Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM GEOMORFOLOGI

POLA PENGALIRAN
MINGGU KE-2 Commented [DP1]: (Times New Roman, Center, Ukuran
12pt, bold, line spacing 1,0 pt)
R. Pahwana*, S.M.J. Safa, D.K. Saras R. Aditya, R.A. Naufal, Y. Prasmana Kelompok 2
Program Studi Teknik Geologi Institut Teknologi Sumatera
*corresponding author: reno.15117011@student.itera.ac.id Commented [DP2]: Email harus dengan domain itera dan
line spacing 3pt sampai I. Pendahuluan

I. PENDAHULUAN Commented [DP3]: Left indent 1 cm dari batas tepi kiri


margin. (Times New Roman, Align left, Ukuran 12pt, bold,
Aliran sungai merupakan agent yang sangat penting dari erosi karena sangat line spacing 1,5 pt)

berperan dalam membentuk bantang alam dari hampir semua permukaan


daratan dan merupakan proses geologi yang sangat signifikan. Karakteristik
dari suatu individu lembah aliran dan daerah sekitarnya akan ditentukan oleh
material yang berkembang didalamnya, iklim, waktu dan perubahan elevasi
terhadap base level.
Seiring berjalannya waktu, aliran – aliran sungai ini akan menbentuk seuatu
pola tertentu yang kemudian disebut pola pengaliran. Pola pengaliran adalah
rangkaian bentuk aliran-aliran sungai pada daerah lemah tempat erosi
mengambil bagian secara aktif serta daerah rendah tempat air permukaan
mengalir dan berkumpul (A.D. Howard, 1967). Rangkaian bentuk aliran –
aliran sungai disini dapat diartikan sebagai aliran sungai yang memiliki lebih
dari satu aliran sungai serta terdiri atas aliran utama, cabang, dan ranting
sungai.
Menurut Howard (1967) pola pengaliran dibedakan menjadi pola pengaliran
dasar dan pola pengaliran modifikasi. Pola pengaliran yang termasuk dalam
pola pengaliran dasar antara lain, dendritik, parallel, trellis, rectangular,
radial, annular, multibasial dan contorted. Sedangkan yang termasuk dalam
pola pengaliran modifikasi antara lain, subdendritik, pinnate, anastomatik,
distributary yang merupakan modifikasi dari pola pengaliran dendritic.
Subparalel dan coliniar yang merupakan modifikasi dari parallel dan lain
sebagainya.
Pada praktikum kali ini akan membahas Daerah Aliran Sungai (DAS), Pola
pengaliran pada peta, morofometri, dan diagram roset. Melalui tahapan kerja
maka didapat DAS 1, DAS 2, dan DAS 3, pola aliran sungai yang parallel dan
dendritik, morfometri yang diberi warna sesuai klasifikasi Van Zuidam, serta
diagram roset yang dihitung melalui tabel interval strike.

II. INTERPRETASI
2.1. Daerah Aliran Sungai (DAS) Commented [DP4]: First line indent 1 cm dan Hanging
indent 2 cm.
a. Daerah Aliran Sungai 1
Setelah melakukan penarikan pola pengaliran pada peta pengaliran
2, dapat terlihat pola pengaliran pada daerah aliran sungai 1 ini
adalah parallel. Aliran parallel ini terbentuk dari aliran cabang-
cabang sungai yang sejajar atau paralel pada bentangalam yang
memanjang. Pola aliran ini sendiri mencerminkan kelerengan yang
cukup besar dan hampir seragam.
b. Daerah Aliran Sungai 2
Pola pengaliran yang teramati pada daerah aliran sungai 2 ini adalah
pola pengaliran dendritik. Pola aliran ini cirinya ialah memiliki
bentuk menyerupai cabang-cabang pohon. Pola ini mencerminkan
resistensi batuan atau homogenitas tanah yang seragam, serta kontrol
struktur yang kurang berkembang.
c. Daerah Aliran Sungai 3
Setelah melakukan pengamatan, dapat terlihat pola pengaliran pada
daerah aliran sungai 1 ini adalah pola pengaliran parallel. Pola
pengaliran parallel ini terbentuk dari aliran cabang-cabang sungai
yang sejajar atau paralel pada bentangalam yang memanjang. Pola
aliran ini sendiri mencerminkan kelerengan yang cukup besar dan
hampir seragam.

2.2. Morfometri
a. Kelas Lereng (0° - 2°) Hijau Tua
Daerah yang diberi warna hijau tua pada peta merupakan daerah
dengan kemiringan yang sangat landai atau hampir datar. Setelah
dilakukan perhitungan Van Zuidam serta diberikan warna sesuai
kelas lerengnya pada peta pola pengaliran 2 ini, dapat terlihat bahwa
daerah dengan warna hijau tua cukup mendominsi. Dengan
kemiringan lereng yang sangat landai ini, dapat diindikasikan
bahwasanya proses eksogen barupa erosi yang terjadi pada daerah
ini sangat kecil sekali.
b. Kelas Lereng (2° - 4°) Hijau Muda
Warna hijau muda mengindikasikan bahwasanya daerah tersebut
merupakan daerah dengan kemiringan lereng yang landai sekitar 2˚
- 4˚ jika menurut perhitungan Van Zuidam. Pada peta dapat dilihat
bahwa dibeberapa titik daerah yang berwarna hijau muda ini
bersisian langsung dengan lereng – lereng yang lebih curam (kuning
tua dan merah muda), hal ini mengartikan bahwa daerah peta
tersebut merupakan daerah yang hampir dataran dengan terdapat
lereng – lereng yang cukup curam disekitarnya. Sehingga daerah ini
rawan terhadap adanya longsor.
c. Kelas Lereng (4° - 8°) Kuning muda
Lahan yang ditandai dengan warna kuning muda merupakan lahan
dengan kemiringan lereng landai sampai curam, sehingga jika terjadi
bencana longsor material yang bergerak kecepatan rendah hingga
sedang. Lahan dengan warna kuning muda ini juga rawan akan
terjadinya proses eksogen berupa erosi.
d. Kelas Lereng (8° - 16°) Jingga (kuning tua)
Lahan dengan warna kuning tua diartikan sebagai lahan dengan
kemiringan lereng yang curam, yang mana sudut kemiringannya
berada disekitaran 8˚ - 16˚. Pada peta dapat dilihat bahwa lahan
dengan warna kuning muda ini dibeberapa titik berdampingan
dengan lahan warna merah muda, yang mana memiliki kemiringan
lereng curam hingga terjal. Maka dari itu pada dibeberapa sisi lahan
pada peta dapat dikatakan sebagai perbukitan dengan lereng – lereng
yang kemiringannya tidak relatif seragam.
e. Kelas Lereng (16° - 35°) Merah Muda
Lahan dengan warna merah muda merupakan lahan yang memiliki
kemiringan lereng uram sampai terjal. Pada lahan ini proses eksogen
sering terjadi dan gerakan tanah dengan kecepatan yang perlahan –
lahan, sehingga lahan ini sangat rawan akan terjadinya longsor. Dari
peta dapat terlihat bahwasanya warna ini merupakan yang paling
sedikit adanya, pewarnaan kotur dengan warna ini dapat diberi pada
garis kontur yang rapat.
f. Kelas Lereng (35° - 55°) Merah
Pada peta pola pengaliran 2 yang dianalisis, kami tidak menemukan
topografi lereng yang curam dengan kemiringan antara 35˚-55˚.
Lahan / daerah ini sering diberi warna merah tua, yang mana pada
lahan ini biasanya sering ditemukan singkapan batuan, serta
menandakan juga sebagai lahan yang rawan terhadap erosi.
g. Kelas Lereng (> 55°) Ungu
Pada peta pola pengaliran 2 yang dianalisis, kami tidak menemukan
topografi lereng yang terjal dengan kemiringan lebih besar dari 55˚.
Lahan yang diberi warna ungu ini biasnya memiliki singkapan
batuan yang muncul di permukaan. Dikarenakan lahannya yang
memiliki lereng terjal daerah ini rawan terhadap longsor batuan.
2.3. Diagram Roset
a. Daerah Aliran Sungai 1
1. Pola paralel
Pola pengaliran ini terbentuk dari aliran cabang-cabang sungai
yang sejajar atau paralel pada bentangalam yang memanjang.
Pada penggambaran diagram Roset, pola pengaliran ini memiliki
hingga 2 frekuensi, yang mana frekuensi terbanyak tersebut
dimiliki oleh sudut pada interval 70˚ - 80˚ dan 290˚-300˚.
b. Daerah Aliran Sungai 2
1. Pola dendritik
Pola pengaliran ini memiliki bentuk menyerupai cabang-cabang
pohon. Pada penggambaran diagram rosetnya, frekuensi yang
paling tinggi adalah 2. Dimana sudut yang memiliki frekuensi ini
diantaranya berada pada interval 30˚ – 50˚, 60˚ – 70˚ dan 350˚ -
360˚. Sementara beberapa interval yang lainnya hanya memiliki
1 frekuensi.
c. Daerah Aliran Sungai 3
1. Pola parallel
Pola pengaliran ini terbentuk dari aliran cabang-cabang sungai
yang sejajar atau paralel pada bentangalam yang memanjang.
Pola pengaliran pada DAS 3 ini hanya memiliki 1 frekuensi
disetiap intervalnya yaitu pada interval 30˚ – 40˚ dan 40˚ - 50˚.

III. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil pada praktikum kali ini adalah sebagai
berikut;
 Aliran sungai merupakan agent yang sangat penting dari erosi karena
sangat berperan dalam membentuk bantang alam dari hampir semua
permukaan daratan dan merupakan proses geologi yang sangat
signifikan
 Pola pengaliran adalah rangkaian bentuk aliran-aliran sungai pada
daerah lemah tempat erosi mengambil bagian secara aktif serta
daerah rendah tempat air permukaan mengalir dan berkumpul (A.D.
Howard, 1967)
 Peta pola pengaliran-2 memiliki 3 DAS dengan pola pengaliran
berupa parallel dan dendritik. Pola Parallel yaitu DAS 1 dan 3 serta
pola dendritik yaitu DAS 2.
 Dilihat dari pola konturnya, daerah / lahan pada peta merupakan
daerah yang cukup landai, yang mana pada beberapa sisinya
terdapat lereng yang curam hingga terjal.
IV. LAMPIRAN
4.1. Peta Pola Pengaliran

4.2. Peta Morfometri

4.3. Tabel Interval Strike


4.4. Diagram Roset di A4

4.5. Diagram Roset di Kalkir

4.6. Perhitungan Klasifikasi Van Zuidam

Anda mungkin juga menyukai