Anda di halaman 1dari 45

KEPERAWATAN GERONTIK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PPOM


(PENYAKIT PARU-PARU OBSTRUKSI MENAHUN)

OLEH:
KELOMPOK 7
1 MITA PUSPARINI 061 STYC 16
2 NI LUH FEBRI PRADYANTAYANI 069 STYC 16
3 NURUL HIDAYANTI 079 STYC 16
4 RIAN FIRDAYANTI 086 STYC16
5 SITI MAIMUNAH 094 STYC 16
6 WIDIA WATI 102 STYC16

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN
MATARAM
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami mampu
menyelesaikan makalah ini dengan judul “Asuhan keperawatan pada pasien
PPOM”. Adapun pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata
kuliah keperawatan gerontik.

Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, kami mendapat banyak bantuan


dari berbagai pihak dan sumber.Oleh karena itu kami sangat menghargai bantuan
dari semua pihak yang telah memberi kami bantuan dukungan juga semangat,
buku dan sumber lainnya sehingga tugas ini dapat terselesaikan.Oleh karena itu
melalui media ini kami menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan yang kami
miliki.Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
guna untuk menyempurnakan makalah ini.

Mataram, Desember 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ iii

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan ..................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Penyakit PPOM ................................................................................ 3


B. Konsep Asuhan Keperawatan pada pasien PPOM .................................................. 16
C. Asuhan Keperawatan pada pasien PPOM............................... .................................. 38
BAB III PENUTUP

A. Simpulan ................................................................................................................. 48
B. Saran ....................................................................................................................... 48

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 49

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit paru-paru obstruksi menahun (PPOM) merupakan suatu istilah
yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang
berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran
udara. Perjalanan PPOM yang khas adalah panjang dimulai pada usia 20-30
tahun dengan “batuk merokok” atau batuk pagi disertai pembentukan sedikit
sputum mukoid. WHO memperkirakan bahwa menjelang tahun 2020
prevalensi PPOK akan meningkat. Akibat sebagai penyebab penyakit tersering
peringkatnya akan meningkat dari ke duabelas menjadi ke lima dan sebagai
penyebab kematian akan meningkat dari ke enam menjadi ke tiga.
PPOM dianggap sebagai penyakit yang berhubungan dengan interaksi
genetik dengan lingkungan. Merokok, polusi udara, dan pemajanan di tempat
kerja (terhadap batu bara, kapas padi-padian) merupakan faktor-faktor risiko
penting yang menunjang pada terjadinya penyakit ini. Prosesnya dapat terjadi
dalam rentang lebih dari 20 sampai 30 tahunan.PPOM juga ditemukan terjadi
pada individu yang tidak mempunyai enzim yang normal mencegah
penghancuran jaringan paru oleh enzim tertentu. Ketiga penyakit yang
membentuk satu kesatuan yang ditandai dengan sebutan PPOM adalah :
Bronkhitis, Emifisema paru-paru dan Asma bronkial.
PPOM sering menjadi simptomatik selama tahun-tahun tetapi
insidennya meningkat sejalan dengan peningkatan usia. Meskipun aspek-aspek
fungsi paru tertentu, seperti kapasitas vital dan volume ekspirasi kuat, menurun
sejalan dengan peningkatan usia, PPOM memperburuk banyak perubahan
fisiologi yang berkaitan dengan penuaan dan mengakibatkan obstruksi jalan
napas (dalam bronchitis) dan kehilangan daya kembang elastic paru (pada
emfisema). Karenanya terdapat perubahan tahmbahan dalam rasio ventilasi-
perfusi pada pasien lansia dengan PPOM.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Dasar Penyakit PPOM?
2. Bagaimana Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Pasien PPOM?
3. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien PPOM?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Konsep Dasar Penyakit PPOM.
2. Untuk mengetahui Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Pasien PPOM
3. Untuk mengetahui bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien PPOM
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberikan
manfaat kepada semua pihak, khususnya kepada mahasiswa untuk
menambah pengetahuan dan wawasan mengenai Konsep Dasar Asuhan
Keperawatan pada pasien PPOM
2. Manfaat Praktis
Hasil dari penyusunan makalah ini diharapkan dapat dijadikan
sebagai suatu pembelajaran bagi mahasiswa yang nantinya ilmu tersebut
dapat dipahami dan diaplikasikan dalam praktik keperawatan.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP PENYAKIT PPOM PADA LANSIA


1. Pengertian PPOM
Penyakit Paru Obstruksi Menahun atau yang biasa disingkat PPOM adalah
klasifikasi luas dari gangguan, yang mencakup bronchitis kronis, bronkiektasis,
emfisema, dan empyema.Global initiative for chronic obstructive lung disease
(GOLD)mengartikan PPOK adalah suatu penyakit yang bisa dilakukan
pencegahan dan pengobatan.PPOK memiliki tanda gejala terdapatnya
hambatan aliran udara dalam saluran pernafasan yang bersifat progresif.PPOK
juga terdapat peradangan atau inflamasi pada saluran pernafasan dan paru-paru
yang diakibatkan oleh adanya partikel dan gas yang berbahaya (GOLD, 2013).
PPOM merupakan kondisi ireversibel yang berkaitan dengan dispnea saat
aktivitas penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-paru.Obstruksi jalan
napas yang menyebabkan reduksi aliran udara beragam tergantung pada
penyakit.Pada bronchitis kronik dan bronkiolitis, penumpukan lendir dan
sekresi yang sangat banyak menyumbat jalan nafas.Pada emfisema, obstruksi
pada pertukaran oksigen dan karbon dioksida terjadi akibat kerusakan dinding
alveoli yang disebabkan oleh overekstensi ruang udara dalam paru.
Penyakit paru obstruski kronis adalah penyakit yang dapat dicegah dan
dapat diobati dengan karakteristik hambatan aliran udara menetap dan
progresif yang ditandai dengan peningkatan respon inflamasi kronis pada aliran
nafas dan paru terhadap partikel berbahaya (Tanto, 2014).
2. Etiologi
Menurut Ikawati (2016) terdapat beberapa faktor resiko berkembang nya
penyakit ini, yang dapat dibedakan menjadi faktor paparan lingkungan dan
faktor host.
a. Faktor paparan lingkungan antara lain :
1) Merokok

3
Merokok merupakan penyebab utama terjadinya PPOK, dengan
risiko 30 kali lebih besar pada perokok dibandingkan dengan bukan
perokok dan merupakan penyebab dari 89-90% kasus PPOK. Dampak
yang diakibatkan dari PPOK yaitu kematian berhubungan dengan jumlah
rokok yang dihisap, umur mulai merokok dan statussaat PPOK
berkembang
2) Pekerjaan
Pekerjaan yang memiliki resiko besar terkait dengan terjadinya
PPOK adalah para pekerja tambang emas, pekerja yang terpapar debu
silica yaitu pekerja industri gelas dan keramik, pekerja yang terpapar debu
katun dan debu gandum, dan pekerja asbes.
3) Polusi udara
Polusi dapat berasal dari luar rumah seperti asap pabrik, asap
kendaraan bermotor dan asap yang berasal dari dalam rumah seperti asap
dapur.
4) Infeksi
Adanya kolonisasi bakteri dapat mengakibatkan peningkatan
kejadian inflamasi yang dapat diukur dari peningkatan jumlah sputum,
peningkatan frekuensi eksaserbasi dan percepatan penurunan fungsi paru,
hal-hal tersebut akan meningkatkan risiko kejadian PPOK.
b. Faktor risiko yang berasal dari host/pasiennya antara lain :
1) Usia
Usia semakin bertambah semakin besar risiko menderita PPOK.
Gangguan genetik berupa defisiensi α1-antitripsin (AAT) kemungkinan
terjadi pada pasien PPOK dengan usia sebelum 40 tahun, namun kejadian
ini hanya dialami < 1% pasien PPOK.
2) Jenis kelamin
Laki-laki lebih berisiko terkena PPOK dibandingkan dengan
wanita terkait dengan kebiasaan merokok pada laki-laki.Namun terdapat
kecenderungan peningkatan prevalensi PPOK pada wanita karena
meningkatnya jumlah perokok wanita.
3) Gangguan fungsi paru yang sudah terjadi

4
Difisiensi immunoglobulin A (IgA/hypogammaglobulin) atau
infeksi pada masa kanak-kanak seperti TBC dan bronkiektasis adalah salah
satu gangguan fungsi paru yang merupakan faktor risiko terjadinya
PPOK.Individu dengan gangguan fungsi paru memiliki risiko lebih besar
daripada yang memiliki fungsi paru normal.Selain itu orang yang
pertumbuhan parunya tidak normal karena lahir dengan berat badan
rendah, juga berisiko lebih besar terkena PPOK.
4) Predisposisi genetik, yaitu defisiensi α1 antitripsin (AAT)
Difisiensi AAT, dikaitkan dengan kejadian emfisema yang
disebabkan karena hilangnya elastisitas jaringan di dalam paru yang
diakibatkan karena adanya ketidakseimbangan antara enzim proteolitik
dan faktor protektif. Dalam keadaan normal protektif AAT berfungsi
menghambat enzim proteolitik sehingga tidak terjadi kerusakan paru. AAT
diproduksi oleh gen inhibitor protease (M). Satu dari 2500 orang adalah
homozigot untuk gen resesif (Z), yang mengakibatkan kadar AAT dalam
darah rendah dan menimbulkan emfisema lebih cepat. Orang yang
heterozigot mempunyai gen MZ, yang juga berisiko terkena emfisema
yang makin meningakat apabila mempunyai kebiasaan merokok karena
asap rokok dapat menginaktivasi AAT. Wanita mempunyai kemungkinan
perlindungan oleh estrogen yang akan menstimulasi sintesis inhibitor
protease seperti AAT.
3. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada PPOK menurut Mansjoer (2008) dan GOLD
(2010) yaitu: Malfungsi kronis pada sistem pernafasan yang manifestasi
awalnya ditandai dengan batuk-batuk dan produksi dahak khususnya yang
muncul di pagi hari. Nafas pendek sedang yang berkembang menjadi nafas
pendek,sesak nafas akut, frekuensi nafas yang cepat, penggunaan otot bantu
pernafasan dan ekspirasi lebih lama daripada inspirasi.
4. Klasifikasi
Penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit paru obstruksi kronik
adalah sebagai berikut:
a. Bronchitis Kronis

5
1) Definisi
Bronchitis Kronis merupakan gangguan klinis yang ditandai dengan
pembentukan mucus yang berlebihan dalam bronkus dan termanifestasikan
dalam bentuk batuk kronis dan pembentuk sputum selama 3 bulan dalam
setahun, paling sedikit 2 tahun berturut – turut (Bruner & Suddarth, 2002).
2) Etiologi
Terdapat 3 jenis penyebab bronchitis yaitu:
a) Infeksi : stafilokokus, sterptokokus, pneumokokus, haemophilus
influenzae.
b) Alergi
c) Rangsang : misal asap pabrik, asap mobil, asap rokok.
3) Manifestasi klinis
a) Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mukus pada bronchi besar,
yang mana akanmeningkatkan produksi mukus.
b) Mukus lebih kental
c) Kerusakan fungsi cilliary sehingga menurunkan mekanisme
pembersihan mukus. Oleh karena itu, "mucocilliary defence" dari paru
mengalami kerusakan dan meningkatkan kecenderungan untuk
terserang infeksi. Ketika infeksi timbul, kelenjar mukus akan menjadi
hipertropi dan hiperplasia sehingga produksi mukus akan meningkat.
d) Dinding bronchial meradang dan menebal (seringkali sampai dua kali
ketebalan normal) dan mengganggu aliran udara. Mukus
kental ini bersama-sama dengan produksi mukus yang
banyakakan menghambat beberapa aliran udara kecil dan
mempersempit saluran udara besar. Bronchitis kronis mula-mula
mempengaruhi hanya pada bronchus besar, tetapi biasanya seluruh
saluran nafas akan terkena.
e) Mukus yang kental dan pembesaran bronchus akan mengobstruksi
jalan nafas, terutama selama ekspirasi. Jalan nafas mengalami kollaps,
dan udara terperangkap pada bagian distal dari paru-paru. Obstruksi
ini menyebabkan penurunan ventilasi alveolar, hypoxia dan asidosis.

6
f) Klien mengalami kekurangan oksigen jaringan ; ratio ventilasi perfusi
abnormal timbul, dimana terjadi penurunan PaO2. Kerusakan ventilasi
dapat juga meningkatkan nilai PaCO2.
g) Klien terlihat cyanosis. Sebagai kompensasi dari hipoxemia, maka
terjadi polisitemia (overproduksi eritrosit). Pada saat penyakit
memberat, diproduksi sejumlah sputum yang hitam, biasanya karena
infeksi pulmonary.
h) Selama infeksi klien mengalami reduksi pada FEV dengan
peningkatan pada RV dan FRC. Jika masalah tersebut tidak
ditanggulangi, hypoxemia akan timbul yang akhirnya menuju penyakit
cor pulmonal dan CHF
b. Emfisema
1) Definisi
Perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai pelebaran
dinding alveolus, duktus alveolaris dan destruksi dinding alveolar
(Bruner & Suddarth, 2002).Emfisema adalah suatu penyakit paru
obstruktif kronis yang ditandai dengan pernafasan yang pendek yang
disebabkan oleh kesulitan untuk menghembuskan seluruh udara keluar
dari paru-paru karena tekanan udara yang berlebihan dari kantung udara
di dalam paru-paru (alveoli).
Terdapat tiga tipe emfisema:
a) Emfisema sentriolobular
Merupakan tipe yang sering muncul dan memperlihatkan
kerusakan bronkiolus, biasanya pada daerah paru-paru atas.Inflamasi
merambah sampai bronkiolus tetapi biasanya kantung alveolus tetap
bersisa.
b) Emfisema panlobular (panacinar)
Merusak ruang udara pada seluruh asinus dan umunya juga
merusak paru-paru bagian bawah.Tipe ini sering disebut centriacinar
emfisema, sering kali timbul pada perokok.Panacinar timbul pada
orang tua dan pasien dengan defisiensi enzim alfa-antitripsin.
c) Emfisema paraseptal

7
Merusak alveoli lobus bagian bawah yang mengakibatkan isolasi
blebs (udara dalam alveoli) sepanjang perifer paru-paru.Paraseptal
emfisema dipercaya sebagai sebab dari pneumothorax spontan.
2) Etiologi Emfisema Paru
a) Merokok
Merokok merupakan penyebab utama emfisema.Terdapat
hubungna yang erat antara merokok dan penurunan volume ekspirasi
paksa (FEV) (Nowak, 2004).

b) Keturunan
Belum diketahui jelas apakan faktor keturunan berperan atau tidak
pada emfisema kecuali pada penderita dengan defisiensi enzim alfa 1
antitripsin.Kerja enzim ini menetralkan enzim proteolitik yang sering
dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan
paru, karena itu kerusakan jaringan lebih jauh dapat
dicegah.Defisiensi alfa 1 antitripsin adalah satu kelainan yang
diturunkan secara autosom resesif. Orang yang sering menderita
emfisema paru adalah penderita yang memiliki gen S atau Z.
Emfisema paru akan lebih cepat timbul bila penderita tersebut
merokok.
c) Infeksi
Infeksi dapat menyebabkan kerusakan paru lebih hebat sehingga
gejala-gejalanya pun menjadi lebih berat.Infeksi saluran pernafasan
atas pada seorang penderita bronkhitis kronis hampir selalu
melipatkan infeksi paru bagian bawah, dan menyebabkan kerusakan
paru bertambah.Eksaserbasi bronkhitis kronis disangka paling sering
diawali dengan infeksi virus, yang kemudian menyebabkan infeksi
sekunder oleh bakteri.
d) Hipotesis Elastase-Antielastase
Di dalam paru terdapat keseimbangan antara enzim proteolitik
elastase dan antielastase agar tidak terjadi kerusakan jaringan.
Perubahan keseimbangan antara keduanya akan menimbulkan

8
kerusakan pada jaringan elastis paru. Struktur paru akan berubah dan
timbulah emfisema. Sumber elastase yang penting adalah pankreas,
sel-sel PMN, dan makrofag alveolar (pulmonary alveolar macrophag-
PAM). Rangsangan pada paru antara lain asap rokok dan infeksi
menyebabkan elastase bertambah banyak. Aktivitas sistem
antielastase, yaitu sistem enzim alfa 1-protease-inhibitor terutama
enzim alfa 1-antitripsin menjadi menurun. Akibat yang ditimbulkan
karena tidak ada lagi keseimbangan antara elastase dan antielastase
akan menimbulkan kerusakan jaringan elastis paru dan kemudian
emfisema.
e) Polusi
Polutan industri dan udara juga dapat menyebabkan emfisema.
Insiden dan angka kematian emfisema bisa dikatakan selalu lebih
tinggi di daerah yang padat industrialisasi, polusi udara seperti halnya
asap tembakau, dapat menyebabkan gangguan pada silia menghambat
fungsi makrofag alveolar. Sebagai faktor penyebab penyakit, polusi
tidak begitu besar pengaruhnya tetapi bila ditambh merokok resiko
akan lebih tinggi.
f) Pengaruh usia
3) Tanda dan Gejala Emfisema Paru
a) Sesak napas
b) Batuk kronis
c) Sering merasa gelisah
d) Penurunan berat badan
e) Sering merasa kelelahan
f) Berkurangnya nafsu makan
g) Edema
h) Penurunan kemampuan untuk berolahraga
c. Asthma Bronchiale
1) Definisi
Suatu penyakit yang ditandai dengan tanggap reaksi yang meningkat
dari trachea dan bronkus terhadap berbagai macam rangsangan dengan

9
manifestasi berupa kesukaran bernafas yang disebabkan oleh peyempitan
yang menyeluruh dari saluran nafas (Bruner & Suddarth, 2002).
2) Etiologi
a) Alergen (debu, bulu binatang, kulit, dll)
b) Infeksi saluran nafas
c) Stress
d) Olahraga (kegiatan jasmani berat)
e) Obat-obatan
f) Polusi udara
g) Lingkungan kerja
h) Lain-lain (iklim, bahan pengawet)
3) Manifestasi Klinis
a) Dispnea
b) Permulaan serangan terdapat sensasi kontriksi dada (dada terasa berat),
c) wheezing,
d) batuk non produktif
e) takikardi
f) takipnea
5. Patofisiologi
Patofisiologi penyebab PPOK menurut Price et al, (2003) dan Stanley
etal., 2007). Adanya proses penuaan menyebabkan penurunan fungsi paru-
paru. Keadaan ini juga menyebabkan berkurangnya elastisitas jaringan paru
dan dinding dada sehingga terjadi penurunan kekuatan kontraksi otot
pernafasan dan menyebabkan sulit bernafas. Kandungan asap rokok dapat
merangsang terjadinya peradangan kronik paru paru. Mediator peradangan
dapat merusak struktur penunjang di paru-paru.Akibat hilangnya elastisitas
saluran udara dan kolapsnya alveolus, maka ventilasi berkurang.Saluran
udara kolaps terutama pada ekspirasi karena ekspirasi normal terjadi akibat
pengempisan (recoil) paru secara pasif setelah inspirasi. Apabila tidak terjadi
recoil pasif, maka udara akan terperangkap di dalam paru dan saluran udara
kolaps. (Grece et al, 2011).

10
Fungsi paru-paru menentukan konsumsi oksigen seseorang, yaitu
jumlah oksigen yang diikat oleh darah dalam paru-paru untuk digunakan
tubuh.Konsumsi oksigen sangat erat hubungannya dengan aliran darah ke
paru-paru.Berkurangnya fungsi paru-paru juga disebabkan oleh berkurangnya
fungsi sistem respirasi seperti fungsi ventilasi paru. Faktor risiko merokok
dan polusi udara menyebabkan proses inflamasi bronkus dan juga
menimbulkan kerusakan pada dinding bronkiolus terminalis.
Akibat dari kerusakan pada dinding bronkiolus terminalisakan terjadi
obstruksi pada bronkiolus terminalis yang mengalami obstruksi pada awal
fase ekspirasi. Udara yang mudah masuk ke alveoli pada saat inspirasi akan
banyak terjebak dalam alveolus pada saat ekspirasi sehingga terjadi
penumpukan udara (air trapping). Kondisi inilah yang menyebabkan adanya
keluhan sesak nafas dengan segala akibatnya. Adanya obstruksi pada awal
ekspirasi akan menimbulkan kesulitan ekspirasi dan menimbulkan
pemanjangan fase ekspirasi (Price et al, 2003).

11
6. Pohon Masalah

Faktor
predisposisi

Edema, spasme bronkus,


peningkatan secret
bronkiolus

Obstruksi bronkiolus awal


Bersihan fase ekspirasi
jalan napas
tidak efektif Udara terperangkap
dalam alveolus

Suplai O2 jaringan PaO2 rendah Sesak napas,


rendah PaCO2 tinggi napas pendek

Gangguan
metabolisme Gangguan
jaringan pertukaran
Hipoksemia
gas
Metabolisme
anaerob
Insufisiensi/ga Pola
Produksi ATP gal napas napas
Gagal menurun tidak
jantung
efektif
kanan Defisit energi

Lelah, lemah Risiko


perubahan
nutrisi
Intoleransi kurang dari
aktivitas Kurang
kebutuhan
Gangguan perawatan
tubuh
pola tidur diri

12
7. Komplikasi
Komplikasi Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) menurut Grace et al
(2011) dan Jackson (2014) :Komplikasi yang dapat terjadi pada PPOK adalah
gagal nafas kronik, gagal nafas akut, infeksi berulang, dan kor pulmonal. Gagal
nafas kronis ditunjukkan oleh hasil analisis gas darah berupa PaO2<60 mmHg
dan PaCO2>50 mmHg, serta Ph dapat normal.Gagal nafas akut pada
gagalnafas kronis ditandai oleh sesak nafas dengan atau tanpa sianosis, volume
sputum bertambah dan purulen, demam, dan kesadaran menurun.
Pada pasien PPOK produksi sputum yang berlebihan menyebabkan
terbentuk koloni kuman, hal ini memudahkan terjadi infeksi berulang. Selain
itu, pada kondisi kronis ini imunitas tubuh menjadi lebih rendah, ditandai
dengan menurunnya kadar limfosit darah. Adanya kor pulmonal ditandai oleh
P pulmonal pada EKG, hematokrit>50 %, dan dapat disertai gagal jantung
kanan (PDPI, 2016)
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan radiologis
Pada bronchitis kronik secara radiologis ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan:
1) Tubular shadows atau farm lines terlihat bayangan garis-garis yang
parallel, keluar dari hilus menuju apeks paru. Bayangan tersebut adalah
bayangan bronkus yang menebal.
2) Corak paru yang bertambah.
Pada emfisema paru terdapat 2 bentuk kelainan foto dada yaitu:
1) Gambaran defisiensi arteri, terjadi overinflasi, pulmonary oligoemia
dan bula. Keadaan ini lebih sering terdapat pada emfisema panlobular
dan pink puffer.
2) Corakan paru yang bertambah.
b. Pemeriksaan faal paru
Pada bronchitis kronik terdapat VEP1 dan KV yang menurun, VR
yang bertambah dan KTP yang normal.Pada emfisema paru terdapat
penurunan VEP1, KV, dan KAEM (kecepatan arum ekspirasi maksimal)

13
atau MEFR (maximal expiratory flow rate), kenaikan KRF dan VR,
sedangkan KTP bertambah atau normal.Keadaan diatas lebih jelas pada
stadium lanjut, sedang pada stadium dini perubahan hanya pada saluran
napas kecil (small airways).Pada emfisema kapasitas difusi menurun
karena permukaan alveoli untuk difusi berkurang.
c. Analisis gas darah
Pada bronchitis PaCO2 naik, saturasi hemoglobin menurun, timbul
sianosis, terjadi vasokonstriksi vaskuler paru dan penambahan
eritropoesis.Hipoksia yang kronik merangsang pembentukan eritropoetin
sehingga menimbulkan polisitemia.Pada kondisi umur 55-60 tahun
polisitemia menyebabkan jantung kanan harus bekerja lebih berat dan
merupakan salah satu penyebab payah jantung kanan.
d. Pemeriksaan EKG
Kelainan yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung.Bila
sudah terdapat kor pulmonal terdapat deviasi aksis kekanan dan P
pulmonal pada hantaran II, III, dan aVF.Voltase QRS rendah Di V1 rasio
R/S lebih dari 1 dan V6 rasio R/S kurang dari 1.Sering terdapat RBBB
inkomplet.
e. Kultur sputum, untuk mengetahui petogen penyebab infeksi.
f. Laboratorium darah lengkap

9. Penatalaksanaan
PPOK adalah penyakit paru-paru kronis yang bersifat progresif dan
irreversible.Penatalaksanaan PPOK dibedakan berdasarkan padakeadaan stabil
dan eksaserbasi akut. Penatalaksanaan PPOK berdasarkan PDPI (2016):

a. Tujuan penatalaksanaan berdasarkan GOLD (2006) dan dan PDPI


(2016):
1) Meminimalkan gejala
2) Pencegahan terjadinya eksaserbasi
3) Pencegahan terjadinya penurunan fungsi paru
4) Peningkatan kualitas hidup
b. Penatalaksanaan umum PPOK terdiri dari:

14
Penatalaksanaan edukasi sangat penting pada PPOK keadaan stabil
yang dapat dilakukan dalam jangka panjang karena PPOK merupakan
penyakit kronis yang progresif dan irreversible.
1) Edukasi
Intervensi edukasi untuk menyesuaikan keterbatasan aktifitas fisik
dan pencegahan kecepatan penurunan fungsi paru.Edukasi dilakukan
menggunakan bahasa yang singkat, mudah dimengerti dan langsung
pada inti permasalahan yang dialami pasien.Pelaksanaan edukasi
seharusnya dilakukan berulang dengan materi edukasi yang sederhana
dan singkat dalam satu kali pertemuan.

Tujuan edukasi pada pasien PPOK :

a) Mengetahui proses penyakit


b) Melakukan pengobatan yang optimal
c) Mencapai aktifitas yang maksimal
d) Mencapai peningkatan kualitas hidup
Edukasi yang diberikan berupa :
a) Dasar- dasar penyakit PPOK
b) Manfaat dan efek samping obat-obatan
c) Mencegah penyakit tidak semakin memburuk
d) Menjauhi faktor penyebab (seperti merokok)
e) Menyesuaikan aktifitas fisik
f) Penyampaian berhenti merokok dilakukan pada saat pertama kali
penegakan diagnosis PPOK.
g) Penggunaan dari macam-macam dan jenis obat yang meliputi: cara
penggunaan, waktu penggunaan dan dosis yang benar serta efek
samping penggunaan obat
h) Waktu dan dosis penggunaan oksigen. Mengenal efek samping
kelebihan dosis penggunaan oksigen dan cara mengatasi efek
samping penggunaan oksigen tersebut

15
i) Mengetahui gejala eksaserbasi akut dan penatalaksanannya seprti
adanya sesak dan batuk, peningkatan sputum, perubahan warna
sputum, dan menjauhi penyebab eksaserbasi
j) Penyesuaian aktifitas hidup dengan berbagai keterbatasan
aktifitasnya.

2) Terapi obat yaitu: bronkodilator, antibiotic, anti peradangan, anti


oksidan, mukolitik dan antitusif.
3) Terapi oksigen
Pasien PPOK mengalami hipoksemia yang progresif dan
berkepanjangan sehingga menyebabkan kerusakan sel dan
jaringan.Pemberian terapi oksigen merupakan hal yang sangat penting
untuk mempertahankan oksigenasi seluler dan mencegah kerusakan sel
baik di otot maupun organ-organ lainnya.

4) Ventilasi mekanis
Ventilasi mekanis pada PPOK diberikan pada eksaserbasi dengan
adanya gagal nafas yang akut, gagal nafas akut pada gagal nafas kronis
atau PPOK derajat berat dengan gagal nafas kronis.Ventilasi mekanis
dapat dilakukan di rumah sakit (ICU) dan di rumah.

5) Nutrisi
Pasien PPOK sering mengalami malnutrisi yang disebabkan
meningkatnya kebutuhan energi sebagai dampak dari peningkatan otot
pernafasan karena mengalami hipoksemia kronis dan hiperkapni
sehingga terjadi hipermetabolisme. Malnutrisi akan meningkatkan
angka kematian pada pasien PPOK karena berkaitan dengan penurunan
fungsi paru dan perubahan analisa gas darah.

6) Rehabilitasi
Rehabilitasi ini bertujuan meningkatkan kualitas hidup dan toleransi
pasien PPOK terhadap katifitas fisik yaitu: menyesuaikan aktifitas,
latihan batuk efektif dan latihan pernafasan.

16
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PADA PASIEN PPOM
1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal yang sangat menentukan keberhasilan dari
proses keperawatan tersebut. Pengkajian harus dilakukan secara teliti sehingga
didapatkan informasi yang tepat. Adapun hal yang perlu dikaji dalam kasus ini
antara lain ;
a. Identitas klien
Nama, tempat tanggal lahir, umur, jenis kelamin, agama/suku, warga
Negara, bahasa yang digunakan, penanggung jawap meliputi : nama, alamat,
hubungan dengan klien.
b. Anamnesis
Pada anamnesis, bagian yang dikaji adalah keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang, dan riwayat penyakit terdahulu.
1) Keluhan utama
Keluhan utama yang timbul pada klien adalah dispnea (bias sampai
berhari-hari atau berbulan-bulan),batuk,dan mengi (pada beberapa kasus
lebih banyak paroksismal).
2) Riwayat kesehatan dahulu
Terdapat data yang menyatakan adanya faktor predisposisi timbulnya
penyakit ini, di antaranya adalah riwyat alergi dan riwayat penyakit
saluran napas bagian bawah ( rhinitis, urtikaria, dan eksim).
3) Riwayat kesehatan keluarga
Klien dengan asma bronkial sering kali di dapatkan adanya riwayat
penyaakit keturunan, tetapi pada beberapa klien lainnya tidak di temukan
adanya penyakit yang sama pada anggota keluarganya.
c. Pola Fungsi Gordon
1) Pola persepsi kesehatan-pemeliharaan kesehatan.
Kaji status riwayat kesehatan yang pernah dialami klien, apa upaya dan
dimana kliwen mendapat pertolongan kesehatan, lalu apa saja yang
membuat status kesehatan klien menurun.

17
2) Pola nutrisi metabolik.
Tanyakan kepada klien tentang jenis, frekuensi, dan jumlah klien makan
dan minnum klien dalam sehari. Kaji selera makan berlebihan atau
berkurang, kaji adanya mual muntah ataupun adanyaterapi intravena,
penggunaan selang enteric, timbang juga berat badan, ukur tinggi badan,
lingkaran lengan atas serta hitung berat badan ideal klien untuk
memperoleh gambaran status nutrisi.
3) Pola eliminasi.
a) Kaji terhadap rekuensi, karakteristik, kesulitan/masalah dan juga
pemakaian alat bantu seperti folly kateter, ukur juga intake dan output.
b) Eliminasi proses, kaji terhadap frekuensi,karakteristik,kesulitan atau
masalah defekasi dan juga pemakaian alat bantu atau intervensi
dalam BAB.
4) Pola aktivitas dan latihan
Kaji kemampuan beraktivitas baik sebelum sakit atau keadaan sekarang
dan juga penggunaan alat bantu seperti tongkat, kursi roda dan lain-lain.
Tanyakan kepada klien tentang penggunaan waktu senggang.Adakah
keluhanpada pernapasan, jantung seperti berdebar, nyeri dada, badan
lemah.
5) Pola tidur dan istirahat
Tanyakan kepada klien kebiasan tidur sehari-hari, jumlah jam tidur, tidur
siang. Apakah klien memerlukan penghantar tidur seperti mambaca,
minum susu, menulis, memdengarkan musik, menonton televise.
Bagaimana suasana tidur klien apaka terang atau gelap.Sering bangun
saat tidur dikarenakan oleh nyeri, gatal, berkemih, sesak dan lain-lain.
6) Pola persepsi kognitif
Tanyakan kepada klien apakah menggunakan alat bantu pengelihatan,
pendengaran. Adakah klien kesulitan mengingat sesuatu, bagaimana
klien mengatasi tak nyaman : nyeri. Adakah gangguan persepsi sensori
seperti pengelihatan kabur, pendengaran terganggu.Kaji tingkat orientasi
terhadap tempat waktu dan orang.
7) Pola persepsi dan konsep diri

18
Kaji tingkah laku mengenai dirinya, apakah klien pernah mengalami
putus asa/frustasi/stress dan bagaimana menurut klien mengenai dirinya.
8) Pola peran hubungan dengan sesama
Apakah peran klien dimasyarakat dan keluarga, bagaimana hubungan
klien di masyarakat dan keluarga dn teman sekerja. Kaji apakah ada
gangguan komunikasi verbal dan gangguan dalam interaksi dengan
anggota keluarga dan orang lain.
9) Pola produksi seksual
Tanyakan kepada klien tentang penggunaan kontrasepsi dan
permasalahan yang timbul.Berapa jumlah anak klien dan status
pernikahan klien.
10) Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress.
Kaji faktor yang membuat klien marah dan tidak dapat mengontrol diri,
tempat klien bertukar pendapat dan mekanisme koping yang digunakan
selama ini.Kaji keadaan klien saat ini terhadap penyesuaian diri,
ugkapan, penyangkalan/penolakan terhadap diri sendiri.
11) Pola system kepercayaan
Kaji apakah klien sering beribadah, klien menganut agama apa. Kaji
apakah ada nilai-nilai tentang agama yang klien anut bertentangan
dengan kesehatan.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Aktivitas dan Istirahat
Gejala :
a) Keletihan, kelelahan, malaise,
b) Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena
sulit bernafas
c) Ketidakmampian untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi
d) Dispnea pasa saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan
Tanda :
a) Keletihan
b) Gelisah, insomnia
c) Kelemahan umum/kehilangan massa otot

19
2) Sirkulasi
Gejala :Pembengkakan pada ekstremitas bawah
Tanda :
a) Peningkatan tekanan darah
b) Peningkatan frekuensi jantung
c) Distensi vena leher
d) Edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantung
e) Bunyi jantung redup (yang berhubungan dengan peningkatan
diameterAPdada)
f) Warna kulit/membrane mukosa : normal/abu-abu/sianosis; kuku tabuh
dansianosis perifer
g) Pucat dapat menunjukkan anemia.
3) Integritas Ego
Gejala :
a) Peningkatan factor resiko
b) Perubahan pola hidup
Tanda :
a) Ansietas, ketakutan, peka rangsang
4) Makanan/ cairan
Gejala :
a) Mual/muntah
b) Nafsu makan buruk/anoreksia (emfisema)
c) ketidakmampuan untuk makankarena distress pernafasan
d) Penurunan berat badan menetap (emfisema), peningkatan berat badan
menunjukkan edema (bronchitis)
Tanda :
a) Turgor kulit buruk
b) Edema dependen
c) Berkeringat
5) Hyegene
Gejala :

20
a) Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan
aktivitas sehari-hari
Tanda :
a) Kebersihan buruk, bau badan

6) Pernafasan
Gejala :
a) Nafas pendek (timbul tersembunyi dengan dispnea sebagai gejala
menonjol pada emfisema) khususnya pada kerja; cuaca atau episode
berulangnyasulit nafas (asma); rasa dada tertekan,m ketidakmampuan
untuk bernafas(asma)
b) Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari (terutama pada
saat bangun) selama minimum 3 bulan berturut-turut tiap tahun
sedikitnya 2tahun. Produksi sputum (hijau, puith, atau kuning) dapat
banyak sekali(bronchitis kronis)
c) Episode batuk hilang timbul, biasanya tidak produksi pada tahap
dinimeskipun dapat menjadi produktif (emfisema)
d) Riwayat pneumonia berulang, terpajan pada polusi kimia/iritan
pernafasandalam jangka panjang (mis. Rokok sigaret) atau debu/asap
(mis.asbes, debu batubara, rami katun, serbuk gergaji
e) Penggunaan oksigen pada malam hari secara terus-menerus.
Tanda :
a) Pernafasan : biasanya cepat,dapat lambat; fase ekspresi
memanjangdengan mendengkur, nafas bibir (emfisema)
b) Penggunaaan otot bantu pernafasan, mis. Meninggikan bahu, melebarkan
hidung.
c) Dada: gerakan diafragma minimal.
d) Bunyi nafas : mungkin redup dengan ekspirasi mengi
(emfisema);menyebar, lembut atau krekels lembab kasar (bronchitis);
ronki, mengisepanjang area paru pada ekspirasi dan kemungkinan selama

21
inspirasi berlanjut sampai penurunan atau tidak adanya bunyi nafas
(asma)
e) Perkusi : Hiperesonan pada area paru (mis. Jebakan udara
denganemfisema); bunyi pekak pada area paru (mis. Konsolidasi, cairan,
mukosa)
f) Kesulitan bicara kalimat atau lebih dari 4 atau 5 kata sekaligus.
g) Warna : pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku; abbu-
abukeseluruhan; warna merah (bronchitis kronis, “biru
mengembung”). Pasiendengan emfisema sedang sering disebut “pink
puffer” karena warna kulitnormal meskipun pertukaran gas tak normal
dan frekuensi pernafasancepat.
h) Tabuh pada jari-jari (emfisema)
7) Keamanan
Gejala :
a) Riwayat reaksi alergi atau sensitive terhadap zat/faktor lingkungan
b) Adanya/berulang infeksi
c) Kemerahan/berkeringat (asma)
8) Seksualitas
Gejala :
a) penurunan libido
9) Interaksi Sosial
Gejala :
a) Hubungan ketergantungan Kurang sistem penndukung
b) Kegagalan dukungan dari/terhadap pasangan/orang dekat
c) Penyakit lama atau ketidakmampuan membaik
Tanda :
a) Ketidakmampuan untuk membuat//mempertahankan suara karena
distress pernafasan
b) Keterbatasan mobilitas fisik
c) Kelalaian hubungan dengan anggota kelurga lain
Hasil pengkajian kognitif dan mental

a) Short Porteble Mental Status Questionaire ( SPMSQ ) =

22
Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ)

Skor N
Pertanyaan
+ - o

+ 1. Tanggal berapa hari ini?

+ 2. Hari apa sekarang ini? (hari, tanggal, dan


tahun)

+ 3. Apa nama tempat ini?

4. Berapa nomor telepon Anda?

+ 4 Di mana alamat Anda? (tanyakan hanya bila


a. Pasien tidak mempunyai telepon)

+ 5. Berapa usia Anda?

+ 6. Kapan Anda lahir?

- 7. Siapa presiden Indonesia sekarang?

- 8. Siapa presiden sebelum Jokowi?

- 9. Siapa nama kecil ibu Anda?

+ 1 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari


0. setiap angka baru, semua secara menurun.

Jumlah kesalahan total

Keterangan :

Kesalahan 0-2 : Fungsi intelektual utuh

Kesalahan 3-4 : Kerusakan intelektual ringan

Kesalahan 5-7 : Kerusakan intelektual sedang

23
Kesalahan 8-10: Kerusakan intelektual berat

Jumlah kesalahan total pasien yaitu 5, maka pasien termasuk dalam kategori
kerusakan intelektual sedang.

b) Mini - Mental State Exam ( MMSE ) =


No PENILAIAN NILAI
TES TOTAL

ORIENTASI

1 Sekarang ini Tahun berapa?

Bulan apa?

Tanggal berapa? Selasa


Hujan
Hari apa?

Musim apa?

2 Kita dimana Negara mana? Indonesia


Bali
Provinsi mana?
Gianyar
Kota mana? Ds.Ketewel

Desa mana?
Br Tengah

Banjar apa?

PENCATATAN

24
3 Sebutkan 3 objek dengan waktu 1 detik tiap
objek. Kemudian minta pasien menyebutkan
3 objek tersebut. Ulangi jawaban pasien
sampai dapat menyebutkan ketiganya.
ATENSI DAN KALKULASI

4 Seri 7, minta pasien untuk menghitung mundur 0


dengan selisih 7 dimulai dari angka 100.
Berikan satu nilai untuk tiap jawaban yang
benar. Hentikan setelah lima jawaban.
Alternative lain: eja secara mundur kata
MESRA
MENGINGAT KEMBALI

5 Minta pasien untuk menyebutkan 3 objek yang 3


telah dipelajari pada pertanyaan nomer 3.
Berikan satu nilai untuk jawaban yang benar.
BAHASA

6 Tunjuk pada sebuah pulpen dan sebuah arloji 2


tangan. Minta pasien untuk menyebutkan nama
benda yang anda tunjuk.
7 Minta pasien untuk mengulang: “tanpa, bila, 0
dan, atau, tetapi.”
8 Minta pasien untuk mengikuti 3 tahap tugas : 3
“ambil lipatan kertas dengan tangan kanan
anda”
“lipat kertas menjadi dua”
“letakkan kertas diatas lantai”
9 Minta pasien membaca dan melakukan tugas 1
yang dibaca
“mohon pejamkan mata anda”
10 Minta pasien untuk menulis kalimat pilihan 1

25
sendiri pada dua garis (kalimat mengandung
subjek dan objek dan harus mempunyai arti)
abaikan kesalahan eja saat menilai
11 Minta pasien untuk menyalin gambar dibawah 1
ini (berikan nilai 1 bila semua sisi dan sudut
tergambar utuh dan gambar yang saling
memotong merupakan sebuah segi 4)
TOTAL SKOR YG DIPEROLEH

Keterangan :

Skor 24-30 : Status kognitif normal

Skor 17-23 : Kemungkinan gangguan kognitif

Skor 0-16 : Gangguan kognitif

Jumlah skor yang diperoleh pasien yaitu 18, maka pasien termasuk dalam
kategori kemungkinan gangguan kognitif.

c) Inventaris Depresi GDS short fom =


No Pertanyaan Jawaban Poin
Ya Tidak

1 Saya merasa hidup ini sangat √


memuaskan
2 Saya mengalami penurunan √
aktivitas dan minat
3 Saya merasa hidup tak berarti √

4 Saya merasa hidup membosankan √

5 Saya memiliki semangat berlebihan √


sepanjang waktu

26
6 Saya merasakan terjadi sesuatu √
yang buruk
7 Saya merasa tak berdaya √

8 Secara umum saya menganggap √


hidup ini indah
9 Saya merasa hidup ini bahagia √

10 Saya merasa paling bahagia minggu √


ini
11 Saya lebih suka tinggal dirumah √
dari pada keluar melakukan hal-hal
yang baru
12 Saya memiliki banyak masalah √

13 Saya merasa sangat berharga √

14 Saya merasa pernah semangat √


dalam memandang suatu kegiatan
15 Saya merasa orang-orang disekitar √
saya baik
Total

Pasien memperoleh skor 9, sehingga pasien masuk dalam kategori tidak


depresi.

0-10 = not depressed

11-20 = mil depression

21-30= severe depression

d) Tingkat Pengetahuan tentang Penyakit yang Diderita


Tabel 1d.Pengukuran Tingkat Pengetahuan tentang Penyakit yang
Diderita

27
Tingkat Pengetahuan tentang Penyakit yang Diderita

Skor
No Pertanyaan Jawaban
+ -

- 1. Apa itu ?

+ 2. Bagaimana tanda dan gejala penderita ?

+ 3. Apa saja penyebab ?

- 4. Bagaimana cara mencegah ?

- 5. Bagaimana cara penanganan pasien ?

Total jawaban benar :

Keterangan :
0-2 :Tidak tahu penyakit yang diderita
3-4 :Cukup mengetahui penyakit yang diderita
5 : Memahami penyakit yang diderita

Pasien memperoleh nilai 0, jadi dapat dikategorikan pasien tidak tahu penyakit
yang diderita.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tak efektif b.d peningkatan produksi secret, sekresi
tertahan dan tebal.(D.0001)
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksamaan ventilasi-
perfusi (D.0003)
c. Pola nafas tak efektif b.d nafas pendek, obstruksi jalan nafas. (D.0005)
d. Nyeri b.d proses peradangan pada selaput paru-paru (D.0077)
e. Hipervolemia b.d hipertrofi pada kelenjar-kelenjar mucus (D.0022)
f. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan secara menyeluruh (D.0056)
g. Defisit Pengetahuan b.d kurang informasi (D.0111)

28
3. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Bersihan jalan Setelah diberikan asuhan 1. Kaji /pantau frekuensiperna- 1. Pernapasan dapat melambat
nafas tak keperawatan diharapkan pasan. Catat rasio inspirasi dan frekuensi ekspirasi
efektif b.d tidak terjadi /ekspirasi. memanjang dibanding
peningkatan  Peningkatan produksi inspirasi
produksi secret,
secret, sekresi ventilasi/oksigenisasi 2. Berikan pasien posisi yang 2. Peninggian kepala tempat
tertahan dan adekuat untuk kebutuhan, nyaman, misalnya peninggian tidur mempermudah fungsi
tebal pencapaian klirens jalan kepala tempat tidur, duduk dan pernapasan dengan
nafas dengan KH : sandaran tempat tidur. menggunakan gravitasi
1. RR dalam batas normal
2. Irama nafas dalam batas 3. Auskultasi bunyi napas, catat 3. Beberapa derajat spasme
normal adanya bunyi napas misalnya : bronkus terjadi dengan
3. Pergerakan secret keluar mengi, krokels dan ronki. obstruksi jalan napas dan
dari jalan nafas dapat/tidak
4. Bebas dari suara nafas dimanifestasikan dengan
tambahan adanya bunyi napas
adventisius, misalnya

29
:penyebaran, krekels basah
(bronchitis), bunyi napas
redup dengan ekspirasi
mengi (emfisema), atau
tidak adanya bunyi napas
(asma berat).

4. Tingkatkan masukan cairan 4. Hidrasi membantu


sesuai toleransi jantung. menurunkan kekentalan
secret, mempermu-dah
pengeluaran secret.
5. Dorong latihan napas abdomen 5. Memberi pasien beberapa
cara untuk mengatasi dan
mengontrol dispnea

6. Kolaborasi : 6. Menurunkan spasme jalan


a. Berikan obat sesuai indikasi : napas, mengi dan produksi
bronkodilator, Xantin, secret
Kromolin, Steroid oral/IV
dan inhalasi, antimikrobial,

30
analgesic
b. Berikan humidifikasi
tambahan : misal nebuliser
ultranik
c. Fisioterapi dada
d. Awasi GDA, foto dada, nadi
oksimetri
2. Gangguan Setelah diberikan asuhan 1. Kaji frekuensi, kedalaman 1. Berguna dalam evaluasi
pertukaran gas keperawatan diharapkan pernapasan, catat pengguanaan derajat distress pernapasan dan
berhubungan tidak terjadi gangguan otot aksesorius, napas bibir, kronisnya proses penyakit.
dengan pertukaran gas, ketidakmampuan
ketidaksamaan mempertahankan tingkat bicara/berbincang.
ventilasi- oksigen yang adekuat untuk 2. Kaji/awasi secara rutin kulit dan 2. Sianosis mungkin perifer
perfusi keperluan tubuh dengan KH : warna membrane mukosa. (terlihat pada kuku) atau
(obstruksi 1. Tanpa terapi oksigen, sentral (terlihat sekitar bibir
jalan napas SaO2 95 % dan pasien atau danun telinga). Keabu-
oleh sekret, tidak mengalami sesak abuan dan dianosis sentral
spasme napas. mengindikasikan beratnya
bronkus). 2. Tanda-tanda vital dalam hipoksemia
batas normal

31
3. Tidak ada tanda-tanda 3. Tinggikan kepala tempat tidur, 3. Pengiriman oksigen dapat
sianosis. bantu pasien untuk memilih posisi diperbaiki dengan posisi duduk
yang mudah untuk bernapas. tinggi dan laithan napas untuk
Dorong napas dalam perlahan menurunkan kolaps jalan
atau napas bibir sesuai dengan napas, dispnea dan kerja
kebutuhan/toleransi individu napas.Kental tebal dan banyak
sekresi adalah sumber utama

4. Dorong mengeluar-kan sputum/ 4. Gangguan pertukaran gas pada


secret pengisapan bila jalan napas kecil, dan
diindikasikan pengisapan dibuthkan bila
batuk tak efektif.

5. Auskultasi bunyi napas, catat area 5. Bunyi napas mingkin redup


penurunan aliran udara dan/atau karena penurrunan aliran udara
bunyi tambahan. atau area konsolidasi. Adanya
mengi mengindikasikan
spasme bronkus/ter-tahannya
sekret. Krekles basah
menyebar menunjukan cairan

32
pada interstisial/dekompensasi
jantung.
6. Berikan oksigen tambahan yang 6. Dapat memperbaiki/mencegah
sesuai dengan indikasi hasil GDA memburuknya hipoksia.
dan toleransi pasien. Catatan ; emfisema koronis,
mengatur pernapasan pasien
ditentikan oleh kadar CO2 dan
mungkin dikkeluarkan dengan
peningkatan PaO2 berlebihan.
3. Pola nafas tak Setelah diberikan asuhan 1. Ajarkan pasien pernafasan 1. Membantu pasien
efektif b.d keperawatan diharapkan diafragmatik dan pernafasan bibir memperpanjang waktu
nafas pendek, terjadi perbaikan dalam pola ekspirasi. Dengan teknik ini
obstruksi jalan pernafasan dengan KH : pasien akan bernafas lebih
nafas 1. Pasien tidak mengalami efisien dan efektif.
sesak napas. 2. Berikan dorongan untuk 2. Memungkinkan pasien untuk
2. Tanda-tanda vital dalam menyelingi aktifitas dengan melakukan aktivitas tanpa
batas normal periode istirahat distres berlebihan.
3. Berikan dorongan penggunaan 3. Menguatkan dan
pelatihan otot-otot pernafasan mengkondisikan otot-otot
pernafasan

33
4. Nyeri b.d Setelah diberikan asuhan 1. Kaji skala nyeri 1. Nyeri dada biasanya ada dalam
proses keperawatan di-harapkan beberapa derajat pneumonia,
peradangan nyeri pasien berkurang juga dapat timbul komplikasi
pada selaput /hilang dengan KH : seperti perikarditis dan
paru-paru 1. Skala nyeri 0-1 endokarditis.
2. Wajah pasien tidak 2. Pantau TTV 2. Perubahan frekuensi jantung
meringis atau TD menunjukan bahwa
3. Pasien tidak mengeluh pasien mengalami nyeri,
nyeri khususnya bila alasan lain untuk
perubahan tanda-tanda vital.
3. Berkan teknik relaksasi/dis- 3. Dapat mengurangi rasa nyeri
traksi pijatan punggung, yang dirasakan oleh pasien
perubahan posisi, musik
tenang/perbincangan,
relaksasi/latihan napas.

4. Kolaborasi dalam pemberian 4. Obat ini dapat digunakan untuk


analgetik dan antitusif sesuai menekan batuk non
dengan indikasi produktif/proksimal atau

34
menurunkan mukosa berlebihan,
meningkatkan
kenyamanan/istira-hat.
5. Hipervolemia Setelah diberikan asuhan 1. Kaji status cairan dengan 1. Pembatasan cairan akan
b.d hipertrofi keperawatan diharapkan menimbang BB perhari, menentukan BB ideal, haluaran
pada kelenjar- pasien tidak mengalami keseimbangan masukan dan urin, dan respon terhadap terapi
kelenjar mucus kelebihan cairan dengan KH : haluaran, turgor kulit tanda-tanda
1.Tidak ada edema vital
2.Input & output seimbang 2. Batasi masukan cairan 2. Pemahaman meningkatkan
kerjasama pasien dan keluarga
dalam pembatasan cairan
3. Jelaskan pada pasien dan keluarga 3. Untuk mengetahui
tentang pembatasan cairan keseimbangan input dan output
4. Anjurkan pasien / ajari pasien
untuk mencatat penggunaan
cairan terutama pemasukan dan
haluaran
6. Intoleransi Setelah diberikan asuhan 1. Kaji pasien dalam melakukan 1. Mempengaruhi pilihan
aktivitas b.d keperawata diharapkan aktivitas intervensi/ bantuan
kelemahan pasien tidak mengalami

35
secara intoleransi aktivitas 2. Awasi TTV klien selama dan 2. Manifestasi kardiopulmonal dari
menyeluruh dengan KH : sesudah aktivitas. Catat respon upaya jantung dan paru-paru
1. Pasien dapat melakukan terhadap tingkat aktivitas (pe- untuk membawa jumlah oksigen
aktivitas seperti biasa ningkatan denyut jantung/teka- adekuat ke jaringan
2. Pasien tidak tampak nan darah, pusing, dispnea,
lemah takipnea, dan sebagai-nya)
3. Berikan bantuan aktivitas/ 3. Membantu bila perlu, harga diri
ambulasi bila perlu diting katkan bila pasien
melakukan sesuatu sendiri.
4. Rencanakan kemajuan aktivitas 4. Meningkatkan secara bertahap
dengan klien. Tingkatkan tingkat tingkat aktivitas sampai normal
aktivitas sesuai toleransi daan memperbaiki tonus otot
7. Defisit Setelah diberikan asuhan 1. Kaji ulang proses penyakit/ 1. Memberikan dasar pengetahuan
pengetahuan keperawatan diharapkan prognosis dan kemungkinan yang dimana klien dapat membuat
b.d kurang klien dan keluarga klien dialami pilihan berdasarkan informasi
informasi menyatakan pemahaman
kondisi/ proses penyakit, dan 2. Diskusikan obat pernapasan, efek 2. Pasien sering mendapatkan obat
pengobatan dengan KH : samping dan reaksi yang tidak pernapasan banyak sekaligus
1. Klien dan keluarganya diinginkan yang mempunyai efek samping
mau berpartisipasi hamper sama dan potensial

36
prosedur pengobatan interaksi obat. Penting bagi
yang akan dilakukan pasien memahami perbedaan
2. Menunjukkan/melakuka antara efek samping menganggu
n perubahan pola hidup (obat dilanjutkan) dan efek
yang perlu samping merugikan (obat
mungkin dihentikan/diganti).
3. Diskusikan pada klien dan 3. Klien dan keluarganya
keluargan-nya mengenai prosedur mengetahui prosedur
pengobatan yang akan dilakukan pengobatan yang akan
dilakukan dan mau
berpartisipasi dalam prosedur
pengobatan
4. Berikan umpan balik positif 4. Meningkatkan harga diri,
untuk upaya/ keterlibatan dalam mendorong partisipasi dalam
terapi program terapi selanjutnya

4.

37
38
4. Implementasi
Menurut Kozier et al., (2010)implementasi keperawatan merupakan
sebuah fase dimana perawat melaksanakan rencana atau intervensi yang sudah
dilaksanakan sebelumnya. Berdasarkan terminology NIC, implementasi terdiri
atas melakukan dan mendokumentasikan yang merupakan tindakan khusus
yang digunakan untuk melaksanakan intervensi.Implementasi keperawatan
membutuhkan fleksibilitas dan kreativitas perawat.Sebelum melakukan suatu
tindakan, perawat harus mengetahui alasan mengapa tindakan tersebut
dilakukan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya tindakan keperawatan
yang dilakukan harus sesuai dengan tindakan yang sudah direncanakan,
dilakukan dengan cara yang tepat, aman, serta sesuai dengan kondisi klien,
selalui dievaluasi mengenai keefektifan dan selalu mendokumentasikan
menurut urutan waktu. Aktivitas yang dilakukan pada tahap implementasi
dimulai dari pengkajian lanjutan, membuat prioritas, menghitung alokasi
tenaga, memulai intervensi keperawatan, dan mendokumentasikan tindakan
dan respon klien terhadap tindakan yang telah dilakukan (Debora, 2013)

5. Evaluasi
Menurut Deswani (2011) evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses
dan hasil. Evaluasi terdiri dari evaluasi formatif yaitu menghasilkan umpan
balik selama program berlangsung.Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan
setelah program selesai dan mendapatkan informasi efektivitas pengambilan
keputusan. Menurut Dinarti dkk (2013) evaluasi asuhan keperawatan
didokumentasikan dalam bentuk SOAP (subyektif, obyektif, assessment,
planing).

39
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. PPOM adalah kelainan paru yang ditandai dengan gangguan fungsi paru
berupa memanjangnya periode ekspirasi yang disebabkan oleh adanya
penyempitan saluran nafas dan tidak banyak mengalami perubahan dalam
masa observasi beberapa waktu.PPOM terdiri dari kumpulan tiga penyakit
yaitu Bronkitis kronik, Emfisema paru dan Asma.
2. Faktor resiko dari PPOM adalah Merokok sigaret yang berlangsung lama,
Polusi udara, Infeksi paru berulang, Umur, Jenis kelamin, Ras, Defisiensi
alfa-1 antitripsin, Defisiensi anti oksidan
3. Manifestasi klinik PPOM adalah pada Lansia, antara lain :
Batuk yang sangat produktif, purulent, dan mudah memburuk oleh iritan-
iritan inhalen, Sesak nafas, Hipoksia dan hiperkapnea, Takipnea, Dispnea
yang menetap
4. Penatalaksanaan pada penderita PPOM: Meniadakan faktor etiologi dan
presipitasi, Membersihkan sekresi Sputum, Memberantas infeksi,
Mengatasi Bronkospasme, Pengobatan Simtomatik, Penanganan terhadap
komplikasi yang timbul, Pengobatan oksigen, Tindakan ”Rehabilitasi”.
B. Saran
1. Untuk Lansia Menghindari faktor resiko :
a) Anjurkan klien untuk tidak merokok
b) Anjurkan klien untuk cukup istirahat
c) Anjurkan klien untuk menghindari allergen
d) Anjurkan klien untuk mengurangi aktifitas
e) Anjurkan klien untuk mendapatkan asupan gizi yang cukup
2. Untuk keluarga Memberikan dukungan :
a) Anjurkan keluarga untuk memberi perhatian pada klien
b) Anjurkan keluarga untuk memantau kondisi klien
c) Anjurkan keluarga untuk menciptakan lingkungan yang kondusif

40
DAFTAR PUSTAKA

Guyton, Arthur C. 1945. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta :


EGC.

Corwin, Elizabeth J. Buku saku Patofisiologi. Jakarta :EGC.

Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.

Lueckenotte, A.G. 2000. Gerontologic nursing. St. Louis Mosby, INC.

Long, Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Bandung : Yayasan Ikatan


Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran Bandung.

Matteson, M.A and MC, Connel, E.S. 1988. Gerontological nursing :Concept
and Practice. Philadelphia : WB Sounders Company.

Price, Syna, A and Wilson, Lorraine M. 1994. Patofisiologi, Konsep Klinis


proses-proses Penyakit, edisi ke-4. Jakarta : EGC.

R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi Martono (1999). Buku Ajar Gerlatri (Ilmu


Kesehatan usia lanjut) edisi ke-3. Jakarta : EGC.

Suddarth dan Brunner. 2002. Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8. Jakarta :


EGC.

Wood, Under J.C.E. 1996. Patologi Umum dan Sistemik. Jakarta : EGC.

Corwin, Elizabeth J. Buku saku Patofisiologi. Jakarta :EGC.

Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.

Guyton, Arthur C. 1945. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta :


EGC.

Lueckenotte, A.G. 2000. Gerontologic nursing. St. Louis Mosby, INC.

Long, Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Bandung : Yayasan Ikatan


Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran Bandung.

41
Matteson, M.A and MC, Connel, E.S. 1988. Gerontological nursing :Concept
and Practice. Philadelphia : WB Sounders Company.

Price, Syna, A and Wilson, Lorraine M. 1994. Patofisiologi, Konsep Klinis


proses-proses Penyakit, edisi ke-4. Jakarta : EGC.

R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi Martono (1999). Buku Ajar Gerlatri (Ilmu


Kesehatan usia lanjut) edisi ke-3. Jakarta : EGC.

Suddarth dan Brunner. 2002. Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8. Jakarta :


EGC.

Wood, Under J.C.E. 1996. Patologi Umum dan Sistemik. Jakarta : EGC.

42

Anda mungkin juga menyukai