Kelompok 5
Mala Ekawati F14160006
Angga Dwi S F14160008
Iqbal Nurhabib F14160023
Zakhirul M F14160061
Iklil Zulfan F14160057
Dosen:
Agus Ghautsun Ni’am, M.Si
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
PEMBAGIAN TUGAS
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Hidroponik
Hidroponik berasal dari bahasa Yunani, yaitu hydro yang berarti air dan
ponics yang artinya daya atau tenaga atau tenaga kerja (Lingga 2011). Istilah
hidroponik digunakan untuk menjelaskan tentang cara bercocok tanam tanpa
menggunakan tanah sebagai media tanamnya. Media hidroponik dapat berupa padat
dan air atau cairan larutan nutrisi. Media padat seperti pasir putih atau pasir kali,
arang kayu, pecahan genteng, dan kerikil. Beberapa kelebihan dari sistem
hidroponik adalah dapat dikembangkan dalam lahan yang terbatas, perawatan
tanaman lebih mudah karena gangguan hama dapat dikontrol dan dapat dikurangi,
kondisi tanaman dan lingkungan sekitar lebih bersih karena sistem hidroponik tidak
menggunakan tanah, tanaman tumbuh lebih cepat karena kebutuhan air, untur hara,
dan ketersediaan cahaya mudah diatur, pemberian pupuk dan penggunaan air lebih
efisien, harga jual produk hidroponik lebih tinggidibandingkan dengan produk non
hidroponik (Herwibowo K 2015). Selain keuntungan, sistem hidroponik juga
memeliki kekurangan serta kendala dari sistem hidroponik, yaitu investasi
pembuatan sistem hidroponik yang relatif lebih mahal, ketersediaan dan perawatan
perangkat hidroponik agak sulit, dan perlu keterampilan khusus dalam menimbang
dan merami bahan kimia sebagai larutan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman
(Tim Karya Tani 2010).
Jika dilihat berdasarkan media tanamnya, hidroponik dibedakan menjadi dua
macam, yaitu hidroponik non substrat dan hidroponik substrat. Hidroponik non
substrat adalah metode sistem hidroponik yang tidak menggunakan media tanam,
karena akar tanaman langsung ke dalam talang saluran air. Hidroponik tipe Nutrient
Film Technique (NFT) dan aeroponik adalah sebagian contoh hidroponik non
substrat, karena pada tipe aeroponik larutan nutrisi disemprotkan secara langsung
ke akar tanaman. Berbeda dengan hidroponik non substrat, hidroponik substrat
adalah sistem hidroponik yang menggunakan media padat (selain tanah) sebagai
media tanamnya dalam menyerap air, nutrisi, oksigen, serta mendukung
pertumbuhan akar tanaman seperti halnya fungsi pada tanah. Beberapa contoh
bahan yang dapat digunakan sebagai media taman pada hidroponik substrat adalah
arang, sekam padi, pasir, kerikil, cocopeat, rock wool, dan spons. Media tersebut
berfungsi sebagai tempat penyimpanan air nutrisi sementara dan berpijak akar,
untuk kebutuhan unsur hara disuplai dari air nutrisi yang disiramkan. Salah satu
jenis sistem hidroponik substrat yang dilakukan saat pengamatan adalah hidroponik
tipe deep flow technique (DFT) yang menggunakan rock wool sebagai media
tumpuan akar tanaman.
Sawi (Brassica juncea L.) masih satu famili dengan kubis-krop, kubis bunga,
broccoli dan lobak atau rades, yakni famili cruciferae (brassicaceae) olek karena
itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama pada sistem perakaran,
struktur batang, bunga, buah (polong) maupun bijinya. Tanaman sawi hijau
merupakan tanaman herba atau terna semusim (annual) berakar serabut yang
tumbuh dan menyebar ke semua arah di sekitar permukaan tanah, tidak membentuk
krops. Perakarannya sangat dangkal pada kedalaman sekitar 5 cm.Tanaman sawi
hijau memiliki batang sejati pendek dan tegap terletak pada bagian dasar yang
berada di dalam tanah (Cahyono 2003). Menurut Rukmana (2002) tanaman sawi
hijau dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Classis : Angiospermae
Ordo : Brassicales
Familia : Brassicaceae
Genus : Brassica
Species : Brassica rapa L. var. Parachinensis L. H Bailey
Dalam budidaya tanaman sawi, unsur hara (nutrisi) dan kondisi iklim mikro
merupakan hal yang sangat berpengaruh. Unsur hara yang tersedia cukup akan
diserap oleh tanaman untuk pertumbuhannya, sedangkan iklim berkaitan dengan
faktor di luar tanaman dalam mendukung pertumbuhannya. Untuk itu harus
diketahui sifat-sifat tanaman terkait dengan ketinggian, pH, iklim, dan kelembaban
udara yang sesuai dengan pertumbuhannya. Daerah penanaman yang cocok adalah
mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan 1.200 meter diatas permukaan laut.
Namun biasanya dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100
meter sampai 500 meter dpl. Derajat keasaman (pH) tanah yang optimum untuk
pertumbuhannya adalah pH 6 sampai pH 7 (Haryanto 2001).
Kondisi iklim yang dikehendaki untuk pertumbuhan tanaman sawi adalah
daerah yang mempunyai suhu malam hari 15,6°C dan siang harinya 21,1°C serta
penyinaran matahari antara 10-13 jam per hari. Kualitas penyinaran dengan sinar
matahari merupakan faktor utama di dalam pertumbuhan optimal tanaman sawi
(Telaumbanua, Purwantana, dan Sutiarso 2014). Beberapa varietas sawi ada yang
tahan terhadap suhu panas, dapat tumbuh dan berproduksi baik di daerah yang
suhunya antara 27°C-32°C (Rukmana 2002). Kelembaban udara yang sesuai untuk
pertumbuhan sawi hijau yang optimal berkisar antara 80-90%. Tanaman sawi hijau
tergolong tahan terhadap hujan. Curah hujan yang sesuai untuk pembudidayaan
tanaman sawi hijau adalah 1000-1500 mm/tahun. Meskipun demikian tanaman
sawi hijau tidak tahan terhadap air yang menggenang (Cahyono 2003). Sawi mulai
dipanen setelah tanaman berumur 45-50 hari. Panen dilakukan dengan cara
mencabut atau memotong pangkal batang. Bila panen terlambat dapat
menyebabkan tanaman cepat berbunga. Sawi yang baru dipanen ditempatkan di
tempat yang teduh, agar tidak cepat layu. Untuk mempertahankan kesegaran
sayuran ini perlu diberi air dengan cara dipercik (Rieuwpassa 2011).
Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Benih
yang baik akan menghasilkan tanaman yang tumbuh dengan baik. Benih sawi
berbentuk bulat, berukuran sangat kecil. Permukaannya licin mengkilap dan sedikit
keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Ada 2 cara penyemaian benih tanaman
sawi. Cara pertama, benih di semai di bedengan dengan luas ukuran bedeng
disesuaikan dengan kebutuhan bibit. Cara kedua, benih di semai pada wadah plastik
dengan luas ukuran wadah sesuai kebutuhan bibit. Benih yang akan kita gunakan
harus memiliki kualitas yang baik, perhatikan varietas, kadar air, suhu lama
penyimpanan, dan tempat menyimpannya apabila benih yang digunakan
merupakan benih kemasan. Sedangkan, apabila benih yang digunakan merupakan
benih dari hasil pananaman tanaman sawi maka benih kualitas benih juga harus
diperhatikan. Misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur
lebih dari 70 hari.
METODOLOGI
Prosedur Pelaksanaan
Tata Letak
Rona Lingkungan
Hasil
Pembahasan
PENUTUP
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN