Anda di halaman 1dari 35

BAB VII

BALOK INDUK

A. Perhitungan tulangan balok induk atap (B1)3

Gambar 7.1 Denah Balok Induk

Gambar 7.2 Denah Balok Induk Lantai

Deskriptif :
Pada perencanaan balok induk, balok yang di tinjau adalah balok BI dengan
dimensi 350 x 550 mm bentang 6 meter yang berada pada story satu dengan
lokasi yang balok yang dapat dilihat pada gambar denah diatas. Spesifikasi
material pada balok induk sebagai berikut :
F’c = 30 Mpa
Fy = 390 ( tul > 12 mm) , 290 ( tul, < 12 mm)
Balok ini ditinjau di karenakan balok tersebut menghasilkan gaya dalam yang
lebih besar di bandingkan dengan balok lainnya, dapat dikatan B1 merupakan
balok yang paling rawan dalam perencanaan ini.
Data Perencanaan :
Dimensi = 350 x 550 mm
F’c = 30 mpa
Fy = 360
Perhitungan Tulangan Balok Induk (B1)
Mu - = 127,657 kNm
Mu + = 160,320 kNm
Syarat = ⅓ Mu = 42,552 kNm
Data Perencanaan :
Tipe Balok = Balok Induk
Bentang balok (L balok) = 6000 mm
Dimensi Balok (b balok) = 350 mm
Dimensi balok (h balok) = 550 mm
Dimensi kolom (b kolom) = 600 mm
Dimensi kolom (h kolom) = 600 mm
Kuat tekan beton (fc) = 30 Mpa
Kuat leleh tulangan lentur (fy) = 390 MPa
Kuat leleh tulangan geser (fyv) = 290 MPa
Kuat leleh tulangan puntir (fyt) = 290 Mpa
Diameter tulangan lentur (D lentur) = 19 mm
Diameter tulangan geser (∅ geser) = 10 mm
Diameter tulangan puntir (∅puntir) = 19 mm
Jarak spasi tulangan sejajar = 25 mm (SNI 03-2847-2013 Pasal 7.6.1)
Jarak spasi tulangan antarlapis = 25 mm (SNI 03-2847-2013 Pasal 7.6.2)
Tebal selimut beton = 40 mm (SNI 03-2847-2013 Pasal 7.7.1)
Faktor 𝛽1 = 0.85 (SNI 03-2847-2013 Pasal 10.2.7(3))
Faktor reduksi kekuatan lentur () = 0.9 (SNI 03-2847-2013 Pasal 9.3.2(1))
Faktor reduksi kekuatan geser () = 0.75 (SNI 03-2847-2013 Pasal 9.3.2(3))
Faktor reduksi kekuatan puntir () = 0.75 (SNI 03-2847-2013 Pasal 9.3.2(3))

100
1. Tebal Efektif Balok
d= h-decking-Ø sengkang -1/2 Øtul.lentur
d=550 mm- 40 mm-10 mm-(1/2.19)
d= 490.5 mm
d'= h-d
d'= 550 mm-490.5 mm
d'= 59.5 mm
2. Hasil output dan diagram gaya dalam dari analisa ETABS
Melalui progam bantu analisa ETABS diperoleh diagram gaya balok yang ditinjau
akibat kombinasi beban yang diinput sehingga dapat digunakan dalam
perhitungan penulangan. Dari hasil analisa balok induk memanjang yang
mempunyai nilai momen terbesar adalah pada frame b29 dimana diperoleh dari
kombinasi beban 1,2D+1,6L
Hasil Output ETABS
1. Momen Torsi : 686618,38 Nmm
2. Momen Tumpuan Kanan : 144642047,881 Nmm
3. Momen Tumpuan Kiri : 137753133,791 Nmm
4. Momen Lapangan : 113154120,884 Nmm
5. Gaya Geser : 113669.13 N
3. Syarat Gaya Aksial pada Balok
Menurut ketentuan SNI 03-2847-2013 Pasal 21.3.2 perlu diperhitungkan gaya
aksial balok untuk menentukan perhitungan detail tulangan balok. Berikut
perhitungan syarat gaya aksial balok :
Ag x fc ′ 350 𝑚𝑚 𝑥 550 𝑚𝑚 𝑥 30 𝑚𝑝𝑎
=
10 10
= 577500 N
Berdasarkan analisa struktur SAP 2000, gaya aksial tekan akibat kombinasi
1,2D+1,6Lpada komponen struktur sebesar 0 < 525000 N. Karena nilai gaya tekan
aksial terfaktor(Pu) untuk komponen struktur yang lebih kecil dari hasil diatas
maka detail penulangan struktur rangka harus memenuhi SNI
03-2847-2013 Pasal 21.3.4

101
4. Kontrol kecukupan dimensi penampang terhadap beban
geser lentur dan punter
Ukuran penampang balok yang dipakai = 35/55
Luasan yang dibatasi oleh keliling luar irisan
penampang beton
Acp =b balok x h balok
= 350 mm x 550 mm
= 192500 mm2
Parimeter luar irisan penampang beton Acp
Pcp = 2 x (b balok + h balok)
= 2 x (350 mm+550 mm)
= 1800 mm
Luas penampang dibatasi as tulangan sengkang
Aoh = (bbalok -2. t.dekcing - Øgeser) x (hbalok -2. t.dekcing -
Øgeser)
= (350 mm - 2.40 mm – 10 mm) x (550 mm –
(2x40 mm – 10 mm)
= 119600 mm2
Keliling penampang dibatasi as tulangan sengkang
Ph = 2 x {(bbalok -2. t.dekcing - Øgeser) + (hbalok -2. t.dekcing
- Øgeser)}
= 2 x {(350 mm -2. 40 mm – 10 mm) + (550 mm -
2. 40 mm – 10 mm)}
= 1440 mm

b. Perhitungan Penulangan Puntir Balok


Berdasarkan hasil output diagram torsi yang diperoleh dari analisa ETABS
adalah:
Momen punter ultimate akibat kombinasi 1,2D + 1,6L:
Tu = 686618,38 Nmm
𝑇𝑢
Tn =

102
686618,38
=
0,75

= 915491,1733 Nmm
Vu = 113669.13 N

Pengaruh punter dapat diabaikan bila momen punter terfaktor Tu besarnya


kurang daripada:
Acp2
Tumin =∅0,083λ√fc ' ( ) (SNI 03-2847-2013 Pasal 11.5.1.(a))
Pcp

1925002
Tumin =0,75 x 0,083 x 1 x √30( )
1800
Tumin =7019221,474 Nmm

Acp2
Tumax =∅0,33λ√fc ' ( ) (SNI 03-2847-2013 Pasal 11.5.2.(a))
Pcp

1925002
Tumax =0,75 x 0,33 x 1 x √30( )
1800
Tumax = 27907748,03 Nmm

Periksa persyaratan pengaruh momen punter:


Tumin > Tu → tidak memerlukan tulangan puntir
Tumin < Tu → memerlukan tulangan puntir
Tumin < Tu
7019221,474 Nmm > 686618,38 Nmm
Karena nilai Tu lebih kecil dari Tumin maka penampang balok tidak
memerlukan penulangan puntir berupa tulangan memanjang.

c. Perhitungan Penulangan Lentur Balok


1) Daerah tumpuan kanan
Diambil momen yang terbesar, akibat dari kombinasi 1,2D + 1,6L
 Garis netral dalam kondisi balance:
600
Xb = ( )x d
600+Fy
600
Xb = ( ) x 490,5
600+390

103
Xb =297,273 mm
 Garis netral maksimum
𝑋𝑚𝑎𝑥 = 0,75 𝑥 𝑋𝑏
𝑋𝑚𝑎𝑥 = 0,75 𝑥 297,273
𝑋𝑚𝑎𝑥 = 222,955
 Garis netral minimum
𝑋𝑚𝑖𝑛 = 𝑑′
𝑋𝑚𝑖𝑛 = 69,5 𝑚𝑚
 Garis netral rencana (asumsi)
𝑋𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 = 97 𝑚𝑚
 Komponen beton tertekan
Cc’ = 0,85 x fc’ x b x 𝝱1 x Xrencana
Cc’ = 0,85 x 30 x 350 x 0,85 x 97
Cc’ = 735866,25 Nmm
 Luas tulangan tarik
𝐶𝑐′
𝐴𝑠𝑐 =
𝐹𝑦
735866,25
𝐴𝑠𝑐 =
390
𝐴𝑠𝑐 = 1886,837 mm2
 Momen nominal tulangan lentur tunggal
𝛽1 𝑥 𝑋𝑟
𝑀𝑛𝑐 = 𝐴𝑠𝑐 𝑥 𝐹𝑦 𝑥 (𝑑 − )
2
0,85 𝑥 162
𝑀𝑛𝑐 = 1886,837 𝑥 390 𝑥 (490,5 − )
2
𝑀𝑛𝑐 = 303606309,469 Nmm
Momen lentur nominal (Mn)
Mu tumpuan = 144642047,881 Nmm
Mn = 144642047,881 Nmm/0.9
= 160713386,5 Nmm
Periksa momen nominal tulangan lentur rangkap dengan persyaratan
berikut:
Mns > 0 → maka perlu tulangan lentur tekan

104
Mns ≤ 0 → maka tidak perlu tulangan lentur tekan
Mns = Mn – Mnc
= 106114396,5 – 303606309,469
= -197491912,969 Nmm
Mns < 0,maka balok tidak memerlukan tulangan lentur tekan sehingga
untuk analisis selanjutnya digunakan perhitungan penulangan tunggal.

2) Daerah tumpuan kiri


Diambil momen yang terbesar, akibat dari kombinasi 1,2D + 1,6L
 Garis netral dalam kondisi balance:
600
Xb = ( )x d
600+Fy
600
Xb = ( ) x 490,5
600+390
Xb =297,273 mm
 Garis netral maksimum
𝑋𝑚𝑎𝑥 = 0,75 𝑥 𝑋𝑏
𝑋𝑚𝑎𝑥 = 0,75 𝑥 297,273
𝑋𝑚𝑎𝑥 = 222,955 𝑚𝑚
 Garis netral minimum
𝑋𝑚𝑖𝑛 = 𝑑′
𝑋𝑚𝑖𝑛 = 69,5 𝑚𝑚
 Garis netral rencana (asumsi)
𝑋𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 = 97 𝑚𝑚
 Komponen beton tertekan
Cc’ = 0,85 x fc’ x b x 𝝱1 x Xrencana
Cc’ = 0,85 x 30 x 350 x 0,85 x 97
Cc’ = 735866,25 N
 Luas tulangan tarik
𝐶𝑐′
𝐴𝑠𝑐 =
𝐹𝑦
735866,25
𝐴𝑠𝑐 =
390

105
𝐴𝑠𝑐 = 1886,837 mm2
 Momen nominal tulangan lentur tunggal
𝛽1 𝑥 𝑋𝑟
𝑀𝑛𝑐 = 𝐴𝑠𝑐 𝑥 𝐹𝑦 𝑥 (𝑑 − )
2
0,85 𝑥 97
𝑀𝑛𝑐 = 1886,837 𝑥 390 𝑥 (490,5 − )
2
𝑀𝑛𝑐 = 303606309,469 Nmm
Momen lentur nominal (Mn)
Mu tumpuan = 137753133,791 Nmm
Mn = 137753133,791 Nmm /0,9
= 153059037,5 Nmm
Periksa momen nominal tulangan lentur rangkap dengan persyaratan
berikut:
Mns > 0 → maka perlu tulangan lentur tekan
Mns ≤ 0 → maka tidak perlu tulangan lentur tekan
Mns = Mn – Mnc
= 153059037,5 – 303606309,469
= -150547271.969 Nmm
Mns < 0,maka balok tidak memerlukan tulangan lentur tekan sehingga
untuk analisis selanjutnya digunakan perhitungan penulangan tunggal.

3) Daerah lapangan
Diambil momen yang terbesar, akibat dari kombinasi 1,2D + 1,6L
 Garis netral dalam kondisi balance:
600
Xb = ( )x d
600+Fy
600
Xb = ( ) x 490,5
600+390
Xb =297,273 mm
 Garis netral maksimum
𝑋𝑚𝑎𝑥 = 0,75 𝑥 𝑋𝑏
𝑋𝑚𝑎𝑥 = 0,75 𝑥 297,273
𝑋𝑚𝑎𝑥 = 222,955 mm

106
 Garis netral minimum
𝑋𝑚𝑖𝑛 = 𝑑′
𝑋𝑚𝑖𝑛 = 69,5 𝑚𝑚
 Garis netral rencana (asumsi)
𝑋𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 = 97 𝑚𝑚
 Komponen beton tertekan
Cc’ = 0,85 x fc’ x b x 𝝱1 x Xrencana
Cc’ = 0,85 x 30 x 350 x 0,85 x 97
Cc’ = 735866,25 N
 Luas tulangan tarik
𝐶𝑐′
𝐴𝑠𝑐 =
𝐹𝑦
735866,25
𝐴𝑠𝑐 =
390
𝐴𝑠𝑐 = 1886,837 mm2
 Momen nominal tulangan lentur tunggal
𝛽1 𝑥 𝑋𝑟
𝑀𝑛𝑐 = 𝐴𝑠𝑐 𝑥 𝐹𝑦 𝑥 (𝑑 − )
2
0,85 𝑥 97
𝑀𝑛𝑐 = 1886,837 𝑥 390 𝑥 (490,5 − )
2
𝑀𝑛𝑐 = 303606309,469 Nmm
Momen lentur nominal (Mn)
Mu tumpuan = 113154120,884 Nmm
Mn = 113154120,884 Nmm /0.9
= 125726801 Nmm
Periksa momen nominal tulangan lentur rangkap dengan persyaratan
berikut:
Mns > 0 → maka perlu tulangan lentur tekan
Mns ≤ 0 → maka tidak perlu tulangan lentur tekan
Mns = Mn – Mnc
=125726801– 303606309,469
= -177879508.5 Nmm

107
Mns < 0,maka balok tidak memerlukan tulangan lentur tekan sehingga
untuk analisis selanjutnya digunakan perhitungan penulangan tunggal.

d. Perencanaan Tulangan Lentur Tunggal


1) Tumpuan Kanan
Seperti yang telah ditentukan pada SNI 2847:2013 Pasal. 10.5.1 harus
tersedia tidak boleh kurang dari yang dibawah ini:
0,25√𝑓𝑐
𝐴𝑣𝑚𝑖𝑛 = 𝑥 𝑏𝑤 𝑥 𝑑
𝑓𝑦
0,25√30
𝐴𝑣𝑚𝑖𝑛 = 𝑥 350 𝑥 490,5
390
𝐴𝑣𝑚𝑖𝑛 = 602,758 mm2
1,4 𝑥 𝑏𝑤 𝑥 𝑑
𝐴𝑣𝑚𝑖𝑛 =
𝑓𝑦
1,4 𝑥 350 𝑥 490,5
𝐴𝑣𝑚𝑖𝑛 =
390
𝐴𝑣𝑚𝑖𝑛 = 616,269 mm2

Dan untuk luas tulangan maksimum sesuai dengan SNI 2847:2013


Lampiran B.8.4.2-B.8.4.3, disediakan tidak lebih besar dari yang dibawah
ini :
𝜌𝑏 = 0,75𝑥 𝜌
0,85 𝑥 𝛽 𝑥 𝑓𝑐 600
𝜌 = 0,75𝑥 ( )
𝑓𝑦 600 + 𝐹𝑦
0,85 𝑥 0,85 𝑥 30 600
𝜌 = 0,75𝑥 ( )
390 600 + 390
𝜌 = 0,025

𝜌 max = 0,75 𝑥 𝜌𝑏
𝜌 max = 0,75 𝑥 0,025
𝜌 max = 0,01875

108
𝐴𝑚𝑎𝑥 = 𝜌 max 𝑥 𝑏𝑤 𝑥 𝑑𝑦
𝐴𝑚𝑎𝑥 = 0,01875 𝑥 350 𝑥 490,5
𝐴𝑚𝑎𝑥 = 3218,90625 mm2

Perhitungan luasan perlu untuk penulangan balok adalah sebagai berikut:


Momen lapangan = 113154120,884 Nmm
Mn = 113154120,884 Nmm /0.9
= 125726801 Nmm

𝑓𝑦
𝑚=
0,85 𝑥 𝑓𝑐
390
𝑚=
0,85 𝑥 30
𝑚 = 15.294

𝑀𝑛
𝑅𝑛 =
𝑏𝑤 𝑥 𝑑2
125726801
𝑅𝑛 =
350 𝑥 490,5²
𝑅𝑛 = 1.4931 N/mm2

1 2𝑚 𝑥 𝑅𝑛
𝜌= (1 − √1 − )
𝑚 𝐹𝑦

1 2𝑥15,294 𝑥 1,4931
𝜌= (1 − √1 − )
15,294 390

𝜌 = 0,0038

Luasan perlu (as perlu) tulangan lentur tarik:


A perlu =  x bw x d
= 0,0038 x 350 x 490,5
= 652,365 mm2

109
Kontrol:
Avmin < A perlu < A max
616,269 mm2 < 652,365 mm2 < 3218,90625 mm2

Luasan tulangan lentur tarik pakai (sisi atas):


As perlu
n=
Luas tul.lentur
652,365
n=
283,385
n= 2,302 ≈3 buah

Luasan tulangan lentur tarik pasang (sisi atas)


As pasang = n pasang x luasan d lentur
= 3 x 283,385
= 850,155 mm2
Kontrol:
As pasang > As perlu
850,155 mm2 > 652,365 mm2
Berdasarkan SNI 03 2847 2013 Pasal 21.3.4.1 luasan pasang (as’) tulangan
lentur tekan menurut tidak boleh kurang dari 0,3 tulangan tarik
As’ = 0,3As
= 0,3 x 850,155
= 255,047mm2
Jumlah tulangan lentur tekan pakai (sisi bawah):
As perlu
n=
Luas tul.lentur
255,047
n=
283,385
n= 0,9 ≈2 buah

Jumlah tulangan lentur tekan pasang (sisi bawah):


As pasang = n pasang x Luasan d lentur
= 2 x 283,385

110
= 566,77 mm2
Kontrol:
As pasang > As perlu
566,77 mm2 > 255,047 mm2

Kontrol S tulangan tarik


b-2t.selimut-(n x ∅tul.lentur)
S tarik=
n-1
350 - 3 x 40 -(3 x 19)
S tarik=
3 -1
S tarik= 86,5
Kontrol:
Smax ≥ Ssyarat agregat
86,5 ≥ 25 mm (memenuhi)

Kontrol S tulangan tekan


b-2t.selimut-(n x ∅tul.lentur)
S tekan=
n-1
350 - 2 x 40 -(2 x 19)
S tekan=
2 -1
S tekan= 232
Kontrol:
Smax ≥ Ssyarat agregat
232 ≥ 25 mm (memenuhi)

Cek persyaratan SRPMM untuk kekuatan lentur pada balok:


Untuk momen positif pada muka joint minimal harus sepertiga dari
kekuatan momen negatif pada muka joint Momen lentur tumpuan (+) ≥ 1/3
x Momen lentur tumpuan (−), dan untuk pada sembarang penampang
kecuali muka join momen negative maupun positif tidak boleh kurang dari
seperlima kuat lentur yang terbesar yang disediakan pada kedua muka
balok di kedua ujung komponen. (SNI 03-2847-2013, Pasal 21.3.4.(1))
Maka berdasarkan peraturan perlu dilakukan kontrol pada tulangan yang
dipasang.

111
As pasang = 850,155 mm2
As’ pasang = 566,770 mm2

Kontrol momen:
M lentur tumpuan(+) ≥ 1⁄3 M lentur tumpuan (-)

566,770 mm2 ≥ 1⁄3 x 850,155 mm2


566,770 mm2 ≥ 283,385 mm2

Kontrol kemampuan tulangan tarik = 850,155 mm2


Kontrol kemampuan tulangan tekan = 566,770 mm2
As tulangan tarik x Fy
a=
0,85 x fc x b
850,155 x 390
a=
0,85 x 30 x 350
a= 37,150 mm

a
Mn pasang=As tulangan lentur x Fy x (d- )
2
37,150
Mn pasang=850,155 x 390 x (490,5- )
2
Mn pasang=156471665,4 Nmm

Mn perlu = Mn = 160713386,5 Nmm


Kontrol : Mn pasang > Mn perlu
156471665,4 Nmm > 160713386,5 Nmm

Maka dipasang tulangan lentur balokinduk (350/550) untuk daerah


tumpuan kanan:
Tulangan lentur tarik susun 1 lapis = 3D19
Tulangan lentur tekan susun 1 lapis = 2D19

2) Tumpuan Kiri

112
Seperti yang telah ditentukan pada SNI 2847:2013 Pasal. 10.5.1 harus
tersedia tidak boleh kurang dari yang dibawah ini:
0,25√𝑓𝑐
𝐴𝑣𝑚𝑖𝑛 = 𝑥 𝑏𝑤 𝑥 𝑑
𝑓𝑦
0,25√30
𝐴𝑣𝑚𝑖𝑛 = 𝑥 350 𝑥 490,5
390
𝐴𝑣𝑚𝑖𝑛 = 602,758 mm2

1,4 𝑥 𝑏𝑤 𝑥 𝑑
𝐴𝑣𝑚𝑖𝑛 =
𝑓𝑦
1,4 𝑥 350 𝑥 490,5
𝐴𝑣𝑚𝑖𝑛 =
390
𝐴𝑣𝑚𝑖𝑛 = 616,269 mm2

Dan untuk luas tulangan maksimum sesuai dengan SNI 2847:2013


Lampiran B.8.4.2-B.8.4.3, disediakan tidak lebih besar dari yang dibawah
ini :
𝜌𝑏 = 0,75𝑥 𝜌
0,85 𝑥 𝛽 𝑥 𝑓𝑐 600
𝜌 = 0,75𝑥 ( )
𝑓𝑦 600 + 𝐹𝑦
0,85 𝑥 0,85 𝑥 30 600
𝜌 = 0,75𝑥 ( )
390 600 + 390
𝜌 = 0,025

𝜌 max = 0,75 𝑥 𝜌𝑏
𝜌 max = 0,75 𝑥 0,025
𝜌 max = 0,01875

𝐴𝑚𝑎𝑥 = 𝜌 max 𝑥 𝑏𝑤 𝑥 𝑑𝑦
𝐴𝑚𝑎𝑥 = 0,01875 𝑥 350 𝑥 490,5
𝐴𝑚𝑎𝑥 = 3218,90625 mm2

Perhitungan luasan perlu untuk penulangan balok adalah sebagai berikut:

113
Momen lapangan = 137753133,791 Nmm/0.9
Mn = 153059037,5 Nmm

𝑓𝑦
𝑚=
0,85 𝑥 𝑓𝑐
390
𝑚=
0,85 𝑥 30
𝑚 = 15.294

𝑀𝑛
𝑅𝑛 =
𝑏𝑤 𝑥 𝑑2
153059037,5
𝑅𝑛 =
350 𝑥 490,5²
𝑅𝑛 = 1,818 N/mm2

1 2𝑚 𝑥 𝑅𝑛
𝜌= (1 − √1 − )
𝑚 𝐹𝑦

1 2𝑥15.294 𝑥 1,818
𝜌= (1 − √1 − )
15.294 390

𝜌 = 0,00484

Luasan perlu (as perlu) tulangan lentur tarik:


A perlu =  x bw x d
= 0,00484 x 350 x 490,5
= 830,907 mm2
Kontrol:
Avmin < A perlu < A max
616,269 mm2 < 830,907 mm2 < 3218,90625 mm2

Luasan tulangan lentur tarik pakai (sisi atas):


As perlu
n=
Luas tul.lentur

114
830,907
n=
283,385
n= 2,932 ≈3 buah

Luasan tulangan lentur tarik pasang (sisi atas)


As pasang = n pasang x luasan d lentur
= 3 x 283,385
= 850,155 mm2
Kontrol:
As pasang > As perlu
850,155 mm2 > 830,907 mm2
Berdasarkan SNI 03 2847 2013 Pasal 21.3.4.1 luasan pasang (as’) tulangan
lentur tekan menurut tidak boleh kurang dari 0,3 tulangan tarik
As’ = 0,3As
= 0,3 x 850,155
= 255,047mm2
Jumlah tulangan lentur tekan pakai (sisi bawah):
As perlu
n=
Luas tul.lentur
255,047
n=
283,385
n= 0,9 ≈2 buah

Jumlah tulangan lentur tekan pasang (sisi bawah):


As pasang = n pasang x Luasan d lentur
= 2 x 283,385
= 566,77 mm2
Kontrol:
As pasang > As perlu
566,77 mm2 > 255,047 mm2

Kontrol S tulangan tarik

115
b-2t.selimut-(n x ∅tul.lentur)
S tarik=
n-1
350 - 3 x 40 -(3 x 19)
S tarik=
3 -1
S tarik= 86,5
Kontrol:
Smax ≥ Ssyarat agregat
86,5 ≥ 25 mm (memenuhi)

Kontrol S tulangan tekan


b-2t.selimut-(n x ∅tul.lentur)
S tekan=
n-1
350 - 2 x 40 -(2 x 19)
S tarik=
2 -1
S tarik= 232
Kontrol:
Smax ≥ Ssyarat agregat
232 ≥ 25 mm (memenuhi)

Cek persyaratan SRPMM untuk kekuatan lentur pada balok:


Untuk momen positif pada muka joint minimal harus sepertiga dari
kekuatan momen negatif pada muka joint Momen lentur tumpuan (+) ≥ 1/3
x Momen lentur tumpuan (−), dan untuk pada sembarang penampang
kecuali muka join momen negative maupun positif tidak boleh kurang dari
seperlima kuat lentur yang terbesar yang disediakan pada kedua muka
balok di kedua ujung komponen. (SNI 03-2847-2013, Pasal 21.3.4.(1))
Maka berdasarkan peraturan perlu dilakukan kontrol pada tulangan yang
dipasang.
As pasang = 850,155 mm2
As’ pasang = 566,770 mm2

Kontrol momen:
M lentur tumpuan(+) ≥ 1⁄3 M lentur tumpuan (-)

116
566,770 mm2 ≥ 1⁄3 x 850,155 mm2
566,770 mm2 ≥ 283,385 mm2

Kontrol kemampuan tulangan tarik = 850,155 mm2


Kontrol kemampuan tulangan tekan = 566,770 mm2
As tulangan tarik x Fy
a=
0,85 x fc x b
850,155 x 390
a=
0,85 x 30 x 350
a= 37,150 mm

a
Mn pasang=As tulangan lentur x Fy x (d- )
2
37,150
Mn pasang=850,155 x 390 x (490,5- )
2
Mn pasang=156471665,4 Nmm

Mn perlu = Mn = 125726801 Nmm


Kontrol : Mn pasang > Mn perlu
156471665,4 Nmm > 153059037,5 Nmm

Maka dipasang tulangan lentur balokinduk (350/550) untuk daerah


tumpuan kiri:
Tulangan lentur tarik susun 1 lapis = 3D19
Tulangan lentur tekan susun 1 lapis = 2D19

3) Lapangan
Seperti yang telah ditentukan pada SNI 2847:2013 Pasal. 10.5.1 harus
tersedia tidak boleh kurang dari yang dibawah ini:
0,25√𝑓𝑐
𝐴𝑣𝑚𝑖𝑛 = 𝑥 𝑏𝑤 𝑥 𝑑
𝑓𝑦
0,25√30
𝐴𝑣𝑚𝑖𝑛 = 𝑥 350 𝑥 490,5
390
𝐴𝑣𝑚𝑖𝑛 = 602,758 mm2

117
1,4 𝑥 𝑏𝑤 𝑥 𝑑
𝐴𝑣𝑚𝑖𝑛 =
𝑓𝑦
1,4 𝑥 350 𝑥 490,5
𝐴𝑣𝑚𝑖𝑛 =
390
𝐴𝑣𝑚𝑖𝑛 = 616,269 mm2

Dan untuk luas tulangan maksimum sesuai dengan SNI 2847:2013


Lampiran B.8.4.2-B.8.4.3, disediakan tidak lebih besar dari yang dibawah
ini :
𝜌𝑏 = 0,75𝑥 𝜌
0,85 𝑥 𝛽 𝑥 𝑓𝑐 600
𝜌 = 0,75𝑥 ( )
𝑓𝑦 600 + 𝐹𝑦
0,85 𝑥 0,85 𝑥 30 600
𝜌 = 0,75𝑥 ( )
390 600 + 390
𝜌 = 0,025

𝜌 max = 0,75 𝑥 𝜌𝑏
𝜌 max = 0,75 𝑥 0,025
𝜌 max = 0,01875

𝐴𝑚𝑎𝑥 = 𝜌 max 𝑥 𝑏𝑤 𝑥 𝑑𝑦
𝐴𝑚𝑎𝑥 = 0,01875 𝑥 350 𝑥 490,5
𝐴𝑚𝑎𝑥 = 3218,906 mm2

Perhitungan luasan perlu untuk penulangan balok adalah sebagai berikut:


Momen lapangan = 113154120,884 Nmm
Mn = 125726801 Nmm

𝑓𝑦
𝑚= 𝑚=
0,85 𝑥 𝑓𝑐
390
𝑚=
0,85 𝑥 30
𝑚 = 15.294

118
𝑀𝑛
𝑅𝑛 =
𝑏𝑤 𝑥 𝑑2
125726801
𝑅𝑛 =
350 𝑥 490,5
𝑅𝑛 = 1,493 N/mm2

1 2𝑚 𝑥 𝑅𝑛
𝜌= (1 − √1 − )
𝑚 𝐹𝑦

1 2𝑥15.294 𝑥 1,493
𝜌= (1 − √1 − )
15.294 390

𝜌 = 0,00395

Luasan perlu (as perlu) tulangan lentur tarik:


A perlu =  x bw x d
= 0,00395 x 350 x 490,5
= 678.116 mm2
Kontrol:
Avmin < A perlu < A max
616,269 mm2 < 678,116 mm2 < 3218,90625 mm2

Luasan tulangan lentur tarik pakai (sisi atas):


As perlu
n=
Luas tul.lentur
678,116
n=
283,385
n= 2,393 ≈3 buah

Luasan tulangan lentur tarik pasang (sisi atas)


As pasang = n pasang x luasan d lentur
= 3 x 283,385
= 850,155 mm2

119
Kontrol:
As pasang > As perlu
850,155 mm2 > 678,116 mm2
Berdasarkan SNI 03 2847 2013 Pasal 21.3.4.1 luasan pasang (as’) tulangan
lentur tekan menurut tidak boleh kurang dari 0,3 tulangan tarik
As’ = 0,3As
= 0,3 x 850,155
= 255,047mm2
Jumlah tulangan lentur tekan pakai (sisi bawah):
As perlu
n=
Luas tul.lentur
255,047
n=
283,385
n= 0,9 ≈2 buah

Jumlah tulangan lentur tekan pasang (sisi bawah):


As pasang = n pasang x Luasan d lentur
= 2 x 283,385
= 566,77 mm2
Kontrol:
As pasang > As perlu
566,77 mm2 > 255,047 mm2

Kontrol S tulangan tarik


b-2t.selimut-(n x ∅tul.lentur)
S tarik=
n-1
350 - 3 x 40 -(3 x 19)
S tarik=
3 -1
S tarik= 86,5
Kontrol:
Smax ≥ Ssyarat agregat
86,5 ≥ 25 mm (memenuhi)

120
Kontrol S tulangan tekan
b-2t.selimut-(n x ∅tul.lentur)
S tekan=
n-1
350 - 2 x 40 -(2 x 19)
S tarik=
2 -1
S tarik= 232
Kontrol:
Smax ≥ Ssyarat agregat
232 ≥ 25 mm (memenuhi)

Cek persyaratan SRPMM untuk kekuatan lentur pada balok:


Untuk momen positif pada muka joint minimal harus sepertiga dari
kekuatan momen negatif pada muka joint Momen lentur tumpuan (+) ≥ 1/3
x Momen lentur tumpuan (−), dan untuk pada sembarang penampang
kecuali muka join momen negative maupun positif tidak boleh kurang dari
seperlima kuat lentur yang terbesar yang disediakan pada kedua muka
balok di kedua ujung komponen. (SNI 03-2847-2013, Pasal 21.3.4.(1))
Maka berdasarkan peraturan perlu dilakukan kontrol pada tulangan yang
dipasang.
As pasang = 850,155 mm2
As’ pasang = 566,770 mm2

Kontrol momen:
M lentur tumpuan(+) ≥ 1⁄3 M lentur tumpuan (-)

566,770 mm2 ≥ 1⁄3 x 850,155 mm2


566,770 mm2 ≥ 283,385 mm2

Kontrol kemampuan tulangan tarik = 850,155 mm2


Kontrol kemampuan tulangan tekan = 566,770 mm2
As tulangan tarik x Fy
a=
0,85 x fc x b
850,155 x 390
a=
0,85 x 30 x 350

121
a= 37,150 mm

a
Mn pasang=As tulangan lentur x Fy x (d- )
2
37,150
Mn pasang=850,155 x 390 x (490,5- )
2
Mn pasang=156471665,4 Nmm

Mn perlu = Mn = 125726801 Nmm


Kontrol : Mn pasang > Mn perlu
156471665,4 Nmm > 125726801 Nmm

Maka dipasang tulangan lentur balokinduk (350/550) untuk daerah


tumpuan kiri:
Tulangan lentur tarik susun 1 lapis = 3D19
Tulangan lentur tekan susun 1 lapis = 2D19

e. Perhitungan Penulangan Geser Balok


Data perencanaan:
Dimensi balok = 350/550 mm
Kuat tekan beton (fc) = 30 Mpa
Kuat leleh tul.geser (fyv) = 290 Mpa
Diameter tul.geser (∅geser) = 10 mm
𝝱1 = 0,85 (SNI 03-2847-2013 Pasal 10.2.7 (3))
Faktor reduksi geser () = 0,75 (SNI 03-2847-2013 Pasal 9.3.2(3))

1) Gaya momen untuk perencanaan tulangan geser


 Momen nominal kiri
Momen nominal kiri diperoleh dari hasil perhitungan tulangan lentur
tumpuan kiri dengan luasan tulangan sebagai berikut:
As pakai tulangan tarik 3D19 = 850,155 mm2
As pakai tulangan tekan 3D19 = 566,770 mm2
As tulangan tarik x Fy
a = 0,85 x fc x b

122
850,155 x 390
a =0,85 x 30 x 350

a = 37,150 mm
a
Mn pasang = As tul. lentur x fy x (d − )
2
37,150
Mn pasang = 850,155 x 390 x (490,5- )
2
Mn pasang = 160713386,5 Nmm
 Momen nominal kanan
Momen nominal kanan diperoleh dari hasil perhitungan tulangan
lentur tumpuan kiri dengan luasan tulangan sebagai berikut:
As pakai tulangan tarik 3D19 = 850,155 mm2
As pakai tulangan tekan 3D19 = 566,770 mm2
As tulangan tarik x Fy
a = 0,85 x fc x b
850,155 x 390
a =0,85 x 30 x 350

a = 37,150 mm
a
Mn pasang = As tul. lentur x fy x (d − )
2
37,150
Mn pasang = 850,155 x 390 x (490,5- )
2
Mn pasang = 160713386,5 Nmm

2) Gaya geser balok yang ditinjau


Berdasarkan hasil output dan diagram gaya dalam akibat kombinasi
1,2D+1,6L, dari hasilanalisa ETABS didapat:
Gaya geser terfaktor (Vu) = 113669.13 N
Sesuai dengan SNI 03-2847-2013 Pasal 21.3.4.2 sengkang pada balok
yang menahan gaya geser harus disediakan minimum 2h dari kedua ujung,
sehingga dalam pembagian wilayah geser balok bagian tersebut
merupakan daerah tumpuan dan panjang sisa penampang dari daerah
tumpuan merupakan daerah lapangan.

123
Syarat kuat tekan beton (fc’) nilai √𝑓𝑐′ yang digunakan tidak boleh
melebihi 8,3 MPa
√fc′ < 8,3 MPa

√30 MPa < 8,3 MPa


5,477 MPa < 8,3 MPa (memenuhi) (SNI 03-2847-2013 Pasal 11.1.2)
Kuat Geser Beton

Vc = 0,17 x √fc′x b x d
Vc = 159851,459 N (SNI 03-2847-2013 Pasal 11.2.1.1)
Kuat geser tulangan geser
Vs min = 0,33 x b x d
= 0,33 x 350 x 490,5
= 56652,75 N
Vs max = 0,33 x √𝑓𝑐 x b x d
= 0,33 x √30 x 350 x 490,5
= 310299,891 N
2 Vs max = 2 x Vs max
= 2 x 310299,891
= 620599,782 N

Penulangan Geser Balok


 Pada wilayah tumpuan
Gaya geser diperoleh dari:
Mnr + Mnl
Vu1 = + Vu
ln
160713386,5 + 153059037,5
Vu1 = + 113669.13
5400
Vu1 = 171775,1344 N

Periksa kondisi geser pada penampang balok:


Kondisi 1
Vu ≤ 0,5 x ∅ x Vc
171775,1344 ≤ 59944,297 N (tidak memenuhi )

124
Kondisi 2
0.5 x ∅ x Vc ≤ Vu ≤ ∅Vc
59944,297< 171775,1344 ≤ 119888,594 N (tidak memenuhi)

Kondisi 3
∅x Vc ≤ Vu ≤ ∅(Vc+Vs min)
119888,594 ≤ 171775,1344 < 162378,1568 (tidak memenuhi)

Kondisi 4
∅(Vc+ Vs min) ≤ Vu ≤ ∅(Vc+Vs max)
162378,1568< 171775,1344 < 352613,5125 (memenuhi)

Maka perencanaan penulangan geser balok diambil berdasarkan


kondisi 4
Vu − ∅Vc
Vs perlu =

Vs perlu = 69182,054 N

Direncanakan menggunakan tulangan geser ∅10 mm dengan 2 kaki,


maka luasan tulangan geser adalah:
Av = (0,25 x 𝝅x d2) x n kaki
= (0,25 x 3,14 x 102) x 2 kaki
= 157,14 mm2
Perencanaan jarak perlu tulangan geser
Av x Fyv x d
S perlu=
Vs perlu
157,14 x 290 x 490,5
S perlu=
69182,054
S perlu=323,095 mm

Sehingga dipasang jarak 100 mm


Periksa jarak spasi tulangan geser berdasarkan kondisi 4 (SNI 03-
2847-2013, Pasal 11.4.5)

125
S max < d/2 atau S max < 600 mm
S max < 440.5 mm/2 atau S max < 600 mm
S max < 220.25 atau S max < 600 mm

Sedangkan menurut persyaratan SNI 03-2847-2013 Pasal 21.3.4.2


dengan metode SRPMM spasi maksimum sengkang tidak boleh lebih
dari nilai dibawah ini :
S pakai < d/4
100 mm < 110.125 mm
Spakai < 8 diameter lentur
100 mm < 152 mm
S pakai < 24 diameter sengkang
100 mm < 240 mm
Jadi penulangan geser balok induk melintang BI (30/60) pada daerah
tumpuan adalah Ø10-100

 Pada wilayah lapangan


Gaya geser diperoleh dari metode perbandingan segitiga, dengan
perhitungan sebagai berikut :
Vu2 V
1 = 1u1
ln-2h ln
2 2

1
Vu1 𝑥 ( − 2ℎ)
Vu2= 2𝑙𝑛
1
2 ln
1
171775,1344 𝑥(2 5400 − 2𝑥550)
Vu2=
1
2 x 5400
Vu2=101792,6722 N

Periksa kodisi geser pada penampang balok :


Kondisi 1
Vu ≤ 0,5 x ∅ x Vc
101792,672 ≥ 64415,6754 N (memenuhi)

126
Kondisi 2
0.5 x ∅ x Vc ≤ Vu ≤ ∅Vc
48027.65625 < 92861.521 > 96055.3125 (memenuhi)

Maka perencanaan penulangan geser balok diambil berdasarkan


kondisi 2
Vu- ∅Vc
Vs perlu=

Vs perlu=- 4258,389 N
Direncanakan menggunakan tulangan geser Ø10 mm dengan 2 kaki,
maka luasan tulangan geser adalah :
Av = (0,25 x 3,14 x d2) x n kaki
= 0.25 x 3.14 x 102
= 157 mm2
Perencanaan jarak perlu tulangan geser
Av x Fyv x d
S perlu=
Vs perlu
157 x 290 x 430,5
S perlu=
- 4602,389
S perlu=- 4602,836 mm

Sehingga dipasang jarak 100 mm


Periksa jarak spasi tulangan geser berdasarkan kondisi 2
S max < d/2 atau S max < 600 mm
S max < 440.5 mm/2 atau S max < 600 mm
S max < 220.25 atau S max < 600 mm

Sedangkan menurut persyaratan SNI 03-2847-2013 Pasal 21.3.4.2


dengan metode SRPMM spasi maksimum sengkang tidak boleh lebih
dari nilai dibawah ini :
S pakai < d/4
100 mm < 122,625 mm
Spakai < 8 diameter lentur

127
100 mm < 152 mm
S pakai < 24 diameter sengkang
100 mm < 240 mm
Jadi penulangan geser balok induk melintang BI (35/55) pada daerah
tumpuan adalah Ø10-100
 Pada wilayah lapangan
Gaya geser diperoleh dari metode perbandingan segitiga, dengan
perhitungan sebagai berikut :
Vu2 V
1 = 1u1
2
ln-2h 2
ln

1
Vu1 𝑥 ( − 2ℎ)
Vu2= 2𝑙𝑛
1
2 ln
1
147485,945𝑥( − 2𝑥500)
Vu2= 25400
1
2 x 5400
Vu2=92861,521 N

Periksa kodisi geser pada penampang balok :


Kondisi 1
Vu ≤ 0,5 x ∅ x Vc
92861.521 ≥ 59944,297 N (memenuhi)
Pada pemeriksaan kondisi geser penampang balok didapat hasil
yang memenuhi pada kondisi 1 maka pada wilayah lapangan tidak
diperlukan tulangan geser.
Sedangkan menurut persyaratan SNI 03-2847-2013 Pasal 21.3.4.2
dengan metode SRPMM, tulangan geser harus dispasikan tidak lebih
dari d/2 sepanjang panjang balok.
S pakai = d/2
S pakai = 490,5/2
S pakai = 245,25 mm
Jadi penulangan geser balok induk melintang BI (35/55) pada
daerah lapangan adalah Ø10-200

128
f. Perhitungan Panjang Penyaluran Tulangan

Gaya tarik dan tekan pada tulangan setiap penampang komponen struktur
beton bertulang harus disalurkan pada masing masing penampang melalui
penyaluran tulangan. Adapun perhitungan penyaluran tulangan berdasarkan
SNI 03-2847-2013 pasal 12.

 Penyaluran Tulangan Dalam Kondisi Tarik (𝑙𝑑 )

Penyaluran tulangan dalam kondisi tarik dihitung berdasarkan SNI


03-2847-2013 pasal 12.2 panjang penyaluran untuk batang ulir dan
kawat dalam kondisi tarik tidak boleh kurang dari 300 mm

(SNI 03-2847-2013 pasal 12.2.1) untuk panjang penyaluran batang


ulir dan kawat ulir dapat dihitung berdasarkan SNI 03-2847-2013 tabel
pada pasal 12.2 sebagai berikut

Tabel 7.1 Panjang Penyaluran Batang Ulir dan Kawat Ulir

Batang tulangan atau Batang tulangan D-22 dan


kawat ulir D-19 dan yang yang lebih besar
lebih kecil

Spasi bersih batang


tulangan atau kawat
yang disalurkan atau
disambung tidak
kurang dari 𝒅𝑏 ,
selimut bersih tidak
kurang dari 𝒅𝑏 , dan
sengkang atau 𝑓𝑦 ψt ψe 𝑓𝑦 ψt ψe
( ) 𝒅𝑏 ( ) 𝒅𝑏
pengikat sepanjang 𝒍𝑑 2,1 𝜆√f ′ c 1,7 𝜆√f ′ c

tidak kurang dari


minimum Tata cara
atau Spasi bersih

129
batang tulangan atau
kawat yang disalurkan
atau disambung tidak
kurang dari 𝟐𝒅𝑏 dan
selimut bersih

Kasus-kasus lain 𝑓𝑦 ψt ψe 𝑓𝑦 ψt ψe
( ) 𝒅𝑏 ( ) 𝒅𝑏
1,4 𝜆√f ′ c 1,1 𝜆√f ′ c

Tabel 1. Panjang penyaluran batang ulir dan kawat ulir

Dimana,

𝒍𝑑 = Panjang penyaluran tulangan kondisi tarik

𝒅𝑏 = diameter tulangan lentu yang dipakai

ψt = Faktor lokasi penulangan

ψt = Faktor pelapis

Tabel 7.2 Faktor Lokasi Penulangan

Ψt = Faktor lokasi penulangan

Bila tulangan horizontal dipasang sehingga lebih dari 1,3


300 mm beton segar dicor dibawah panjang penyaluran
atau sambungan

Tulangan lain 1,0

Ψe = Faktor pelapis

Batang tulangan dilapisi epoksi, batang tulangan 1,5


dilapisi ganda bahan seng dan eksposi, atau kawat
dilapisi eksposi dengan selimut kurang dari 𝟑𝒅𝑏 , atau
spasi bersih kurang dari 𝟔𝒅𝑏

Batang tulangan dilapisi epoksi, batang tulangan 1,2


dilapisi ganda bahan seng dan epoksi lainnya

130
Tulangan tidak dilapisi dan dilapisi bahan seng 1,0
(digalvanis)

Tabel 2 faktor lokasi dan factor pelapis

Perhitungan :
𝑓𝑦 ψt ψe
𝒍𝑑 = ( ) 𝒅𝑏
1,7 𝜆√f′ c

𝒍𝑑 = 1034,551 mm

Syarat :

𝒍𝑑 > 300 mm

1034,551 mm > 300 mm (Memenuhi)

Reduksi panjang penyaluran (tulangan lebih) :

𝐴𝑠 𝑃𝑒𝑟𝑙𝑢
𝒍𝑑 𝑟𝑒𝑑 = 𝐴𝑠 𝑃𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔 𝑥 𝒍𝑑

𝒍𝑑 𝑟𝑒𝑑 = 1011,128 mm ≈ 1100 mm

Maka panjang penyaluran tulangan dalam kondisi tarik 1100 mm

 Penyaluran Tulangan Berkait Dalam Kondisi Tarik (𝒍𝑑ℎ )

Penyaluran tulangan berkait dalam kondisi tarik dihitung


berdasarkan SNI 03-2847-2013 pasal 12.5 Panjang penyaluran tulangan
berkait dalam kondisi tarik tidak boleh kurang dari 150 mm. [SNI 03-
2847-2013 pasal 12.5.1] Berdasarkan SNI 03-2847-2013 pasal 12.5.2
Untuk batang tulangan ulir 𝒍𝑑ℎ harus sebesar (0,24 ψeFy/λ√fc′) x db
dengan ψe diambil sebesar 1,2 untuk tulangan dilapisi epoksi, dan λ
diambil sebesar 0,75 untuk beton ringan. Untuk kasus lainnya, ψe dan λ
harus diambil sebesar 1,0.

Perhitungan:

𝑓𝑦 ψt ψe
𝒍𝑑ℎ = ( ) 𝒅𝑏
2,1 𝜆√f′ c

𝒍𝑑ℎ = 917,429 mm

131
Syarat:

𝒍𝑑ℎ >150mm

917,429 mm > 150 mm Memenuhi Reduksi panjang penyaluran


(tulangan lebih) :

𝐴𝑠 𝑃𝑒𝑟𝑙𝑢
𝒍𝑑ℎ 𝑟𝑒𝑑 = 𝐴𝑠 𝑃𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔 𝑥 𝒍𝑑ℎ

𝒍𝑑ℎ 𝑟𝑒𝑑 = 818,533 mm ≈ 900 mm

Maka dipakai panjang penyaluran tulangan berkait dalam kondisi tarik


900 mm.

 Panjang kait

12db = 12(19) = 228 mm

Penyaluran Tulangan Dalam Kondisi Tekan (𝒍𝑑𝑐 ) Peyaluran tulangan


dalam kondisi tekan dihitung berdasarkan SNI 03-2847-2013 pasal 12.3
Panjang penyaluran tulangan dalam kondisi tekan tidak boleh kurang dari
200 mm [SNI 03-2847-2013 pasal 12.3.1] Berdasarkan SNI 03-2847-
2013 pasal 12.3.2 panjang penyaluran diambil terbesar dari:

0,24𝑓𝑦
𝒍𝑑𝑐 = ( )𝑑𝑏 𝒍𝑑𝑐 = (0,043 fy) db
𝜆√f′ c

𝒍𝑑𝑐 = 324,690 mm 𝒍𝑑𝑐 = 318,63 mm

Reduksi panjang penyaluran (tulangan lebih) :

𝐴𝑠 𝑃𝑒𝑟𝑙𝑢
𝒍𝑑𝑐 𝑟𝑒𝑑 = 𝐴𝑠 𝑃𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔 𝑥 𝒍𝑑𝑐

𝒍𝑑𝑐 𝑟𝑒𝑑 = 317,339 ≈ 400 mm

Maka dipakai panjang penyaluran tulangan berkait dalam kondisi tekan


400 mm.

Panjang kait

12db = 400 mm

132
Tabel 7.3 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Penulangan Balok Induk

TIPE BALOK B1

TUMPUAN LAPANGAN TUMPUAN

T. ATAS 3D19 3D19 3D19

T. BAWAH 2D19 2D19 2D19

T. SENGKANG D10 - 100 D10 - 100 D10-100

T. TORSI --

3D19 mm 3D19 mm

550 mm 550 mm
D10-100 mm D10-100 mm

2D19 mm 2D19 mm

350 mm 350 mm

TUMPUAN LAPANGAN

Gambar 7.3 Detail Penulangan Balok Arah Memanjang

3D19 mm 3D19 mm

1,5 m 3m 1,5 m
1 1 1
4 ln 2 ln 4 ln
2D19 mm
D10-100 mm
D10-100 mm
2D16 mm

Gambar 7.4 Detail Penulangan Balok Arah Melintang

133

Anda mungkin juga menyukai