Format Laporan M-2
Format Laporan M-2
POLA PENGALIRAN
MINGGU KE-2 Commented [DP1]: (Times New Roman, Center, Ukuran
12pt, bold, line spacing 1,0 pt)
R. Pahwana*, S.M.J. Safa, D.K. Saras R. Aditya, R.A. Naufal, Y. Prasmana Kelompok 2
Program Studi Teknik Geologi Institut Teknologi Sumatera
*corresponding author: reno.15117011@student.itera.ac.id Commented [DP2]: Email harus dengan domain itera dan
line spacing 3pt sampai I. Pendahuluan
II. INTERPRETASI
2.1. Daerah Aliran Sungai (DAS) Commented [DP4]: First line indent 1 cm dan Hanging
indent 2 cm.
a. Daerah Aliran Sungai 1
Setelah melakukan penarikan pola pengaliran pada peta pengaliran
2, dapat terlihat pola pengaliran pada daerah aliran sungai 1 ini
adalah parallel. Aliran parallel ini terbentuk dari aliran cabang-
cabang sungai yang sejajar atau paralel pada bentangalam yang
memanjang. Pola aliran ini sendiri mencerminkan kelerengan yang
cukup besar dan hampir seragam.
b. Daerah Aliran Sungai 2
Pola pengaliran yang teramati pada daerah aliran sungai 2 ini adalah
pola pengaliran dendritik. Pola aliran ini cirinya ialah memiliki
bentuk menyerupai cabang-cabang pohon. Pola ini mencerminkan
resistensi batuan atau homogenitas tanah yang seragam, serta kontrol
struktur yang kurang berkembang.
c. Daerah Aliran Sungai 3
Setelah melakukan pengamatan, dapat terlihat pola pengaliran pada
daerah aliran sungai 1 ini adalah pola pengaliran parallel. Pola
pengaliran parallel ini terbentuk dari aliran cabang-cabang sungai
yang sejajar atau paralel pada bentangalam yang memanjang. Pola
aliran ini sendiri mencerminkan kelerengan yang cukup besar dan
hampir seragam.
2.2. Morfometri
a. Kelas Lereng (0° - 2°) Hijau Tua
Daerah yang diberi warna hijau tua pada peta merupakan daerah
dengan kemiringan yang sangat landai atau hampir datar. Setelah
dilakukan perhitungan Van Zuidam serta diberikan warna sesuai
kelas lerengnya pada peta pola pengaliran 2 ini, dapat terlihat bahwa
daerah dengan warna hijau tua cukup mendominsi. Dengan
kemiringan lereng yang sangat landai ini, dapat diindikasikan
bahwasanya proses eksogen barupa erosi yang terjadi pada daerah
ini sangat kecil sekali.
b. Kelas Lereng (2° - 4°) Hijau Muda
Warna hijau muda mengindikasikan bahwasanya daerah tersebut
merupakan daerah dengan kemiringan lereng yang landai sekitar 2˚
- 4˚ jika menurut perhitungan Van Zuidam. Pada peta dapat dilihat
bahwa dibeberapa titik daerah yang berwarna hijau muda ini
bersisian langsung dengan lereng – lereng yang lebih curam (kuning
tua dan merah muda), hal ini mengartikan bahwa daerah peta
tersebut merupakan daerah yang hampir dataran dengan terdapat
lereng – lereng yang cukup curam disekitarnya. Sehingga daerah ini
rawan terhadap adanya longsor.
c. Kelas Lereng (4° - 8°) Kuning muda
Lahan yang ditandai dengan warna kuning muda merupakan lahan
dengan kemiringan lereng landai sampai curam, sehingga jika terjadi
bencana longsor material yang bergerak kecepatan rendah hingga
sedang. Lahan dengan warna kuning muda ini juga rawan akan
terjadinya proses eksogen berupa erosi.
d. Kelas Lereng (8° - 16°) Jingga (kuning tua)
Lahan dengan warna kuning tua diartikan sebagai lahan dengan
kemiringan lereng yang curam, yang mana sudut kemiringannya
berada disekitaran 8˚ - 16˚. Pada peta dapat dilihat bahwa lahan
dengan warna kuning muda ini dibeberapa titik berdampingan
dengan lahan warna merah muda, yang mana memiliki kemiringan
lereng curam hingga terjal. Maka dari itu pada dibeberapa sisi lahan
pada peta dapat dikatakan sebagai perbukitan dengan lereng – lereng
yang kemiringannya tidak relatif seragam.
e. Kelas Lereng (16° - 35°) Merah Muda
Lahan dengan warna merah muda merupakan lahan yang memiliki
kemiringan lereng uram sampai terjal. Pada lahan ini proses eksogen
sering terjadi dan gerakan tanah dengan kecepatan yang perlahan –
lahan, sehingga lahan ini sangat rawan akan terjadinya longsor. Dari
peta dapat terlihat bahwasanya warna ini merupakan yang paling
sedikit adanya, pewarnaan kotur dengan warna ini dapat diberi pada
garis kontur yang rapat.
f. Kelas Lereng (35° - 55°) Merah
Pada peta pola pengaliran 2 yang dianalisis, kami tidak menemukan
topografi lereng yang curam dengan kemiringan antara 35˚-55˚.
Lahan / daerah ini sering diberi warna merah tua, yang mana pada
lahan ini biasanya sering ditemukan singkapan batuan, serta
menandakan juga sebagai lahan yang rawan terhadap erosi.
g. Kelas Lereng (> 55°) Ungu
Pada peta pola pengaliran 2 yang dianalisis, kami tidak menemukan
topografi lereng yang terjal dengan kemiringan lebih besar dari 55˚.
Lahan yang diberi warna ungu ini biasnya memiliki singkapan
batuan yang muncul di permukaan. Dikarenakan lahannya yang
memiliki lereng terjal daerah ini rawan terhadap longsor batuan.
2.3. Diagram Roset
a. Daerah Aliran Sungai 1
1. Pola paralel
Pola pengaliran ini terbentuk dari aliran cabang-cabang sungai
yang sejajar atau paralel pada bentangalam yang memanjang.
Pada penggambaran diagram Roset, pola pengaliran ini memiliki
hingga 2 frekuensi, yang mana frekuensi terbanyak tersebut
dimiliki oleh sudut pada interval 70˚ - 80˚ dan 290˚-300˚.
b. Daerah Aliran Sungai 2
1. Pola dendritik
Pola pengaliran ini memiliki bentuk menyerupai cabang-cabang
pohon. Pada penggambaran diagram rosetnya, frekuensi yang
paling tinggi adalah 2. Dimana sudut yang memiliki frekuensi ini
diantaranya berada pada interval 30˚ – 50˚, 60˚ – 70˚ dan 350˚ -
360˚. Sementara beberapa interval yang lainnya hanya memiliki
1 frekuensi.
c. Daerah Aliran Sungai 3
1. Pola parallel
Pola pengaliran ini terbentuk dari aliran cabang-cabang sungai
yang sejajar atau paralel pada bentangalam yang memanjang.
Pola pengaliran pada DAS 3 ini hanya memiliki 1 frekuensi
disetiap intervalnya yaitu pada interval 30˚ – 40˚ dan 40˚ - 50˚.
III. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil pada praktikum kali ini adalah sebagai
berikut;
Aliran sungai merupakan agent yang sangat penting dari erosi karena
sangat berperan dalam membentuk bantang alam dari hampir semua
permukaan daratan dan merupakan proses geologi yang sangat
signifikan
Pola pengaliran adalah rangkaian bentuk aliran-aliran sungai pada
daerah lemah tempat erosi mengambil bagian secara aktif serta
daerah rendah tempat air permukaan mengalir dan berkumpul (A.D.
Howard, 1967)
Peta pola pengaliran-2 memiliki 3 DAS dengan pola pengaliran
berupa parallel dan dendritik. Pola Parallel yaitu DAS 1 dan 3 serta
pola dendritik yaitu DAS 2.
Dilihat dari pola konturnya, daerah / lahan pada peta merupakan
daerah yang cukup landai, yang mana pada beberapa sisinya
terdapat lereng yang curam hingga terjal.
IV. LAMPIRAN
4.1. Peta Pola Pengaliran