Anda di halaman 1dari 10

METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF

RESUME ARITEL TOKSOLOGI INDUSTRI

Disusun oleh :
Ilham Fitri Fauzi
160106139006
Dosen :
Mona Safitri Fatiah, MKM.

STIKES BHAKTI PERTWI INDONESIA


S1 KESEHATAN MASYARAKAT
JL. Jagakarsa Raya No. 37 Jagakarsa – Jakarta selatan Telp./Fax 77884853 /
7270840.
2017-2018
Tema : Toksologi Industri

Penelitian 1
Judul : TOKSISITAS LIMBAH CAIR PABRIK BATIK TERHADAP
KELANGSUNGAN HIDUP, STRUKTUR HISTOLOGIK GINJAL, DAN
DAGING IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

Hasil :
Berdasarkan hasil analisis univariat menunjukkan bahwa faktor kadar pada
perlakuan mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup ikan karena nilai
signifikannya lebih kecil dari 0,05 (P < 0,05) yaitu 0,036. Faktor yang
mempengaruhi efek yang ditimbulkan dari toksikan tidak hanya ditentukan oleh
kadar dan waktu tetapi juga oleh parameter fisikokimia air yang berupa pH,
suhu, DO, dan adanya logam berat berupa kromium pada toksikan tersebut.
Kromium merupakan logam berat yang banyak terkandung pada limbah batik
karena adanya proses pewarnaan pada pembuatan batik. Kromium sendiri
banyak digunakan sebagai zat pewarna (Sembel, 2015:112)
Kesimpulan :
1. Limbah cair pabrik batik mempengaruhi kelangsungan hidup ikan nila,
semakin tinggi kadar limbah cair pabrik batik semakin rendah tingkat
kelangsungan hidup ikan nila.
2. Limbah cair pabrik batik mempengaruhi struktur histologik ginjal yang
ditandai dengan adanya kerusakan berupa nekrosis, hipertropi pada sel
tubulus, lumen menyempit, inti glomerulus mengalami piknosis,
peradangan antar sel tubulus, sel terlepas dari glomerulus.
3. Kandungan kromium pada daging ikan nila masih berada dalam ambang
batas aman karena masih berada di bawah 2,5 mg/kg. Ambang batas yang
ditetapkan oleh Dirjen POM No. 03725/ B/ SK/ 89.
Penelitian 2
Judul : FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN PADA KEJADIAN ASMA
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANGKANG KOTA SEMARANG
“Anamika Labitta, Budiyono, Mursid Rahardjo “

Hasil :

1. Keberadaan hewan peliharaan

Hasil penelitian menunjukkan nilai p= 0,036 dengan nilai odds ratio (OR)=
2,708 (95% CI= 1,056-6,941) yang menyatakan terdapat hubungan signifikan
keberadaan hewan peliharaan dengan kejadian asma. Responden yang tinggal di
rumah dengan adanya hewan peliharaan berisiko 2,706 kali lebih besar terkena
asma dibandingkan responden yang tinggal di rumah yang tidak memiliki hewan
peliharaan. Protein dalam serpihan kulit hewan peliharaan, urin, air liur, rambut,
dan feses dari hewan peliharaan tersebut dapat memicu timbulnya
asma.(3)Penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Reka Yuligawati pada tahun 2014 di Kelurahan Ciputat, yang menunjukkan
tidak terdapat hubungan yang signifikan antara keberadaan hewan peliharaan
dengan kejadian asma, dengan nilai p=0,323.(14)
2. Kelembaban udara
Hasil penelitian diperoleh pvalue= 0,048 dengan nilai odds ratio (OR)= 3,96
(95% CI= 1,140-13,756) yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara tingkat kelembaban udara dalam rumah dengan kejadian asma.
Responden yang tinggal di rumah dengan tingkat kelembaban udara yang tidak
memenuhi syarat berisiko 3,96 kali lebih besar terkena asma dibandingkan
responden yang tinggal di rumah yang mempunyai tingkat kelembaban udara
yang memenuhi syarat. Rumah dengan kelembaban tinggi menjadi tempat yang
baik untuk pertumbuhan mikroorganisme antara lain seperti bakteri, jamur, dan
virus.(17) Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ari
Dwi Kurniawati, pada tahun 2005, di Kota Semarang. Ditemukan hubungan
yang signifikan antara kelembaban udara dengan kejadian asma, berdasarkan
hasil analisis dengan nilai p= 0,02, OR= 3,964 (95% CI= 0,879-17,870).(18)
Penelitian 3
Judul : PERBEDAAN LAJU ENDAP DARAH SEBELUM DAN
SESUDAH PEMBERIAN AIR KELAPA HIJAU (Cocos nucifera L) PADA PEKERJA
BAGIAN PENGECATAN DI INDUSTRI KAROSERI SEMARANG “Rizka Laila
Rachmawati, Onny Setiani, Yusniar “

Hasil :
Karakteristik responden dalam penelitian ini dilihat berdasarkan umur, masa kerja,
dan lama kerja. Rata-rata umur responden yaitu 35,46 tahun, rata-rata masa kerja
yaitu 7,87 tahun (7 tahun 10 bulan), dan rata-rata lama kerja dalam sehari yaitu 8,21
jam. Tidak ada perbedaan laju endap darah baik antara sebelum dan sesudah
pemberian air kelapa hijau pada pengukuran 1 jam (p-value = 0,088) dan 2 jam (p-
value = 0,220) pada pekerja di bagian pengecatan. Akan tetapi lebih dari 50%
pekerja memiliki rata-rata laju endap darah diatas normal (>10 mm/jam). Dengan
pemberian air kelapa hijau hanya dapat menurunkan laju endap darah sebesar
28,13% untuk pengukuran 1 jam dan terjadi penurunan sebesar 40,63% untuk
pengukuran 2 jam.

Penelitian 4
Judul : Dampak Polutan dari Asap Pabrik Terhadap Sistem Pernapasan
Manusia Kaitannya dengan Toksikologi “Nahariyatul Mufidatul Izzah”
Hasil :
Polusi udara dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor. Namun pada
tahun-tahun terakhir perkembangan industri amat pesat merupakan faktor utama
dalam menyumbangkan polutan ke udara. Polutan yang kebanyakan berupa zat-zat
kimia sangat berbahaya bagi kesehatan terutama bagi kesehatan pernapasan
manusia karena manusia membutuhkan udara untuk bernapas. Udara yang tidak
terfilter dari polutan akan merusak organ-organ dalam sistem pernapasan manusia.
Keracunan merupakan keadaan dimana ambang batas suatu zat asing yang masuk
dalam tubuh melebihi batasnya. Menyebabkan reaksi penolakan yang hebat oleh
tubuh manusia. Dalam kadar yang terlalu banyak, akan menyebabkan kematian.
Untuk itu diharapkan pada tiap pabrik disediakan pemfilter asap yang keluar
sebagai residu produksi agar tidak terbawa juga bahan-bahan kimia polutan yang
mengkontaminasi udara bersih.
Penelitian 5
Judul : “UJI TOKSISITAS AKUT LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU
TERHADAP IKAN NILA (Oreochromis Niloticus) PADA SUNGAI KEMUNING
BANJARBARU TAHUN 2016”
Hasil :
1. Uji Toksisitas akut adalah uji yang dilakukan untuk mengevaluasi
konsentrasi bahan kimia atau durasi pemaparan (Limbah Tahu) yang
dibutuhkan terhadap satu sampel uji (Ikan Nila) yang diamati dalam kurun
waktu 24 jam dengan kondisi yang disesuaikan.

2. Limbah tahu yang dibuang kelingkungan tanpa ada proses pengolahan


terlebih dahulu berbahaya bagi kondisi lingkungan perairan dan dapat
menyebabkan perubahan lingkungan, terutama bagi ekosistem perairan
termasuk juga biota air di dalamnya

3. Reaksi atau hubungan yang terjadi dari uji toksisitas akut terhadap biota
perairan, khususnya ikan nila menggambarkan bahwa limbah tahu berbahaya
bagi populasi ikan nila di perairan. Hal ini disebakan karena peningkatan
COD, BOD, TSS dan Amonia yang menyebabkan penyumbatan insang dan
mengurangi supplai oksigen terhadap ikan tersebut

Penelitian 6

Judul : DETEKSI LOGAM TIMBAL (Pb) PADA IKAN NILA


(Oreochromis niloticus) DI SEPANJANG SUNGAI KALIMAS
SURABAYA“Jakfar, Agustono dan Abdul Manan “

Hasil :

Kadar timbal yang terdapat pada ikan nila di sepanjang sungai Kalimas
Surabaya berktsar 0,025 mg/l. Kadar timbal pada air sungai 0,0398 mg/l
sedangkan pada sedimen 0,242 mg/l. Ikan nila dan air yang terdapat di
sepanjang sungai Kalimas Surabaya terdeteksi mengandung logam timbal akan
tetapi dibawah ambang batas, sedangkan sedimen diatas ambang batas SNI.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kadar logam berat yang
berbeda di lokasi yang berbeda dan pada jenis ikan yang terdapat di sungai
tersebut.

Penelitian 7

Judul : HUBUNGAN MASA KERJA DAN LAMA KERJA


DENGAN KADAR TIMBAL (Pb) DALAM DARAH PADA BAGIAN
PENGECATAN, INDUSTRI KAROSERI SEMARANG “Diah Ayu Pusparini,
Onny Setiani, Yusniar Hanani D “
Hasil :
1. Kadar Timbal (Pb) dalam darah pekerja yang melebihi ambang batas
ditetapkan oleh WHO (10 µg/dL) sebanyak 87,5% lebih banyak
dibandingkan pekerja yang memiliki kadar Pb dalam darahnya normal. Rerata
34,4082 µg/dL, dengan standar devisiasi 16,708. Kadar Pb terendah dari
pekerja yaitu sebesar 5,18 µg/dL dan kadar Pb tertinggi sebesar 68,43 µg/dL.
2. Umur responden terbanyak adalah mereka yang memiliki umur 36- 54 tahun
dengan rata- rata umur 35 tahun.
3. Responden yang memiliki kebiasaan merokok lebih banyak persentase
dibandingkan mereka yang tidak merokok yaitu sebanyak 57,5%.
4. Status gizi responden yang diukur dengan IMT 57,6% memiliki IMT Normal.
5. Penggunaan APD oleh responden sebanyak 81,2% lebih banyak tidak
memenuhi syarat.
6. Rata-rata masa kerja pekerja di bagian pengecatan industri karoseri sebesar
7,636 tahun dengan standar devisiasi 9,069. Dengan masa kerja terbaru
selama 4 bulan dan masa kerja terlama selama 30 tahun
7. Tidak ada hubungan antara masa kerja dengan kadar timbal (Pb) dalam darah
dengan p value 0,106 dengan 95% CI (0,525- 1,110) dan PR 0,764
8. Rerata lama kerja pekerja di bagian pengecatan industri karoseri adalah 8,19
jam dengan standar deviasi 1,118 jam per hari.
9. Ada hubungan antara lama kerja dengan kadar timbal (Pb) dalam darah
dengan p value= 0,125 dengan 95% CI (0,033- 0,28) dan PR 0,097
Penelitian 8

Judul : Produksi Panel Dinding Bangunan Tahan Gempa dan Ramah


Lingkungan dari Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Industri Minyak dan Gas
“ Luqman Hakim, Yulianto P., Prihatmaji, Andik Yulianto, Davis Willyam, Aji
Wilaksono, Billy Ardi “

Hasil :
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dalam memanfaatkan kembali limbah
activated alumina, sandblasting, dan glaswool yang berasal dari idustri migas ini
dengan menggunakan konsep stabilisasi/solidifikasi (S/S) maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
a. Produk wall panel yang dibuat dalam penelitian ini memenuhi persyaratan fisik
yang kuat sehingga lebih resisten terhadap resiko akibat adanya gempa
dibandingkan dengan material sejenis seperti bata merah, batako.

b. Kadar kandungan logam berat yang terdapat di dalam wall panel setelah
dilakukan uji TCLP ternyata berada dibawah baku mutu seperti yang telah
ditetapkan dalam PP No.85 Tahun 1999. Jadi ini artinya produk wall panel
dalam penelitian ini ramah lingkungan.

c. Uji toksisitas akut pada produk wall panel tidak menyebabkan kematian hewan
sehingga dapat dinyatakan aman bagi lingkungan

Penelitian 9

Judul : KAJIAN TOKSISITAS LIMBAH BIOSLUDGE YANG


BERASAL DARI IPAL INDUSTRI PULP DAN KERTAS DENGAN METODE
TOXICITY CHARATERISTIK LEACHING PROCEDURE
“Yuzelma “

Hasil :

Hasil analisis karakteristik biosludge IPAL PT. RAPP, untuk Toxicity


Characteristic Leaching Procedure (TCLP), khusus 11 macam kategori logam
berat, adalah sebagai berikut: arsen (0,004 mg/L), barium (0,122 mg/L), boron
(2,66 mg/L), kadmium (0,011 mg/L), kromium (0,003 mg/L) tembaga (0,025
mg/L), timbal (0,051 mg/L), mercuri (0,0003 mg/L), selenium (<0,001 mg/L),
perak (<0,001 mg/L), seng (0,084 mg/L). Nilai TCLP jauh berada dibawah baku
mutu yang sudah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah nomor 18 dan nomor 85
Tahun 1999 dan baku mutu US EPA. Setelah dilakukan mekanisme delisting yang
terdapat dalam PP nomor 85 Tahun 1999 pasal 8 , maka limbah bi sludge IPAL
dikategorikan sebagai limbah non B3. Nilai TCLP limbah biosludge berada di
bawah baku mutu yang sudah ditentukan, namun apabila dilihat dari sifat logam
berat itu sendiri cendrung bersifat stabil di lingkungan, sehingga mengalami
akumulasi dari waktu ke waktu.

Penelitian 10
Judul : EVALUASI PENERAPAN GLOBALLY HARMONIZED SYSTEM
(GHS) SEBAGAI PENGENDALIAN BAHAN KIMIA DI PT. PUPUK
KALIMANTAN TIMUR “Pamela Dewi Widuri*, Mulyono* “

Hasil :
Penerapan Globally Harmonized System di PT. Pupuk Kalimantan Timur
termasuk dalam kategori baik (70,08 %). Pada poin penyediaan dan pemasangan
Lembar Data Keselamatan (SDS/LDK) pada bahan kimia PT. Pupuk Kalimantan
Timur masih dalam kategori kurang (31,51%) karena masih banyak bahan kimia
di gudang yang tidak dilengkapi dengan SDS/LDK. Sedangkan pada penyediaan
dan pemasangan Lembar Data Keselamatan (SDS/LDK) pada pabrik PT. Pupuk
Kalimantan Timur termasuk dalam kategori baik (99,94%), hanya saja
penempatan buku SDS/LDK yang jauh dari lokasi tempat kerja.
Pada poin penyediaan dan pemasangan label pada bahan kimia di PT. Pupuk
Kalimantan Timur termasuk dalam kategori baik (78,4%), namun masih banyak
label yang belum menggunakan piktogram GHS, serta penempatan bahan kimia di
gudang bahan kimia yang kurang sesuai, sedangkan pada penyediaan dan
pemasangan label di pabrik PT. Pupuk Kalimantan Timur termasuk dalam kategori
baik (88,8%), namun kriteria identitas produsen masih belum sesuai karena belum
dicantumkan pada label di area pabrik PT. Pupuk Kalimantan Timur.
Penelitian 11
Judul : PEMANFAATAN RUMPUT ALANG-ALANG (Imperata
cylindrica) SEBAGAI BIOSORBEN CR(VI) PADA LIMBAH INDUSTRI
SASIRANGAN DENGAN METODE TEH CELUP

Hasil :
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka
diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. pH optimum untuk adsorpsi Cr(VI) oleh biomassa Imperata cylindrica adalah
pada pH 3 sebesar 94,03%.
2. Waktu kontak optimum untuk adsorpsi Cr(VI) oleh biomassa Imperata
cylindrica yaitu 90 menit dengan banyaknya Cr(VI) yang teradsorp sebesar
13,513%.
3. Kapasitas adsorpsi Cr(VI) oleh biomassa Imperata cylindrica yaitu berkisar
antara 10 – 20 mg/l.
4. Kapasitas adsorpsi Cr(VI) oleh biomassa Imperata cylindrica pada limbah cair
sasirangan yaitu sebesar 25,87%.
5. Kemampuan recovery Cr(VI) berkisar antara 66,07% sampai 76,47%.
Gugus-gugus fungsi yang ada pada biomassa Imperata cylindrica adalah gugus
hidroksil, karboksil, metil, amina dan rangkaian alkana;

Penelitian 12

Judul : Hubungan Kadar Pb Dalam Darah Dengan Profil Darah Pada


Petugas Operator Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum di Kota Semarang Timur.
“Mifbakhuddin, Nur Endah W., Suhartono “

Hasil :

Berdasarkan hasil penelitian terdapat hubungan antara merokok dengan kadar


eritrosit dalam darah (p=0,009). Demikian halnya dengan hubungan antara
pemakaian obat dengan kadar Hb juga terdapat hubungan (p : 0,039). Sedangkan
pada riwayat sakit, pemakaian APD, minum teh, dan konsumsi alkohol tidak
terdapat hubungan dengan profil darah yang mencakup Hb, Ht, Leukosit,
Trombosit, Eritrosit, MCV,
MCH dan MCHC karena nilai (p > 0,05). 24-26 Sebagian besar (61,5 %),
petugas SPBU mempunyai kebiasaan merokok. Rokok yang dibakar akan
menghasilkan ribuan zat berbahaya salah satunya adalah gas CO. Gas CO
mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin (Hb) yang terdapat pada sel darah
merah (eritrosit) lebih kuat dibandingkan oksigen. Menurut Dede Kusmana (2006),
setiap ada asap rokok di samping kadar oksigen udara yang sudah berkurang, juga
sel darah merah (eritrosit) akan semakin kekurangan oksigen, oleh karena yang
diangkut adalah CO bukan oksigen. Sel tubuh yang menderita kekurangan oksigen
akan berusaha meningkatkan kadar Hb darah yaitu melalui kompensasi pembuluh
darah dengan jalan menciut atau spasme. Bila proses spasme berlangsung lama dan
terus menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak dengan terjadinya proses
aterosklerosis (penyempitan).16,17
Model akhir pada penelitian diperoleh nilai B sebesar 0,328, Wald 7,290 ,
OR 1,388 dengan pvalue 0,007 artinya model signifikan.
Model : z = -7,283 + 0,328 Pb Model akhir regresi multivariat diperoleh hasil
pvalue : 0,007 yang berarti model signifikan. Hasil uji regresi multivariat ini
diperoleh OR sebesar 1,388, yang berarti pada petugas SPBU yang mempunyai
kadar Pb dalam darah melebihi dari normal, mempunyai resiko kadar Hb <14,0,
1,388 kali lebih besar dibandingkan dengan petugas yang kadar Pbnya dibawah
normal.
Pada model akhir (model fit ) diperoleh nilai B sebesar 0,306, Wald 7,757, OR
1,358 dengan p-value 0,005 artinya model signifikan.
Model : z = -6,55 + 0,306 Pb Model akhir regresi multivariat diperoleh
hasil p-value : 0,005 yang berarti model signifikan. Hasil uji regresi multivariat ini
diperoleh OR sebesar 1,358, yang berarti pada petugas SPBU yang mempunyai
kadar Pb dalam darah melebihi dari normal, mempunyai resiko kadar hematokrit
< 42 %, 1,358 kali lebih besar dibandingkan dengan petugas yang kadar Pbnya
dibawah normal.

Anda mungkin juga menyukai