Anda di halaman 1dari 18

Sistem Pengolahan Air

Air merupakan salah satu komponen penting dalam proses produksi. Sumber

air diperoleh dari air tanah atau air artesis (Deepwell), air PAM, mata air yang

kemudian diolah menjadi berbagai jenis air. Air untuk suatu industri farmasi yang

dapat pula menjadi suatu komponen dalam sediaan farmasi yang dihasilkan memiliki

syarat utama yaitu bebas dari mineral serta bebas dari mikroba.Hal ini dikarenakan

adanya mineral dan mikroba dapat menurunkan stabilitas sediaan farmasi yang

dihasilkan.

GambarSkema Sistem Pengolahan Air

Awalnya air dari raw water akan melewati multimedia filter untuk

menghilangkan lumpur, endapan, partikel yang terdapat pada raw water. Multimedia

filter terdiri dari dari beberapa filter yang disusun dalam satu tabung dengan bagian

bawah tabung diberi pasir sebagai alas tabung sehingga disebut sand filter.

Partikel yang berat dan partikel penyaring masih berada dalam tabung dan

mengendap kembali pada air siklus. Untuk pemurnian air yang lebih kecil filter dalam

tipe catridge yang digunakan untuk menghilangkan partikel cartridge terbuat dari

selulose atau polimer yang akan menangkap kotoran yang melewati. Dari
multimedia filter air akan masuk ke aktif carbon filter. Aktif karbon filter diaktifkan

dengan uap bertekanan tinggi atau karbondioksida yang berasal dari bahan yang

memiliki daya absorpsi tinggi. Aktif karbon berfungsi sebagai pretreatment sebelum

proses deionisasi untuk menghilangkan chlorin, pestisida, bahan-bahan organik,

warna, bau, dan rasa dalam air.

Dari aktif karbon filter, air akan masuk ke water softener filter berisi resin,

anionik yang berfungsi untuk menghilangkan kesadahan air dengan mengikat Ca 2+,

Mg2+ yang menyebabkan tingginya kesadahan air. Untuk melewati reverse osmosis

water system harus dilengkapi heat exchanger yang berupa pompa bertekanan

tinggi yang memudahkan air untuk masuk ke dalam reverse osmosis. Reverse

osmosis merupakan teknik pembuatan air murni yang dapat menurunkan hingga

95% total dissolved solid yang ada dalam air.

Dari reverse osmosis air selanjutnya masuk ke EDI (Elektro deionisasi).

Proses deionisasi pertukaran ion dirancang untuk menghilangkan semua ion asing.

Proses penyaringan melalui membran dinamakan mikrofiltrasi. Ultra filtrasi adalah

reverse osmosis bergantung pada ukuran pori mikrofilter. Penyaring ini menyaring

partikel debu karbon aktif resin penukar ion halus yang terbawa selama

penyaringan. EDI merupakan perkembangan dari ion exchanger sistem dimana

sebagai pengikat ion plus dan negative juga electrode disamping resin. Electrode

dihubungkan dengan arus listrik searah sehingga pemurnian air dapat berlangsung

terus menerus tanpa perlu regenarasi.

Dari EDI air masuk ke ozon generator tetapi karena ozon mengandung O 3

yang sangat bersifat reduktor kuat diperlukan suatu mekanisme ozon destractor

yang menggunakan UV light. Dari UV light air masuk ke tangki purified water tank

yang dilengkapi denga CIP (Cleaning in Place) dan dilengkapi pula looping system.
Looping system dimaksudkan agar air untuk proses produksi harus bersirkulasi

selama 24 jam, tujuannya agar tidak memungkinkan munculnya mikroorganisme.

Pada system ini juga dilengkapi TOC (Total Organic Carbon Monitor) untuk

memantau jumlah senyawa karbon yang terdapat dalam air.

Purified water system merupakan system pengolahan air yang dapat

menghilangkan berbagai cemaran (ion, bahan organic, partikel, mikroba dan gas)

yang terdapat di dalam air yang akan digunakan untuk produksi.

Raw Water atau air baku dapat dieproleh dari air PAM, sumur dangkal, sumur

dalam, sungai dan sumber mata air yang lain. Raw water ini kemudian ditampung di

dalam tangki penampungan raw water. Di dalam tangki ini air diberi klorin atau

dikenal dengan kaporit agar kuman-kuman yang ikut di dalam raw water bisa

dimatikan. Setelah itu disinari dengan lampu UV supaya klorin (Cl2) tadi yang

merupakan oksidator diubah menjadi iol Cl (Cl-).

Multimedia Filter berfungsi untuk menghilangkan Lumpur, endapan dan

partikel-partikel yang terdapat pada raw water. Multimedia filter terdiri dari beberapa

filter dengan porositas 6-12 mm; 2,4-4,8 mm; 1,2-2,4 mm; dan 0,6-1,2 mm. Filter-

filter ini tersusun dalam satu vessel (tabung) dengan bagian bawah tabung diberikan

gravel atau pasir (pasir hijau) sebagai alas tabung (sehingga sering juga disebut

sand filter). Sehingga air yang keluar diharapkan tidak mengandung partikel mekanik

lagi.

Actif Carbon Filter. Aktif karbon yakni karbon yang telah diaktifkan dengan

menggunakan uap bertekanan tinggi atau karbon dioksida (CO2) yang berasal dari

bahan yang memiliki daya adsorbsi yang sangat tinggi. Yang berfungsi untuk

menghilangkan chlorine, pestisida, bahan-bahan organik, warna, bau (seperti bau

kaporit yang ditambahkan ke raw water tadi) dan rasa dalam air.
Water Softener Filter. Mengurangi atau menghilangkan tingkat kesadahan

air dengan cara mengikat ion Ca++ dan Mg++. Sebenarnya softener ini merupakan

ion exchanger yang isinya resin anionik tapi resin yang khusus mengikat ion Ca++

dan Mg++ bukan yang lain jadi fungsinya memang khusus untuk kesadahan.

Water Softener Filter. Mengurangi atau menghilangkan tingkat kesadahan

air dengan cara mengikat ion Ca++ dan Mg++. Sebenarnya softener ini merupakan

ion exchanger yang isinya resin anionik tapi resin yang khusus mengikat ion Ca++

dan Mg++ bukan yang lain jadi fungsinya memang khusus untuk kesadahan.

HE (Heed Exchanger). Untuk meningkatkan aliran air (flow rate) karena

kalau aliran air cepat maka diharapkan tidak ada bakteri dan kuman yang tumbuh.

Minimal 5 m3/jam. Setiap pabrik berbeda flow ratenya. Lebih tinggi lebih baik yang

penting tidak di bawah 5 m3/jam karena kalau di bawah itu kuman dan bakteri masih

bisa tumbuh.

Mikron Filter. Untuk menyaring mikroba-mikroba atau bahan-bahan kecil lain

yang mungkin masih lolos dari penyaringan-penyaringan sebelumnya.

EDI (Electronic De-Ionization). EDI merupakan perkembangan dari Ion

Exchange system tapi isinya bukan hanya resin melainkan terdapat juga elektroda

(listrik). Pada dasarnya elektroda ada dua macam yakni elektroda (+) untuk

mengikat ion (-) dan elektroda (-) untuk mengikat ion (+). Pada EDI ini terdapat

membrane yang hanya bisa dilalui oleh ion. Ion yang terdapat pada air yang masuk

ke EDI akan melalui membrane untuk terikat pada elektroda. Elektroda akan

menetralkan ion tersebut menjadi tidak bermuatan sehingga tidak bisa lagi kembali

melewati membrane karena membrane hanya bisa dilewati oleh ion. Oleh karena itu

air yang keluar dari EDI diharapkan tidak lagi mengandung ion-ion lain sehingga air

lebih murni. Air yang dihasilkan sudah bisa disebut purified water.
Setelah melewati EDI, air yang dihasilkan ditampung dalam tangki

penampungan (storage tank). Diantara EDI dan tangki penampungan terdapat pH

meter untuk mengukur pH air agar selalu normal yang secara otomatis akan

memperbaiki kualitas air jika pH air masih terlalu asam atau terlalu basa. Tangki

penampungan ini dilengkapi dengan CIP (cleaning in place) dan looping system

dan siap didistribusikan ke setiap user point (tempat yang menggunakan air

misalnya ke ruang produksi). CPOB Terkini (CPOB : 2006) mensyaratkan bahwa air

yang digunakan untuk proses produksi harus disirkulasi secara terus menerus (24

jam). Looping system ini memungkinkan air tersebut disirkulasi selama 24 jam.

Pada system ini terdapat TOC (Total Organic Carbon) monitor untuk

memantau jumlah senyawa karbon yang terdapat di dalam air. Senyawa-senyawa

karbon tersebut dapat berasal dari bangkai kuman (bakteri) yang mati pada saat

proses pengolahan air ini.

System ini juga dibuat menyerupai bentuk “U” untuk menghindari titik mati

yang bisa menjadi tepat pertumbuhan bakteri dan kuman juga diberi kecepatan

aliran yang tinggi agar tidak terbentuk selaput-selaput di pipa yang merupakan awal

pertumbuhan bakteri dan kuman.

Oleh karena air ini selalu disirkulasi selama 24 jam dan proses perjalanan

yang ditempuh dari tangki penampungan ke user point sangat jauh maka harus juga

selalu dilakukan pemeriksaan dan validasi untuk memantau ada tidaknya mikroba

atau pencemar lain yang mungkin muncul selama proses tersebut. Jika ada maka

keran-keran pada user point ditutup kemudian Ozon Generator dinyalakan. Ozon ini

akan membunuh bakteri atau kuman yang ada.

Setelah ozon generator dimatikan, sebelum air dialirkan lagi ke user point air

harus dibebas ozonkan terlebih dahulu dengan lampu UV karena ozon ini bersifat
oksidator yang dapat merusak produk-produk yang mudah teroksidasi atau

kestabilannya sangat rawan seperti vitamin dan antibiotika atau bahan-bahan obat

yang lain. Lampu UV pada panjang gelobang tertentu dapat merusak ikatan ozon

dengan oksigen sehingga yang tersisa hanya oksigen tanpa ozon lagi sehingga

disebut juga ozon destructor. Sejauh mana ozon tersebut sudah hilang maka ada

juga disebut ozon monitor untuk memantau hal tersebut. Setelah ozon hilang air

sudah bisa didistribusikan lagi ke user point (39,40).

Sistem penyaringan Udara

Untuk memenuhi persyaratan untuk tiap-tiap kelas produksi maka diperlukan

suatu sistem atau unit yang dapat mengatur dan menjaga kondisi ruangan meliputi

jumlah partikel, suhu, kelembaban maupun tekanan udara yang sesuai dengan

persyaratan produksi. Air Handling System atau Sistem Pengendalian Udara

merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam proses pembuatan obat

yang baik. Sistem Pengendalian Udara atau AHS yaitu suatu sistem yang bertujuan

untuk mengendalikan jumlah partikel dalam ruangan, tekanan udara baik didalam

maupun diluar ruangan (koridor), kelembaban udara atau RH (Relative Humidity),

temperatur (suhu) udara, filtrasi udara dan kecepatan pertukaran udara.


Air Handling Unit (AHU) merupakan bagian dari sistem HVAC (Humidity

Ventilation Air Condition). Dalam AHU diperhatikan :

1) Jumlah volume udara, merupakan selisih volume udara yang dicapai dari fresh

air, blower, dengan volume udara yang dihisap oleh dust collector dan balancing

fan.

2) Frekuensi pertukaran udara sangat mempengaruhi kebersihan udara di ruang

produksi.

3) Perbedaan tekanan udara, untuk aliran udara harus ada perbedaan tekanan

antara ruang koridor dan ruang produksi.


AHU terdiri dari beberapa bagian penyusun yaitu saringan udara (Air Filter),

kipas udara (Blower), sauran udara (ducting), lubang hisap / pengeluaran udara

(Grill), dan refrigerant unit (AC).

Sistem ini terdiri dari beberapa bagian penyusun yaitu :

1) Saringan Udara (Air Filter)

Saringan Udara diperlukan untuk menyaring kotoran yang terdapat diudara.

Udara atmosfer terdiri dari nitrogen, argon, karbondioksida, uap, kotoran seperti

debu an gas yang bersifat korosif, dapat masuk kedalam ruangan bersama-sama

udara yang dihisap dan dapat pula berasal dari dalam ruangan itu sendiri.
Filter (penyaring udara) berfungsi : Mengendalikan dan mengontrol jumlah

partikel dan mikroorganisme yang dapat mengkontaminasi udara yang masuk ke

dalam ruang produksi Terdiri dari :

1. Pre Filter atau Fresh Air Filter (efisiensi penyaringan: 35%), merupakan filter

yang bersentuhan langsung dengan udara dari luar. Perawatan atau Preventive

Maintenance dilakukan dengan pergantian seminggu sekali melalui cek visual.

2. Medium Filter (efisiensi penyaringan:95%). Merupakan filter kedua setelah

prefilter yang ditujukan menyaring udara sebelum masuk HEPA Filter. Cek

kondisi filter dilakukan dengan alat magnehelic selama 2-3 tahun sekali. Alat ini

mengukur DP (Different Pressure) yang dihasilkan dimana DP yang disyaratkan

sebesar 100-150 Pa (Pascal) maka jika nilai DP diluar range tersebut dilakukan

penggantian filter atau filter dapat dibersihkan jika kondisinya masih bagus.

3. HEPA Filter (efisiensi penyaringan: 99,997%), merupakan final filter dimana

udara akan langsung masuk ke dalam ruangan produksi. HEPA Filter terdiri dari

elemen saringan di dalamnya. Jika elemen saringan ada dalam keadaan kering

maka disebut saringan jenis kering, sedangkan yang menggunakan elemen

saringan yang diserapi oleh cairan disebut jaringan jenis basah. Jenis saringan

ini dapat dibersihkan atau diganti jika efisiensinya sudah menurun atau rusak.

2) Kipas Udara (Blower)


Kipas udara digunakan untuk keperluan suplai udara atmosferyang telah

disaring, menghisap udara ruangan yang kotor atau berdebu dan menghisap

partikel atau debu produksi yang terjadi selama proses produksi berlangsung. Hal-

hal yang harus diperhatikan misalnya bahan kipas tidak boleh mengakibatkan

bertambahnya pencemaran, tingkat kebisingan yang dihasilkan rendah serta kipas

udara dapat memberikan tekanan udara yang tinggi pada volume aliran yang besar.

Fungsi :

 Menggerakkan udara di sepanjang sistem distribusi udara yang terhubung

dengannya.

 Merubah energi listrik menjadi energi gerak.

 Dapat mengatur jumlah (debit) udara yang masuk ke ruang produksi sehingga

tekanan dan pola aliran udara yang masuk ke ruang produksi dapat dikontrol

3) Saluran Udara (Ducting)


Both Side Of
Aluminum Foil
SKIN

High-Density PIR
Foam

Saluran udara digunakan untuk mendistribusikan udara dari kipas udara

(blower) menuju ruang atau tempat yang akan dikondisikan. Saluran udara untuk

mendistribusikan udara mempunyai konstruksi penampang segi empat, sedangkan

saluran untuk menghisap debu produksi mempunyai penampang bulat bertujuan

untuk menghisap terjebaknya debu pada suatu tempat.

4) Lubang Hisap / Pengeluaran Udara

Tujuan penggunaan grill adalah sebagai pintu hisap atau keluar udara, untuk

pengendalian jumlah aliran udara serta memperkecil tingkat kebisingan akibat aliran

udara.

5) Refrigerant Unit (AC)


AC adalah peralatan yang dipakai untuk mengendalikan temperatur udara

runag dan kelembaban udara ruang. Chiling adalah alat yang digunakan untuk

mendinginkan udara sebelum masuk kedalam ruang produksi. Chiling dapat

menurunkan suhu sekaligus menurunkan kelembaban dari udara dengan bantuan

heater.

6) Dumper

Dumper bagian dari ducting AHU yang mengatur jumlah (debit) udara yang

dipindahkan ke dalam ruang produksi.

Fungsi : Mengatur jumlah (debit) udara yang dipindahkan ke dalam maupun yang

keluar dari ruang produksi

7) Evaporator

Alat untuk mengontrol suhu (temperatur) dan kelembaban (RH) udara yang

akan didistribusikan ke ruang produksi dimaksudkan agar dapat menghasilkan

output udara sesuai spesifikasi ruangan yang telah ditetapkan. Proses pendinginan

udara dilakukan dengan cara mengalirkan udara yang berasal dari campuran udara

balik (Return Air sebanyak 85%) dan udara luar (Fresh Air 15%) melalui kisi-kisi

evaporator yang bersuhu rendah, proses tersebut menyebabkan terjadinya kontak

antara udara dan permukaan kisi evaporator yang akan menghasilkan udara dengan

suhu yang lebih rendah, proses ini juga akan menyebabkan kalor yang berada

dalam uap air yang terdapat dalam udara ikut berpindah ke kisi evaporator sehingga
uap air akan mengalami kondensasi menyebabkan kelembaban udara yang keluar

dari evaporator akan berkurang.

Gambar Sistem Tata Udara PT. BOSS Pharm

Komponen-komponen dalam sistem tata udara :

1. Weather louvre : Untuk mencegah serangga, daun, kotoran dan hujan masuk

2. Silencer : Untuk mengurangi kebisingan yang disebabkan oleh sirkulasi udara


3. Flow Rate Controler : penyesuaian otomatis volume udara (Siang dan malam,

kontrol tekanan)

4. Control damper : penyesuaian tetap volume udara

5. unit pemanas

6. Heating Unit : Untuk memanaskan udara ke suhu yang tepat

7. Cooling Unit : Untuk mendinginkan udara pada suhu yang diperlukanatau

untuk menghilangkan uap air dari udara

8. Dehumidifier / humidifier : Untuk membawa udara ke kelembaban yang tepat,

jika terlalu tinggi atau terlalu rendah

9. Filter : Untuk menghilangkan (sesuai persyaratan yang ditentukan) atau

mikroorganisme

10. Ducts / Saluran : Untuk transport udara


PENGOLAHAN LIMBAH BETA LAKTAM

a. Pengolahan Limbah Padat

Pembersihan untuk debu-debu yang tersebar di ruang produksi

menggunakan dust collector yang ditempatkan di atas ruangan, vacum

cleaner untuk debu-debu yang berserakan pada peralatan dan lantai.

Pengolahan limbah padat untuk yang berbahaya ditampung dan dikirim ke

instansi yang memiliki incenerator, sedangkan untuk yang tidak berbahaya

dibakar dan ditanam di dalam tanah, di tempat khusus.

b. Pengolahan Limbah Cair

Pengolahan limbah cair terdiri dari proses destruksi, penetralan,

pengendapan dan aerasi di dalam beberapa kolam yang saling berhubungan

satu sama lain berdasarkan proses pengolahan.

Proses pengolahan limbah beta laktam dan non beta laktam yaitu:

1. Limbah dari produksi obat beta laktam dialirkan ke bak pertama, kemudian

ditambahkan asam/ basa kuat untuk memecah cincin beta laktam dan air

sebagai netralisator. Dari kolam pertama dialirkan ke kolam kedua untuk

diendapkan.

2. Cairan dari limbah bak kedua diendapkan secara gravitasi dan kemudian

dialirkan ke bak ketiga. Limbah dari produksi obat non beta laktam masuk

ke bak ketiga sehingga terjadi pencampuran. Kemudian dilakukan

penetralan (pH=7, namun jika terlalu asam ditambahkan NaOH dan jika

terlalu basa ditambahkan HCl) dan pengenceran dengan penambahan air.

3. Limbah dari bak ketiga dialirkan ke bak keempat untuk proses

pengendapan kedua.
4. Cairan dari limbah bak keempat dialirkan ke bak kelima dimana terjadi

proses aerasi, yaitu pengaliran udara ke air untuk meningkatkan Oxygen

Dissolved dan menurunkan Biologycal Oxygen Demand (BOD) serta

Chemical Oxygen Demand (COD) dari limbah tersebut. Air bak kemudian

diuji di laboratorium untuk penentuan nilai BOD, COD dan TSS.

Persyaratan kualitas limbah yang diperbolehkan untuk dibuang ke

lingkungan: COD < 100 mg/L, BOD < 75 mg/L, Total Suspended < 60

mg/L.
5. Limbah dari bak kelima dialirka ke bak keenam yang merupakan bak

kontol. Sebagian kontrol digunakan ikan mas sebagai bio indicator,

apabila air pada kolam memenuhi persyaratan, maka akan dialirkan ke

pembuangan umum. Apabila ikan-ikan di bak enam tidak mati maka

limbah dinyatakan aman untuk dialirkan ke tempat pembuangan umum.

Bila tidak lolos pemeriksaan maka diproses ulang.


DAFTAR PUSTAKA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN (BPOM). Petunjuk Operasional

Pedoman Cara Pembuatan Obatyang Baik. Peraturan NOMOR: HK.

03.42.06.10.4556. Jakarta. 2010.

Fatmawaty, Aisyah. 2010. Farmasi Industri. Fakultas Farmasi. Universitas

Hasanuddin: Makassar.

Manajer dan supervisor bagian PDMU (Maintenance and utility Section) PT.

Tanabe Indonesia

Manajemen Farmasi Industri, Bambang Priyambodo, Yogyakarta 2007

Anda mungkin juga menyukai