Anda di halaman 1dari 22

PENERAPAN TINDAKAN PERAWATAN SELANG

NASOGASTRIK TERHADAP RESIKO INFEKSI PADA


PASIEN DENGAN GAGAL GINJAL KRONIS DI PAVILIUM
CEMPAKA RSUD KABUPATEN TANGERANG

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian

Dosen Pengajar : Ema Hikmah,S.Kp,M.kep

Di susun oleh :

FENY PRATIWI

P27901117052

TINGKAT 3B/ SEMESTER V

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN

JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan Proposal ini tentang
Penerapan Tindakan Perawatan Selang Nasogastrik Terhadap Resiko Infeksi Pada Pasien
Dengan Gagal Ginjal Kronis.
Proposal ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan Proposal ini. Untuk itu saya
menyampaikan banyak terima kasih.
Terlepas dari itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki Proposal ini.
Akhir kata saya berharap semoga Proposal tentang Penerapan Tindakan Perawatan
Selang Nasogastrik Terhadap Resiko Infeksi Pada Pasien Dengan Gagal Ginjal Kronis ini dapat
memberikan manfaat terhadap pembaca.

Tangerang, 03 Desember 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang ...................................................................................
B. Rumusan Masalah ..............................................................................
C. Tujuan Masalah ..................................................................................
D. Manfaat Penulisan ..............................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................
A. Konsep Dasar Penyakit Gagal Ginjal Kronis .....................................
1. Definisi ...........................................................................................
2. Etiologi ...........................................................................................
3. Tanda dan Gejala............................................................................
4. Patofisiologi ...................................................................................
5. Pathway Gagal Ginjal Kronis .........................................................
6. Masalah Keperawatan Yang Mungkin Muncul .............................
7. Perawatan Selang Nasogastric Pada Pasien CKD ..........................
B.Perawatan Selang Nasogastric .............................................................
1. Definisi ............................................................................................
2. Tujuan .............................................................................................
3. Indikasi ............................................................................................
4. Alat dan Bahan ................................................................................
5. Prosedur Tindakan ...........................................................................
6. Hal – hal Yang Perlu Di Perhatikan ................................................
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................
A. Kerangka Konsep ...............................................................................
B. Hipotesis .............................................................................................
C. Rancangan ..........................................................................................
D. Subjek ................................................................................................
E. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................
F. Fokus Studi .........................................................................................

2
G. SOP Perawatan Selang Nasogastric Tube .........................................
H. Tahapan Studi Kasus ..........................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................

3
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Cronic Renal Failure atau gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal
yang progresif dan irversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan kesimbangan cairan dan elektrolit, yang menyebabkan uremia (retensi
uretra dan sampah nitrogen lain dalam darah).
Gagal ginjal kronik atau penyakit tahap akhir adalah penyimpanan progresif,
fungsi ginjal yang tidak dapat pulih dimana kemampuan tubuh untuk mempertahankan
keseimbangan metabolic, dan cairan elektrolit mengalami kegagalan yang
mengakibatkan uremia. Kondisi ini mungkin disebabkan oleh glumeluronefritis kronis,
piolenefritis, hipertensi tak terkontrol, lesi herediter seperti pada penyakit polikistik,
kelainan vaskuler akibat penyakit sistemik (diabetes), infeksi, obat-obatan atau
preparata toksik. Preparat lingkungan dan okupasi yang telah menunjukkan mempunyai
dampak dalam gagal ginjal kronik termasuk timah, cadmium,merkuri, dan kromium.
Pada akhirnya dialysis atau transplantasi ginjal diperlukan untuk menyelamatkan pasien
(Baughman dan Hackley,2000).
Gagal ginjal kronik dapat timbul dari hampir semua penyakit ginjal. Apapun
sebabnya, terjadi perubahan fungsi ginjal secara progresif. Hipertensi dapat
mempercepat gagal ginjal, dengan meningkatkan protein-protein plasma (Corwin,
2001).
Gagal ginjal kronis dapat terjadi karena banyak sebab yang berkembang
tanpa disadari. Awalnya bisa terjadi karena hal yang ringan, misalnya kurang
minum atau gaya hidup yang kurang berolahraga, pola makan tinggi lemak dan
karbohidrat, jugalingkungan yang buruk.Beberapa faktor penyebab terjadinya gagal
ginjal kronis adalah radang ginjal menahun, batu ginjal, dan batu saluran kemih
yang kurang mendapat perhatian, obat-obatan modern ataupun tradisional yang
digunakan dalam jangka waktu lama, hipertensi, diabetes, serta penyakit ginjal turunan
(Hadibroto, 2007)

4
B. Rumusan Masalah
Bagaimana penerapan tindakan perawatan selang nasogastrik terhadap resiko infeksi pada
pasien dengan gagal ginjal kronis ?

C. Tujuan Masalah
1. Tujuan Umum
a) Melaksanakan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami gagal ginjal kronik
dengan masalah perawatan selang nasogastrik terhadap resiko infeksi di pavilium
cempaka rsud kabupaten tangerang

2. Tujuan Khusus
a) Melakukan pengkajian keperawatan pada klien yang mengalami gagal ginjal kronik
dengan masalah perawatan selang nasogastrik terhadap resiko infeksi di pavilium
cempaka rsud kabupaten tangerang.
b) Melakukan diagnosis keperawatan pada klien yang mengalami gagal ginjal kronik
dengan masalah perawatan selang nasogastrik terhadap resiko infeksi di pavilium
cempaka rsud kabupaten tangerang.
c) Melakukan perencanaan keperawatan pada klien yang mengalami gagal ginjal kronik
dengan masalah perawatan selang nasogastrik terhadap resiko infeksi di pavilium
cempaka rsud kabupaten tangerang.
d) Melakukan tindakan keperawatan pada klien yang mengalami gagal ginjal kronik
dengan masalah perawatan selang nasogastrik terhadap resiko infeksi di pavilium
cempaka rsud kabupaten tangerang.
e) Melakukan evaluasi keperawatan pada klien yang mengalami gagal ginjal kronik
dengan masalah perawatan selang nasogastrik terhadap resiko infeksi di pavilium
cempaka rsud kabupaten tangerang.

5
D. Mafaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Menambah khasanah keilmuan sehingga meningkatkan ilmu pengetahuan, menambah
wawasan dalam mencari pemecahan masalah pada klien gagal ginjal kronik dengan
masalah perawatan selang nasogastrik terhadap resiko infeksi.

2. Manfaat Praktis
a) Bagi klien dan keluarga
Sebagai tambahan pengetahuan bagi klien dan keluarga untuk dapat melakukan
perawatan pada klien atau anggota keluarga yang anggota keluarganya menderita
penyakit gagal ginjal kronik, sehingga dapat mengambil keputusan yang sesuai dengan
masalah serta ikut memperhatikan dan melaksanakan tindakan yang diberikan oleh
perawat.

b) Bagi perawat
Dapat dijadikan bahan masukan bagi perawat di rumah sakit dalam melakukan tindakan
asuhan keperawatan dalam rangka meningkatkan cara pelayanan dan mutu pelayanan
yang baik khususnya klien gagal ginjal kronik.

c) Bagi peneliti
Sebagai referensi pengembangan masalah keperawatan yang dilakukan oleh peneliti
selanjutnya.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIS


1. Definisi
Gagal Ginjal Kronik merupakan suatu keadaan menurunnya fungsi ginjal yang
bersifat kronis akibat kerusakan progresif sehingga terjadi uremis atau
penumpukkan akibat kelebihan urea dan sampah nitrogen di dalaam darah (Priyanti
& Farhana, 2016).
Gagal Ginjal Kronik adalah suatu kondisi dimana tubuh mengalami kegagalan
untuk mempertahankan keseimbangan metabolik, cairan dan elektrolit dikarenakan
kemunduran fungsi ginjal yang bersifat progresif dan irreversible. Kerusakan pada
ginjal ini menyebabkan menurunnya kemampuan dan kekuatan tubuh untuk
melakukan aktivitas, sehingga tubuh menjadi lemah lemas dan berakhir pada
menurunnya kualitas hidup pasien (Wijaya & Putri, 2013).

2. Etiologi
a. Gangguan pembuluh darah ginjal
Salah satu lesi vaskuler yang dapat menyebabkan iskemik padaa ginjal dan
kematian jaringan ginjal yang paling sering adalah atreosklerosis pada arteri
renalis besar, dengan konstriksi skleratik progresif pada pembuluh darah.
Hiperplasia fibromuskular dapat menyebabkan sumbatan pada pembukuh
darah. Hipertensi lama yan tidak diobati mengakibatkan nefrosklerosis yang
dicirikan anataara lain terjadinyaa penebalan, hilangnya elastisitas sistem,
perubahan daraah ginja mengakibatkan aliran darah menurun dan akhirnya
terjadi gagalginjal.

b. Gangguan imunologis
Seperti glomerulonefritis (peradangan pada glumerulo) dan SLE (System
Lupus Erythematosus).
7
c. Infeksi
Infeksi ini bisa disebabkan oleh bakteri seperti Echericia Coli berasal dari
kontaminasi tinja pada traktus urinarius bakteri. Bakteri

d. Gangguan Metabolik
Contoh penyakit gangguan metabolikyaitu Diabetes Mellitus (DM) dapat
menyebabkan mobilisasi lemak meningkat kemudian terjadi penebalan
membran kapiler dan ginjal berlanjut dengan disfungsi endotel sehingga
terjadi nefropati amiloidosis yang disebabkan endapan zat-zat proteinemia
abnormal pada dinding pembuluh darah secara serius dan menyebabkan
membran glomerulus rusak.

e. Gangguan Tubulus Primer


Terjadinya nefrotoksis akibat analgesik atau logam berat

f. Obstruksi Traktus Urinarius


Oleh batu ginjal, hipertrofi prostat, dan konstriksi uretra

g. Kelainan Kongenital Dan Herediter


Dapat terjadi karena kondisi keturunan dengan karakteristik kista atau
kantong berisi cairan di dalam ginjal dan organ lain serta tidak adanya
jaringan ginjal yang bersifat kongenital

3. Tanda dan Gejala


a. Gangguan pernafasan
b. Oedema
c. Hipertensi
d. Anoreksia, nausea, vomitus
e. Ulserasi lambung

8
f. Stomatitis
g. Proteinuria
h. Hematuria
i. Letargi, apatis, penurunan konsentrasi
j. Anemia
k. Perdarahan
l. Turgor kulit jelek, gatal-gatal pada kulit
m. Distrofi renal
n. Hiperkalemia
o. Asidosis metabolik

4. Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan
tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak. Nefron-nefron yang utuh menjadi
hipertrofi dan produksi dari hasil filtrasi meningkat disertai reabsorpsi walaupun
dalam keadaan penurunan GFR (Glomerulus Filtration Rate). Metode adaptif ini
dapat berfungsi sampai ¾ nefron dari nefron-nefron rusak. Beban bahan yang harus
dilarut13menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis
osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak
bertambah banyak timbul oliguri disertai retensi produk sisa. Gejala-gejala pada
pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal ini bila
kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80-90%. Pada tingkat fungsi ginjal dengan nilai
creatinin clearanceturun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah dari itu. Penurunan
fungsi renal menyebabkan produk akhir dari metabolisme protein (yang biasanya di
ekskresikan ke dalam urin) menjadi tertimbun dalam darah, sehingga terjadilah
uremia dam mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk
sampah di dalam darah maka gejala akan semakin berat. Gejala uremia ini biasanya
dapat ditangani dengan tindakan terapi dialisis. Gagal ginjal kronik dapat
disebabkan karenagangguan pembuluh darah ginjal(penyakit vaskular), gangguan
imunologis, infeksi, gangguan metabolik, gangguan tubulus primer, obstruksi
traktus urinarius, dan kelainan kongenital dan herediter. Adanya lesi vaskular dapat

9
menyebabkan iskemik pada ginjal dan kematian jaringan ginjal (yang paling sering
adalah atreosklerosis pada arteri renalis besar, dengan konstriksi skleratik progresif
pada pembuluh darah) sehingga dapat menyebabkan hiperplasia fibromuskular
sehingga terjadi sumbatan pada pembuluh darah. bila tidak segera diatasi akan
muncul masalah yaitu hipertensi. Hipertensi menyebabkan penurunan perfusi renal
yang mengakibatkan terjadinya kerusakan parenkim ginjal hal ini menyebabkan
peningkatan 14renin dan meningkatkan angiotensin II, selanjutnya angiotensin II
dapat menyebabkan dua hal yaitu : peningkatan aldosteron dan vasokonstriksi
arteriol. Pada kondisi peningkatan aldosteron, akan meningkatkan reabsorpsi
natrium, natrium akan meningkat di cairan ekstra seluler. Pada gagal ginjal
penurunan ekskresi Na menyebabkan retensi cairan sehingga volume overload dan
diikuti edema paru. Edema paru akan mempengaruhi kemampuan mekanik dan
pertukaran gas di paru dengan berbagai mekanisme. Edema interstitial dan alveoli
menghambat pengembangan alveoli, serta menyebabkan atelaktasis dan penurunan
produsksi surfaktan. Akibatnya, komplians paru dan volume tidal berkurang.
Sebagai usaha agar ventilasi semenit tetap adekuat, pasien harus meningkatkan
usaha pernapasan untuk mencukupkanvolume tidal dan/meningkatkan frekuensi
pernapasan. Secara klinis gejala yang dapat timbul yaitu gejala sesak nafas, retraksi
interkostal pada saat inspirasi, dan perubahan berat badan (Rendy & Margareth,
2012)

10
5. Pathway

11
6. Masalah Perawatan Yang Mungkin Muncul
Diagnosa keperawatan yang muncul menurut Padila (2012), Muttaqin & Sari
(2014), Suharyanto dan Madjid (2009) adalah :
a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi.
b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme
regulasi : penurunan volume urine, retensi cairan.
c. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan preload.
d. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor
biologi: anoreksi, mual muntah.
e. Intoleran aktivitas berhubungan dengan keletihan.
f. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan status metabolik.

7. Perawatan Selang Nasogastric Pada Pasien CKD


a. Nilai kembali penempatan selang sebelum memberikan bolus makanan,
cairan, atau obat-obatan dan pada setiap pergantian untuk pemberian
makanan secara kontinu.
b. Bilas selang dengan 30 mL air setelah setiap makan dan setelah setiap
pemberian obat-obatan
c. Nilai adanya iritasi atau pecahnya kulit. Rekatkan ulang setiap hari dan
pada lokasi yang berlainan untuk menghindari penekanan konstan pada satu
area hidung. Cuci dengan lembut area sekitar hidung dengan sabun dan air.
Berikan perawatan kebersihan nasal setiap hari dan jika diperlukan.
d. Berikan perawatan mulut setiap 2 jam dan jika dibutuhkan (cuci mulut, air,
sikat gigi, bersihkan lidah, gigi, gusi, pipi, dan membran mukosa). Jika
pasien sedang membersihkan mulut, ingatkan ia untuk tidak menelan air.

B. PERAWATAN SELANG NASOGASTRIC


1. Definisi
Nasogastric Tube adalah alat yang digunakan untuk memasukkan nutrisi cair
dengan selang plastik yang dipasang melalui hidung sampai lambung. Ukuran
Nasogastric Tube di bagi menjadi 3 kategori yaitu :
Dewasa : 16 – 18 Fr
12
Anak – anak : 12 – 14 Fr
Bayi : 6 Fr

2. Tujuan
a. Memasukkan makanan cair atau obat-obat atau padat yang dicairkan atau
padat yang dicairkan.
b. Mengeluarkan cairan atau isi lambung dan gas yang ada dalam lambung.
c. Mengirigasi karena perdarahan atau keracunan dalam lambung.
d. Mencegah atau mengurangi mual dan muntah setelah pembedahan atau
trauma.
e. Mengambil spesimen pada lambung untuk studi laboratorium

3. Indikasi

4. Alat dan Bahan


Baki berisi:
a. NGT No.14 atau 16 (untuk anak lebih kecil)
b. Jeli
c. Sudip lidah
d. Sepasang sarung tangan
e. Senter
f. Spuit atau alat suntik ukuran 50-100 cc
g. Plester
h. Stetoskop
i. Handuk
j. Tisu
k. Bengkok

5. Prosedur Tindakan
a. Dekatkan alat ke samping klien
b. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan dengan tujuannya.
c. Cuci tangan
d. Bantu klien pada posisi High Fowler.
e. Meningkatkan kemampuan klien untuk menelan.

13
f. Pasang handuk pada dada klien, letakkan tisu wajah dalam jangkauan
klien. Agar tidak mengotori pakaian klien. Pemasangan slang dapat
menyebabkan keluarnya air mata.
g. Memakai sarung tangan.
h. Untuk menentukan insersi NGT, minta klien untuk rileks dan bernapas normal
dengan menutup satu hidung kemudian mengulanginya dengan menutup
hidung yang lain. Slang mudah masuk melalui slang hidung yang lebih paten.
i. Beri tanda pada panjang slang yang sudah diukur dengan menggunakan
plester.
j. Oleskan jeli pada NGT sepanjang 10-20cm
k. Lanjutkan memasukkan slang sepanjang rongga hidung
l. Evaluasi klien setelah terpasang NGT
m. Rapikan alat-alat.
n. Cuci tangan.
o. Dokumentasikan hasil tindakan pada catatan perawatan.

6. Hal – hal Yang Perlu Diperhatikan


a. Metode tradisional : Ukur jarak dari puncak lubang hidung ke daun telingah
bawah dan ke prosesus xifoideus di sternum.
b. Metode Hanson : Mula-mula tandai 50 cm pada slang kemudian lakukan
pengukuran dengan metode tradisional. Slang yang akan dimasukkan
pertengahan antara 50 cm dan tanda tradisional.
c. Beri tanda pada panjang slang yang sudah diukur dengan menggunakan
plester.
d. Oleskan jeli pada NGT sepanjang 10-20cm. Pelumasan menurunkan friksi
antarmembran mukosa dengan slang.
e. Ingatkan klien bahwa slangakan segera dimasukkan dan instruksikan klien
untuk mengatur posisi kepala ektensi, masukkan slang melalui lubang
hidung yang telah ditentukan. Memudahkan masuknya slang melalui hidung
dan memelihara agar jalan napas tetap terbuka.
f. Lanjutkan memasukkan slang sepanjang rongga hidung. Jika terasa agak
tertahan, putarlah slang dan jangan paksakan untuk dimasukkan.

14
Meminimalkan ketidaknyamanan akibat pemasangan NGT. Dengan
memasukkan slang dengan cara memutar dan sedikit menarik, ujung slang
akan mudah masuk ke faring.
g. Lanjutkan memasang slang sampai melewati nasofaring. Setelah melewati
nasofaring (3-4cm) anjurkan klien untuk menekuk leher dan menelan.
h. Dorong klien untuk menelan dan memberikan sedikit air minum (jika
perlu). Tekankan pentingnya bernapas lewat mulut. Menelan memudahkan
lewatnya slang melalui orofaring.
i. Jangan memaksakan slang untuk masuk. Jika ada hambatan atau klien
tersedak, sianosis, hentikan mendorong slang. Periksa posisi slang di
belakang tenggorok dengan menggunakan sudip lidah dan senter. Slang
mungkin terlipat, menggulung di orofaring atau masuk ke trakea.

j. Jika telah selesai memasang NGT sampai ujung yang telah ditentukan,
anjurkan klien rileks dan bernapas normal. Memberi kenyamanan dan
mengurangi kecemasan.
k. Periksa letak slang dengan
1) Memasang spuit pada ujung NGT, memasang bagian diafragma
stetoskop pada perut dan kuadran kiri atas klien (lambung)
kemudian suntikan 10-20 cc udara bersamaan dengan auskultasi
abdomen.
2) Mengaspirasi pelan-pelan untuk mendapatkan isi lambung.
3) Memasukkan ujung bagian luar slang NGT ke dalam mangkuk yang
berisi air. Jika terdapat gelembung udara, slang masuk ke dalam
paru-paru. Jika tidak terdapat gelembung udara, slang masuk ke
dalam lambung.
l. Posisi yang tepat penting untuk diketahui sebelum mulai memasukkan
makanan
m. Oleskan alkohol pada ujung hidung klien dan biarkan sampai kering
n. Fiksasi slang dengan plester dan hindari penekanan pada hidung

15
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini menjelaskan dugaan adanya hubungan antara
perawatan selang nasogastrik terhadap resiko infeksi pada pasien gagal ginjal kronis. Sesuai
dengan tujuan penelitian, maka hubungan antara variable - variable yang akan diteliti dapat
digambarkan sebagai berikut :

Skema 1 : Kerangka Konsep Penelitian

Variable Independen Variable Dependen

Perawatan Selang Resiko Infeksi


Nasogastric Tube
Gagal ginjal kronis

B. Hipotesis

16
Terdapat hubungan yang bermakna antara Selang Nasogastric Tube dengan infeksi gagal
ginjal kronik

C. Rancangan Penelitian
Untuk mencapai tujuan penelitian, maka peneliti mengunakan berbagai macam cara
untuk mengumpulkan informasi dan data sebanyak-banyaknya untuk mewujudkan tujuan
penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan desain penelitian kualitatif. Menurut
Moleong (2010), penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi,
motivasi, tindakan, dan lain lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-
kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
metode alamiah.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Peneliti
memilih penelitian studi kasus karena penelitian studi kasus berusaha menggambarkan
kehidupan dan tindakan-tindakan manusia secara khusus pada lokasi tertentu dengan kasus
tertentu. Penelitian studi kasus menurut Sulistyo Basuki (2006) adalah kajian mendalam
tentang peristiwa, lingkungan, dan situasi tertentu yang memungkinkan mengungkapkan atau
memahami sesuatu hal. Dalam penelitian ini peneliti ingin berusaha mengungkapkan secara
mendalam tentang Perawatan selang nasogastric terhadap resiko infeksi pada pasien gagal
ginjal kronik.

D. Subyek Penelitian
Setiap penelitian kualitatif memiliki obyek dan subyek penelitian. Dalam penelitian
yang dilakukan peneliti ini menggunakan penelitian kualitatif sehingga penelitian ini memiliki
subyek dan obyek penelitian.

Subyek Penelitian ini adalah pasien dengan gagal ginjal kronik.

E. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Tempat yang akan digunakan oleh peneliti adalah Paviliun Cempaka RSUD Kabupaten
Tangerang.

17
2. Waktu
Waktu untuk pengumpulan data akan dilakukan pada 12 Januari 2019.

F. Fokus Penelitian
penerapan tindakan perawatan selang nasogastrik terhadap resiko infeksi pada pasien
dengan gagal ginjal kronis

G. SOP Perawatan Selang Nasogastric Tube

1. Persiapan Alat

a. NGT sesuai dengan ukuran klien


b. Pinset Anatomis
c. Spuit
d. Bengkok
e. Jelly
f. Plester
g. Perban
h. Stetoskop
i. Sarung Tangan

2. Tahap Pra Interaksi


a. Verifikasi Order : akan melakukan pemasangan Selang NGT
b. Siapkan ala-alat
c. Bersiap bertemu dengan klien

3. Tahap Orientasi
a. Memperkenalkan diri
b. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan pada klien
c. Beri kesempatan klien untuk bertanya
d. Siapkan lingkungan klien dengan menjaga privasi klien yaitu menutup korden

4. Fase Kerja
a. Atur posisi pasien
b. Ukur panjang tube / selang dengan metode :

18
Metode tradisional : ukur jarak dari puncak lubang hidung kedaun telinga dan ke prosesus
xipoideus di sternum

Metode Hanson : mula-mula ditandai 50 cm pada tube / selang lalu lakukan pengukuran dengan
metode tradisional. Selang yang akan di masukkan pertengahan antara 50 cm dengan tanda
tradisional
Beri tanda pada panjang selang yang sudah diukur dengan plester
Oleskan jelly pada selang NGT sepanjang 10-20 cm
Informasikan kepada klien bahwa selang akan dimasukkan melalui hidung dan instruksikan
kepadapasien agar menelan perlahan
Jika selang NGT sudah masuk periksa letak selang dengan cara :
a) Pasang spuit yang telah diisi udara kira-kira 10-20 ml lalu dorong sehingga udara masuk
kedalam lambung kemudian dengarkan dengan menggunakan stetoskop di daerah lambung
b) Masukkan ujung bagian luarselang NGT kedalam gelas yang berisi air. Jika ada gelembung
udara bearti masuk kedalam paru-paru , jika tidak ada gelembung udara bearti masuk kedalam
lambung

Fiksasi selang NGT dengan plester dan hindari penekanan pada hidung
Tutup ujung luar NGT

5. Fase Terminasi
Evaluasi reson dan kondisi klien
Simpulkan hasil kegiatan : telah dilakukan pemasangan NGT pada Ibu R padajam 10.00
Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya

6. Dokumentasi

H. Tahapan Studi Kasus

1. Menganjukan perizinan untuk melakukan studi kasus dengan rumah sakit.

2. Diskusikan dengan perawat ruangan dalam milih pasien yang sesuai dengan criteria

subjek studi kasus.

3. Menjelaskan tentang prosedur yang akan dilakukan.

4. Beritahu responden tentang cara meningkatkan kemampuan bersosialisasi

5. Bina hubungan saling percaya dan meminta persetujuan dengan informed consent untuk

menjadikan responden dalam studi kasus.

19
6. Lakukan pengumpulan data subjektif sebelum melatih klien cara meningkatkan

kemampuan bersosialisasi

7. Lakukan strategi cara meningkatkan hkemampuan bersosialisai sesuai dengan Standar

Operasional Prosedur (SOP).

8. Melakukan evaluasi subjektif dan objektif setelah dilakukan strategi pelaksanaan tindakan

keperawatan isolasi sosial yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan

bersosialisasi pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan

20
iii

Anda mungkin juga menyukai