Anda di halaman 1dari 11

Nama : Prasetyo Alfaridzi Kuncoroyekti

NIM : 11180960000001
KIMIA 2A

Timah (Sn)

Sifat Fisik Timah


Informasi Umum
Nama Unsur : Tin
Simbol : Sn (Stannum : Latin)
Nomor Atom : 50
Kelompok : Logam
Golongan :4a
Sifat Atom
Berat Atom :118,70999999999999
Densitas :7.30 g/cm3
Struktur Kristal : Tetragonal
Kofigurasi Elektron : 2,8,18,18,4
Elektron Valensi : 2,4
Orbital : [Kr] 4d10 5s2 5p2
Jari-jari Atom : 1.72 Angstrum
Jari-jari Ion : .71 (+4) Angstrum
Volume Atom : 16.3 cm3/mol
Elektronegativitas : 1,96
Energi Ionisasi I : 7.3438 V
Energi Ionisasi II : 14.632 V
Energi Ionisasi III : 30.502 V
Bilangan Oksidasi : (4),2
Termodinamika
Titik Didih : 2602°C
Titik Lebur : 231.97°C
Kalor Jenis : 0.227 J/gK
Kalor Uap : 295.80 kJ/mol
Kalor Lebur : 7.029 kJ/mol
Konduktivitas Panas : 0.666 W/cmK

Sifat Kimia Timah


Timah punya sifat tahan karat ketika terkena air tetapi tidak tahan terkena asam dan
alkali. Ia tidak terlalu terpengaruh oleh air dan oksigen pada suhu kamar, tidak karatan
dan tidak mudah korosi. Timah biasa digunakan sebagai lapisan pelindung untuk logam
lain. Lapisan ini berguna mencegah oksidasi lanjutan oleh oksigen yang ada pada di
udara atau air. Akan tetapi pada suhu tinggi timah dapat bereaksi dengan oksigen
membentuk oksida timah.

Tidak hanya pada suhu tinggi, timah juga dapat bereaksi lambat dengan asam encer
seperti asam klorida (HCl) dan asam sulfat (H2SO4). Selain itu, timah mudah larut
dalam asam pekat dan dalam larutan alkali panas. Timah juga bereaksi dengan unsur-
unsur halogen membentuk senyawa seperti timah klorida dan tima bromida.

Hazards Identification
EMERGENCY OVERVIEW
Appearance: silver white. Caution! May cause respiratory and digestive tract irritation.
May cause mechanical eye and skin irritation. Inhalation of fumes may cause metal-
fume fever. This is expected to be a low hazard for usual industrial handling. May cause
central nervous system effects. Target Organs: Central nervous system.
Potential Health Effects Eye: May cause eye irritation. Skin: May cause skin irritation.
Prolonged and/or repeated contact may cause irritation and/or dermatitis. Low hazard
for usual industrial handling. Ingestion: May cause gastrointestinal irritation with
nausea, vomiting and diarrhea. Low hazard for usual industrial handling. Ingested
inorganic tin exhibits only moderate toxicity
due to poor absorption and rapid tissue turnover. Ingestion of large amounts may cause
gastrointestinal irritation, nausea, cramps, vomiting and diarrhea. May interfere with
various enzyme systems. Inorganic tin salts may cause systemic effects on the central
nervous system, heart and liver. Inhalation: Dust is irritating to the respiratory tract.
Inhalation of fumes may cause metal fume fever, which is characterized by flu-like
symptoms with metallic taste, fever, chills, cough, weakness, chest pain, muscle pain
and increased white blood cell count. When inhaled as a dust or fume, may cause benign
pneumoconiosis. Chronic: Prolonged or repeated skin contact may cause dermatitis.
Chronic exposure to tin oxide dusts and fumes may result in stannosis (benign
pneumoconiosis).
First Aid Measures
Eyes: Flush eyes with plenty of water for at least 15 minutes, occasionally lifting the
upper and lower eyelids. If irritation develops, get medical aid. Skin: Get medical aid
if irritation develops or persists. Wash clothing before reuse. Flush skin with plenty of
soap and water. Ingestion: Do NOT induce vomiting. If victim is conscious and alert,
give 2-4 cupfuls of milk or water. Get medical aid if irritation or symptoms occur.
Inhalation: Remove from exposure to fresh air immediately. If not breathing, give
artificial respiration. If breathing is difficult, give oxygen. Get medical aid if cough or
other symptoms appear. Notes to Physician: Treat symptomatically and supportively.
Fire Fighting Measures
General Information: As in any fire, wear a self-contained breathing apparatus in
pressure-demand, MSHA/NIOSH (approved or equivalent), and full protective gear.
During a fire, irritating and highly toxic gases may be generated by thermal
decomposition or combustion. Use extinguishing media appropriate to the surrounding
fire. Substance is noncombustible. Extinguishing Media: Substance is noncombustible;
use agent most appropriate to extinguish surrounding fire. If water is the only media
available, use in flooding amounts.
Accidental Release Measures
General Information: Use proper personal protective equipment as indicated in Section
8. Spills/Leaks: Clean up spills immediately, observing precautions in the Protective
Equipment section. Sweep up or absorb material, then place into a suitable clean, dry,
closed container for disposal. Avoid generating dusty conditions. Provide ventilation.
Handling and Storage
Handling: Wash thoroughly after handling. Remove contaminated clothing and wash
before reuse. Use with adequate ventilation. Minimize dust generation and
accumulation. Avoid contact with eyes, skin, and clothing. Avoid ingestion and
inhalation. Storage: Keep from contact with oxidizing materials. Store in a cool, dry,
well-ventilated area away from incompatible substances. Keep containers tightly
closed.

Penggunaan Timah
Bahan Membuat Solder
Di negara-negara maju seperti Amerika serikat dan Inggris timah banyak digunakan
sebagai baham memproduksi Solder. Solder adalah paduan timah dengan timbal yang
memiliki titik didih rendah. Biasanya solder digunakan untuk menggabungkan dua
logam. Sobat pasti akrab dengan kabel loga yang melekat pada perangkat listrik yang
biasanya direkatkan dengan menggunakan solder. Solder juga digunakan oleh tukang
pipa untu menyambungkan dua buah pipa yang terbuat dari logam.

Paduan Perunggu
Timah juga digunakan dalam pembuatan paduan perunggu. Perunggu adalah paduan
yang terbuat dari timah dan tembaga (cuprum). Perunggu banyak digunakan di
kehidupan kita, selain untuk bahan medali perunggu juga banyak digunakan dalam
industri pembuatan kawat, alat-alat listrik, alat pengukur air, dan juga industri
pembuatan katub perunggu.

Pembuatan Timah Foil


Timah foil mirip seperti alumunium foil, ia digunakan untuk membungkus makanan
sepereti permen, tembakau, atau produk lainnya. Timah akan melindungi produk yang
dibukusnya dari kontak langsung dengan udara. Akan tetapi karena harganya yang lebih
mahal maka penggunaannya tidak begitu banyak. Banyak orang lebih memilih
menggunakan alumunium foil yang harganya lebih murah.
Melapisi Logam (Tin Plating)
Tin Plating adalah proses melapisi permukaan sebuah logam dengan menggunakan tima
cair. Karena sifatnya yang tahan terhadap korosi oleh udara , asam, basa, dan air, maka
akan membuat logam yang dilapisinya lebih awet. Contoh nyata dari tin plating adalah
pada kaleng makanan dan minuman seperti kaleng susu. Kaleng makanan atau
minuman biasanya dibuat dari besi atau baja yang dilapisi dengan timah. Akan tetapi
karena harganya lebih mahal, kaleng makanan sekarang kebanyakan dibuat dari logam
alumunium yang harganya lebih murah.
Proses tin plating bisa menggunakan dua cara. Pertama dengan mencelupkan logam ke
dalam timah cair kemudian diangkat dan dikeringkan. Cara yang kedua adalah dengan
menggunakan elektroplating dengan memanfaatkan reaksi redoks.

Reaksi Identifikasi
Prosedur Identifikasi dan Pemisahan Kation Golongan II

Perlu diketahui bahwa sampel yang digunakan untuk identifikasi golongan II berasal
dari tahapan sebelumnya yaitu golongan I.

Pertama, siapkan larutan sampel yang berasal dari hasil pemisahan kation golongan
I.

Ini merupakan syarat yang wajib dipenuhi karena kation golongan I yaitu Ag+, Hg+,
dan Pb2+ mampu bereaksi dengan H2S sehingga ikut mengendap.

Kedua, pH diatur menjadi asam dengan penambahan HCl 0,6 M. Hal ini dilakukan
untuk mengubah sub-golongan arsen yang berbentuk anionik menjadi kationik.
Catatan: sub-golongan arsen (As3+, Sb3+, dan Sn4+) dapat bersifat sebagai amfoter
sehingga dapat bertindak sebagai kationik (contohnya As3+) maupun anionik
(contohnya AsO33-).

Ketiga, larutan yang sudah diasamkan lalu dialiri gas H2S selama 3 menit. Apabila tidak
ada gas H2S, bisa diganti dengan larutan H2S jenuh berlebih.

Proses ini dilakukan untuk memisahkan kation golongan II dari kation golongan III, IV,
dan V. Kation golongan II akan mengendap sebagai sulfidanya, sedangkan golongan III
sampai V tidak mengendap.

Keempat, larutan diencerkan dengan air hingga konsentrasi HCl menjadi 0,25 M
kemudian dialiri gas H2S kembali selama 3 menit.

Hal ini bertujuan untuk menyempurnakan pengendapan kation golongan II sehingga


tidak ada lagi kation yang belum mengendap.

Setelah tahap ini dilakukan, maka kation golongan II sudah berhasil dipisahkan dari
golongan yang lainnya dan mengendap:
 Hg2+ mengendap sebagai HgS hitam
 Pb2+ mengendap sebagai PbS hitam
 Bi3+ mengendap sebagai Bi2S3 hitam
 Cu2+ mengendap sebagai CuS hitam
 Cd2+ mengendap sebagai CdS kuning
 As3+ mengendap sebagai As2S3 kuning
 Sb3+ mengendap sebagai Sb2S3 merah jingga
 Sn4+ mengendap sebagai SnS2 kuning

Kelima, ditambahkan Ammonium Polisulfida (NH4)2S2 dan dipanaskan pada suhu 50-
600C. Tahap ini dilakukan untuk memisahkan antara sub-golongan tembaga dengan
sub-golongan arsen.

Pada tahap ini:


 HgS tetap mengendap
 PbS tetap mengendap
 Bi2S3 tetap mengendap
 CuS tetap mengendap
 CdS tetap mengendap
 As2S3 larut menjadi AsS33-
 Sb2S3 larut menjadi SbS33-
 SnS2 larut menjadi SnS32-

untuk identifikasi Sn4+, pada sampel yang larut ditambahkan logam alumunium atau
besi kemudian diikuti dengan penambahan HgCl2.Logam alumunium atau besi akan
mereduksi Sn4+ menjadi Sn2+. Sedangkan penambahan HgCl2 berfungsi sebagai
oksidator bagi kation Sn2+ yang terbentuk. Jika HgCl2 ditambahkan berlebih, maka
akan terbentuk endapan Hg2Cl2 yang berwarna putih. Namun apabila
HgCl2 ditambahkan sedikit, maka akan terbentuk endapan logam Hg yang berwarna
hitam.

Efek Timah pada Kesehatan Manusia


Penyerapan ikatan timah dalam senyawa organik dapat menyebabkan efek akut serta
efek jangka panjang.
Efek akut Pada adalah:
 Iritasi mata dan kulit
 Sakit kepala
 Sakit perut
 Pusing kepala
 Berkeringat berat
 Sesak napas
 Masalah buang air kecil
Efek jangka panjang adalah:
 Depresi
 Kerusakan hati
 Gangguan fungsi sistem kekebalan tubuh
 Kerusakan kromosom
 Kekurangan sel darah merah
 Kerusakan otak (menyebabkan kemarahan, gangguan tidur, pelupa dan sakit
kepala)

Efek Timah Terhadap Lingkungan


Kaleng sebagai atom tunggal atau molekul yang tidak terlalu beracun untuk setiap jenis
organisme, bentuk beracun adalah bentuk organik. Komponen timah organik dapat
mempertahankan dalam lingkungan untuk jangka waktu yang lama. Mikrorganisme
memiliki banyak kesulitan dalam menguraikan senyawa timah organik yang telah
terakumulasi pada air tanah selama bertahun-tahun. Konsentrasi kaleng organik masih
naik karena ini.
Kaleng organik dapat menyebar melalui sistem air ketika diserap pada partikel lumpur.
Mereka diketahui menyebabkan banyak kerusakan pada ekosistem perairan, karena
mereka sangat beracun bagi jamur, ganggang dan fitoplankton. Fitoplankton adalah
jaringan yang sangat peka dalam ekosistem perairan, karena menyediakan organisme
air lainnya dengan oksigen. Hal ini juga merupakan bagian dari rantai makanan
akuatik.
Ada berbagai jenis timah organik yang dapat sangat bervariasi dalam toksisitas. Tributil
timah adalah komponen timah yang paling beracun untuk ikan dan jamur, sedangkan
trifenil timah jauh lebih beracun bagi fitoplankton. Kaleng organik diketahui
mengganggu pertumbuhan, reproduksi, sistem enzimatik dan pola makan organisme
akuatik. Eksposur terutama terjadi di lapisan atas air, karena itu adalah di mana senyawa
timah organik menumpuk.
Dampak Pertambangan Timah
Dampak lingkungan dari pertambangan timah sudah jelas akan merusak ekosistem.
Pertambangan timah dilakukan di berbagai tempat seperti hutan, daerah pinggiran
sungai, pinggir pantai, dan laut. Jika dilihat dari udara ceruk-ceruk bekas galian
tambang timah berada di dekat hutan-hutan atau perkebunan warga. Hal itu disebabkan
oleh pembukaan hutan dengan sengaja untuk melakukan kegiatan pertambangan timah.
Dampak dari pertambangan juga merusak ekosistem sungai. Bekas pasir galian
dialirkan ke sungai sehingga logam-logam berat akan mencemari sungai dan
mengancam kehidupan makhluk hidup di sungai. Selain itu pasir yang dialirkan ke
sungai akan mengendap di dasar sungai sehingga menyebabkan pendangkalan sungai.
Ini lah yang ditengarai menjadi penyebab banjir besar di Pulau Bangka pada bulan
Februari hingga Maret 2016. Kota Pangkal Pinang yang minim akan kegiatan tambang
timah terkena dampak negatif dari pertambangan timah di wilayah lain. Pantai-pantai
di sini yang terkenal indah perlahan tercemar oleh limbah penggalian timah. Belum lagi
penambangan timah yang dilakukan di laut sekitar Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung dimana merusak terumbu karang dan habitat ikan dan biota laut lainnya.

Dampak kesehatan merupakan dampak yang dialami oleh penduduk di sekitar


pertambangan timah. Lubang-lubang bekas galian tambang timah akan menampung air
hujan dan menjadi sarang nyamuk. Oleh karena itu banyak masyarakat pulau Bangka
dan Belitung mengidap penyakit demam berdarah, malaria, dan penyakit tropis lainnya
yang dibawa oleh nyamuk. Logam-logam berat juga bisa mencemari air tanah dan air
sungai sehingga kemungkinan menimbulkan berbagai penyakit bahkan kematian bagi
masyarakat yang mengonsumsinya. Dinas Kesehatan Provinsi Bangka Belitung
memperkirakan terjadinya radiasi akibat pertambangan timah ini. Bahkan Kepulauan
Bangka Belitung menjadi daerah nomor dua terbesar di Indonesia yang menghasilkan
radiasi. Akibat dari radiasi ini pun diperkirakan menimbulkan penyakit-penyakit bagi
masyarakat.
Terakhir, dampak ekonomi menjadi dampak yang cukup mempengaruhi kehidupan
masyarakat di sekitar pertambangan timah. pertambangan timah yang semakin lama
semakin bergeser ke pantai menyebabkan ekosistem terganggu. Banyak hewan pesisir
pantai seperti kerang, kepiting, udang, dan lainnya mati. Akibatnya nelayan kecil tidak
bisa mengambil hewan-hewan tersebut untuk dikonsumsi mau pun dijual. Selain itu
lemahnya sektor ekonomi lain seperti perdagangan, pertanian, perikanan dan
sebagainya membuat masyarakat terlalu bergantung kepada sektor pertambangan. Saat
ini harga timah dunia sedang turun dan banyak dari pekerja di pertambangan timah di-
PHK (Putus Hubungan Kerja). Karena sektor lainnya tidak kuat, maka banyak dari
mereka yang menganggur.

SENYAWA SENYAWA /GARAM TIMAH DAN KEGUNAANNYA

Nama/Rumus
Manfaat/Kegunaannya
Kimia Senyawa
SnO2 Tin (IV) oksida digunakan untuk mendeteksi karbon monoksida
sensor keramik dan gas. Saat gas yang mudah terbakar
mengelilinginya,timah (iv) oksida bisa mengkonduksi sedikit listrik,
sensor mengukur listrik yang terkonduksi.
SnO Penggunaan yang menonjol dari stannit oksida ialah sebagai prekursor
dalam pembuatan senyawa-senyawa timah trivalen atau garam.
Stannit oksida juga dapat digunakan sebagai zat pereduksi dan dalam
pembuatan kaca merah delima. Stannit oksida memiliki sedikit
penggunaan sebagai katalis esterifikasi.
SnCl2 Larutan timah(II) klorida yang mengandung sedikit asam klorida
digunakan untuk pelapisan baja dengan timah, untuk membuat kaleng.
Potensial listrik diterapkan, dan logam timah terbentuk pada katode via
elektrolisis.
Timah(II) klorida digunakan sebagai mordan dalam pencelupan tekstil
karena memberi warna lebih cerah dengan beberapa pewarna misalnya
Cochineal. Mordan ini juga telah digunakan sendiri untuk menambah
berat sutra.
Senyawa ini digunakan sebagai katalis dalam produksi plastik asam
poliaktat (PLA).
Senyawa ni juga menemukan penggunaan sebagai katalis antara aseton
dan hidrogen peroksida untuk membentuk aseton peroksida berbentuk
tetramerik.
Timah(II) klorida juga digunakan secara luas sebagai agen pereduksi.
Hal ini terlihat dalam penggunaannya untuk cermin perak, di mana
logam perak terendapkan di kaca:
Sn2+ (aq) + 2 Ag+ → Sn4+ (aq) + 2 Ag (s)
Zn2SnO4 adalah penghambat api yang digunakan dalam plastik.
SnCl4 Kegunaan utama SnCl4 adalah sebagai precursor untuk senyawa-
senyawa organotin,yang digunakan sebagai katalis dan polymer
stabilizers.

Anda mungkin juga menyukai