Anda di halaman 1dari 24

PSB’16

LAPORAN PRAKTIKUM
LARUTAN
SIFAT KOLOID (KOAGULASI DAN ADSORPSI)

Disusun Oleh
Kelompok 3 :

1. Lilis Kurnia
Falantin
(16030654019)
2. Dadang Hafidzulloh (16030654023)
3. Yilla Utami Ligaresha (16030654048)
4. Lafilatul Anisa (16030654076)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAMSTUDI S1 PENDIDIKAN SAINS
2018

i
ABSTRAK

Pada praktikum yang telah kami lakukan dengan judul “Sifat Koloid
(Koagulasi dan Adsorpsi)” yakni dilaksanakan pada hari kamis, 5 April 2018 di
Laboratorium Jurusan IPA FMIPA Unesa. Metode yang kami gunakan yakni metode
percobaan. Pada percobaan koagulasi variable manipulasinya yakni jenis sampel,
berupa air sumur, air sungai magersari, air got ketintang selatan, sedangkan pada
percobaan adsorpsi variable manipulasinya yakni larutan NaCl dan larutan sirup.
Pada percobaan koagulasi, pertama yang dilakukan yaitu menyiapkan jenis sampel
kemudian diberi tawas dengan massa yang sama dan diamati perubahan warna serta
ada tidaknya endapan. Pada percobaan adsorpsi, pertama yang dilakukan yaitu
menyiapkan jenis larutan kemudian diberi norit dengan massa yang sama dan diamati
perubahan warna yang terjadi. Untuk percobaan koagulasi menghasilkan data, bahwa
semua jenis sampel menghasilkan endapan berwarna putih dan terlihat perubahan
warna yang signifikan, sedangkan untuk percobaan adsorpsi semua jenis larutan
mengalami perubahan warna. Sehingga dapat disimpulkan bahwa percobaan yang
telah kami lakukan sudah sesuai dengan teori.

Kata kunci: larutan, koagulasi, adsorpsi.

ii
DAFTAR ISI
COVER...........................................................................................................i
ABSTRAK .....................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................2
C. Tujuan Percobaan.................................................................................2
BAB II DASAR TEORI
A. Koloid..................................................................................................3
B. Jenis-jenis Koloid.................................................................................4
C. Sifat-sifat Koloid ................................................................................5
D. Hipotesis ………………..……………………………………….…..6
BAB III METODE PRAKTIKUM
A. Metode Praktikum...............................................................................10
B. Tempat, waktu dan tanggal Praktikum................................................10
C. Alat dan Bahan....................................................................................10
D. Rancangan Percobaan.........................................................................11
E. Variabel dan Definisi Operasional …………………………………..12
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN
A. Data ....................................................................................................14
B. Analisis…… ……………………………………………………….. 15
C. Pembahasan.........................................................................................16
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................17
B. Saran....................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................18

LAMPIRAN

iii
A. Dokumentasi.....................................................................................19
B Perhitungan ………………………………………………………... 20
C. Laporan Sementara...........................................................................21
D. Lembar Kerja Mahasiswa ……………………………………….... 22

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari sering kita menemui peristiwa yang
berhungan dengan larutan. Larutan sendiri memiliki sifat larutan, selain itu
larutan juga memiliki sifat koloid, sifat-sifat tersebut yaitu efek tyndall, gerak
brown, muatan koloid (sifat listrik), adsorpsi, eletroforesis dan koagulasi.
Koloid merupakan suatu campuram zat heterogen (2 fase) antara dua zat
atau lebih partikel-partikel zat yang berukuran koloid tersebar secara merata
didalam zat lain. Keadaan koloid, dimana keadaan antar suatu larutan dan suatu
suspense. (Keenan, 1984).
Pada praktikum yang akan dilakukan, kami akan mengkaji lebih dalam
beberapa sifat koloid yang dimiliki oleh larutan. Sifat tersebut yaitu sifat
adsorpsi yang merupakan proses penyerapan partikel suatu fluida (cairan
maupun gas) oleh suatu padatan hingga terbentuk suatu film (lapisan tipis)
pada permukaan adsorben dan sifat koagulasi yang merupakan proses
penggumpalan suatu cairan atau larutan sehingga terbentuk padatan lunak
ataupun keras seperti gel.
Berdasarkan datar belakang tersebut, kami melakukan percobaan sifat
koloid (koagulasi dan adsorpsi) dengan rumusan masalah pengaruh air limbah
pada proses koagulasi dan adsorpsi, dengan adanya endapan yang terbentuk
dan perubahan warna yang terjadi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah pada praktikum ini
sebegai berikut :

1
1. Bagaimana pengaruh jenis air limbah (air sumur, air sungai
magersari, dan air got ketintang) terhadap endapan yang terbentuk
dan perubahan warna air limbah pada proses koagulasi?
2. Bagaimana mengetahui pengaruh jenis bahan terhadap perubahan
warna sampel (sirup dan garam kotor) pada proses adsorbsi ?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini, sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh jenis air limbah (air sumur, air sungai
magersari, dan air got ketintang) terhadap endapan yang terbentuk dan
perubahan warna air limbah pada proses koagulasi.
2. Untuk mengetahui pengaruh jenis bahan terhadap perubahan warna
sampel (sirup dan garam kotor) pada proses adsorbsi.

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Koloid
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat
atau lebih partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang
dipecah) tersebar secara merata di dalam zat lain. Ukuran partikel koloid atau

2
ukuran yang dimaksud dapat berupa diameter, panjang, lebar, maupun tebal
dari suatu partikel. Keadaan koloid merupakan keadaan antara suatu larutan
dan suatu suspensi. Bila suatu bahan berada dalam keadaan subdifisi ini.
Bahan itu memperagakan sifat-sifat yang menarik dan penting yang tidak
merupakan cirri dari bahan dalam agregat yang lebih besar (Keenan, 1984).
Partikel-partikel dalam suatu koloid terlalu kecil untuk dilihat dengan
mata atau dengan mikroskop biasa, walaupun demikian, partikel ini dapat
mempengaruhi cahaya tampak, ukuran partikelnya yang cocok untuk
menyebabkan cahaya tersebar dengan sudut-sudut yang besar. Bila konsentrasi
koloidnya besar, penyebaran cahayanya ini akan menyebabkan larutan koloid
kelihatan jenuh. Jadi, cahaya tak diteruskan, contohnya susu. Sinar yang
datang pada susu disebarkan oleh partikel-partikel koloid. Susu kemudian
diadsorpsi, sehingga tak diteruskan. Bila konsentrasi lebih kecil, dispensi
koloidnya kelihatan seperti awan dan bila diencerkan lagi bisa lebih terang
(transparan) misalnya saja larutan kanji yang encer akan kelihatan terang
(Syukri, 1999).
Ciri penting dari partikel koloid adalah tingginya nisbah antara luas
permukaan dengan volumenya. Telah diketahui bahwa atom, ion, atau molekul
pada permukaan zat agak berbeda dengan di bagian dalamnya. Hal ini
disebabkan karena spesies di permukaan mempunyai gaya-gaya yang berbeda
dengan spesies di bagian dalam. Untuk bahan biasa perbandingan atom, ion,
atau molekul pada permukaan sangat kecil dibandingkan di bagian dalam,
sehingga gejala istimewa yang terdapat di permukaan tidak menonjol. Dalam
bahan koloid gejala permukaan sering sangat menonjol (Petrucci, 1987).
Suatu koloid selalu mengandung dua fasa yang berbeda, mungkin
berupa gas, cair, atau padat. Pengertian fasa di sini tidak sama dengan wujud,
karena ada wujud sama tetapi fasanya berbeda, contohnya campuran air dan
minyak bila dikocok akan terlihat butiran minyak dalam air. Butiran itu
mempunyai fasa berbeda dengan air walaupun keduanya cair. Oleh karena itu,
suatu koloid selalu mempunyai fasa terdispersi dan fasa pendisfersi. Fasa
terdisfersi dan fasa pendisfersi mirip dengan pelarut dan zat terlarut pada suatu
larutan. Partikel koloid yang telah mengadsorpsi ion akan bermuatan listrik

3
sesuai dengan muatan ion yang diserapnya. Muatan partikel ini dapat positif
atau negatif. Contohnya koloid Fe2O3 bermuatan positif setelah mengadsorpsi
Fe3+ pada koloid Fe2O3 x H2O. Koloid bila dibiarkan dalam waktu tertentu
akan terpengaruh oleh gaya gravitasi, sehingga partikelnya turun perlahan ke
dasar bejana yang disebut koagulasi atau penggumpalan. Waktu
penggumpalan bervariasi antara satu dengan yang lain, koagulasi dapat
dibantu dengan alat sentrifugal ultra (Syukri, 1999).

B. Jenis-jenis Koloid
Baik zat terdispersi maupun pendispersi dapat berbentuk gas, cairan
ataupun padatan (kecuali keduanya berbentuk gas, karena molekul gas
tidaklah sebesar koloid), berikut jenis-jenis dari koloid:
1. Sol (Fase terdispersi padat)
a. Sol padat adalah sol dalam medium pendispersi padat. Contoh:
paduan logam, gelas warna, intan hitam.
b. Sol cair adalah sol dalam medium pendispersi cair. Contoh: cat,
tinta, tepung dalam air.
c. Sol gas adalah sol dalam medium pendispersi gas. Contoh: debu
di udara, asap pembakaran.
2. Emulsi (Fase terdispersi cair)
a. Emulsi padat adalah emulsi dalam medium pendispersi padat.
Contoh: jelly, keju, mentega, dan nasi.
b. Emulsi cair adalah emulsi dalam medium pendispersi cair.
Contoh: susu, mayonais, dan krim tangan.
c. Emulsi gas adalah emulsi dalam medium pendispersi gas.
Contoh: hairspray dan obat nyamuk.

3. Buih (Fase terdispersi gas)


a. Buih padat adalah buih dalam medium pendispersi padat.
Contoh: batu apung, marshmallow, karet busa, dan styrofoam.
b. Buih cair adalah buih dalam medium pendispersi cair. Contoh:
putih telor yang dikocok, dan busa sabun.

4
Sol adalah partikel berukuran koloid0,001-0,1 ¼m yang tidak dapat
membentukdispersi koloid dalam air dan karena ukuranpartikelnya sol
koloid ini cenderung tidak stabil. Gel merupakan sistem padatanyang
bersifat elastis karena terbentuknya suatujalinan antara partikel-partikel
koloid sol. Transformasi koloid sol menjadi gel apabila terciptabeberapa
kondisi seperti perubahan suhu,perubahan agensia pembentuk gel,
penguranganjumlah gugus bermuatan akibat perubahan derajat keasaman
atau penambahan garam (Lesmana dkk, 2008).

C. Sifat-sifat Koloid
Selain dari jenis-jenis koloid, terdapat juga sifat-sifat koloid:
1. Efek Tyndall
Untuk menentukan apakah suatu campuran merupakan
larutan sejati atau koloid, sering digunakan metode Efek Tyndall,
jika cahaya melewati larutan sejati. Pengamat yang melihatnya dari
arah tegak lurus terhadap sinar tidak melihat cahaya. Tetapi dalam
suspensi koloid cahayanya dibaurkan ke segala arah dan dapat
dilihat dengan mudah. Sifat ini mula-mula dipelajari oleh Tyndall
pada tahun 1869, dan dikenal sebagai efek Tyndall. Contoh lain
mengenai pembauran ialah oleh partikel debu dalam cahaya dari
proyektor film dalam ruang gelap (Petrucci, 1987).
Efek Tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan
terkena sinar. Pada saat larutan sejati disinari dengan cahaya, maka
larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan
pada sistem koloid cahaya akan dihamburkan. Hal itu terjadi
karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang
relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut.
Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil
sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit
diamati (Petrucci, 1987).
2. Gerak Brown

5
Partikel-partikel koloid hanya dapat bergerak dengan
sedikit, tetapi karena adanya tumbukan dengan molekul-molekul
fasa pendispersinya gerakannya akan berbentuk zig-zag ni disebut
gerakan Brown. (Petrucci, 1987).
3. Muatan Koloid (Sifat Listrik)
Partikel koloid yang telah mengadsorpsi ion akan
bermuatan listrik sesuai dengan muatan ion yang diserapnya.
4. Adsorbsi
Adsorbsi adalah suatu proses penyerapan partikel suatu
fluida (cairan maupun gas) oleh suatu padatan hingga terbentuk
suatu film (lapisan tipis) pada permukaan adsorben. Padatan yang
dapat menyerap partikel fluida disebut bahan pengadsorpsi
atau adsorben. Sedangkan zat yang terserap disebut adsorbat.
Secara umum Adsorpsi didefinisikan sebagai suatu proses
penggumpalan substansi terlarut (soluble) yang ada dalam larutan,
oleh permukaan zat atau benda penyerap, dimana terjadi suatu
ikatan kimia fisika antara substansi dengan penyerapnya.
Penyerapan partikel atau ion oleh permukaan koloid atau yang
disebut peristiwa adsorpsi ini dapat menyebabkan koloid menjadi
bermuatan listrik.
a. Jenis-jenis Adsorpsi
Adsorpsi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Adsorpsi fisika adalah proses interaksi antara
adsorben dengan adsorbat yang disebabkan
oleh gaya Van Der Waals. Adsorpsi fisika terjadi
jika daya tarik menarik antara zat terlarut dengan
adsorben lebih besar dari daya tarik menarik antara
zat terlarut dengan pelarutnya. Kerena gaya tarik
menarik yang lemah tersebut maka zat yang terlarut
akan diadsorpsi pada permukaan adsorben. Adsorpsi
fisika biasanya terjadi pada temperatur rendah
sehingga keseimbangan antara permukaan solid

6
dengan molekul fluida biasanya cepat tercapai dan
bersifat reversibel.
2. Adsorpsi kimia adalah reaksi yang terjadi antara zat
padat dengan zat terlarut yang teradsorpsi. Adsorpsi
ini bersifat spesifik dan melibatkan gaya dan kalor
yang sama dengan panas reaksi kimia.
Menurut Langmuir, molekul teradsorpsi ditahan
pada permukaan oleh ikatan valensi yang tipenya
sama dengan yang terjadi antara atom-atom dalam
molekul. Ikatan kimia tersebut menyebabkan pada
permukaan adsorbent akan terbentuk suatu lapisan
film.
Adsorpsi memiliki kecepatan. Kecepatan
adsorpsi adalah banyaknya zat yang teradsorpsi per
satuan waktu. Kecepatan adsorpsi mempengaruhi
kinetika adsorpsi. Kinetika adsorpsi adalah laju
penyerapan suatu fluida oleh adsorben dalam jangka
waktu tertentu. Banyak sedikitnya zat yang
teradsorpsi di pengaruhi oleh:
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan Adsorpsi
a. Macam adsorben
b. Macam zat yang diadsorpsi (adsorbate)
c. Luas permukaan adsorben
d. Konsentrasi zat yang diadsorpsi (adsorbate)
e. Temperatur

5. Elektroforesis
Elektroforesis adalah suatu proses untuk menghitung
berpindahnya ion atau partikel koloid bermuatan dalam medium cair
yang dipengaruhi oleh medan listrik.
6. Koagulasi
Koagulasi adalah proses perubahan cairan atau larutan menjadi
gumpalan-gumpalan lunak baik secara seluruhan ataupun hanya
sebagian. Atau dengan kata lain, koagulasi adalah proses

7
penggumpalan suatu cairan atau larutan sehingga terbentuk padatan
lunak ataupun keras seperti gel. Dalam kamus besar bahasa Indonesia
(KBBI) definisi koagulasi adalah suatu kata yang berhubungan
dengan keadaan atau perihal menjadi keras atau padat, baik secara
keseluruhan ataupun sebagian cairan sebagai akibat dari perubahan
kimiawi. Contoh koagulasi yang paling mudah adalah mengeraskan
telur saat di panaskan, menggumpalnya darah saat mengalir keluar
dari tubuh, pengerasan yang terjadi pada protoplasma,
menggumpalnya susu yang basi, dll.
Peristiwa Koagulasi seringkali kita temukan dalam kehidupan
sehari-hari. Saat kita memasak, membuat adonan, terkadang tanpa
kita sadari seringkali benda-benda itu mengalami koagulasi baik
karena peristiwa fisika maupun kimia. Seperti saat kita membuat tahu,
proses penggumpalan susu kedelai sehingga menjadi gumpalan-
gumpalan kecil sebelum kemudian di press sehingga berbentuk
menjadi tahu yang kita kenal, merupakan suatu proses koagulasi.
Dalam ilmu kimia, koagulasi selalu berhubungan erat
dengan sistem koloid. Dalam ilmu kedokteran, koagulasi biasanya
berkaitan dengan darah. Dalam kuliner, koagulasi yang terkenal dan
merupakan contoh paling mudah adalah pengerasan yang terjadi pada
telur saat di rebus ataupun di goreng. Koagulasi tidak terjadi dengan
sendirinya. Tetapi ada faktor-faktor yang menyebabkan koagulasi itu
terjadi. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan proses koagulasi
antara lain adalah:
a. Pemanasan, contohnya: santan yang di panaskan.
b. Penambahan koagulan, contohnya pada pembuatan tahu
c. Aktivitas mikroba atau enzim, contohnya pada susu yang
basi, dll.
D. Hipotesis
1. Apabila diberi koagulan (tawas) maka air limbah akan terjadi
perubahan warna dan terdapat endapan.
2. Apabila diberi norit maka larutan garam dan larutan sirup akan
terjadi perubahan warna.

8
BAB III

METODE PERCOBAAN

A. Metode Percobaan
Pada praktikum yang berjudul “Sifat Koloid (Koagulasi dan Adsorbsi”
ini menggunakan metode percobaan, karena terdapat variabel dan definisi
operasional pada percobaan tersebut.
B. Tempat, Waktu dan Tanggal Percobaan
Percobaan ini dilaksanakan pada :
Tempat : Ruang Workshop Jurusan IPA FMIPA Unesa
Waktu : 10.00 – 12.00 WIB

9
Tanggal : 05 April 2018
C. Alat dan Bahan

1. Percobaan koagulasi
a. Alat
- Gelas kimia 100 ml 3 buah
- Spatula 1 buah
- Kaca arloji 1 buah
- Neraca digital 1 buah
b. Bahan
- Air sumur 150 ml
- Air sungai magersari 150 ml
- Air selokan ketintang selatan 150 ml
- Tawas 5 gram
2. Percobaan adsorpsi
a. Alat
- Gelas kimia 100 ml 1 buah
- Neraca digital 1 buah
- Kaca arloji 1 buah
- Gelas ukur 10 ml 1 buah
- Labu ukur 50 ml 1 buah
- corong 1 buah
- Tabung reaksi 1 buah
b. Bahan
- Larutan sirup 1 M 150 ml
- Larutan NaCl 1 M 150 ml
- Norit 1 kapsul

D. Rancangan Percobaan
1. Percobaan koagulasi

Air limbah
10
Endapan

2. Percobaan adsorbsi
a. Garam kotor

Larutan garam kotor

Norit

b. Sirup

Sirup

Norit

E. Variabel dan Definisi Operasional

1. Percobaan 1. Koagulasi
a. Variabel Manipulasi : Jenis sampel
Definisi operasional : Jenis sampel yang digunakan
adalah air sumur, air sungai
magersari, dan air got ketintang
selatan.
b. Variabel Kontrol : Volume sampel, massa tawas,.
Definisi operasional variabel : Variabel yang sengaja dibuat sama
dalam percobaan ini adalah volume

11
sampel sebanyak 150 ml dan massa
tawas sebanyak 5 gram.

c. Variabel Respon : Endapan, dan Perubahan warna

Definisi operasional variabel : Hasil dari variabel manipulasi dan


variabel kontrol adalah, endapan, dan
perubahan warna.

2. Percobaan 2. Adsorpsi
a. Variabel Manipulasi : Jenis sampel
Definisi operasional variabel : Jenis sampel yang digunakan
adalah larutan sirup dan larutan
NaCl.

b. Variabel Kontrol : Volume sampel, massa norit


Definisi operasional variabel : Variabel yang sengaja dibuat sama
dalam percobaan ini adalah volume
sampel larutan sebanyak 150 ml dan
volume larutan norit sebanyak 5
gram.

c. Variabel Respon : Perubahan warna


Definisi operasional variabel : Hasil dari variabel manipulasi dan
variabel kontrol perubahan warna
sampel.

12
BAB IV

DATA DAN PEMBAHASAN

A. Data Hasil Percobaan

13
Tabel 1. Tabel Hasil Percobaan Koagulasi

No. Sampel Limbah Hasil


Sebelum Sesudah
1. Air sumur Warna air : putih keruh Warna air : bening
Endapan : - Endapan : +
Warna endapan : putih
2. Air sungai Warna air : putih Warna air : bening
magersari kekuningan Endapan : +++
Endapan : + Warna endapan : putih
Warna endapan : putih
3. Air got ketintang Warna air : putih Warna air : bening
selatan kekuingan Endapan : ++
Endapan : + Warna endapan : putih
Warna endapan :
coklat

Keterangan :
- = tidak ada endapan
+ = sedikit endapan
++ = banyak endapan
+++ = sangat banyak endapan
Tabel 2. Tabel Hasil Percobaan Adsorpsi
No. Jenis Larutan Hasil
Sebelum Sesudah
1. Larutan garam kotor Berwarna putih Bening
keruh

2. Sirup Berwarna orange Berwarna kuning


pekat

B. Analisis Data

14
Berdasarkan data yang pertama dapat diperoleh bahwa pada
percobaan sampel limbah air sumur sebelum di beri tawas berwarna putih
keruh dan tidak ada endapan, tetapi setelah diberi tawas dan didiamkan
beberapa menit sampel limbah air sumur berubah warna menjadi bening,
ada sedikit endapan dan warna endapan yang diperoleh berwarna putih.
Kemudian percobaan sampel limbah air sungai sebelum di beri tawas
berwarna putih kekuningan dan ada sedikit endapan, tetapi setelah diberi
tawas dan didiamkan beberapa menit sampel limbah air sungai berubah
warna menjadi bening, ada sangat banyak endapan dan warna endapan
yang diperoleh berwarna putih. Dan yang terakhir pada percobaan sampel
limbah air got sebelum di beri tawas berwarna putih kekuningan dan ada
sedikit endapan, tetapi setelah diberi tawas dan didiamkan beberapa menit
sampel limbah air got berubah warna menjadi bening, ada banyak endapan
dan warna endapan yang diperoleh berwarna putih.
Berdasarkan data yang kedua dapat diperoleh bahwa pada
percobaan jenis larutan garam kotor sebelum diberi norit berwarna putih
keruh, tetapi setelah diberi norit berubah menjadi bening. pada percobaan
jenis larutan sirup sebelum diberi norit berwarna orange pekat, tetapi
setelah diberi norit berubah menjadi kuning.

C. Pembahasan
Berdasarkan data pertama yang diperoleh bahwa tawas dapat
menjernihkan air sumur, air sungai, dan air got. Tawas ini memiliki sifat
koloid yaitu koagulasi. Koagulasi terjadi akibat tidak stabilnya sistem
koloid yang disebabkan penambahan zat elektrolit kedalam sistem koloid
tersebut sehingga tawas dapat menggumpalkan partikel-partikel koloid.
Penjernihan air dengan tawas (Al2SO4)3. Ion Al3+ yang terdapat pada tawas
akan terhidrolisis, sehingga membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang
bermuatan positif melalui reaksi :
Al3+ +3 H2O Al (OH)3 + 3H+

15
Ion Al3+ dari koloid Al(OH)3 akan menggumpalkan ion yang
bermuatan negatif pada koloid yang terdapat pada air sumur, air sungai dan
air got. Gumpalan dan endapan yang ada di bagian bawah berwarna putih
itu merupakan kotoran-kotoran dari air keruh. Sehingga tawas dapat
menjernihkan air yang keruh.
Berdasarkan data yang kedua menggunakan norit. Larutan garam
kotor setelah diberi norit akan terlihat bening dan begitu pula dengan sirup
yang pada awalnya berwarna orange pekat berubah menjadi kuning.
Karena norit sendiri adalah sebuah karbon yang bersumber dari tumbuh-
tumbuhan yang diaktifan dengan kuat. Daya serap yang kuat dari norit
sangat baik sehingga norit dapat menyerap racun dan kuman-kuman.
Sehingga norit dapat mengadsorpsi larutan garam dan sirup dengan
menyerap melalui pori-pori dalam jumlah yang sangat besar.. pori-pori
yang sangat luas ini mampu menangkap berbagai macam bahan,termasuk
bahan beracun kecuali litium, asam atau basa kuat, logam bahan inorganik.

BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil data dan pembahasan percobaan diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa :
1. Koagulan (tawas ) berpengaruh terhadap endapan yang terbentuk dan
perubahan warna air limbah pada proses koagulasi. Karena saat diberi
koagulan (tawas) maka air limbah akan terjadi perubahan warna dan
terdapat endapan.

16
2. Jenis bahan berpengaruh terhadap perubahan warna sampel (sirup
dan garam kotor) pada proses adsorbsi. Karena saat diberi norit maka
larutan garam dan larutan sirup akan terjadi perubahan warna.

B. Saran
Dalam melakukan percobaan ini, pengamat diharapkan mengetahui
prosedur yang sebelumnya sudah dirancang dan memahami alur atau
langkah percobaan dengan baik. Selain itu pengamat diharapkan teliti saat
mengamati agar data yang hasilkan benar.

17
A. Lampiran Dokumentasi Hasil penimbangan garam
Larutan
Larutan
kotor dan
garam
garam
norit
kotor
kotor
setelah
sebelum
diberi
diberi
noritnorit

Air
Airlimbah
limbahsebelum
setelah diberi
diberi
Larutan sirup
Larutan
tawas sirup
sebelumsetelah
diberi diberi norit
norit

18
B. Lampiran Perhitungan

Larutan NaCl

M =

1 =

1 =

58,5 = 20 x

x = 2,93

19
DAFTAR PUSTAKA

Brady, James E. 1986. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta: Bina Purna
Aksara.
Keenan, C.W.1984. Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.

Lesmana, S. Novita, Thomas Indarto P. S dan Netty Kusumawati. 2008.

Pengaruh Penambahan Kalsium Karbonat sebagai Fortifikan Kalsium


terhadap Sifat Fisikokimia dan Organoleptik Permen Jeli Susu. Jurnal
Teknologi Pangan dan Gizi. Vol. 7 No. 1 April 2008.
Petrucci,Ralph H.1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta:

Erlangga.

Syukri.S. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung: ITB.

20

Anda mungkin juga menyukai