Disusun Oleh:
Nama NIM
1. Rela Rizky Malisa 180110301044
2. Fenny Kurniawati 180110301056
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pantai Boom
sebagai Objek Wisata Kabupaten Banyuwangi (2002-2016).”
Dengan disusunnya makalah ini kami berharap bisa bermanfaat dan
menambah pengetahuan bagi pembaca.
Ucapan terimakasih kepada rekan-rekan yang membantu menyumbang materi
sehingga pembuatan makalah bisa selesai tepat waktu. Kami menyadari bahwa
makalah ini jauh dari kata sempurna untuk itu kami mengharap kritik dan saran agar
di kesempatan selanjutnya dapat tersusun makalah yang sempurna.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
H. Kodhyat, Sejarah Pariwisata dan Perkembangannya di Indonesia (Jakarta: Gras indo,
1966), hlm. 8-9.
1
Gede sebagai titik tertinggi dari kawasan Pakuan. Pada masa Hindia Belanda
pariwisata menjadi kebutuhan khusus petinggi Belanda maupun pejabat VOC.
Buktinya mereka membangun tempat tinggal yang unik di kawasan Ijen, meski
sebenarnya digunakan sebagai pos pantau para orang asing yang berkunjung ke
Nusantara.
Perkembangan industri pariwisata di setiap kabupaten mulai berkembang secara
maksimal setelah pergantian sistem tatanan birokrasi di Indonesia, banyaknya revisi
dan perbaikan pada Undang-undang yang menjadi landasan hukum setiap kebijakan
Pemerintah Masa Orde Baru. Salah satunya adalah Undang-undang tentang
Pemerintah Daerah, dimana setiap Pemerintah Daerah berhak untuk mengatur
wilayahnya sendiri melalui UU Otoda (Otonomi Daerah) No. 22 Tahun 1999.
Dengan adanya kebijakan Otonomi Daerah, diharapkan kegiatan pembangunan akan
lebih efektiv, efisien dan mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi pariwisata
menjadi sektor yang sangat menrik dan menjanjikan untuk dikembangkan. Salah satu
daerah yang mampu mengembangkan industri pariwisata dengan memanfaatkan
keindahan alamnya adalah kabupaten Banyuwangi. Kabupaten ini dijuluki “The
Sunrise of Java”. Banyuwangi yang berada di ujung timur Pulau Jawa
mengembangkan kabupatennya dengan membangun bandara dan pelabuhan.
Pelabuhan yang dibangun adalah pelabuhan kapal pesiar di pantai Boom. Pantai
Boom sebelumnya adalah pelabuhan terbesar dengan mayoritas penduduknya adalah
etnis Mandar. Pantai Boom pada era Bupati Anas disulap sebagai destinasi wisata
yang menjadi ikon modern Banyuwangi. Di pantai ini terdapat Amphiteater
(panggung terbuka untuk ribuan penampil seni).
Berdasarkam pemaparan di atas kami berusaha menjelaskan perkembangan
pantai Boom sebagai objek wisata di Kabupaten Banyuwangi tahun 2002-2016.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi masyarakat Pantai Boom?
2. Bagaimana pengembangan pariwisata di Pantai Boom?
2
3. Bagaimana pengaruh aktivitas pariwisata Pantai Boom bagi masyarakat
sekitar?
1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Tujuan
1. Untuk mengetahui latar belakang Pantai Boom dijadikan sebagai
obyek pariwisata
2. Menjelaskan proses pengembangan pariwisata di Pantai Boom
3. Menjelaskan dampak pariwisata Pantai Boom terhadap Masyarakat
sekitar
1.3.2 Manfaat
1. Dapat menambah pengetahuanmengenai sejarah pariwisata di
Indonesia khususnya tentang Pantai Boom.
2. Memberikan pemahaman bahwa sektor pariwisata yang baik dapat
memajukan sosial ekonomi dan budaya.
3
BAB 2
PEMBAHASAN
2
Putra, F. A. Pantai Boom sebagai Obyek Wisata Kabupaten Banyuwangi Tahun 2002-
2016. Skripsi. (Jember: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember,2018), hlm 23-26
4
2.1.2 Kondisi Sosial Ekonomi Kelurahan Kampung Mandar
Kelurahan Kampung Mandar terletak di pinggir pantai sehingga mayoritas
masyarakatnya bermata pencahariaan sebagai nelayan. Oleh karena itu, sertifikasi
masyarakat di Kelurahan Kampung Mandar terdiri atas juragan kapal, juragan
laut, juragan pancingan dan pandigo. Perahu biasa dimiliki juragan kapal. Perahu
yang dimiliki mayoritas berjenis selerek dan jurung.3 Dengan memiliki perahu
selerek pendapatan masyarakat bisa meningkat dua kali lipat dari sebelumnya.
Peningkatan pendapatan masyarakat memberikan manfaat ekonomi bagi para
warga di Kampung Mandar. Mereka yang telah memiliki perahu selerek dan
menjadi juragan dapat memperbaiki bahkan dapat membeli rumah lagi untuk
keluarganya serta dapat membeli mobil dan perabotan rumah tangga seperti,
kulkas dan televisi.
3
Ibid., hlm. 29-30.
5
3. Nyelameti Pitu, adalah upacara yang diadakan sekali saja kepada kelahiran
anak pertama sebelum proses kelahiran kurang dari dua bulan.
4. Mudun Lemah yaitu upacara turun tanah yang diadakan saat bayi berumur
tujuh bulan.
Selain ritual adat yang dilaksanakan masyarakat pantai Boom ada juga
festival yang dilaksanakan oleh pemerintah Daerah Banyuwangi di wilayah
Pesisir Pantai Boom yakni festival Gandrung Sewu. Istilah Gandrung berasal dari
bahasa Osing yang berarti gemar dan terpesona. Festival ini diadakan rutin
setahun sekali sejak tahun 2015 dengan fungsi meningkatkan kunjungan
wisatawan lokal maupun asing ke Banyuwangi. Tari Gandrung dipersembahkan
untuk mengungkapkan rasa syukur terhadap Dewi Sri atau dewi Padi yang
memberi kesejahteraan bagi penduduk.
4
https://id.wikipedia.org/wiki/Pantai_Boom_Banyuwangi
6
2002-2016 mengembangkan sektor pariwisata Banyuwangi yang salah satunya
memilih Pantai Boom sebagai lokasi pengembangan pariwisata.
2.2.1 Kebijakan Pengembangan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi
Kebijakan pariwisata ini dapat membuat daerah-daerah yang memiliki potensi
pariwisata berkembang maju dan tentu selain itu juga dapat meningkatkan
pendapatan daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya serta mampu
menarik wisatawan baik domestik maupun mancanegara dalam jumlah besar.
Sebagai bagian dari pembangunan nasional di sektor pariwisata maka wilayah
Kabupaten Banyuwangi memiliki potensi sektor pariwisata yang dapat
dikembangkan. Aneka pesona alam yang indah menawan seperti Pantai Alas Purwo,
Pantai Boom, Baluran, Teluk Ijo, Pulau Merah dan sebagainya. Selain itu, juga
didukung aneka kekayaan seni, tradisi osing seperti tari seblang, Gandrung, Kebo-
keboan, Angkluk Caruk, dan berbagai budaya lokal lainnya seperti batik osing. Jika
semua kekayaan tersebut dikelola secara optimal maka Banyuwangi mampu
menjadi daerah tujuan wisata yang menandingi Bali dan daerah lainnya di
Indonesia. Untuk mencapai tujuan wisata tersebut maka diperlukan penataan,
strategi dan tanggung jawab pemerintah Kabupaten Banyuwangi maupun
masyarakat sebagai pelaku utama industri pariwisata.
Sejak tahun 2002 berdasarkan Perda No. 40 Tahun 2002 Pemerintah Daerah
Kabupaten Banyuwangi mulai menggunakan landasan hukum bagi setiap
pengembangan sektor pariwisata. Hal ini dibuktikan oleh Bupati Samsul Hadi
dengan mempromosikan Banyuwangi ke tingkat nasional, dimulai dengan
pembangunan Patung Gandrung di kawasan Obyek Wisata Watu Dodol sebagai
pintu masuk utama Kabupaten Banyuwangi. Sejalan dengan program tersebut
dibuatlah suatu even untuk menarik wisatawan yaitu dengan membuat Kapal
Umbul-umbul Blambangan yang dibuat pada 9 Juni 2004 sebagai promosi wisata,
yang diproyeksikan untuk berlayar ke tujuh negara di antaranya yaitu Vietnam,
Malaysia, dan Cina. Namun kapal ini, belum sempat melakukan ekspedisinya
karena telah tenggalam oleh keganasan gelombang di Pantai Boom. Dan dari
7
program itu hasilnya terbukti di beberapa tahun ini, seperti muncul jargon “I Love
Banyuwangi”.
Untuk menindaklanjuti pengelolaan aset-aset wisata alam Kabupaten
Banyuwangi, Bupati Samsul Hadi mengeluarkan Perda No. 18 Tahun 2004 tentang
optimalisasi pelaksanaan tugas dan kewenangan Dinas Pariwisata Kabupaten
Banyuwangi dalam pengembangan sektor pariwisata. Adapun isi rancangan
meliputi:
1. Kedudukan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi
a. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata adalah unsur pelaksana Pemerintah
Kabupaten.
b. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi dipimpin oleh
seorang kepala dinas yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada bupati melalui sekertaris daerah.
2. Tugas Dinas Kebudayaan dan Pariwisata adalah membantu bupati dalam
melaksanakan kewenangan Pemerintah Kabupaten dalam bidang Kebudayaan
dan Pariwisata.
3. Fungsi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata:
a. Perencanaan kebijakan kepariwisataan;
b. Pelaksanaan kebijakan sesuai rencana yang ditetapkan;
c. Pembinaan peningkatan program di bidang kebudayaan dan pariwisata;
d. Pengawasan terhadap pelaksanaan tugas pokok berdasarkan perundang-
undangan yang berlaku;
e. Administrasi kegiatan di bidang ketatausahaan umum kepegawaian,
perlengkapan, dan keuangan;
f. Koordinasi segala kegiatan untuk mengadakan hubungan dan kerjasama
dinas dan instansi lain demi kelancaran tugas;
8
mengembangkan sektor pariwisata dengan memanfaatkan lingkungan alam dan
budaya yang melibatkan masyarakat dalam setiap kegiatan. Kabupaten Banyuwangi
menjadi kawasan tujuan wisata yang mengutamakan potensi sumber daya alam
untuk meningkatkan kunjungan wisata. Guna mempermudah akses wisatawan yang
berkunjung Pemerintah Kabupaten Banyuwangi membangun jalur penerbangan
bandara di Desa Blimbing Sari yang bernama Bandara Blimbing Sari yang di
bangun sejak tahun 2004 dan selesai pada 2009. Proses ini terbilang cukup lama
karena terhambat oleh kasus korupsi Bupati Banyuwangi sebelumnya yaitu Ratna
Ani Lestari. Awalnya bandara ini digunakan sebagai tempat latihan para calon
pilot. Tanggal 26 Desember 2010 dilakukan uji kelayakan terbang pesawat C208
Grand Caravan milik PT. Sky Aviation oleh Direktotat Kelaikan Udara dan
Pengoperasian Pesawat Udara sebagai salah satu syarat akan diadakannya
penerbangan komersial dengan pesawat tersebut. Pada tanggal 30 Desember 2010
dilakukan penerbangan komersial perdana PT. Sky Aviation sekaligus meresmikan
bandara tersebut dengan penandatanganan prasasti bersama Wakil Menteri
Perhubungan RI Bambang Susantono, Gubernur Jawa Timur Soekarwo dan Bupati
Banyuwangi Abdullah Azwar Anas. Sebagai tindaklanjut pada tanggal 25 April
2011 PT. Sky Aviation melakukan proving flight pesawat Fokker50 dan tidak lama
kemudian pada 1 Mei 2011 dilakukan penerbangan komersial menggunakan
pesawat tersebut dengan 48 kursi.
Pada kepimpinan Bupati Anas pengembangan sektor pariwisata dilakukan
melalui RPJMD tahun 2010-2015 dengan visi “Terwujudnya Masyarakat
Banyuwangi yang Mandiri Sejahterta dan Berakhlaq Mulia Melalui Peningkatan
Perekonomian dan Berkualitas Sumber Daya Manusia.” Dari visi tersebut dapat
diketahui bahwa pengembangan pariwisata pada masa pemerintahannya dilakukan
secara terintegrasi stake holder dengan tujuan diharap setiap keputusan dilakukan
dengan saling terhubung, saling memberi dampak positif dan berjalan beriringan.
Adapun yang dilakukan untuk menunjang pariwisata Kabupaten Banyuwangi:
9
1. Perbaikan infrastuktur untuk akses ketujuan wisata unggulan Kawah Ijen,
Sukamade dan Plengkung.
2. Promosi kekayaan kebudayaan lokal yang sangat beragam yang dikemas
semenarik mungkin untuk tujuan wisata.
3. Kombinasi modernitas dan lokalitas serta konsolidasi komunitas pariwisata,
termsuk mempersiapkan pola perilaku masyarakat dalam menjaga komunikasi
yang baik kepada wisata, khususnya dari mancanegara.
Dapat disimpulkan maksud dari program di atas intinya adalah untuk bisa
meningkatkan perekonomian lokal.
2.2.2 Pengaruh Kebijakan Pemerintah terhadap Pengembangan sektor
Pariwisata di Pantai Boom
Dampak kebijakan pariwisata pada peningkatan ekonomi masyarakat
mengalami permasalahan yang kompleks. Hal ini disebabkan kondisi sosial politik
di Indonesia yang tidak stabil. Sehubung dengan hal tersebut, maka fokus
permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Banyuwangi yaitu sektor
pariwisata yang kurang dikembangkan dan disebabkan adanya keterbatasan
sumber daya maka diperlukan upaya dari pemerintah untuk peningkatannya.
Obyek wisata di Pantai Boom merupakan salah satu destinasi wisata yang awalnya
memiliki fungsi sebagai pelabuhan utama di Banyuwangi hingga pada tahun 1957
berubah menjadi obyek wisata oleh para pelaut yang awalnya hanya sekedar
berstirahat di sana. Setelah di bangun pada tahun 2003 oleh Bupati Samsul Hadi
dengan menggandeng para investor untuk pengembangan industri pariwisatanya.
Setelah mendapat kebijakan dari Pemerintah Kabupaten Banyuwangi tersebut
maka banyak warga yang sebelumnya bekerja disektor kelautan kemudian beralih
untuk membuka jasa pariwisata. Selain itu juga banyak wisatawan yang
berdatangan mengunjungi pantai Boom. Di sana ditetapkan harga tiket masuk Rp
5.000,-.
Di Pantai Boom juga dibangun hotel-hotel dan penginapan yang tidak hanya
berguna saat berkunjung ke pantai saja namun juga bisa sebagai tempat tinggal
10
sementara karena letaknya dekat kota. Selain itu dengan berkunjung ke sana kita
bisa berekreasi sekaligus belajar banyak hal tentang sejarah di lingkungan Pantai
Boom karena di sini terdapat Komplek TPM Wisma Raga Laut yang berada di
sebelah selatan pantai. Kemudian juga di sana dibangun Tugu INKA ( Institut
Karate-Do Indonesia) sebagai peringatan para peserta karate yang terseret tsunami
kecil pada tahun 1982. Serta diwujudkannya Festival Gandrung Sewu dan Festival
Musik Jazz pada 2012. Semua yang dilakukan tersebut tidak lain di harapkan agar
para wisatawan tertarik datang ke Pantai Boom.
5
Ibid., hlm. 67-69.
11
BAB 3
PENUTUP
12
untuk membuka jasa pariwisata. Selain itu juga banyak wisatawan yang
berdatangan mengunjungi pantai Boom.
Pantai Boom sebagai destinasi wisata internasional telah membantu pembangunan
terintegritas dalam menekan angka pengangguran. Karena banyak terbuka
lapangan pekerjaan dari sektor pariwisata seperti rumah makan, hotel, dan vila
yang membutuhkan karyawan. Selain itu, warga sekitar obyek wisata juga banyak
yang mendirikan homestay, warung-warung makan, serta membuka lahan parkir
berbayar. Dampak lainnya terhadap warga setempat, karena adanya perputaran
ekonomi dari turis ke masyarakat. Dengan banyaknya turis yang datang ke Pantai
Boom maka akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Selain dampak positif akibat adanya pertumbuhan pariwisata yang pesat pada era
globalisasi ini membuat penyediaan barang di kawasan pariwisata menjadi
berlimpah serta banyak fasilitas komersil mulai terbangun di kawasan pariwisata
seperti mall, pusat oleh-oleh yang terkenal mereknya, sehingga secara tidak
langsung masyarakat akan mudah tertarik untuk mengkonsumsi barang tersebut.
Dan tingkat konsumsi yang meningkat ini lama-kelamaan gaya hidup masyarakat
berubah menuju ke arah kehidupan yang konsumtif.
13
DAFTAR PUSTAKA
14
15