunkan sintesis hormone tiroid. Dosis awal 40-60 mg per hari. Kemudian dikurangi
sampai mencapai dosis pemeliharaan. Efek samping karbimazol diantaranya adalah ruam
kulit, rambut rontok, neutropenia (nyeri tenggorokan biasanya merupakan gejala awal)
dan pasien harus diperingatkan untuk menghentikan penggunaan obat bila terjadi efek
samping yang berkelanjutan.
1. Propanolol 20 mg t.d.s bisa memperbaiki gejala gangguan jantung dengan cepat dan
memberikan perasaan segar bugar.
2. Terapi iodium radioaktif ( I131) , diberikan setelah pemberian obat pada pasien eutiroid
yang lebih toksik. Obat dihentikan selama 4 hari sebelum terapi radioaktif diberikan.
Intervensi ini memiliki banyak keuntungan, yaitu : lebih ekonomis, mudah digunakan,
dan dapat diresepkan pada pengobatan rawat jalan. Kelenjar tiroid tidak mampu
membedakan antara atom yodium regular dengan atom yodium radioaktif.
Konsekuensinya ketika klien menerima dosis I131 kelenjar tiroid akan menggunakan
yodium tersebut dan dikonsentrasikan seperti halnya yodium regular. Akibatnya
konsentrat I131akan membuat T4 menjadi rusak karena radiasi local. Sekresi TH
dihambat,hipertiroid akan hilang. Oleh karena yodium radioaktif merusak sel-sel
kelenjar tiroid, komplikasi utama yang mungkin adalah hipotiroid.
J. KOMPLIKASI
a. HIPOTIROID
1. Gondok
Ini adalah salah satu komplikasi yang paling umum hipotiroidisme. Akan ada
stimulasi konstan tiroid oleh kelenjar pituitari untuk melepaskan hormon lebih selama
kondisi hipotiroidisme. Upaya ekstra akan membuat kelenjar lebih besar dari ukura
normal. Kondisi ini dikenal sebagai gondok. Ini tidak lain hanyalah pembengkakan
kelenjar yang terlihat pada leher.
2. Kesehatan Mental
Hypothyroidism dapat berubah menjadi depresi. Hal ini terjadi terutama pada
tahap awal hypothyroidism dan dapat berlanjut ke yang lebih parah. Hypothyroidism
membuat kelesuan pada fisik dan juga turunnya fungsi otak.
3. Myxedema
Mixadema d apat terjadi pada klien hipotiroidisme yang tidak terdiagnosis atau
tidak diobati secara adekuat dan mengalami tekanan seperti infeksi, penggunaan obat,
gagal jantung dan trauma.
4. Koma Myxedema
Komplikasi paling berat adalah koma mixadema, kondisi yang sangat jarang
dengan proporsi kematian mendekat 100%. Status kegawatdaruratan ditandai dengan
penurunan drastis laju metabolisme, hipoventilasi, yang berlanjut ke asidosis
respiratorik, hipotermia dan hiponatremia
b. HIPERTIROID
1. Eksoftalmos
Adalah manifestasi ketiga yang utama dari penyakit graves.perubahan ini
terkait proses autoimun pada jaringan retro-orbital. Klien yang menunjukkan
eksoftalmos mempunyai mata yang menonjol dan pandangan yang
menetap.Eksoftalmos muncul terkait dengan proptosis, pembengkakan otot, dan
edema jaringan akibat hipertiroid yang lama.
2. Penyakit jantung
Adanya penyakit jantung membutuhkan terapi yang serius.Takikardi dan
fibrilasi atrium sering kali menyertai hipertiroid.
3. Krisis tiroid / thyroid storm (tirotoksikosis)
Tirotoksikosis berpotensi menyebabkan episode yang mematikan karena overaktif kelenjar
tiroid. Ditandai dengan panas tinggi, takikardi yang berat, dehidrasi, dan
iritabilitas ekstrem.
Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan merupakan asuhan yang diberikan oleh seorang perawat kepada
seorang klien menggunakan proses keperawatan. Menurut Hidayat (2004), proses keperawatan
merupakan cara sistematis yang dilakukan oleh perawat bersama klien dalam menentukan
merencanakan tindakan yang akan dilakukan, melaksanakan tindakan serta mengevaluasi hasil
1. Pengkajian
keperawatan dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui
berbagai permasalahan yang ada. Tahap pengkajian terdiri dari pengumpulan data, validasi data
Hal-hal yang dikaji pada klien dengan hipertiroid meliputi (Carpenito, 2007) :
1. A
ktivitas atau istirahat
2. S
irkulasi
Gejala : Palpitasi, nyeri dada (angina). Tanda : Distritmia (vibrilasi atrium), irama gallop,
murmur, peningkatan tekanan darah dengan tekanan nada yang berat. Takikardia saat
istirahat, sirkulasi kolaps, syok (krisis tirotoksikosis)
3. E
liminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria, nocturia), rasa nyeri/terbakar, kesulitan berkemih
(infeksi), infeksi saluran kemih berulang, nyeri tekan abdomen, diare, urine encer, pucat,
kuning, poliuria (dapat berkembang menjadi oliguria atau anuria jika terjadi hipovolemia
berat), urine berkabut, bau busuk (infeksi), bising usus lemah dan menurun, hiperaktif
(diare).
5. M
akanan / Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual atau muntah, tidak mengikuti diet, peningkatan masukan
glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari periode beberapa hari/minggu,
Tanda : Kulit kering atau bersisik, muntah, pembesaran thyroid (peningkatan kebutuhan
metabolisme dengan pengingkatan gula darah), bau halitosis atau manis, bau buah (napas
aseton).
6. N
eurosensori
Gejala : Pusing atau pening, sakit kepala kesemutan, kelemahan pada otot parasetia, gangguan
penglihatan.
Tanda : Disorientasi, mengantuk, lethargi, stupor atau koma (tahap lanjut), gangguan memori
baru masa lalu ) kacau mental. Refleks tendon dalam (RTD menurun;koma), aktivitas kejang
7. N
yeri / Kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang atau nyeri (sedang / berat), wajah meringis dengan palpitasi,
tampak sangat berhati-hati.
8. P
ernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum purulen (tergantung adanya
infeksi atau tidak)
Tanda : sesak napas, batuk dengan atau tanpa sputum purulen (infeksi), frekuensi pernapasan
meningkat
9. K
eamanan
Tanda : Demam, diaforesis, kulit rusak, lesi atau ulserasi, menurunnya kekuatan umum/rentang
gerak, parastesia atau paralysis otot termasuk otot pernapasan (jika kadar kalium menurun
dengan cukup tajam)
10. Seksualitas
Gejala : Rabas wanita ( cenderung infeksi ), masalah impotent pada pria.
Tanda : Glukosa darah meningkat 100-200 mg/ dl atau lebih, aseton plasma positif secara
mencolok, asam lemak bebas kadar lipid dengan kolosterol meningkat.
a. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak
b. K
elelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi.
c. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
berat badan).
d. R
isiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan
3. Perencanaan
a. R
isiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak
Tujuan : Klien akan mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengankebutuhan
tubuh.
Kriteria hasil:
1) N
adi perifer dapat teraba normal
2) V
ital sign dalam batas normal.
3) P
engisian kapiler normal
4) S
tatus mental baik
5) T
idak ada disritmia
Intervensi:
1) P
antau tekanan darah pada posisi baring, duduk dan berdiri jika memungkinkan.
2) P
erhatikan besarnya tekanan nadi
3) P
eriksa kemungkinan adanya nyeri dada atau angina yang dikeluhkan
pasien.
4) A
uskultasi suara nafas, perhatikan adanya suara yang tidak normal (seperti krekels)
5) O
bservasi tanda dan gejala haus yang hebat,mukosa membran kering, nadi lemah,
b. K
elelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi.
Tujuan : Kelelahan tidak terjadi
Kriteria hasil : menetapkan secara verbal tentang tingkat energi peka rangsang dari saraf
Intervensi:
1) P
antau tanda-tanda vital dan catat nadi baik saat istirahat maupun saat melakukan aktivitas.
2) C
atat berkembangnya takipnea, dipsnea, pucat saat sianosis
3) B
erikan/ciptakan lingkungan yang terang
4) S
arankan pasien pasien untuk mengurangi aktivitas dan meningkatkan aktivitas dan
5) B
erikan tindakan yang membuat pasien nyaman seperti sentuhan/ massase, bedak sejuk.
6) B
erikan obat sesuai indikasi : sedatif (fenobarbital/luminal),transquilizer misal
klordiazepoxsida (librium).
c. R
isiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
badan).
Kriteria hasil : Menunjukan berat badan yang stabil, disertai nilai laboratorium normal dan
Intervensi:
1) A
uskultasi bising usus
2) C
atat dan laporkan adnya anoreksia kelemahan umum/ nyeri abdomen mual muntah.
3) P
antau masukan makanan setiap hari. Timbang berat badan setiap hari serta laporkan
4) K
onsultasikan dengan ahli gizi untuk memberikan diit tinggi kalori, tinggi protein,
5) B
erikan obat sesuai indikasi : glukosa, vitamin B kompleks.
d. R
isiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan
Kriteria hasil : mempertahankan kelembaban membran mukosa terbebas dari ulkus dan mampu
Intervensi:
1) O
bservasi edema periorbital, gangguan penutupan kelopak mata, gangguan penutupan
kelopak mata, lapang pandang penglihatan sempit, air mata yang berlebihan.
2) C
atatadanya fotophobia, rasa adanya benda di luar mata dan nyeri pada mata
3) E
valusi ketajaman mata, laporkan adanya pandangan mata kabur atau pandangan ganda
(diplopia).
4) B
agian kepala tempat tidur di tinggikan dan batasi pemasukan garam jika ada indikasi
5) I nstruksikan agar pasien melatih otot mata ekstraokuler jika memungkinkan.
6) K
olabrasi berikan obat sesuai indikasi : obat tetes mata metilselulosa, ACTH, prednison,
7) S
iapkan pembedahan sesuai indikasi
e. A
nsietas berhubungan dengan faktor fisiologis: status hipermetabolik.
Tujuan : Ansietas tidak terjadi.
Kriteria hasil : Melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi. Klien mampu
Intervensi:
1) O
bservasi tingkah laku yang menunjukan tingkat ansietas.
2) P
antau respon fisik, palpitasi, gerakan yang berulang-ulang, hiperventilasi, insomnia.
3) K
urangi stimulasi dari luar : tempatkan pada ruangan yang tenang
4) T
erangkan bahwa pengendalian emosi itu harus tetap diberikan sesuai dengan
5) B
erikan obat ansietas (transquilizer,sedatif) dan pantau efeknya.
f. K
urang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
Intervensi :
1) T
injau ulang proses penyakit dan harapan masa depanberdasarkan informasi
2) B
erikan informasi yang tepat
4) T
ekankan pentingnya perencanaan waktu istirahat
5) B
erikan informasi tanda dan gejala dari hipotiroid
4. Pelaksanaan
Implementasi merupakan tahap keempat dalam tahap proses keperawatan dengan
dalam rencana tindakan keperawatan. Dalam tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal
seperti bahaya fisik dan perlindungan pada klien, tehnik komunikasi, kemampuan dalam
prosesdur tindakan, pemahaman tentang hak-hak pasien serta memahami tingkat perkembangan
pasien.
tehnik intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan
fisik dan psikologi dilindungi dan dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak (Hidayat ,2004).
Evaluasi yang digunakan mencakup 2 bagian yaitu evaluasi formatif yang disebut juga
evaluasi proses dan evaluasi jangka pendek adalah evaluasi yang dilaksanakan secara terus
menerus terhadap tindakan yang telah dilakukan. Sedangkan evaluasi sumatif yang disebut juga
evaluasi akhir adalah evaluasi tindakan secara keseluruhan untuk menilai keberhasilan tindakan
yang dilakukan dan menggambarkan perkembangan dalam mencapai sasaran yang telah
ditentukan. Bentuk evaluasi ini lazimnya menggunakan format “SOAP”. Tujuan evaluasi adalah
untuk mendapatkan kembali umpan balik rencana keperawatan, nilai serta meningkatkan mutu
asuhan keperawatan melalui hasil perbandingan standar yang telah ditentukan sebelumnya.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Pada bab ini penulis akan membahas asuhan keperawatan pada klien Ny. M dengan diagnosa
medis Hipertiroid di ruang Pav. Eri Sadewo lt.5 RSPAD GATOT SOEBROTO. Asuhan
keperawatan ini dimulai dari tahap pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi keperawatan.
1. Identitas Klien
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh penulis dan catatan kasus, maka
diperoleh data sebagai berikut, klien bernama Ny. M berjenis kelamin Perempuan
dengan usia 36 tahun, agama Islam, suku bangsa Jawa. Bahasa yang digunakan adalah
Bahasa Indonesia, pendidikan SMA, alamat klien Jl. Munggang RT08 RW04 No.53.
Sumber biaya BPJS KLS II, sumber informasi dari klien, keluarga, status dan perawat
ruangan.
2. Resume
Klien bernama NY. M datang ke poli bedah Rumah Sakit RSPAD Gatot Soebroto tanggal 20
September 2019 pukul 11.00 WIB dengan keluhan nyeri pada benjolan di leher, mual,
lemas, tidak nafsu makan. Tanda – tanda vital dengan tekanan darah 100/70 mmHg,
nadi 112 x/menit, suhu badan 367c, pernafasan 20 x/menit. Tindakan keperawatan
infus RL 20 tetes/menit, na diclopenac 3 x 1 tab, Ranitidin 2x150 mg. Dari hasil
Laboratorium pada tanggal 20 September 2019 didapatkan Hemoglobin 13,4 gr/dl,
Hematokrit 40%, Leukosit 9.67 ribu/mL, Trombosit 357 ribu/mL.
3. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan pada saat pengkajian di dapatkan klien mengatakan nyeri pada benjolan di leher kanan,
durasi ± 5 menit, mual, lemas, tidak nafsu makan,sulit menelan, cepat lelah bila
aktivitas, jantung berdebar – debar, banyak keluar keringat di telapak tangan,
kedua tangan terasa baal. Klien rencana operasi thyroidektomi. TD 112/75 mmhg,
suhu badan 367c, pernafasan 20 x/menit, nadi 124 x/menit, skala nyeri 3.
c. Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi faktor
resiko
Klien mengatakan tidak ada penyakit keturunan atau penyakit yang pernah diderita oleh anggota
keluarga yang menjadi faktor resiko.
e. Pola Kebiasaan
1. Pola nutrisi
Berdsarkan hasil wawancara dan observasi didapatkan data sebagai berikut, pola nutrisi klien
sebelum sakit frekuensi makan 3x/hari, nafsu makan baik, porsi makan yang
dihabiskan 1 porsi,tidak ada makanan alergi, pantangan dan diet. Sedangkan
pola nutrisi selama di rawat di Rumah Sakit, frekuensi makan 3 x/hari, nafsu
makan kurang karena masih mual, habis 1 /2 porsi makan, klien mengatakan
tidak ada makanan pantangan, penggunaan obat sebelum makan adalah obat
narfos, klien tampak tidak tampak menggunakan alat bantu (NGT, dll)
2. Pola Eliminasi
Pola eliminasi klien sebelum sakit frekuensi 4-5 x/hari, berwarna kuning jernih tanpa ada
keluhan, sedangkan di Rumah Sakit frekensi 6-7 x/hari, berwarna kuning
jernih tanpa adanya keluhan dan tampak tidak menggunakan alat bantu
(kateter, dll)
Sebelum sakit frekuensi BAB 1 x/hari, waktunya pagi, berwarna kuning, konsistensi lembek
tanpa ada keluhan dan tidak menggunakan laxatif. Sedangkan di Rumah Sakit
klien mengatakan bisa BAB dan tidak menggunakan laxatif.
3. Pola Personal Hygiene
Klien mengatakan sebelum sakit mandi 2 x/hari, waktunya pagi dan sore, oral hygiene 2 x/hari,
waktunya pagi dan malam, klien mengatakan cuci rambut cuci rambut 3
x/minggu. Sedangkan di Rumah Sakit klien mandi 2 x/hari, waktunya pagi
dan sore, klien mengatakan belum pernah cuci rambut.
2. Pengkajian Fisik
Pemeriksaan fisik umum berdasarkan hasil wawancara dan observasi didapatkan data yaitu Berat
Badan (BB) klien sebelum sakit 47 kg. Berat badan saat ini 45 kg, tinggi badan klien
160 cm, Tanda-tanda vital (TTV) dengan tekanan darah 112/75mmHg, nadi 124
x/menit, pernafasan 20 x/menit, dan suhu tubuh 367c. Keadaan klien sakit sedang, dan
tidak terlihat adanya pembesaran gelenjar getah bening.
Sistem penglihatan meliputi sisi mata klien simetris, kelopak mata normal dan tidak terjadi ptosis,
pergerakan bola mata mengikuti stimulus, konjungtiva klien terlihat berwarna
muda/ananemis, kornea klien normal tidak berwarna keruh ataupun terdapat
perdarahan. Sklera anikhterik, pupil klien isokor, tidak ada kelainan pada otot-otot
mata klien, fungsi penglihatan klien baik dimana klien mengatakan masih dapat
melihat dengan baik, klien tidak menggunakan kacamata ataupun lensa kontak, tidak
ada tanda-tanda peradangan seperti berwarna merah dan pandangan jelas.
Sistem pendengaran meliputi daun telinga klien normal, tidak tampak ada luka dan tampak
simetris. Tidak ada serumen, kondisi telinga tengah normal, tidak tampak bengkak
dan tidak kemerahan, tidak terlihat adanya cairan di telinga seperti darah, nanah,
klien mengatakan telinganya tidak terasa penuh, fungsi pendengaran klien normal
dimana klien dapat mendengar dengan baik dan tidak menggunakan alat bantu.
Sistem wicara selama berinteraksi dengan klien, klien tidak mengalami gangguan bicara, dan
klien dapat menggunakan kata-kata dengan jelas.
Sistem pernafasan dari hasil wawancara, observasi, inspeksi dan auskultasi diperoleh jalan nafas
bersih tidak ada sumbatan, klien mengatakan tidak sesak, klien tampak tidak
menggunakan otot bantu pernafasan, frekuensi pernafasan 20 x/menit, dengan irama
pernafasan teratur, klien mengatakan tidak nyeri saat bernafas, klien tampak tidak
menggunakan alat bantu nafas, klien mengatakan tidak ada batuk. Pemeriksaan secara
palpasi tidak ada masalah pada dada klien, saat diperkusi suara resonan, pemeriksaan
auskultasi terdengar suara nafas klien vesikuler.
Sistem kardiovaskuler dari hasil pemeriksaan palpasi didapatkan nadi 124 x/menit, dengan irama
tidak teratur dan denyut kuat. Tekanan darah klien 112/75 mmHg, temperatur kulit
hangat, pengisian kapiler kurang dari 3 detik, dari hasil inspeksi tidak ada distensi
vena juguralis baik kanan maupun kiri, warna kulit klien putih normal, tampak tidak
ada edema.
Pada auskultasi jantung, kecepatan denyut nadi apical 120 x/menit, dengan irama tidak teratur
dan terdengar adanya kelainan bunyi jantung seperti mur-mur. Klien mengatakan
tidak sakit dada.
Sistem pencernaan setelah dilakukan observasi didapatkan bahwa gigi klien tidak caries, tidak
menggunakan gigi palsu, tidak terlihat adanya stomatitis dan tidak terlihat lidah
kotor. Klien mengatakan mual..
Sistem endokrin klien mengalami pembesaran kelenjar tiroid, nafas tidak berbau keton , dan tidak
ada luka ganggren.
Sistem urogenital, Tidak terjadi perubahan pola kemih, urine berwarna kuning jernih, tidak
terjadi distensi kandung kemih, tidak ada keluhan sakit pinggang.
Sistem integumen turgor kulit klien baik dan elastis, temperatur kulit hangat, warna kulit klien
tampak kemerahan, tidak terdapat luka. Tidak ada lesi atau ulkus, tidak ada
tanda-tanda peradangan di kulit daerah pemasangan infuse. Keadaan rambut klien
baik dan bersih.
Sistem muskuloskeletal, walaupun terpasang infuse klien mengatakan tidak mengalami kesulitan
dalam bergerak. Tidak ada fraktur dan tidak ada kelainan baik bentuk sendi maupun
struktur tulang belakang. Keadaan tonus otot klien baik.
5555 5555
6. Data Fokus
Data subjektif
Klien mengatakan nyeri pada benjolan di leher kanan sejak 6 bulan yang lalu, durasi ± 5 menit,
mual, lemas, tidak nafsu makan,sulit menelan, cepat lelah bila aktivitas,jantung terasa
berdebar – debar, kedua tangan terasa baal, banyak keluar keringat di telapak tangan.
Klien rencana operasi thyroidektomi. TD 112/75 mmhg, suhu badan 367c, pernafasan
20 x/menit, nadi 124 x/menit, skala nyeri 3.
Data Objektif
Klien tampak lemas, wajah klien tampak menahan nyeri, klien tampak lemah, klien tampak
gelisah, kesadaran composmentis, klien tampak habis 1 /2 porsi makan, TD 112/75
mmhg, suhu badan 367c, pernafasan 20 x/menit, nadi 124 x/menit, skala nyeri 3.
Berat badan sebelum sakit 47 kg, BB sakit 45 kg, Hasil lab Hemoglobin13.4 gr/dl,
Hematokrit 43 %, Trombosit 357 ribu/mm, Leukosit 9.67 ribu/mm3 , TSH < 0,005
uIU/ml, FT4 20 ug/dl, FT3 15 pg/dl.
7. Analisa Data
- Klien tampak
gelisah
- Suhu 367c
- Nadi 112
x/menit
- RR 20x/menit
- Td 112/75
mmHg
- Skala nyeri 3
. Proses Nye
DS:
Inflamasi ri
- klien
mengatakan
nyeri pada leher
kanan
- hilang timbul
seperti ditusuk –
tusuk
- durasi ± 5
menit.
DO:
- wajah klien
tampak
menahan nyeri.
- Klien tampak
lemah
- Klien tampak
gelisah
- Suhu 367c
- Nadi 112
x/menit
- RR 20x/menit
- Td 112/75
mmHg
- Skala nyeri 3
- TD 100/70
mmHg.
.
DS:
Perubaha Inta
- Klien n kebutuhan nutrisi ke yang tidak
mengatakan kurang dari adekuat.
mual
- Klien kebutuhan tubuh
mengatakan
tidak nafsu
makan
- klien
mengatakan
badannya lemas
DO:
- klien tampak
habis 1 /2 porsi
makan
- nafsu makan
menurun
- klien tampak
lemas
- BB sebelum
sakit 47kg
- BB sakit 45kg
- Hemoglobin
13,4 gr/dl
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan hasil pengkajian keperawatan pada Ny. M pada tanggal 22 September 2019 maka
didapat diagnosa keperawatan sebagai berikut :
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung
2. Nyeri berhubungan dengan proses inflamsi
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat.
C. INTERVENSI
O : klien tampak gelisah, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 110 x/menit, suhu 36 o c,
pernafasan 20x/menit
P : intervensi dilanjutkan
Pukul 08:30 WIB, mengontrol keadaan klien dan mengobservasi tanda-tanda vital klien, respon
subjektif : klien mengatakan nyeri perut berkurang, respon objektif : td 110/80
mmHg, nadi 80 x/menit, suhu 36,5 o c, pernafasan18 x/menit. Pukul 10:00 WIB,
mengajarkan tehnik relaksasi (nafas dalam), respon subjektif : klien mengatakan
nyaman, respon objektif : klien tampak rileks. Pukul 11:00 WIB, memposisikan
pasien senyaman mungkin, respon subjektif : klien mengatakan sangat nyaman. Pukul
13:30WIB, Memberikan obat analgesik, respon objektif: terapi masuk.
P : intervensi dilanjutkan
Dx 3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat.
Implementasi Keperawatan
Tanggal 20 September 2019 Dinas Pagi pukul 08:00-14:00 WIB
Pukul 12:00 WIB, Mengkaji pola makan klien, respon subjektif : klien mengatakan hanya habis
1
/2 porsi makan karena masih mual, respon objektif : klien tampak habis 1 /2 porsi
makan. Pukul 12:10 WIB, menimbang berat badan klien, respon objektif Berat badan
klien 45. Pukul 13:00 WIB, menganjurkan klien makan sedikit tapi sering, respon
subjektif : klien mengatatakan iya. Pukul 13:10 WIB, mencatata jumlah makan yang
dihabiskan klien, respon subjektif : klien mengatakan habis 1 /2 porsi makan, respon
objektif : klien tampak habis 1 /2 porsi makan.
Tanggal 21 September 2019, Dinas Pagi, Pukul 07:30-14:00 WIB
Pukul 08:00 WIB,. Pukul 09:00 WIB, mengkaji pola makan klien dan mual klien, respon subektif
: klien mengatakan habis 1 /2 porsi makan dan mual sudah berkurang, respon objektif :
klien tampak habis 1 /2 porsi makan. Pukul 10:00 WIB, menimbang berat badan klien,
respon objektif : berat badan klien 45 kg. Pukul 11:00 WIB, menganjurkan klien
makan sedikt tapi sering, respon subjektif : klien mengatakan habis 1 /2 porsi makan,
respon objektif : klien tampak habis 1 /2 porsi makan.
S : Klien mengatakan mual sudah hilang, klien mengatakan badannya masih lemas,
klien mengatakan badannya masih lemas, klien mengatakan makan habis 3 /4 porsi.
P : intervensi dilanjutkan
Pada bab ini penulis akan membahas kesenjangan antara teori dan kasus tentang asuhan
keperawatan pada klien Ny. M dengan diagnosa medis Hipertiroid di ruang Pav. Eri Sadewo
lt.5 RSPAD GATOT SOEBROTO. Asuhan keperawatan ini dimulai dari tahap pengkajian,
diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan.
A. Pengkajian
Pada teori tanda dan gejala pada hipertiroid terdapat sesak nafas, sering buang air besar.
Sedangkan di kasus tidak ditemukan sulit BAB dan klien tidak sesak nafas. Pada teori
terdapat pemeriksaan lab kadar T4 total,
T4 bebas (meningkat) dan TSH (menurun). Pada
kasus kadar TSH normal dan FT4 meningkat.
B. Diagnosa
Pada teori terdapat diagnosa yaitu :
1. R
isiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid
energi.
3. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
berat badan).
D. Evaluasi
Hasil evaluasi akhir yaitu sesuai dengan adanya tujuan yang dibuat pada bab 1 sesuai dengan
tujuan dan kriteria khususnya yaitu mahasiswa memahami konsep gangguan pada tyroid
dan telah melakukan pengkajian, mendiagnosa, menintervensi, mengimplementasikan
dan mengevaluasi.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hipotiroidisme adalah keadaan defisiensi hormon tiroid (TH) yang menyebabkan
metabolisme tubuh berjalan lambat, penurunan produksi panas, dan penurunan konsumsi
oksigen dijaringan. Aktivitas yang lambat di kelenjar toroid mungkin sebagai akibat
disfungsi tiroid primer, atau kejadian sekunder akibat disfungsi hipofisis anterior.
(Elsevier.2009). Hipotiroidisme merupakan kondisi hipofungsi tiroid yang disertai
dengan gagal tiroid. Kondisi ini diakibatkan oleh kadar hormone tiroid suboptimal. (Susan
C. 2013). Hipertiroidisme adalah sekresi hormon tiroid yang berlebihan yang
dimanifestasikan melalui peningkatan kecepatan metabolisme. (Suzanne C.
Smeltzer,2001). Hipertiroidisme dapat diidentifikasikan sebagai respons jaringan-jaringan
tubuh terhadap pengaruh metabolic hormone tiroid yang berlebihan. Keadaan ini dapat
timbul spontan atau akibat asupan hormone tiroid yang berlebihan. (Sylvia A.
Price,dkk,2005)
Dari hasil pengkajian dapat dirumuskan masalah keperawatan pada klien dengan
hipertiroid adalah Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama
jantung, Nyeri berhubungan dengan proses inflamsi, Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake tidak adekuat.
Pada tahap Perencanaan Dalam merumuskan perencanaan diperlukan literatur
yang lengkap serta membantu dari tenaga keperawatan dan tim kesehatan lainnya yang
ada di Rumah Sakit serta kerjasama yang baik dari klien dan keluarga.
Pada tahap Implementasi tidak semua perencanaan dapat dilaksanakan sesuai
dengan rencana, karena adanya kendala atau hambatan sehingga pada implementasi ini
sangat diperlukan kerjasama yang baik antara tim kesehatan yang ada.
Pada tahap evaluasi Asuhan keperawatan yang dilakukan hanya sebagian yang
tercapai sesuai dengan tujuan, karena dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien
dengan typhoid memerlukan waktu yang cukup lama dalam menyelesaikan masalah
sesuai kriteria.
B. Saran
Untuk penulis sendiri supaya lebih meningkatkan lagi dan mempertahankan kerja
sama antara perawat ruangan dan juga keluarga klien dalam memberikan asuhan
keperawatan serta memiliki buku sumber sebagai acuan. Kemudian bagi perawat yang
akan melakukan asuhan keperawatan pada kasus yang serupa untuklebih
memperhatikan keadaan klien, bekerjasama atau berkolaborasi dengan tim medis
sehingga terjalin kerjasama yang baik antara klien, tim medis, dan perawat yang akan
melakukan kasus yang serupa.
DAFTAR PUSTAKA
1. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/40615/4/Chapter%20II.pdf
2. https://www.scribd.com/doc/129430238/WOC-HIPERTIROIDISME
3. https://books.google.co.id/books?id=wzIGJflmD4gC&printsec=frontcover&dq=klasifi
kasi+hipertiroid&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwim6NOJ84DSAhXCOY8KHaWkAUI
Q6AEIHTAB#v=onepage&q&f=true
4. https://www.scribd.com/doc/113757548/Pathway-Hipertiroidisme
5. http://lpkeperawatan.blogspot.co.id/2014/01/laporan-pendahuluan-hipertiroid.html#.W
JtKAFN97IU
6. https://www.scribd.com/doc/128166331/Pathway-Hipertiroid
7. https://www.scribd.com/document/62467889/WOC-Hipotiroidisme
8. https://www.scribd.com/doc/202305125/Pathway-Hipotiroid
9. https://books.google.co.id/books?id=lhDl8_eIsiEC&pg=PA165&dq=hipotiroid+dan+hipertiroi
d&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwi_86P3lojSAhVMsY8KHeRHB_gQ6AEIITAC#v=onepage&q=hipot
iroid%20dan%20hipertiroid&f=false
10. https://books.google.co.id/books?id=x-vxHEdmk4wC&pg=PA22&dq=faktor+risiko+hipertiroid
&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiEqszq_ZHSAhXIvbwKHePKBD8Q6AEIMzAF#v=onepage&q=fakto
r%20risiko%20hipertiroid&f=false
11. Guyton, Arthur C. & John E. Hall, 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9,
Editor: Irawati Setiawan, EGC, Jakarta.
12. Sumber: Faizi, Muhammad, Netty EP. 2012. Hipotiroid. Surabaya: Staf Pengajar Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya.
13. Black.2014.keperawatan medikal bedah. St.Louis-missouri: Elsevier Saunders
14. Rubenstein,david. 2013.kedokteran klinis. Jakarta: Erlangga