Anda di halaman 1dari 30

Teorema A

• Teorema utama. Andaikan n bilangan bulat positif, k konstanta, f dan g


adalah fungsi-fungsi yang mempunyai limit di c, maka:
o 1. lim 𝑘 = 𝑘
𝑥→𝑐
o 2. lim 𝑥 = 𝑐
𝑥→𝑐
o 3. lim 𝑘𝑓 𝑥 = 𝑘 lim 𝑓 𝑥
𝑥→𝑐 𝑥→𝑐
o 4 & 5 lim 𝑓 𝑥 ± 𝑔 𝑥 = lim 𝑓 𝑥 ± lim 𝑔 𝑥
𝑥→𝑐 𝑥→𝑐 𝑥→𝑐
o 6. lim 𝑓 𝑥 ∙ 𝑔 𝑥 = lim 𝑓 𝑥 ∙ lim 𝑔 𝑥
𝑥→𝑐 𝑥→𝑐 𝑥→𝑐
𝑓 𝑥 lim 𝑓 𝑥
𝑥→𝑐
o 7. lim = , asalakan lim 𝑔 𝑥 ≠ 0
𝑥→𝑐 𝑔 𝑥 lim 𝑔 𝑥
𝑥→𝑐
𝑥→𝑐
𝑛
𝑛
o 8. lim 𝑓 𝑥 = lim 𝑓 𝑥
𝑥→𝑐 𝑥→𝑐
𝑛 𝑛
o 9. lim 𝑓 𝑥 = lim 𝑓 𝑥 asalkan lim 𝑓 𝑥 > 0 bilamana n genap
𝑥→𝑐 𝑥→𝑐 𝑥→𝑐
Contoh
• 1. carilah lim 2𝑥 4
𝑥→3
• Penyelesaian
3 8 2

4
• lim 2𝑥 4 =2 lim 𝑥 4 = 2 lim 𝑥 =2 3 4
= 162
𝑥→3 𝑥→3 𝑥→3

𝑥 2 :9
• 3 Carilah lim 𝑥
𝑥→4
contoh
• Penyelesaian

3 9 4

lim 𝑥 2 :9 lim 𝑥 2 :9
𝑥 2 :9 𝑥→4 1
• lim = 𝑥→4
= = lim 𝑥 2 + lim 9
𝑥→4 𝑥 lim 𝑥 4 4 𝑥→4 𝑥→4
𝑥→4

2
8,1

1 2 1 5
• = lim 𝑥 + 9 = 4 42 + 9 = 4
4 𝑥→4
Teorema B
• Teorema substitusi
• Jika f suatu fungsi polinom atau fungsi rasional, maka:
• lim 𝑓 𝑥 = 𝑓 𝑐
𝑥→𝑐
• Asalkan dalam kasus fungsi rasional penyebut di c tidak nol

• Fungsi polinom f
• 𝑓 𝑥 = 𝑎𝑛 𝑥 𝑛 + 𝑎𝑛;1 𝑥 𝑛;1 + ⋯ + 𝑎1 𝑥 + 𝑎0
• Fungsi rasional f
𝑎𝑛 𝑥 𝑛 :𝑎𝑛−1 𝑥 𝑛−1 :⋯:𝑎1 𝑥:𝑎0
• 𝑓 𝑥 = 𝑏𝑚 𝑥 𝑚 :𝑏𝑚−1 𝑥 𝑚−1 :⋯:𝑏1 𝑥:𝑏0
• Bukti untuk teorema B muncul dari penerapan secara berulang-ulang
teorema A. Teorema B memungkinkan kita untuk mencari limit-limit untuk
fungsi-fungsi polinom dan rasional cukup dengan hanya menggantikan c
untuk x.
contoh
7𝑥 5 ;10𝑥 4 ;13𝑥:6
• Contoh 5 Carilah lim
𝑥→2 3𝑥 2 ;6𝑥;8
• Penyelesaian:
7𝑥 5 ;10𝑥 4 ;13𝑥:6 7 2 5 ;10 2 4 ;13 2 :6 11
• lim = =−
𝑥→2 3𝑥 2 ;6𝑥;8 3 2 2 ;6 2 ;8 2

𝑥 3 :3𝑥:7 𝑥 3 :3𝑥:7
• Contoh 6 cari lim = lim
𝑥→1 𝑥 2 ;2𝑥:1 𝑥→1 𝑥;1 2
• Penyelesaian:
• Teorema B ataupun pernyataan 7 dari teorema A tidak berlaku, karena limit
dari penyebut NOL. Tapi karena limit pembilang 11, terlihat bahwa selam x
dekat 1, kita akan selalu membagi bilangan 11 dengan sebuah bilangan
positif dekat 0. Hasilnya adalah sebuah bilangan positif yang besar. Dan
akan semakin besar jika x cukup dekat ke 1. Disimpulkan bahwa limit
untuk kasus demikian ini TIDAK ADA.
contoh
𝑡 2 :3𝑡;10
• Cari lim 𝑡 2 : 𝑡;6
𝑡→2
• Lagi-lagi teorema B tidak dapat diterapkan. Dan kali ini hasil
0
bagi memberikan nilai 0 di t = 2 yang tidak punya makna (Tak
terdevinisi).
• Setiap kali kasus ini terjadi, maka terlebih dahulu
menyederhanakan hasil bagi tsb secara aljabar (faktorisasi),
selanjutnya dapat dicari nilai limitnya, jadi:
𝑡 2 :3𝑡;10 𝑡;2 𝑡:5 𝑡:5 7
• lim 𝑡 2 : 𝑡;6 = lim 𝑡;2 𝑡:3 = lim 𝑡:3 = 5
𝑡→2 𝑡→2 𝑡→2
TURUNAN
• Gottfried Wilhelm Leibniz (1646 – 1716)  sang Jenius universal
• Pakar hukum, agama, filsafat, kesusastraan, politik, geologi, sejarah, dan matematika.
• Lahir di Leipzig, Jerman kuliah di Universitas Leipzig dan menyelesaikan doktor di Universitas
Altdorf. Seperti Descartes, yang karyanya ia pelajari, Leibniz mencari suatu metode universal yang
dapat digunakan untuk mengetahui dan memahami kesatuan sifat-sifat dasar.
• Bersama dengan Issac Newton, ia membagi penghargaan untuk penemuan kalkulus. Masalah
prioritas menyebabkan pertentangan yang tiada henti-hentinya antara pengikut dua orang besar ini,
satu Inggris, yang lainnya Jerman.
• Sejarah menjadi hakim bahwa Newtonlah yang pertama mempunyai pemikiran utama (1665-1666),
tetapi bahwa Leibniz menemukan mereka secara tersendiri selama tahun 1673 – 1676.
• Dengan kebesarannya itupun, Leibniz tidak menerima kehormatan seperti yang dicurahkan pada
Newton. Ia meninggal sebagai orang kesepian, pemakamannya hanya dihadiri seorang pelayat yaitu
sekretarisnya.
• Mungkin Leibnizlah pencipta lambang-lambang matematis terbesar. Kepadanya kita berhutang
nama-nama seperti: kalkulus diferensial dan kalkulus integral.
• Samahalnya seperti lambang baku 𝑑𝑦 𝑑𝑥 dan untuk turunan dan integral.
• Istilah fungsi dan penggunaan secara konsisten dari = untuk kesamaan merupakan sumbangan
lainnya.
• TERIMA KASIH LEIBNIZ...
2 masalah 1 tema
• 1. masalah yang sangat tua  sudah dimasalahkan sejak
ilmuwan besar Yunani Archimedes (287 – 212 SM).
•  masalah Garis Singgung
• 2. masalah yang lebih baru. Muncul dari percobaan oleh
Keppler (1571 – 1630), Galileo (1564 – 1642), Newton (1642
– 1727) dan lainnya untuk melukiskan kecepatan sebuah benda
bergerak.
•  masalah Kecepatan Sesaat
• Geometris vs Mekanis
• Merupakan kembaran yang IDENTIK
Garis Singgung
• Gagasan garis singgung dari Euclides sebagai suatu garis yang memotong
suatu kurva pada satu titik, adalah benar untuk lingkaran.

• Tetapi sangat tidak memuaskan untuk kebanyakan kurva-kurva lain

P
Garis Singgung
• Gagasan bahwa garis singgung kurva di P adalah garis yang paling menghampiri
kurava dekat P adalah lebih baik, tetapi masih tetap terlalu samar-samar untuk
ketaksamaan matematis.
• Konsep limit menyediakan suatu cara mendapatkan uraian terbaik.
• Andaikan P adalah suatu titik tetap pada sebuah kurva dan Q adalah sebuah titik
berdekatan yang dapat dipindah-pindahkan pada kurva tersebut.

Q
• P Garis Singgung di P adalah pembatas dari tali busur jika Q
Q bergerak ke arah P sepanjang kurva
• Andaikan kurva tersebut adalah grafik dari persamaan 𝑦 = 𝑓 𝑥 . Maka P
mempunyai koordinat 𝑐, 𝑓 𝑐 , titik Q di dekatnya mempunyai koordinat
𝑐 + 𝑕, 𝑓 𝑐 + 𝑕 , dan tali busur yang melalui P dan Q mempunyai
kemiringan msec
Akibatnya, garis singgung
jika tidak tegak lurus adalah
𝑓 𝑐+𝑕 −𝑓 𝑐 garis yang melalui P dengan
Q 𝑚𝑠𝑒𝑐 =
𝑕 kemiringan 𝑚𝑡𝑎𝑛 yang
memenuhi:
𝑓 𝑐+𝑕 −𝑓 𝑐

𝑓 𝑐+𝑕 −𝑓 𝑐
P 𝑚𝑡𝑎𝑛 = lim 𝑚𝑠𝑒𝑐 = lim
Q 𝑕 𝑕→0 𝑕→0 𝑕

𝑐 𝑐+𝑕
Kecepatan sesaat
• Jika kita mengendarai sebuah mobil dari satu kota ke kota lain yang
berjarak 80 km dalam waktu 2 jam, maka kecepatan rata-rata kita adalah 40
km/jam.
• Kecepatan rata-rata adalah jarak antara posisi pertama ke posisi kedua
dibagi dengan waktu tempuh
• Tetapi selama perjalanan penunjuk laju (speedometer) sering tidak
menunjukkan angka 40 km/jam. Waktu berangkat 0 km/jam, kadang-
kadang 60 km/jam, dan akhirnya jatuh ke angka 0 km/jam lagi pada saat
berhenti.
• Jadi yang terukur pada pengukur laju tentu saja bukan kecepatan rata-rata
tetapi kecepatan sesaat.
Benda jatuh
0 • Benda P jatuh dalam ruang hampa udara.
Detik pertama
• Percobaan menunjukan bahwa, apabila mulai jatuh dari
16
keadaan diam, P jatuh sejauh 16𝑡 2 meter dalam t detik.
32 • Jadi benda ini jatuh sejauh 16 meter dalam detik
pertama dan 64 meter dalam detik yang kedua.
Detik kedua 38
• Jelaslah bahwa P jatuh semakin cepat dengan
berlalunya waktu.
64
• Selama detik kedua (yakni dalam selang waktu t = 1
sampai t = 2), P jatuh sejauh (64 – 16) meter.
• Kecepatan rata-ratanya adalah:
𝑠 = 16𝑡 2 64;16
• 𝑣𝑟𝑎𝑡𝑎;𝑟𝑎𝑡𝑎 = = 48 meter detik
2;1
Untuk ∆t singkat
2
• Untuk selang waktu t = 1 sampai t =1,5 maka P jatuh sejauh 16 1,5 −
16 = 20 meter
16 1,5 2 ;16 20
• 𝑣𝑟𝑎𝑡𝑎;𝑟𝑎𝑡𝑎 = 1,5;1
= 0,5 = 40 meter detik
• Untuk selang waktu t = 1 sampai t =1,1 dan t = 1 sampai t =1,01 kita
hutung masing-masing kecepatan rata-ratanya adalah:
16 1,1 2 ;16 3,36
• 𝑣𝑟𝑎𝑡𝑎;𝑟𝑎𝑡𝑎 = = = 33,6 meter detik
1,1;1 0,1
16 1,01 2 ;16 0,3216
• 𝑣𝑟𝑎𝑡𝑎;𝑟𝑎𝑡𝑎 = 1,01;1
= 0,01
= 32,16 meter detik
• Dengan memerhatikan bilangan-bilangan 48;40;33,6;32,16 kita dapat
menerka kecpatan sesaatnya adalah 32
Kecepatan sesaat v di c

0
• Andaikan bahwa benda P bergerak sepanjang garis
𝑓(𝑐) koordinat sehingga posisinya pada saat t diberikan
oleh 𝑠 = 𝑓(𝑡)
• Pada saat c benda berada di 𝑓(𝑐), dan pada saat
yang berdekatan 𝑐 + 𝑕 benda berada di 𝑓(𝑐 + 𝑕)
• Jadi kecepatan rata-rata pada selang waktu ini
𝑓(𝑐 + 𝑕) adalah:
𝑓(𝑐:𝑕);𝑓(𝑐) 𝑓(𝑐:𝑕);𝑓(𝑐)
• 𝑣𝑟𝑎𝑡𝑎;𝑟𝑎𝑡𝑎 = =
s 𝑐:𝑕;𝑐 𝑕
0
• Dan sekarang kita definisikan kecepatan sesaat v di
c sebagai berikut:
c+h • 𝑣 = lim 𝑣𝑟𝑎𝑡𝑎;𝑟𝑎𝑡𝑎 = lim 𝑓 𝑐:𝑕𝑕;𝑓 𝑐
𝑕→0 𝑕→0
• Dalam hal dimana 𝑓 𝑡 = 16𝑡 2 , kecepatan sesaat pada t = 1 adalah:
• 𝑣= lim 𝑓 1:𝑕𝑕;𝑓 1
𝑕→0
16 1:𝑕 2 ;16
• = lim
𝑕→0 𝑕
16:32𝑕:16𝑕2 ;16
• = lim
𝑕→0 𝑕

• = lim 𝑕(32:16𝑕)
𝑕→0 𝑕
• = lim 32 + 16𝑕 = 32
𝑕→0
Contoh 1
• Hitunglah kecepatan sesaat dari sebuah benda jatuh, beranjak dari posisi diam pada
t = 3,8 detik dan t = 5,4 detik.
• Penyelesaian
• Kita hitung untuk kecepatan pada t = c detik, selanjutna kita selesaikan untuk t yang
diberikan dalam soal
𝑓 𝑐:𝑕 ;𝑓 𝑐
• 𝑣 = lim
𝑕→0 𝑕
16 𝑐:𝑕 2 ;16𝑐 2
• = lim
𝑕→0 𝑕
16𝑐 2 :32𝑐𝑕:16𝑕2;16𝑐 2
• = lim 𝑕
𝑕→0
𝑕(32𝑐:16𝑕)
• = lim
𝑕→0 𝑕
• = lim 32 + 16𝑕 = 32𝑐
𝑕→0
• Dengan demikian kecepatan pada t = 3,8 detik adalah 32 × 3,8 = 121,6
meter/detik; dan pada t = 5,4 detik adalah 32 × 5,4 = 172,8 meter/detik
Contoh 2
• Berapa lama waktu yang diperlukan oleh benda jatuh pada
contoh di atas untuk mencapai kecepatan sebesar 112
meter/detik?
• Penyelesaian
• Dalam contoh 1, kita dapatkan bahwa kecepatan setelah c
detik adalah 32c meter/detik. Jadi dalam contoh ini, kita hanya
perlu menyelesaikan persamaan 32𝑐 = 112
• Dan mendapatkan nila c sebagai berikut:
112
• 𝑐 = 32 = 3,5 jadi, benda akan mencapai kecepatan 112
meter/detik setelah benda itu jatuh selama 3,5 dtik.
Contoh 3
• Sebuah partikel bergerak sepanjang garis koordinat, dan s jarak berarah dalam cm
yang dikukur dari titik asal ke titik yang dicapai setelah t detik diebrikan oleh
persamaan 𝑠 = 5𝑡 + 1. Hitungah kecepatan partikel pada akhir 3 detik.
• Penyelesaian
𝑓 3:𝑕 ;𝑓 3
• 𝑣 = lim
𝑕→0 𝑕
5(3:𝑕):1; 5(3):1
• 𝑣 = lim
𝑕→0 𝑕
16:5𝑕;4
• 𝑣 = lim
𝑕→0 𝑕
• Rasionalkan penyebut dengan mengalikan pembilang dan penyebut dengan
16 + 5𝑕 + 4
• Jadi:
16:5𝑕;4 16:5𝑕:4
• 𝑣 = lim ∙
𝑕→0 𝑕 16:5𝑕:4
16:5𝑕;16
• = lim 𝑕
𝑕→0 16:5𝑕:4
5 5
• = lim =8
𝑕→0 16:5𝑕:4
TURUNAN
• Kita telah melihat bahwa kemiringan garis singgung dan
kecepatan sesaat adalah manifestasi dari pemikiran yang
sama. (dua masalah satu tema)
• Laju pertumbuhan organisme (biologi), keuntungan marginal
(ekonomi), kepadatan kawat (fisika), laju perubahan muatan Q
(elektro), laju pemisahan molekul (kimia), kepadatan
penduduk (...?), densitas arus listrik (elektro) adalah versi-
versi lain dari konsep yang sama.
• Pengertian matematis menyarankan agar kita menelaah konsep
ini terlepas dari kosa kata yang khusus dan terapan yang
beraneka ragam.
• Matematika memilih nama netral yakni turunan (derivatif),
dan ini merupakan kata kuci dalam kalkulus selain kata fungsi
dan limit.
Definisi

• Turunan fungsi f adalah fungsi lain 𝒇′ (dibaca


“f aksen”) yang nilainya pada sebarang
bilangan c adalah:
′ 𝑓 𝑐:𝑕 ;𝑓 𝑐
• 𝑓 𝑐 = lim
𝑕→0 𝑕
• Asalkan limit ini ada.
Contoh
• (1) Andaikan 𝑓 𝑥 = 13𝑥 − 6 cari 𝑓′(4)
• Penyelesaian
13 4:𝑕 ;6 ; 13 4 ;6
= lim
′ 𝑓 4:𝑕 ;𝑓 4
• 𝑓 4 = lim
𝑕→0 𝑕 𝑕→0 𝑕
• lim
13𝑕
= lim 13 = 13
𝑕→0 𝑕 𝑕→0
• (2) jika 𝑓 𝑥 = 𝑥 3 + 7𝑥 cari 𝑓′(𝑐)
𝑓 𝑐:𝑕 ;𝑓 𝑐
• 𝑓 ′ 𝑐 = lim
𝑕→0 𝑕
(𝑐:𝑕)3 :7(𝑐:𝑕) ; 𝑐 3 :7𝑐
• = lim
𝑕→0 𝑕
3𝑐 2 𝑕:3𝑐𝑕2 :𝑕3 :7𝑕
• = lim 𝑕
𝑕→0
• lim 3𝑐 2 + 3𝑐𝑕 + 𝑕2 + 7 = 3𝑐 2 + 7
𝑕→0
contoh
1
• (3) Jika 𝑓 𝑥 = , cari 𝑓′(𝑥)
𝑥
1 1
𝑓 𝑥:𝑕 ;𝑓 𝑥 ;
• 𝑓′ 𝑥 = lim 𝑕
= lim 𝑥+ℎ 𝑥
𝑕
𝑕→0 𝑕→0
𝑥;(𝑥:𝑕) 1 ;𝑕 1
• = lim 𝑥:𝑕 𝑥 ∙ 𝑕 = lim ∙
𝑥:𝑕 𝑥 𝑕
𝑕→0 𝑕→0
;1 ;1
• = lim 𝑥:𝑕 𝑥 = 𝑥 2
𝑕→0
contoh
• (4) jika 𝐹 𝑥 = 𝑥, 𝑥 > 0 carilah 𝐹′(𝑥)
𝐹 𝑥:𝑕 ;𝐹(𝑥)
• 𝐹 ′ 𝑥 = lim
𝑕→0 𝑕
𝑥:𝑕; 𝑥
• = lim
𝑕→0 𝑕
𝑥:𝑕; 𝑥 𝑥:𝑕: 𝑥
• = lim ∙  dirasionalkan pembilang
𝑕→0 𝑕 𝑥:𝑕: 𝑥
𝑥:𝑕;𝑥 𝑕
• = lim 𝑕( = lim 𝑕(
𝑕→0 𝑥:𝑕: 𝑥) 𝑕→0 𝑥:𝑕: 𝑥)
1
• = lim
𝑕→0 𝑥:𝑕: 𝑥
1 1
• = =2 𝑥
𝑥: 𝑥
Bentuk-bentuk yang setara
dengan turunan
• Tidak ada yang keramat tentang pemakaian huruf h dalam mendefinisikan
𝑓′(𝑐), misalkan:
𝑓 𝑐:𝑕 ;𝑓 𝑐
• 𝑓 ′ 𝑐 = lim 𝑕
𝑕→0
𝑓 𝑐:𝑝 ;𝑓 𝑐
• = lim
𝑝→0 𝑝
𝑓 𝑐:𝑠 ;𝑓 𝑐
• = lim
𝑠→0 𝑠

(𝑐 + 𝑕, 𝑓 𝑐 + 𝑕 ) (𝑥, 𝑓 𝑥 )

𝑓 𝑐+𝑕 −𝑓 𝑐 𝑓 𝑥 −𝑓 𝑐

(𝑐, 𝑓 𝑐 ) (𝑐, 𝑓 𝑐 )
𝑕 𝑥−𝑐

𝑐 𝑐+𝑕 𝑐 𝑥

Gambar 1 Gambar 2
(𝑐 + 𝑕, 𝑓 𝑐 + 𝑕 ) (𝑥, 𝑓 𝑥 )

𝑓 𝑐+𝑕 −𝑓 𝑐 𝑓 𝑥 −𝑓 𝑐

(𝑐, 𝑓 𝑐 ) (𝑐, 𝑓 𝑐 )
𝑕 𝑥−𝑐

𝑐 𝑐+𝑕 𝑐 𝑥

Gambar 1 Gambar 2

• Perubahan yang lebih radikal, tetapi tetap hanya satu


perubahan cara penulisan, mungkin dipahami dengan
membandingkan gambar 1 dan gambar 2. Perhatikan
bagaimana x mengambil tempat c + h, sehingga x – c
menggantikan h
jadi....
𝑓 𝑥 ;𝑓 𝑐
• 𝑓′ 𝑐 = lim 𝑥;𝑐
𝑥→𝑐
• Dalam nada yang serupa kita boleh menuliskan:
𝑓 𝑡 ;𝑓 𝑥
• 𝑓′ 𝑥 = lim
𝑡→𝑥 𝑡;𝑥
𝑓 𝑝 ;𝑓 𝑥
• = lim
𝑝→𝑥 𝑝;𝑥
• Perhatikan bahwa dalam semua kasus, bilangan di
mana 𝑓′ dihitung dipegang tetap selama operasi limit.
contoh
′ 2
• (5) cari 𝑔 𝑐 , jika 𝑔 𝑥 = 𝑥:3
2 2
𝑔 𝑥 ;𝑔 𝑐 ;
• 𝑔′ 𝑐 = lim = lim 𝑥+3 𝑐+3
𝑥→𝑐 𝑥;𝑐 𝑥→𝑐 𝑥;𝑐
2 𝑐:3 ;2(𝑥:3) 1
• = lim (𝑥:3)(𝑐:3) ∙ 𝑥;𝑐
𝑥→𝑐
;2(𝑥;𝑐) 1
• = lim ∙
𝑥→𝑐 (𝑥:3)(𝑐:3) 𝑥;𝑐
;2 ;2
• = lim (𝑥:3)(𝑐:3) = 𝑐:3 2
𝑥→𝑐
Bentuk adalah segalanya

• Kita pergunakan x sebagai c pada contoh 3, F


sebagai pengganti f pada contoh 4, dan x – c
sebagai pengganti h pada contoh 5. Lambang-
lambang yang kita pergunakan hanya soal selera
saja.
• “Akhli matematika tidak mempelajari objek,
melainkan relasi antar objek, sehingga mereka
dengan leluasa dapat menukar beberapa objek
dengan yang lain sepanjang relasinya tetap tidak
berubah. Bagi mereka isi tidaklah penting;
mereka hanya tertarik kepada bentuk saja”
• (Henri Poincaŕe)

Anda mungkin juga menyukai