Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PERLINDUNGAN TANAMAN

ACARA 3

PENGENALAN TANDA DAN GEJALA SERANGAN HAMA DAN


PENYAKIT

Disusun oleh :
Nama : Listiya Hidayah
NPM : 1710401096
Kelompok : C2
Asisten : Suci Rahayu Saputri

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TIDAR

2019
BAB 1

TUJUAN PRAKTIKUM

Tujuan dari praktikum ini antara lain :

a. Mengetahui tanda serangan pada hama dan penyakit


b. Mengetahui gejala serangan pada hama dan penyakit
c. Memahami perbedaan tanda dan gejala serangan hama dan penyakit
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hama

Hama merupakan suatu organisme yang mengganggu tanaman, merusak


tanaman dan menimbulkan kerugian secara ekonomi, membuat produksi suatu
tanaman berkurang dan dapat juga menimbulkan kematian pada tanaman,
serangga hama mempunyai baguan tubuh yang utama yaitu caput, abdomen,
dan thorax. Serangga hama merupakan organisme yang dapat mengganggu
pertumbuhan tanaman dan mengakubatkan kerusakan dan kerugian ekonomi.
Hama jenis serangga dan penyakit merupakan kendala yang dihadapi oleh
setiap para petani yang selalu mengganggu perkembangan tanaman budidaya
dan hasil produksi pertanian. Hama dan penyakit tersebut merusak bagian suatu
tanaman, sehingga tanaman akan layu bahkan mati (Harianto, 2009).

Akibat dari serangan hama, maka akan terjadi susut kuantitatif, susut
kualitatif, dan susut daya tumbuh. Susut kuantitatif adalah turunnya bobot dan
volume bahan karena sebagian atau seluruhnya dimakan oleh hama. Susut
kualitatif adalah turunnya mutu secara langsung akibat dari adanya serangan
hama, misalnya bahan yang tercampur oleh bangkai, kotoran serangga atau bulu
tikus dan peningkatan jumah butir gabah yang rusak. Susut daya tumbuh adalah
susut yang terjadi karena bagian lembaga yang sangat kaya nutrisi dimakan
oleh hama yang menyebabkan biji tidak mampu berkecambah. Secara ekonomi,
kerugian akibat serangan hama adalah turunnya harga jual komoditas bahan
pangan (biji-bijian). Kerugian akiat serangan hama dari segi ekologi atau
lingkungan adalah adanya ledakan populasi serangga yang tidak terkontrol
(Syarief dan Halid, 1993).

Hama merupakan serangga maupun binatang yang aktifitasnya


menimbulkan kerusakan pada tanaman sehingga mengakibatkan pertumbuhan
dan perkembangan tanaman menjadi terganggu dan berdampak pada kerugian
secara ekonomis. Serangga terbagi dalam beberapa ordo sesuai dengan ciri khas
masing-masing, diantaranya berdasarkan tipe mulut yang terbagi atas tipe mulut
menggigit, mengunyah, menjilat, menusuk, mengisap, dan menggerek (Rioardi,
2009).

Kerusakan oleh serangga dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu kerusakan
langsung dan kerusakan tidak langsung. Kerusakan langsung terdiri dari
konsumsi bahan yang disimpan oleh serangga, kontaminasi oleh serangga
dewasa, pupa, larva, telur, kulit telur, dan bagian tubuhnya, serta kerusakan
wadah bahan yang disimpan. Kerusakan tidak langsung antara lain adalah
timbulnya panas akibat metabolisme serta berkembangnya kapang dan
mikroba-mikroba lainnya (Cotton dan Wilbur, 1974).

2.2 Penyakit

Penyakit tanaman merupakan adanya penurunan dari keadaan normal dari


tanaman yang menyela atau memodifikasi fungsi-sungsi vitalnya. Penyakit
tanaman sebagian besar disebabkan oleh jamur, bakteri, dan virus. Penyakit
tanaman lebih sering diklasifikasikan oleh gejala mereka daripada oleh agen
penyakit, karena penemuan agen mikroskopis seperti bakteri hanya 19 persen
(Jackson, 2009).

Penyakit akan terjadi apabila ada patogen yang ganas menyerang tanaman
yang rentan, didukung lingkungan yang mendukung patogen untuk menyerang
tanaman yang rentan (Tjahjadi, 1989).

Penyakit bisa muncul karena disuatu tempat ada tanaman, patogen serta
lingkungan. Ini yang disebut segitiga penyakit dimana munculnya penyakit
karena tiga faktor tersebut. Salah satu faktor tidak ada atau tidak memenuhi
syarat maka penyakit tidak akan muncul. Syarat yang harus dipenuhi oleh
ketiga faktor agar muncul penyakit adalah tanaman harus peka, penyebab
penyakit harus virulen ( fit dan ganas), dan lingkungan mendukung (Nasution,
2008).

Tanaman yang sakit adalah tanaman yang tidak dapat melakukan aktifitas
fisiologis secara sempurna, yang akan mengakibatkan tidak sempurnanya
produksi baik secara kualitas maupun kuantitas. Secara umum penyakit
tanaman diakibatkan oleh faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik adalah
penyakit tanaman yang disebabkan oleh mikroorganisme (makhluk hidup) yang
antara lain berupa jamur, bakteri, virus, nematoda, MLO dan lain-lain.
sedangkan faktor abiotik antara lain pengaruh dari suhu, kelembaban, defisiensi
unsur hara atau keracunan unsur hara (Mynature-faiq, 2010).

Penyakit dapat dikenal dengan mata telanjang dari gejalanya. Penyakit


tumbuhan yang belum ada campur tangan manusia merupakan hasil interaksi
antara patogen, inang, dan lingkungan. Konsep ini disebut dengan segitiga
penyakit atau plant disease triangle, sedangkan penyakit tanaman yang terjadi
setelah campur tangan manusia adalah interaksi antara patogen, nang,
lingkungan dan manusia. Konsep ini disebut segi empat penyakit atau plant
disease square (Triharso, 1996).

Patogen adalah sesuatu yang dapat menyebabkan penyakit. Patogen berasal


dari bahasa Yunani. Pathos yang berarti menderita dan genesis yang berarti
asal. Umumnya istilah patogen hanya dipakai untuk jasad yang dalam keadaan
sesuai dapat menimbulkan penyakit pada jasad lain (Semangun, 1996).

Penyakit tanaman dapat didefinisikan sebagai penyimpangan sifat normal


yang menyebabkan tanaman tidak dapat melakukan kegiatan fisiologis seperti
biasanya (Martoredjo, 1989).

Menurut Fahmi (2012) gejala penyakit tanaman adalah kelainan atau


penyimpangan dari keadaan normal tanaman akibat adanya gangguan penyebab
penyakit dan gejala dapat dilihat dengan mata telanjang. Berdasarkan sifatnya,
ada dua tipe gejala :

1. Gejala lokal, yaitu gejala yang dicirikan oleh perubahan struktur yang jelas
dan terbatas. Biadanya dalam bentuk bercak atau kanker. Gejalanya
terbatas pada bagian-bagian tertentu dari tanaman (pada daun, buah, akar)
2. Gejala sistemik, yaitu kondisi serangan penyakit yang lebih luas, biasanya
tidak jelas batasnya. Contohnya adalah serangan oleh virus mosaic, belang
maupun layu. Gejalanya terdapat di seluruh tubuh tanaman (layu, kerdil).

Berdasarkan bentuknya gejala penyakit tumbuhan dibagi menjadi dua yaitu :

1. Gejala morfologi : gejala luar yang dapat dilihat dan dapat diketahui
melalui bau, rasa, raba dan dapat ditunjukkan oleh seluruh tumbuhan atau
tiap organ dari tumbuhan.
2. Gejala histologi : gejala yang hanya dapat diketahui lewat pemeriksaan-
pemeriksaan mikroskopis dari jaringan yang sakit.

Gejala histologi dapat dibedakan menjadi tiga tipe gejala, yaitu :

1. Gejala nekrotik
Gejala nekrotik terjadi karena adanya kerusakan pada sel atau bagian sel
bahkan kematian sel. Gejala nekrotik dibagi menjadi :
a. Nekrosis atau matinya bagian tanaman. Sekumpulan sel yang terbatas
dalam jaringan tertentu mati dan pada alat tanaman terlihat adanya
bercak-bercak atau bintik-bintik hitam.
b. Hidrosis disebabkan karena air sel keluar dari ruang sel masuk kedalam
ruang sela-sela sel, bagian ini akan tampak kebasah-basahan.
c. Klorosis, yaitu rusaknya kloroplas yang menyebabkan menguningnya
bagian-bagian yang lazimnya berwarna hijau.
d. Layu, yaitu gejala sekunder yang disebabkan karena adanya gangguan
dalam berkas pengangkutan atau adanya kerusakan pada susunan akar
yang menyebabkan tidak seimbangnya penguapan dengan pengangkutan
air.
e. Gosong atau scorch yang sering disebut terbakar adalah mati dan
mengeringnya bagian tanaman tertentu hampir sama dengan gejala
neksosis.
f. Mati ujung, biasanya terjadi pada ranting atau cabang yang dimulai dari
ujungnya baru meluas ke pangkal.
g. Busuk yang disebabkan karena rusaknya sel-sel atau jaringan-jaringan.
Busuk dipakai untuk bagian-bagian yang tebal seperti buah, batang,
akar. Busuk terbagi menjadi dua yaitu busuk basah dan busuk kering.
Busuk basah biasanya disertai bau yang tidak enak atau cairan-cairan
yang kental biasanya terjadi pada bagian tanaman yang berdaging,
sedangkan busuk kering jarang berbau.
h. Rebah semai jamur yang biasanya menyerang adalah jenis Rhizoctonia,
Sclerotium, Fusarium, Phytium, Phytophthora, dan menyebabkan
batang membusuk atau tanaman rebah.
i. Kanker, gejala ini lazimnya terjadi pada bagian-bagian yang berkayu
pada batang, ranting ataupun akar.
j. Perdarahan atau eksudasi, gejala ini biasanya dtunjukkan dengan adanya
cairan-cairan yang keluar dari bagian tanaman.
2. Gejala hipoplastik
Adalah gejala yang disebabkan karena terhambat atau terhentinya
pertumbuhan sel, gejala ini terbagi menjadi :
a. Kerdil atau tumbuh terhambat pertumbuhan bagian-bagian tanaman,
sehingga ukurannya lebih kecil dari biasanya.
b. Klorosis, yaitu rusaknya kloroplas menyebabkan menguningnya bagian-
bagian yang lazimnya berwarna hijau.
c. Etiolasi, gejala ini ditunjukkan dengan tanaman yang menjadi pucat,
tumbuh memanjang dan mempunyai daun- daun yang sempit.
d. Pemusaran (resetting).
3. Gejala hiperplastik
Ini disebabkan karena adanya pertumbuhan sel yang lebih dari biasanya
(overdevelopment). Gejala hiperplastik terbagi sebagai berikut :
a. Menggulung atau mengeriting, yaitu gejala fulung daun (leaf roll) atau
gejala mengeriting (curling) yang disebabkan karena pertumbuhan yang
tidak seimbang dari bagian-bagian daun.
b. Rontok, peristiwa ini dianggap sebagai gejala penyakit jika terjadi
sebelum waktunya (premature) dan dalam jumlah yang lebih banyak
dari biasanya.
c. Perubahan waarna, yaitu perubahan warna yang bukan klorosis misalnya
daun yang sakit berubah warna menjadi keungu-unguan karena
membentuk antosianin.

Penyakit tumbuhan digolongkan menjadi dua golongan, yaitu :

a. Penyakit abiotik adalah penyakit yang disebabkan oleh penyakit


nonifeksi/penyakit yang tidak dapat ditularkan dari tumbuhan satu ke
tumbuhan yang lain. patogen penyakit abiotik meliputi : suhu tinggi,
suhu rendah, kadar oksigen yang tidak sesuai, kelembaban udara yang
tidak sesuai, keracunan mineral, kekurangan mineral, senyawa kimia
alamiah beracun, senyawa kimia pestisida, polutan udara beracun, hujan
es, dan angin.
b. Penyakit biotik adalah penyakit tumbuhan yang disebabkan oleh
penyakit infeksius bukan binatang dan dapat menular dari tumbuhan
satu ke tumbuhan yang lain. ppatogen penyakit biotik meliputi : jamur,
bakteri, virus, nematode, tumbuhan tingkat tinggi parasitik, dan
mikoplasma.
BAB 3

METODE PRAKTIKUM

Praktikum dilaksanakan pada hari Senin, 27 Mei 2019 pada pukul 09.00-
10.55 WIB yang bertempat di Laboratorium P203 Fakultas Pertanian
Universitas Tidar Magelang. Untuk alat dan bahan yang digunakan dalam
praktikum ini antara lain untuk spesimen hama yaitu capung, kupu-kupu, lalat,
walang sangit, kumbang kelapa, ulat grayak, dan keong mas. Sedangkan untuk
herbarium yaitu bercak coklat ketela pohon/kacang tanah, karat daun kopi/ pada
jeruk, roset tembakau, etiolasi tanaman sawi/kangkung, akar gada pada kubis,
dan sapu setan kacang panjang.

Cara kerja yang dilakukan yaitu spesimen hama dan herbarium tanaman
yang terserang penyakit diamati, kemudian tipe mulut, tanda, dan serangan
hama didiagnosis, setelah itu didiagnosis juga untuk tanda dan tipe gejala
serangan penyakit pada herbarium, yang terakhir yait spesimen hama dan
herbarium digambar dan diberi keterangan pada gambar tersebut.
BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar Tangan

Gambar foto Gambar literatur


Gambar Tangan

Gambar foto Gambar literatur


Gambar Tangan

Gambar foto Gambar literatur


Gambar Tangan

Gambar foto Gambar literatur


Gambar Tangan

Gambar foto Gambar literatur


Gambar Tangan

Gambar foto Gambar literatur


Gambar Tangan

Gambar foto Gambar literatur


Gambar Tangan

Gambar foto Gambar literatur


Gambar Tangan

Gambar foto Gambar literatur


Gambar Tangan

Gambar foto Gambar literatur


Gambar Tangan

Gambar foto Gambar literatur


Gambar Tangan

Gambar foto Gambar literatur


Gambar Tangan

Gambar foto Gambar literatur


Pembahasan

1. Capung
Nama spesimen : Capung
Klasifikasi :
Kelas : Arthropoda
Ordo : Odonata
Famili : Aeshindae, Gomphidae
Genus : Orthetrum
Spesies : Orthetrum sabina
Tipe Mulut : Penggigit, Pengunyah
Tanda serangan :
Capung akan merobek-robek tubuh mangsanya dan terus mengunyah
sampai berbentuk gumpalan sebelum akhirnya mereka menenlannya.
Capung mencegat mangsanya mirip trik yang digunakan pelaut. Dengan
mata majemuknya, capung bisa memprediksi arah terbang mangsanya,
termasuk sudut dan kecepatan, kemudian memperkirakan terbangnya
sendiri untuk menangkap mangsa tersebut. Capung mengetahui kapan
harus memperlambat, mempercepat, dan terbang menyimpang.
Gejala serangan :
Capung bukan termasuk hama, namun peranan dalam ekosistem
sangatlah besar, salah satunya bisa menjadi predator bagi beberapa hama.
Masa hidupnya sebagai predator hama dimulai sejak masa nimfa hingga
dewasa. Peran yang dimainkan oleh capungmewujudkan terciptanya
keseimbangan dalam ekosistem. Selain itu ada manfaat lain yang dapat
dirasakan secara langsung oleh manusia. Ketika capung berwujud nimfa,
peranannya adalah sebagai pemangsa jentik-jentik nyamuk, sehingga
jumlah populasi nyamuk di alam dapat terkurangi. Setelah tumbuh dewasa
capung membantu petani dalam memerangi serangga hama pertanian
seperti wereng, lalat buah, lalt bibit, kutu, sundep, dan beluk serta serangga
hama lainnya.
Deskripsi Hama :
Odonata bisa juga disebut dengan kelompok capung-capungan. Odonata
biasanya memiliki fitur yang memiliki cerci yang pendek atau tidak ada,
pada msing-masing sayap depan terdapat node (bongkol) dan menakik,
antena berbentuk setaceous (pita). Capung merupakan serangga yang
menarik, memiliki 4 sayap yang berselaput dan banyak sekali urat
sayapnya. Bentuk kepala besar dengan mata yang besar pula. Antena
berukuran pendek dan ramping. Capung ini memiliki dada yang kuat dan
kaki yang sempurna. Abdomen panjang dan ramping, tidak memiliki ekor,
tetapi memiliki berbagai bentuk umbai ekor yang telah berkembang dengan
baik. Mata capung sangat besar dan disebut mata majemuk, terdiri dari
banyak mata kecil yang disebut ommatidium. Dengan mata ini capung
mampu melihat ke segala arah dan dengan mudah dapat menemukan
korban atau melooskan diri dari musuhnya, bahkan dapat mendeteksi
gerakan yang jauhnya lebih dari 10 m dari tempatnya berada. Tubuh
capung tidak berbulu dan biasanya berwarna-warni. Bebrapa jenis capung
ada yang memiliki warna tubuh mengkilap (metalik). Kedua pasang sayap
capung berurat-urat. Pada anggota capung dapat mengidentifikasi dan
membedakan kelompok capung dengan melihat susunan urat-urat pada
sayap. Masing-masing susunan urat memiliki nama tersendiri. Kaki capung
tidak terlalu kuat, oleh karena itu capung menggunakan kakinya bukan
untuk berjalan, melainkan untuk berdiri (hinggap) dan menangkap
mangsanya. Kaki-kaki capung yang ramping itu juga dapat membentuk
kurungan untuk membawa korbannya. Capung biasa dapat menangkap
korban dan memakannya sambil terbang, sedangkan capung jarum makan
saat hinggap (Anynomous, 2009).
Capung betina tidak akan kawin lagi setelah pembuahan. Capung jantan
jenis Calopteryx virgo akan menggunakan kait pada ekornya, capung
jantan menangkap betinanya di lehernya. Betina akan melilitkan kakinya di
sekitar ekor capung jantan. Pejantan akan menggunakan sambungan khusus
di ekornya. Capung akan membersihkan mani yang tertinggal dari pejantan
lain. kemudian, dia akan memasukkan maninya ke dalam rongga kelamin
betina. Karena peristiwa ini memakan waktu berjam-jam, mereka
kadangkala terbang dalam posisi berhimpitan. Capung meninggalkan telur
dewasa di kedangkalan danau atau kolam (Price, 1997).
2. Ulat Grayak
Nama spesimen : Ulat Grayak
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Noctuidae
Genus : Spodoptera
Spesies : Spodoptera litura F.
Tipe mulut : Menggigit, Mengunyah
Tanda serangan :
Salah satu ciri khas yang bisa menjadi penanda dari larva/ulat grayak ini
adalah terdapat bintik-bintik segitiga berwarna hitam dan bergaris-garis
kekuningan pada sisinya. Perkembangan selanjutnya larva akan berubah
menjadi pupa/kepompong yang biasanya dibentuk di bawah permukaan
tanah. Daur hidup dari telur menjadi kupu-kupu berkisar antara 30-61 hari.
Stadium yang paling membahayakan dari hama Spodoptera litura Fini
adalah saat ia berada pada stadium larva/ulat. Membahayakan karena ulat
grayak ini sangat rakus dan menyerang bukan hanya tanaman cabe saja,
ulat grayak termasuk ulat polifag yang makan segala jenis tanaman.
Gejala Serangan :
Larva yang masih kecil merusak daun dengan meninggalkan sisa-sisa
epidermis bagian atas, transparan dan tinggal tulang-tulang daun saja.
Larva instar lanjut merusak tulang daun. Gejala serangan pada buah
ditandai dengan timbulnya lubang tidak beraturan pada buah tomat.
Biasanya larva berada di permukaan bawah daun, menyerang secara
serentak berkelompok.serangan berat menyebabkan tanaman gundul karena
daun dan buah habis dimakan ulat, umumnya terjadi pada musim kemarau.
Pengendalian :
a. Kultur teknis : Sanitasi lahan dari gulma, pengolahan
tanah yang intensif.
b. Pengendalian fisik/mekanis : Pembibitan, mengumpulkan larva atau
pupa dan bagian tanaman yang terserang kemudian memusnahkannya,
penggunaan perangkap feromonoid seks untuk ngengat sebanyak 40
buah per hektar atau 2 buah per 500 m2 dipasang di tengah pertanaman
sejak tanaman berumur 2 minggu.
c. Pengendalian hayati : Pemanfaatan mesuh alami seperti :
patogen SL-NPV (Spodoptera litura – Nuclear Polyhedrosis Virus),
cendawan Cordisep, nematoda Steinemema sp., predator Sycanus sp.,
Andrallus spinideus, Selonepnis geminada, parasitoid Apanteles sp.,
Telenomus spodopterae, Microplistis similis, dan Peribeae sp.
d. Pengendalian kimiawi : Dalam hal cara lain tidak dapat menekan
populasi hama, digunakan insektisida yang efektif, terdaftar dan
diizinkan Menteri Pertanian apabila berdasarkan hasil pengamatan
tanaman contoh,intensitas serangan mencapai lebih atau sama dengan
12,5% per tanaman contoh.
Deskripsi hama :
Ngengat dengan sayap bagian depan berwarna coklat atau keperak-
perakan, sayap belakang berwarna keputihan dengan bercak hitam. Malam
hari ngengat dapat terbang sejauh 5 kilometer. Telur berbentuk hampir
bulat dengan bagian datar melekat pada daun (kadang tersusun 2 lapis),
warna coklat kekuning-kuningan, berkelompok (masing-masing berisi 25-
500 butir) yang bentuknya bermacam-macam pada daun atau bagian
tanaman lainnya, tertutup bulu seperti beludrru. Larva mempunyai warna
yang bervariasi, mempunyai kalung/bulan sabit warna hitam pada segmen
abdomen keempat dan kesepuluh. Pada sisi lateral dan dorsal terdapat garis
kuning. Ulat yang baru menetas berwarna hijau muda, bagian sisi coklat
tua atau hitam kecoklatan dan hidup berkelompok. Larva menyebar dengan
menggunakan benang sutera dari mulutnya. Ulat menyerang tanaman pada
malam hari, dan pada siang hari bersembunyi dalam tanah ( tempat yang
lembab), biasanya ulat berpindah ke tanaman lain secara bergerombol
dalam jumlah besar. Warna dan perilaku ulat instar terakhir mirip ulat
tanah, perbedaannya hanya pada tanda bulan sabit, berwarna hijau gelap
dengan garis punggung warna gelap memanjang. Umur 2 minggu panjang
ulat sekitar 5 cm. Pupa ulat berkepompong dalam tanah, membentuk pupa
tanpa rumah pupa (kokon) berwarna coklat kemerahan dengan panjang
sekitar 1,6 cm. Siklus hidup berkisar antara 30-60 hari (lama stadium telur
2-4 hari, larva yang terdiri dari 5 instar 20-46 hari, pupa 8-11 hari). Seekor
ngengat betina dapat meletakkan telur 2000-3000 telur.
3. Kumbang Kelapa
Nama spesimen : Kumbang Kelapa
Klasifikasi :
Kelas : Insecta
Ordo : Coleoptera
Famili : Curculionidae
Genus : Oryctes
Spesies : Oryctes rhinoceros L.
Tipe mulut : Penggigit, Pengunyah
Tanda serangan :
Pada tanaman muda kumbang tanduk ini mulai menggerek dari bagian
samping bonggol pada ketiak pelepah terbawah, langsung ke arah titik
tumbuh kelapa sawit. Panjang lubang gerekan dapat mencapai 4,3 cm
dalam sehari. Apabila gerekan sampai ke titik tumbuh, kemungkinan
tanaman akan mati. Pucuk kelapa sawit yang terserang, apabila nantinya
membuka pelepah daunnya akan kehilangan seperti kipas atau bentuk lain
yang tidak normal (Prawirosukarto dkk, 2003).
Gejala serangan :
Kumbang kelapa dewasa aktif pada malam hari (Nocturnal). Kumbang
kelapa kemudian masuk ke salah satu pangkal pelepah daun yang paling
atas. Titik tumbuh tanaman inang (host) yang disukai, biasanya pada
bagian ketiak (axilla) pelepah daun ke 3, 4, dan 5 dari atas. Jika tanaman
kelapa baru berumur 1 tahun atau kurang, titik masuk diperkirakan berada
pada pangkal batang dipermukaan tanah. Kumbang menyerang pucuk dan
pangkal daun muda yang belum membuka, mengakibatkan daun tergantung
seperti huruf “V” bila daun membuka. Gejala serangan yang ditimbulkan
merupakan gejala khas serangan kumbang kelapa. Apabila serangan
sampai ke titik tumbuh maka tanaman kelapa akan mati, karena tidak dapat
lagi menghasilkan daun. Serangan kumbang kelapa juga mengakibatkan
penurunan produksi buah kelapa.
Pengendalian :
a. Kultur teknis : Pemusnahan tempat berkembangnya ulat, seperti
kotoran hewan dan tumpukan sampah atau pohon mati yang telah
membusuk, menanam tanaman penutup tanah 6 bulan sebelum
menanam kelapa (preventif).
b. Mekanis : Mengait kumbang pada lubang gerekan, menangkap
ulat/kepompong dan memusnahkannya.
c. Biologis : Pengendalian hama kumbang kelapa secara biologis
dengan menggunakan jamur Metarhizium anisopliae yang diinfeksikan
kepada larva dan jagung, pemanfaatan virus Baculovirus oryctes,
dengan cara melepaskan 10-12 ekor kumbang kelapa jantan yang sudah
diinfeksi virus Baculovirus oryctes per hektar/tahun, pelepasan
sebaiknya dilakukan pada sore atau malam hari. Kumbang kelapa
jantan yang terinfeksi virus ini, akan steril dan tidak mampu membuahi
kumbang kelapa betina.
d. Kimiawi : Insektisida yang dianjurkan untuk pengendalian
kumbang kelapa adalah Basudin 60 EC, Basudin 10 G, Carbavin 85
WP, Curater 3 G, Diazinon 10 G, Servin 85 S, Thiodan 35 EC dan
Unden 50 WP. Insektisida cairan (EC) dosis 5 cc/l air/ pohon dengan
cara penyiraman pada pucuk terserang. Insektisida tepung (WP)
dilarutkan dalam air, dosis 10 gr/l air per pohon dan disiramkan pada
bagian tajuk. Insektisida butiran (G), dosis 20 gr/pohon langsung
ditaburkan pada pucuk dan diarahkan ke titik tumbuh. Perlu diingat,
setelah pemberian insektisida, dalam waktu tiga bulan buah kelapa
tidak boleh dikonsumsi.
Deskripsi hama :
Kumbang tanduk betina akan bertelur pada tempat yang banyak
mengandung bahan organik, misalnya daun busuk, batang busuk, tempat
sampah, kompos, dan lain-lain. siklus hidup kumbang berkisar 4-9 bulan,
umumnya berkisar 4-7 bulan. Jumlah telur betina 30-70 butir bahkan lebih,
dan menetas sekitar 12 hari. Telur tersebut memiliki warna putih, bentuk
menjorong, dan akan berubah menjadi bulat, panjang telur 3 mm dan lebar
2 mm.
Larva kumbang tanduk berkaki 3 pasang, terdiri dari 3 instar dan masa
larva satu 12-21 hari, instar dua 12-21 hari, dan instar riga 50-165 hari.
Larva terakhir memiliki ukuran 10-12 cm, berbentuk huruf C, kepala dan
kakinya berwarna coklat. Lundi yang baru menetas berwarna putih,
panjang 8 mm, lundi dewasa berwarna putih kekuningan, dan kepala merah
coklat. Kemudian lundi yang teah dewasa akan masuk kedalam tanah yang
sedikit lembab berkisar 30 cm untuk menjadi kepompong.
Pupa yang didalam tanah berwarna coklat kekuningan, pupa jantan
berukuran 3-5 cm, yang betina lebih pendek. Masa prapupa berkisar 8-13
hari. Masa kepompong berlangsung antara 18-23 hari. Kumbang yang baru
muncl dari pupaa akan tetap tinggal ditempatnya antara 5-10 hari,
kemudian terbang keluar.
Imago berwarna hitam, memiliki panjang tubuh 30-57 mm dan lebar 14-
21 mm, imago jantan lebih kecil dibanding dengan imago betina. Imago
betina memilki bulu tebal dibagian ujung abdomen, sedangkan jantan tidak
memiliki bulu. Imago aktif pada malam hari untuk mencari makanan dan
mencari pasangan untuk berkembang biak.
4. Walang Sangit
Nama spesimen : Walang Sangit
Klasifikasi :
Kelas : Insecta
Ordo : Hemiptera
Famili : Alydidae
Genus : Leptocorisa
Spesies : Leptocorisa acuta
Tipe mulut : Penggigit, Pengunyah, Penghisap
Tanda serangan :
Sesuai dengan sifat serangan dari hama walang sangit maka pada
umumnya bulir padi menjadi hampa sebab cairan sel bulir padi yang
sedang terisi dihisap sehingga bulir padi menjadi sengah hampa dan akan
mudah pecah jika masuk dalam penggilingan. Hilangnya cairan
menyebabkan biji padi menjadi kecil, tetapi jarang yang menjadi hampa
karena mereka tidak mengosongkan seluruh isi biji yang sedang tumbuh
(Tjahjono dan Harahap, 1994).
Gejala serangan :
Nimfa dan imago tidak hanya menghisap bulir padi pada fase masak
susu akan tetapi mereka juga menghisap cairan batang padi, nimfa lebih
aktif dari imago, akan tetapi imago dapat merusak lebih hebat karena
hidupnya lebih lama. Cara penghisapan walang sangit tidak seperti kepik
lainnya, walang sangit tidak melubangi bulir padi pada waktu menghisap
tetapi menusuk melalui rongga diantara lemma dan palea. Dalam keadaan
yang tidak terdapat bulir yang masak susu, walang sangit masih dapat
memakan bulir padi yang mulai mengeras dan mengeluarkan enzim yang
dapat mencerna karbohidrat (Tjahjono dan Harahap, 1994).
Pengendalian :
Serangan walang sangit dapat dikendalikan dengan cara misalnya
melakukan penanaman serempak pada suatu daerah yang luas sengga
koloni walang sangit tidak terkonsentrasi di satu tempat sekaligus
menghindari kerusakan yang berat. Pada fase generatif dianjurkan untuk
menanggulangi walang sangit dengan perangkap dari tumbuhan rawa
Limnophila sp., Ceratophyllum sp., Lycopodium sp., dan bangkai hewan
seperti kodok, kepiting, udang, dan sebagainya. Walang sangit yang
tertangkap lalu dibakar. Parasit telur walang sangit yang utama adalah
Gryon nixoni dan parasit telur lainnya adalah Ooencyrtus malayensis.
Walang sangit dapat tertarik pada bau-bau tertentu seperti bangkai dan
kotoran binatang, beberapa jenis rumput seperti Ceratophyllum dermesum
L., Submersum L., Lycopodium carinatum D., dan Limnophilla spp.
Apabila walang sangit sudah terpusat pada tanaman perangkap, selanjutnya
dapat diberantas secara mekanik atau kimiawi.
Pengendalian kimiawi dilakukan dengan menggunakan insektisida yang
dianjurkan dan aplikasinya didasarkan pada hasil pengamatan. Apabila
terdapat dua ekor walang sangit per meter persegi (16 rumpun) saat padi
berbunga serempak sampai masak susu, saat itulah dilakukan
penyemprotan. Walang sangit dewasa dapat dikendalikan dengan
insektisida monokrotofos. Insektisisda yang efektif terhadap walang sangit
adalah BPMC dan MICP (Tjahjono dan Harahap, 1994)
Deskripsi hama :
Walang sangit mengalami metamorfosis sederhana yang
perkembangannya dimulai dari stadia telur, nimfa, dan imago. Imago
berbentuk seperti kepik, bertubuh ramping, antena dan tungkai relatif
panjang. Warna tubuh hijau kuning kecoklatan dan panjangnya berkisar
antara 15-30 mm (Tjahjono dan Harahap, 1994).
Telur berbentuk seperti cakram berwarna merah coklat gelap dan
diletakkan secara berkelompok. Kelompok telur biasanya terdiri dari 10-20
butir. Telur-telur tersebut biasanya diletakkan pada permukaan atas daun di
dekat ibu tulang daun. Peletakan telur umumnya dilakukan pada saat padi
berbunga. Telur akan menetas 5-8 hari setelah diletakkan. Perkembangan
dari telur sampai imago adalah 25 hari dari satu generasi mencapai 46 hari
(Baehaki, 1992).
Nimfa berwarna kekungingan, kadang-kadang nimfa tidak terlihat
karena warnanya sama dengan warna daun. Stadium nimfa 17-27 hari yang
terdiri dari 5 instar (Tjahjono dan Harahap, 1994).
5. Kupu-Kupu Raja
Nama spesimen : Kupu-Kupu Raja
Klasifikasi :
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Nymphalidae
Genus : Danaus
Spesies : Danaus plexippus
Tipe mulut : Penghisap
Tanda serangan :
Kupu-kupu merupakan serangga yang memiliki sayap yang indah dan
beraneka ragam. Kupu-kupu meletakkan telurnya dibawah daun dan jika
menetas menjadi larva. Kita bisa sebut larva kupu-kupu sebagai ulat. Pada
fase ini, ulat aktif memakan dedaunan bahkan pangkal batang, terutama
pada malam hari. Daun yang dimakan ulat hanya tersisa rangka atau tulang
daunnya saja.
Gejala serangan :
Dari ordo ini yang banyak merusak tanaman adalah larvanya (ulat).
Akibat serangannya adalah bagian organ tanaman hilang atau rusak,
pertumbuhan tidak normal, bahkan dapat menimbulkan kematian tanaman
atau bagian tanaman.
Pengendalian :
a. Membuang telur-telur kupu-kupu yang melekat pada bagian bawah
daun.
b. Menggenangi tempat persemaian dengan air dalam jumlah banyak
sehingga ulat akan bergerak ke atas sehingga mudah untuk dikumpulkan
dan dibasmi.
c. Apabila kedua cara tersebut tidak berhasil, maka dapat dilakukan
penyemprotan dengan menggunakan pestisida.
Deskripsi hama :
Kupu-kupu yang berukuran besar dan berwarna dominan hitam kuning.
Kupu-kupu jantan memiliki rentang sayap pada jantan 9,8-13,8 cm dan
panjang sayap depan 6,0-8,4 cm. Sayap berwarna hitam dengan sedikit
warna putih di ujungnya. Sedangkan sayap belakang berwarna kuning
dengan garis venasi dan pinggiran sayap berbentuk gelombang berwarna
hitam. Kupu-kupu betina memilki rentang sayap 11,0-15,0 cm dan panjang
sayap depan 7,3-9,5 cm. Warna sayap betina hampir sama dengan sayap
jantan, perbedaan terlihat di bagian sayap belakang terdapat titik hitam
besar pada bagian dalam di antara garis venasi dan pinggiran sayap
berbentuk gelombang.
6. Lalat
Nama spesimen : Lalat
Klasifikasi :
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Famili : Tephiritidae
Genus : Bactrocera
Spesies : Bactrocera sp.
Tipe mulut : Menjilat, Menghisap
Tanda serangan :
Lalat ini menyebabkan kerusakan pada bagian batang, daun, dan buah
tanaman. Lalat ini biasanya membuat saluran-saluran di daun, batang, dan
tangkai daun. Dengan adanya saluran ini tanaman menjadi layu. Tanaman
yang masih muda dapat mati, sedangkan tanaman yang telah ta akan
terhambat pertumbuhannya.
Gejala serangan :
Stadium hama yang banyak merugikan tanaman adalah larvanya. Larva
ordo diptera sering disebut belatung atau temapayak. Umumnya tempayak
menyerang tanaman dengan cara menggerek dan masuk ke bagian dalam
tanaman, kemudian memakan bagian dalam tanaman tersebut. Akibat
serangannya bisa menimbulkan perubahan bentuk, pembususkan, atau
pertumbuhan tanaman terhambat (kerdil).
Pengendalian :
a. Melakukan pergiliran tanaman selama 3-4 bulan. Langkah ini dilakukan
dengan cara menanam tanaman bukan sefamili dengan kubis-kubisan
pada lahan yang akan ditanami kubis. Hal ini dilakukan dengan tujuan
untuk memutuskan siklus hama.
b. Secara biologis dengan menggunakan bakteri Bacillus thuringiensis.
c. Secara kimiawi dengan menggunakan insektisida.
d. Secara mekanik dengan melakukan penjebakan pada serangga dewasa.
Penjebakaan dilakukan dengan menggunakan lampu dan cawan berisi
air.
Deskripsi hama :
Menurut Sigit dan Hadi (2006) lalat merupakan ordo diptera yang
termasuk dalam klasifikasi serangga (insecta) pengganggu yang
menyebabkan penyakit dan menyebabkan gangguan kesehatan bagi
manusia dengan spesies yang snagat banyak. Lalat adalah salah satu vektor
yang harus dikendalikan karena dapat mengganggu aktivitas dan kesehatan
masyarakat.
Telur diletakkan pada bahan-bahan organik yang lembab (sampah,
kotoran binatang, dan lain-lain) pada tempat yang tidak langsung terkena
sinar matahari. Telur berwarna putih dan biasanya menetas setelah 8-30
jam, tergantung dari suhu sekitarnya.
Larva tingkat 1 telur yang baru menetas, disebut instar 1 berukuran
panjang 2 mm, berwarna putih, tidak bermata dan berkaki, amat aktif dan
ganas terhadap makanan, setelah 1-4 hari melepas kulit keluar instar 2.
Larva tingkat 2 ukuran besarnya 2 kali instar 1, sesdah satu sampai
beberapa hari, kulit mengelupas keluar instar 3. Larva tingkat 3 berukuran
12 mm atau lebih, tingkat ini memakan waktu 3-9 hari. Larva mencari
tempat dengan temperatur yang disenangi, dengan berpindah-pindah
tempat. Misalnya pada gundukan sampah organik. Temperatur yang
disukai adalah 30-35o C.
Pada masa pupa/kepompong jaringan tubuh larva berubah menjadi
jaringan tubuh dewasa. Stadium ini berlangsung 3-9 hari. Temperatur yang
disukai kurang lebih 35o C.
Proses pematangan menjadi lalat dewasa kurang lebih 15 jam dan
setelah itu siap untuk mengadakan perkawinan. Seluruh waktu yang
diperlukan 7-22 hari, tergantung pada suhu setempat, kelembaban dan
makan yang tersedia. Umur lalat dewasa dapat mencapai 2-4 minggu.
7. Keong Mas
Nama spesimen : Keong Mas
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum : Moluska
Kelas : Gantropoda
Ordo : Pulmolata
Familia : Ampullaridae
Genus : Pomacea
Spesies : Pomacea canalicuta L.
Tipe mulut : Penusuk, Penghisap
Tanda serangan :
Keong mas merusak tanaman dengan cara memarut jaringan tanaman
dan memakannya, menyebabkan adanya bibit yang hilang di pertanaman.
Bekas potongan daun dan batang yang diserangnya terlihat mengambang
(Suyamto, 2005).
Gejala serangan :
Keong mas mempunyai kebiasaan memakan berbagai tanaman yang
lunak termasuk padi yang masih mudaa. Biasanya keong mas memarut
pangkal batang yang berada dibawah air dengan lidahnya hingga patah,
kemudian patahan tanaman yang rebah tersebut dimakan. Bila populasi
keong mas tinggi dan air selalu tergenang, bisa mengakibatkan rumpun
padi mati, sehingga petani harus menyulam atau menanam ulang
(Hermawan, 2007).
Pengendalian :
a. Menggunakan tumbuhan yang mengandung racun bagi keong mas.
Misalnya daun sembung (Blumea balsamifera), daun/akar tuba, daun
enceng gondok (Monochoria vaginalis), daun tembakau (Nicotina
tabacum), daun calamansi atau jeruk (Citrus microcarpa), daun
mabuhay (Tinospora rumphii), dan cabai merah. Selain itu, beberapa
tanaman lain yang juga dapat digunakan untuk memberantas keong mas
adalah starflower (Calotropis gigantis), nimba (Azadirachtha indica),
dan asyang (Mikania cordata) yang mengandung bahan yang dapat
membunuh keong mas. Berbagai tumbuhan tersebut dianjurkan
diaplikasikan sebelum penanaman padi. Saluran kecil dibuat agar
keong mas berada di dalam saluran tersebut dan selanjutnya di atas
saluran tersebut ditempatkan tumbuhan yang disebutkan diatas.
b. Menggunakan antraktan seperti daun talas (Cococasia esculenta), daun
pisang (Musa paradisiaca), daun pepaya (Carica papaya), bunga
terompet, dan koran bekas, supaya mudah mengumpulkan keong
tersebut. Daun sebagai antraktan diletakkan dalam petakan sawah
secara berjejr, berjarak 1-2 meter antar umpan, yang dilakukan sebelum
panen sampai 5 minggu setelah tanam. Jumlah antraktan sebagai umpan
yang diperlukan sekitar 40 kilogram per hektar. Tinggi air di sawah
disarankan sekitar 5-10 cm.
Deskripsi hama :
Keong mas ini memiliki bentuk yang hampir sama dengan keong sawah
yang disebut dengan gondang. Namun, memilki perbedaan dibagian
cangkang keong mas berwarna kekuningan keemasan hingga kecoklatan
transparan dan juga cangkang lebih tipis. Keong mas ini memiliki daging
berwarna krim keputihan hingga kemerah emasan atau orange kekuningan
dengan ukuran lebih dari 10 cm dan cangkang memiliki diameter berkisar
4-5 cm. Keong ini juga bertelur ditempat yang kering 10-13 cm dari
permukaan air, bentuk telur memanjang dengan warna merah jambu.
Panjang telur ini 3 cm lebih dengan lebar 1-3 cm dengan ukuran menapai
2.0 mm dan berat 4,5-7,7 mg.
8. Bercak Daun Kacang
Nama penyakit : Bercak Daun Kacang
Nama patogen : Cercospora aracidiocola
Tanda penyakit :
Penyakit bercak daun pada kacang tanah dibedakan menjadi dua, yaitu
bercak daun awal dan bercak daun akhir. Penyakit bercak daun awal dan
akhir mempunyai gejala yang sama yaitu berupa bercak-bercak berwarna
coklat tua sampai hitam pada daun. Apabila tingkat penularannya tinggi,
daun tanaman menjadi kuning, kering, dan akhirnya rontok. Serangan
penyakit bercak daun awal terjadi lebih awal dibandingkan dengan
penyakit bercak daun akhir. Namun, keduanya umumnya menyerang
tanaman mulai umur 3-5 minggu setelah tanam. Penyakit bercak daun akhir
dianggap lebih berbahaya dan merugikan dibanding bercak daun awal.
Gejala penyakit :
Gejala bercak daun awal pada umumnya ditandai oleh bercak bulat
berwarna coklat tua yang dikelilingi oleh lingkaran halo berwarna
kekuningan pada permukaan atas daun. Bercak daun akhir bercaknya lebih
bulat, ukurannya lebih kecil dan berwwarna lebih gelap (hitam) pada
permukaan bawah daun. Lingkaran halo yang terdapat pada bercak daun
awal (C. arachidicola) dipengaruhi oleh inang dan lingkungan. Lingkaran
halo serupa dapat ditemukan pada bercak daun akhir (P. personata). Kedua
jamur tersebut juga menyebabkan bercak yang berbentuk agak lonjong
pada tangkai daun dan batang.
Pengendalian :
a. Pergiliran tanaman yang tepat, yaitu mengganti kacang tanah dengan
tanaman lain yang tidak satu famili.
b. Kacang tanah yang tumbuh disekitarnya harus dicabuti/dibersihkan
yaitu petani menanam kacang tanah secara tidak bersamaan,
pertanaman tua selalu menjadi sumber infeksi bagi pertanaman muda di
dekatnya. Sebelum menanam, tanaman kacang tanah yang tumbuh liar
disekitarnya harus dicabuti.
c. Pemberian pupuk fosfat 60-70 kg P2O5 per ha dilaporkan dapat
memperlambat perkembangan penyakit. Pemupukan juga merupakan
salah satu kegiatan pemeliharaan tanaman dalam hal intensifikasi.
Deskripsi penyakit :
Penyakit bercak daun pada kacang tanah (Cercospora aracidiocola)
merupakan penyakit yang ditimbulakan oleh jamur. Bercak daun yang
terdapat banyak di penyakit bercak daun pada kacang tanah selalu terdapat
pada daun-daun kacang tanah yang menjelang masak. Hal ini sedemikian
lazimnya dianggap sebagai keadaan yng biasa, bahkan banyak petani yang
masih beranggapan bahwa datangnya penyakit ini menandakan bahwa
tanamannya sudah hampir masak.
Bercak daun merupakan salah satu penyakit utama pada kacang tanah
(Arachidis hypogea) yang menurunkan hasil sampai 60%. Bercak daun ini
disebabkan oleh Cercospora personata dan Cercospora arachidicola.
Penyakit ini dominan pada pertanaman kacang tanah lahan kering maupun
lahan sawah. Penyakit ini sudah menyebar ke seluruh dunia, termasuk
indonesia, umumnya disebut tikka. Menurut Raciborski (1898), pada tahun
1900 penyakit sudah tersebar di seluruh pulau jawa. Penyakit selalu
terdapat pada daun-daun kacang tanah yang menjelang masak, sehingga
banyak petani yang berpendapat bahwa datangnya penyakit ini
menandakan bahwa tanamannya sudah hampir masak.
9. Karat Daun Kopi
Nama penyakit : Karat Daun Kopi
Nama patogen : Cendawan Hemileia vastatrix
Tanda penyakit :
Penyakit karat daun sangat sering menyerang tanaman kopi terutama
kopi arabika yang ditanam di daerah dataran rendah. Serangan penyakit
karat daun kopi bukan hanya dapat menyerang di lahan produksi,
melainkan juga dapat menjangkiti tanaman-tanaman yang masih dalam fase
pembibitan. Penyakit karat daun kopi sering menyebabkan kerontokan
daun hingga kegundulan pada tanaman-tanaman yang berasal dari varietas
atau klon yang resisten.
Gejala penyakit :
Pada tahap awal serangan, terdapat bercak pada helaian daun yang
menghadap kebawah. Bercak tersebut awalnya berwarna kuning muda dan
lama-kelamaan berubah menjadi kuning tua. Bercak ini mela-mula
berbentuk bulatan kecil dengan diameter < 0,5 cm dan terus tumbuh
membesar hingga diameter > 5 cm. Bercak yang tadinya berwarna kuning
tua lama-kelamaan menjadi ciklat dan akhirnya mengering.
Pada berbagai stadium serangan, bercak daun dapat dilihat dari daun
bagian atas namun untuk tepung yang berwarna orange jingga yang
melingkupi bercak tersebut hanya dapat dilihat dari helaian daun yang
menghadap kebawah. Serangan tingkat lanjut dari penyakit ini dapat
mengakibatkan daun berguguran sebelum waktunya, tanaman gundul, dan
akhirnya mati.
Pengendalian :
a. Kultur teknis
Pengendalian penyakit karat daun dapat dilakukan mulai awal
penanaman dengan menggunakan bahan tanam atau bibit yang berasal
dari klon atau varietas yang resisten terhadap infeksi jamur H. vastatrix
seperti lini S 795, S 1934, USDA 62, kartika 1, dan kartika 2.
Pengendalian pertumbuhan jamur H. vastatrix secara kultur teknis juga
dapat dilakukan dengan melakukan pemangkasan pada daun yang
terinfeksi untuk mengurangi tingkat penyebaran serta pemangkasan
berkala pada pohon penaung atau tanaman kopi untuk menurunkan
tingkat kelembaban kebun. Pengendalian juga dapat dilakukan dengan
menjaga agar tanaman selalu dalam keadaan sehat melalui pemupukan
berimbang yang sesuai dosis, wakti, cara, dan jenis.
b. Pengendalian kimiawi
Pengendalian karat daun secara kimiawi sebaiknya dilakukan jika
pengendalian kultur teknis tidak membuahkan hasil yang maksimal.
Pengendalian dilakukan dengan aplikasi fungisida berbahan aktif
Mankozeb dari jenis kontak seperti Cupravir OB 21 0,4% atau dengan
fungisida sistemik seperti Bayleton 250 EC 0,1%, Anvil 50 SC 0,2%,
Tilt 250 ES 0,1% atau Sumiate 2,5 WP 0,2%.
Deskripsi penyakit :
Penyakit karat daun adalah salah satu penyakit penting yang menjadi
perhatian serius bagi para peneliti dan petani. Penyakit karat daun dianggap
penting karena di beberapa daerah, penyakit ini dapat menurunkan
produktivitas tanaman hingga 20 persen. Penyakit yang disebabkan oleh
parasitisme cendawan Hemileia vastratix pada daun ini sangat mengganggu
metabolisme tanaman dalam menyediakan fotosintat yang optimal melalui
perusakan daun.
10. Roset Tembakau
Nama penyakit : Roset Tembakau
Nama patogen : Tobacco Leaf Curl Virus (TLCV)
Tanda penyakit :
TLCV tidak dapat ditularkan secara mekanis melalui sentuhan,
penggosokan cairan daun sakit atau melalui benih tanaman sakit, tetapi
ditularkan oleh vektor kutu putih Bemisia tabaci secara persisten. Ada juga
yang menyebutnya tungau Polyphagotarsonemus latus dan Thrips
Scirtothrips dorsalis.
Bemisia tabaci mampu menularkan virus setelah 30 menit akusisi. Virus
mampu bertahan dalam tubuh vektor 12-17 hari atau bahkan selama sisa
hidup serangga tersebut. Namun belum ada laporan virus ini berkembang
biak dalam tubuh vektor atau ditularkan jika kutu berganti kulit, ataupun
melalui keturunannya. Virus ditularkan melalui penyambungan batang
sakit dengan batang yang sehat.
Gejala penyakit :
Gejala pada tanaman tembakau biasanya diawali dari bentuk daun yang
mengkerut dan berubah bentuk. Pada permukaan bawwah daun terlihat
pertulangan daun menebal dan berwarna hijau tua. Pada stadia generatif,
bentuk bakal bunga, dan bunga sedikit menyimpang dan terpelintir,
sementara bentuk buahnya menjadi tidak normal. Jika dicabut, akan terlihat
lebih pendek dan berbentuk Roset. Keseluruhan tanaman akan terlihat
kerdil.
Pengendalian :
a. Mengendalikan serangga vekrot, misalnya dengan asefat atau
imidakloprit 2x (saat tanam dan 45 hari setelah tanam).
b. Menanam bunga matahari atau jarak kepyar sebagai pagar pembatas di
sekitar bedengan untuk mencegah B. tabaci.
Deskripsi penyakit :
Penyakit kerupuk ini banyak menyerang tanaman tembakau di daerah
tropik, terutama awal musim kemarau. Penyakit ini disebabkan oleh
Tobacco Leaf Curl Virus (TLCV) dari keluarga Geminiviridae, genus
Begomovirus yang tidak memiliki amplop (selubung). TLVC termasuk
kelompok gemini virus karena zarah virus berbentuk isomerik kembar
masing-masing berukuran antara 25-30 mm.
11. Etiolasi Tanaman Kangkung
Nama penyakit : Etiolasi Tanaman Kangkung
Penyebab penyakit : Disebabkan karena faktor abiotik yaitu kurang
cahaya
Tanda penyakit :
Batang tanaman terseebut terlihat lebih panjang akibat kandungan air
yang melimpah dalam tanaman tersebut, akan tetapi batang tersebut tidak
kokoh (batang terlihat kurus). Tanaman terlihat lemah dan berwarna pucat.
Memiliki daun yang kecil-kecil, tipis, dan berwarna pucat, kondisi ini
dikarenakan kandungan klorofil yang terlalu sedikit. Memiliki akar yang
kurang lebat.
Gejala penyakit :
Tumbuhan mengalami pertambahan panjang atau tinggi dengan cukup
pesat. Dinding sel yang terdapat pada batang dan juga daun tanaman
menjadi melemah. Diantara ruas yang satu dengan lainnya pada tanaman
yang mengalami etiolasi memiliki jarak yang lebih panjang. Terjadinya
klorosis, yaitu warna daun yang pucat sebagai akibat kandungan klorofil
dalam tanaman tersebut.
Pengendalian :
a. Ketika benih mulai pecah atau sprout sebaiknya segera membawa
benih-benih tersebut ketempat-tempat yang memiliki ketersediaan
cahaya matahari yang cukup. Hal ini bertujuan untuk
memperkenalkannya dengan cahaya matahari.
b. Jika ketersediaan sinar matahari tidak mencukupi, makan ada baiknya
mencoba memanfaatkan cahaya dari lampu growing light, yaitu dengan
menerapkannya di atas benih tanaman tersebut.
Deskripsi penyakit :
Berdasarkan berbagai penelitian, ketika suatu tanaman ditempatkan di
tempat yang gelap atau media tertutup, tanaman tersebut justru memiliki
batang yang lebih panjang jika dibandingkan dengan tanaman yang
ditanam di tempat-tempat yang terkena sinar matahari atau tempat terbuka.
Dalam ilmu biologi, proses tersebut dikenal dengan sebutan etiolasi. Jadi
etiolasi dapat didefinisikan sebagai pertumbuhan dari tanaman yang begitu
cepat ketika tanaman tersebut diletakkan di tempat yang gelap atau tempat-
tempat yang kekurangan cahaya matahari.
12. Sapu Setan Kacang Panjang
Nama penyakit : Sapu Setan Kacang Panjang
Nama patogen : Mycoplasma Like Organism (MLO), Cowpea
witches-broom virus
Nama Vektor : Kutu Daun ( Myzus persicae)
Tanda penyakit :
Semua tunas yang biasanya istirahat (dormant), berkembang
membentuk cabang-cabang yang tegak, sehingga tanaman menyerupai
sapu. Gejala sapu ini menyebar kedalam jaringan tanaman. Kalau infeksi
terjadi padaa awal pertumbuhan, bentuk tanaman menjadi kerdil, bunga
sama sekali tidak akan terbentuk. Kalau infesi terjadi pada tingkat
pertumbuhan lanjut, mula-mula tanaman masih menunjukkan pertumbuhan
yang normal, bunga normal masih terbentuk dan masih menghasilkan
polong. Setelah terjadi infeksi, dari pangkal ketiak daun tumbuh bunga
yang normal, berwarna hijau, tidak bertangkai dan tangkainya pendek
sekali. Polong yang perkembangannya mulai berlangsung dibawah tanah,
pada saat tanaman melai sakit, ujungnya mulai melengkung ke atas.
Gejala penyakit :
Pertumbuhan tanaman menjadi terhambat, daun-daun mengecil dan
melengkung ke bawah, warna daun menjadi lebih tua. Ruas-ruas batang
menjadi sangat pendek dan pada ketiak berkembang tunas-tunas, sehingga
apabila diamati terlihat seperti sapu. Tanaman yang terinfeksi pada
umumnya dapat membentuk bunga, tetapi tidak dapat membentuk buah.
Pengendalian :
Beberapa cara yang dianjurkan untuk mengendalikan penyakit yaitu,
menghindari penanaman kacang tanah sesudah kedelai. Menanam jenis
macan yang terbukti memiliki ketahan yang cukup terhadap serangan
penyakit sapu.
Semua tanaman yang berasal dari sisa biji yang tertinggal dalam tanah
dan tanaman yang menunjukkan kena serangan gejala pemulaan, perlu
segera dihilangkan untuk membatasi sumber infeksi. Tanaman kacang
tanah sebaiknya dijauhkan dari tanaman kacang panjang untuk mengurangi
perpundahan hama aphis. Menghilangkan gulma yang hidup dekat kacang
tanah, seperti ketepeng cina sangat dianjurkan.
Penyemprotan dengan Diazenon 0,2% formulasi 1000 liter per Ha pada
tanaman yang berumur 30 hari dapat menekan populasi Aphis dan Orosius,
sehingga dapat menekan laju dari infeksi. Karena penyakit sapu
mempunyai potensi merusak tanaman yang cukup besar, maka perlu
dilakukan pengamatan setiap saat terhadap gejalanya, sehingga
pengendaliannya dapat dilakukan sedini mungkin.
Deskripsi penyakit :
Virus ini tidak dapat menular secara mekanis dengan gesekan. Virus
ditularkan ke tanaman sehat melalui vektor kutu daun Aphis craccivora.
Serangga akan menjadi infektif setelah menghisap tanaman sakit selama 5
jam kemudian menghisap tanaman sehat selama 5 jam.
13. Akar Gada Pada Kubis
Nama penyakit : Akar Gada Pada Kubis
Nama patogen : Plasmodiophora brassicae
Tanda penyakit :
Akar gada ini cukup momok bagi kebanyakan petani karena bisa
menyebabkan akar tampak membengkak layaknya umbi. Mekanisme
serangan dari jamur Plasmodiophora brassicae ini yaitu menghambat
transportasi air dan nutrisi pada pangkal batang tanaman.
Gejala penyakit :
Gejala serangan akar gada tanaman akan mengalami gejala layu pada
daun seperti kekurangan air. Cara mengamatinya pun cukup mudah yaitu
gejala layu akan terjadi pada siang hari, namun akan segar kembali pada
malam hari hingga pagi harinya.
Selain itu, tanaman yang terserang akan menjadi kerdil (karena
transportasi air dan nutrisinya terhambat), dan akhirnya tanaman tidak akan
mampu membentuk krop secara optimal.
Pengendalian :
a. Kultur teknis
Melakukan rotasi tanaman dengan tanaman selain famili kubis-kubisan
(Brassicae) untuk memutus siklus Plasmodiophora brassicae dalam
tanah tersebut. Melakukan eradikasi lahan, yaitu mencabut dan
membuang jauh-jauh tanaman yang terserang agar sporanya tidak
menyebar ke tanaman lain. sebelum tanam perlu dilakukan pengapuran
sehingga pH tanah tidak asam (jamur Plasmodiophora brassicae lebih
toleran pada pH asam). Melakukan kontrol terhadap penggunaan pupuk
Nitrogen yang berlebihan (pupuk N yang berlebihan akan mempercepat
perkembangan jamur Plasmodiophora brassicae).
b. Kimiawi
Melakukan sterilisasi tanah atau media tanam dengan perlakuan
pestisida yakni dengan aplikasi fumigan Basamid GR dicampurkan saat
olah tanah berlagsung. Aplikasi fungisida berbahan aktif Benomil,
Difenokonazol, Klorotalonil, dan Azoxistrobin yakni dengan
pengocoran pada lubang tanama pada usia 14 hst, 42 hst, dan 63 hst,
dosisnya 2-3 gram/liter air.
Deskripsi penyakit :
Tanaman famili kubis-kubisan yang menjadi inang dari penyakit ini
antara lain kubis, kembang kol, brokoli, sawi putih, dan pak choy. Akar
gada (club root) atau akar bengkak atau biasa disebut juga pentol, adalah
salah satu penyakit yang disebabkan oleh jamur Plasmodiophora
brassicae. Umumnya serangan patogen ini terjadi pada musim hujan.
Tingkat serangan yang lebih parah terjadi pada daerah endemik penyakit
akar gada. Suatu daerah menjadi daerah endemik dikarenakan telah
menjadi sentra penanaman tanaman kubis-kubisan dalam waktu yang lama.
Daerah yang sudah memiliki status sebagai daerah endemik akar gada
antara lain Batu, Pujon, Garut, Lembang, Dieng, Tengger, Brastagi, dan
lain sebagainya.
Pada daerah endemik, spora jamur Plasmodiophora brassicae akan
didapati massa spora yang sangat banyak. Hebatnya lagi, hasil riset
menunjukkan bahwa, spora akar gada ini dapat bertahan dalam tanah
selama 10-20 tahun dalam keadaan istirahat.
BAB 5

KESIMPULAN

Tanda serangan yang ditimbulkan oleh hama dan penyakit berbeda-


beda, dimana tanda serangan yang ditimbulkan oleh hama yaitu dapat
dilihat secara mata telanjang seperti contohnya pada serangan hama ulat
yang menyerang daun dapat dilihat bahwa daun yang terserang hama
tersebut hanya tinggal tulang daunnya saja. Sedangkan pada tanda serangan
penyakit terkadang tidak dapat diamati secara langsung oleh mata
telanjang, karena tanda serangan tersebut menyerang proses metabolisme
pada tanaman yang terserang.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai