Anda di halaman 1dari 33

PEMBANGKIT TEGANGAN TINGGI AC

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Teknik Tegangan Tinggi

Oleh :

Ahmad Toni Nuryahya 177002019

Arsima Pebrianto 177002018

Bayu Satria Permana 177002022

Nalendra Putu Pratama 177002014

Shofiyah Ulfah 177002019

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SILIWANGI

2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt. karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya penulis telah mampu menyelesaikan makalah berjudul
“Pembangkit Tegangan Tinggi AC”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Teknik Tegangan Tinggi.

Pada makalah ini penulis menjelaskan apa sebenarnya PTT AC?


Bagaimana Trafo Uji Tegangan Tinggi? Bagaimana Rangkaian Resonansi Seri?
Bagaimana Rangkaian Resonansi Paralel? Dengan uraian yang konprehensif ini,
diharapkan pemahaman akan PTT AC bukan hanya sekadar tataran teori melainkan
lebih jauh tataran aplikasi.

Penulis menyadari bahwa selama penulisan makalah ini penulis banyak


mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada :

1. Bapak Asep Andang, M.T., selaku dosen pengampu mata kuliah yang telah
membantu penulis selama penyusunan makalah ini;
2. Bapak Muhammad Aris, M.T., selaku asisten dosen mata kuliah yang telah
membantu penulis selama penyusunan makalah ini;
3. rekan-rekan seangkatan yang telah memotivasi penulis untuk menyelesaikan
penyusunan makalah ini;
4. semua pihak yang tidak bisa penulis sebut satu persatu.

Semoga Allah swt. memberikan balasan yang berlipat ganda.

Makalah ini bukanlah karya yang sempurna karena masih memiliki banyak
kekurangan, baik dalam hal usu maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh
sebab itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik makalah ini. Akhirnya
semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca. Aamiin.

Tasikmalaya, 27 Oktober 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1


B. Rumusan Masalah ..................................................................... 2
C. Tujuan Makalah ......................................................................... 2
D. Kegunaan Makalah .................................................................... 2
E. Prosedur Makalah ...................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN

A. Trafo Uji Tegangan Tinggi ....................................................... 3


1. Kontruksi Trafo Uji Tegangan Tinggi ................................. 4
2. Rangkaian Satu Tingkat ....................................................... 5
3. Rangkaian Pengganti Trafo ................................................. 6
4. Rangkaian Bertingkat .......................................................... 8
5. Reaktansi Uji Bertingkat Trafo Hubung Singkat ................. 9
6. Tegangan Lebih Kapasitif .................................................... 11
B. Rangkaian Resonansi ................................................................. 14
1. Rangkaian Resonansi Seri ................................................... 14
2. Rangkaian Resonansi Pararel ............................................... 19
BAB III PENUTUP

A. Simpulan ................................................................................... 29
B. Saran ......................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 30

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Yang dimaksud dengan tegangan tinggi dalam dunia teknik tenaga listrik
adalah semua tegangan yang dianggap cukup tinggi oleh teknisi listrik sehingga
diperlukan pengujian dan pengukuran tegangan tinggi yang semuanya bersifat
khusus dan memerlukan teknik-teknik tertentu (subjektif), atau dimana gejala-
gejala tegangan tinggi mulai terjadi (objektif). Batas yang menyatakan kapan suatu
tegangan dapat dikatakan tinggi H.V (High Voltage), dan kapan sudah arus disebut
tinggi sekali E.H.V (Extra High Voltage) serta Ultra tinggi U.H.V (Ultra High
Voltage).
Pengetahuan mengenai tegangan tinggi telah mengalami perkembangan
yang pesat. Terdapat tiga jenis tegangan tinggi yaitu tegangan tinggi bolak-balik
(AC), tegangan tinggi searah (DC), dan tegangan tinggi impuls. Studi mengenai
tegangan tinggi memiliki cakupan yang cukup luas seperti pembangkitan tegangan
tinggi, teknik isolasi, gejala tembus listrik, fenomena tegangan tinggi, medan listrik.
Tegangan tinggi memiliki berbagai manfaat dan aplikasi antara lain untuk sumber
tenaga listrik untuk menyuplai kebutuhan listrik, pengujian bahan isolasi,
kebutuhan studi dan penelitian di Laboratorium, penyerap elektrostatis, pembangkit
plasma, dan lain – lain.
Untuk menghasilkan tegangan tinggi dapat menggunakan peralatan
pembangkit tegangan tinggi bolak-balik (AC), peralatan pembangkit tegangan
tinggi searah (DC) dan peralatan pembangkit tegangan tinggi impuls. Akan tetapi,
peralatan pembangkit tegangan tinggi yang ada sekarang ini masih dalam sistem
yang besar, susah dalam pengoperasiannya, dan memakan biaya yang mahal. Selain
itu pembangkit tegangan tinggi AC yang ada umumnya memiliki frekuensi rendah
(50 Hz). Untuk itu dibutuhkan sebuah alat pembangkit tegangan tinggi AC
frekuensi tinggi yang memiliki dimensi tidak terlalu besar, mudah dioperasikan,
dan tidak memakan biaya yang mahal.

1
2

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan rumusan
masalah sebagai berikut.
1. Apakah yang dimaksud dengan PTT AC?
2. Bagaimana trafo uji tegangan tinggi?
3. Bagaimana rangkaian resonansi seri?
4. Bagaimana rangkaian resonansi paralel?
C. Tujuan Makalah
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan
untuk mengetahui dan mendeskripsikan:
1. Penjelasan PTT AC;
2. Trafo uji tegangan tinggi;
3. Rangkaian resonansi seri
4. Rangkaian resonansi paralel.
D. Kegunaan Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara
teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis dan praktis makalah ini diharapkan
bermanfaat bagi:
1. penulis,sebagai wahana penambah pengetahuan dan konsep keilmuan
khususnya tentang pembangkit tegangan tinggi ac;
2. pembaca/dosen, sebagai media informasi tentang pembangkit tegangan tinggi
ac.
E. Prosedur Makalah
Makalah ini disusun dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode
yang digunakan adalah metode desktiptif. Melalui metode ini penulis akan
menguraikan masalah yang dibahas secara jelas dan komprehensif. Data teoritis
dalam makalah ini dikumpulkan dengan teknik studi pustaka, artinya penulis
mengambil data melalui kegiatan membaca berbagai literatur yang relevan dengan
tema makalah.
3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Trafo Uji Tegangan Tinggi

Trafo uji tegangan tinggi merupakan trafo satu fasa. Rating trafo uji
disesuaikan dengan benda uji yang umumnya bersifat kapasitif. Jika Ct adalah
kapasitansi benda uji dan Vn adalah tegangan rms (root mean square) nominal suplai
tegangan uji, maka rating nominal Pn, untuk perancangan dapat dihitung dengan
persamaan berikut:

K adalah faktor dimensi. Kapasitansi benda uji sangat bervariasi, sehingga


faktor k harus mempunyai toleransi tertentu yang mungkin menyebabkan kelebihan
rancang (over dimension) trafo. Nilai tipikal Ct untuk beberapa peralatan tegangan
tinggi adalah sebagai berikut:

1. Isolator gantung dan tumpang beberapa 10pF

2. Bushing berkisar -100 s.d. 1000pF

3. Trafo tegangan berkisar -200 s.d. 500pF

4. Trafo daya:

a. <1000kVA - 1000pF

b. >1000kVA - 1000 s.d.10000pF

5. Kabel Tegangan Tinggi

a. Impregnasi Minyak-kertas - 250 s.d. 300pF

b. berisolasi gas - 60pF

6. Metal Clad substation, berisolasi SF6 - 1000 s.d.10000pF

Penentuan faktor k juga harus memperhitungkan kapasitansi tambahan dari


seluruh rangkaian uji dan beberapa faktor keamanan, seperti tambahan kapasitansi
yang berasal dari elektrode tegangan tinggi, konduktor antara benda uji dan sumber
4

tegangan dan lain-lain. Secara praktis nilai k tidak lebih dari 2. Kita dapat
menghitung arus nominal dari persamaan (2.2) untuk tegangan uji berbeda, Ci
berbeda dan faktor keamanan k.

Dari estimasi ini, nilai arus berada pada kisaran beberapa 10 mA untuk
tegangan uji 100kV sampai beberapa ampere untuk tegangan uji MV. Meskipun
arus ini tidak terlalu tinggi dan nominal daya cukup besar. peralatan uji harus tetap
sekecil mungkin karena keterbatasan ruang dan harga peralatan uji tegangan tinggi
yang sangat mahal. Trafo uji sangat jarang beroperasi dalam waktu panjang, secara
umum panas lebih belitan tegangan rendah disebabkan oleh beban. Sementara
belitan tegangan tinggi dibuat dengan dimensi berlebih karena alasan mekanis dan
sangat jarang mengalami panas berlebih.

Meskipun demikian, konstanta waktu panas lebih yang cukup besar


menyebabkan trafo uji dapat dibebani berlebih dalam jangka waktu pendek.
Meskipun trafo uji tahan terhadap arus lebih akibat hubung singkat sesaat, trafo uji
secara umum dilengkapi dengan peralatan pengaman arus lebih. Hubung singkat
pada sisi sekunder tidak menyebabkan kerusakan mekanis pada belitan karena gaya
magnet yang timbul akibat arus hubung singkat sangat kecil.

1. Konstruksi trafo uji tegangan tinggi

Trafo uji tegangan tinggi secara umum tidak mengalami masalah dengan
pendinginan karena umumnya dioperasikan dalam waktu singkat dan efek gaya
magnetik dapat diabaikan. Oleh sebab itu konstruksi trafo uji tegangan tinggi sangat
ditentukan oleh isolasi belitan. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya trafo uji
tegangan tinggi adalah trafo satu fasa dengan frekuensi sesuai dengan frekuensi
benda uji (60 atau 50 hz). Terkadang dipergunakan untuk frekuensi tinggi pada
tegangan rating. Untuk pengujian trafo, dipergunakan frekuensi rendah untuk
menghindari saturasi inti besi. Dengan pertimbangan kesulitan isolasi dan
pertimbangan ekonomi, belitan tegangan tinggi umumnya dapat dilsolasi sampai
dengan beberapa 100 kv. Sehingga untuk tegangan yang lebih tinggi dipergunakan
rangkaian trafo bertingkat (cascade).
5

2. Rangkaian Satu Tingkat

Pada rangkaian satu tingkat, trafo memiiiki fluks utama bersama yang artinya
hanya terdiri dari sebuah inti besi. Pada Gambar 2.1 terlihat trafo memiliki belitan
transfer (4) yang memiliki jumlah belitan yang sama dengan belitan primer (2). inti
besi (1) diketanahkan, belitan primer diletakkan antara inti dan belitan sekunder (3).
Belitan transfer terletak pada potensial sekunder yang tidak diperlukan jika trafo uji
dioperasikan pada rangkaian satu tingkat tetapi akan dipergunakan pada rangkaian
bertingkat.

Salah satu dari konstruksi itu menggunakan bushing yang berarti


mempunyai permukaan lebih luas dan ini mengakibatkan disipasi panas yang lebih
baik, tetapi dengan tambahan bushing tersebut diperlukan ruang yang lebih tinggi
yang secara ekonomis akan lebih mahal. Pada konstruksi yang lain bushing tidak
dipergunakan sehingga membutuhkan ruangan tidak terlaiu tinggi akan tetapi
disipasi panasnya kurang baik karena terisolasi mantel. Konstruksi tanpa bushing
ini umumnya dipcrgunakan untuk rangkaian bertingkat. Untuk daya yang besar
dimungkinkan menggunakan pendingin seperti sirip pendingin.
6

3. Rangkaian Pengganti Trafo

Rangkaian pengganti elektrik trafo dapat dilihat pada Gambar.2.3. Besaran-


besaran rangkaian tersebut diperoleh dari uji hubung singkat yang menghasilkan
besaran bagian jalur Iurus trafo dan dari uji rangkaian terbuka diperoleh besaran
bagian melintang trafo. Cara mencari besaran-besaran tersebut akan dijelaskan
melalui contoh berikut :

Dalam hal ini, X10: Reaktansi belitan primer ; R1: Tahanan belitan primer; RFe:
Rugi besi; XH: Reaktansi utama; X2o: Reaktansi belitan sekunder dari sisi primer;
R’2: Tahanan belitan sekunder dari sisi primer; C’E: Kapasitansi belitan.

Contoh: Sebuah Tlafo MWB-Kaskade dengan data-data sebagai berikut:

- Tegangan nominal adalah 0.5/300-600-900kV

- Arus nominal adalah 960/1.2-1.2-1.2 A

- Kompensasi sebesar 300-450-600 kVar

- Tegangan hubung singkat 2.8-8.5-18.4%

- Tegangan uji adalah 1080kV


7

- Operasi singkat 8 jam

Nilai-nilai yang diperoleh dari uji hubung singkat adalah:

Vhs : 13,2 kV

Ihs : 960 A

Phs:2,5 kW

Dari data uji hubung singkat tersebut diperoleh:

Dengan membagi dua untuk sisi primer dan sekunder diperoleh:

Nilai yang diperoleh dari uji rangkaian terbuka:

Dari pengukuran resonansi C’E diperoleh 765 uF, dan diperoleh:


8

Sehingga diperoleh:

Dengan hasil tersebut diperoleh rangkaian pengganti trafo seperti terlihat pada
Gambar 2.4

Dalam keadaan berbeban bagian melintang dapat diabaikan karena


mempunyai tahanan yang jauh lebih tinggi dari pada jalur lurus pada rangkaian
pengganti trafo. Dengan pengabaian tersebut rangkaian pengganti trafo menjadi
sangat sederhana seperti yang terlihat pada Garnbar 2.5

4. Rangkaian Bertingkat

Rangkaian bertingkat dipergunakan untuk trafo dengan tegangan luaran


>800kV, karena kesulitan sistem isolasi yang tidak lagi sesuai secara ekonomi,
rangkaian bertingkat bahkan sudah dipergunakan pada tegangan yang lebih rendah
yakni pada kisaran 300-500 kv. Keuntungan lain dari rangkaian bertingkat adalah
9

berat keseluruhan peralatan uji akan terbagi dalam unit-unit tunggal. Hal ini
memudahkan dalam transportasi dan perangkaian unit-unit pengujian.

Prinsip rangkaian bertingkat dapat dilihat pada Gambar.2.6. Pada rangkaian


bertingkat terlihat kegunaan dari belitan transfer yakni sebagai belitan eksitasi
untuk tingkat berikutnya. suplai tegangan rendah dihubungkan dengan belitan
primer " 1" trafo uji I yang menghasilkan tegangan luaran V, seperti dua trafo
Iainnya. Belitan transfer "3" menyuplai primer unit rafo uji II. Belitan sekunder "2"
kedua unit terhubung seri, sehingga menghasilkan tegangan 2V. Proses unit III
sama dengan unit IL Kekurangan dari trafo uji bertingkat adalah pembebanan yang
berat pada belitan primer tingkatan terbawah.

Pada Gambar. 2.6 beban ditandai dengan P yang merupakan perkalian tegangan
dan arus untuk setiap belitan. Untuk trafo uji tiga tingkat, kVA luaran adalah 3P
sehingga setiap belitan "2" membawa arus I : P/V. Jadi hanya belitan primer trafo
III yang terbebani dengan P, tetapi daya ini diambil dari belitan transfer trafo II.
Oleh sebab itu primer tingkat II terbebani 2P. Artinya total daya 3P harus disediakan
oleh primer trafo I, sehingga diperlukan dimensi yang tepat untuk belitan primer
dan belitan transfer.

5. Reaktansi hubung singkat trafo uji bertingkat

Sebuah trafo uji bertingkat mempunyai prinsip yang sama dengan trafo dengan
tiga belitan. Dengan mengabaikan arus magnetisasi dan rugi daya pada belitan, trafo
10

ini dapat digambarkan hanya dengan reaktansi ketiga belitan. Reaktansi ini dapat
diperoleh dengan percobaan hubung singkat. Rangkaian pengganti untuk n tingkat
trafo uji digambarkan pada Gambar.2.7. Reaktansi hubung singkat Xres dari

n tingkat trafo uji didefinisikan sebagai berikut:

(Indeks N adalah nilai nominal). Dari rangkaian pengganti Gambar.2.7 besaran


yang dicari adalah VH IH maka kondisi yang harus dipenuhi adalah:

I2H Xres adalah jumlah daya dari masing-masing tingkat. Indeks v adalah tanda dari
tingkat-tingkat yang diamati. Arus yang mengalir pada setiap tingkat dapat
dinyatakan sebagai:

Semua arus yang mengalir dapat dinyatakan dalam bentuk arus IH. Sehingga:
11

Dengan menyulih persamaan (2.7) dan persamaan (2.8) pada persamaan (2.4) dan
membaginya dengan I2H, maka diperoleh :

Untuk tiga trafo yang sama yang dihubungkan seri maka

Nilai ini lebih besar dari hanya penjumlahan linier reaktansi.

6. Tegangan Lebih Kapasitif

Rangkaian pembagi tegangan dapat dibangun dari komponen reaktif


semudah mereka dibangun dari resistor nilai tetap. Tetapi seperti halnya rangkaian
resistif, jaringan pembagi tegangan kapasitif tidak terpengaruh oleh perubahan
frekuensi supply meskipun mereka menggunakan kapasitor, yang merupakan
elemen reaktif, karena setiap kapasitor dalam rantai seri dipengaruhi sama oleh
perubahan frekuensi supply.
Kini telah dikembangkan beberapa rangkaian penyearah untuk mengukur
puncak tegangan tinggi bolak balik dengan bantuan pembagi kapasitif. Metode-
metode ini lebih menguntungkan dibanding dengan rangkain Chubb-Furtesque
dikarenakan nilai terukur tidak bergantung pada frekuensi serta membolehkan
pengukuran dengan banyak puncak tegangan dalam setiap setengah periode.
Keburukan pembagi tegangan kapasitif ini antara lain adalah :
1) Hasil pengukuran dipengaruhi oleh kapasitansi kabel ukur
2) Kesalahan bisa terjadi karena adanya kapasitansi antara kondensator dan tanah
yang disebut kapasitansi sasar.Kapasitansi sasar dijumpai juga antara
kondensator Ch dan selubung kabel.Hal ini berpengaruh terhadap hasil
pengukuran terutama pada saat pengukuran tegangan tinggi impuls.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan pembagi tegangan kapasitif
adalah :
12

1) Kabel ukur harus kabel koaksialn yang konduktor luarnya ditanahkan.Hal ini
dimaksudkan untuk mencegah pengaruh induksi dari pembagi tegangan
terhadap inti kabel.
2) Untuk mengurangi pengaruh induksi pembagi tegangan terhadap osiloskop,
maka jarak osiloskop dan pembagi tegangan harus relatif jauh.
3) Sebaiknya osiloskop diberi perisai (shielding) untuk mencegah pengaruh
induksi dari pembagi tegangan terhadap tampilan osiloskop.

Pertimbangkan dua kapasitor, C1 dan C2 yang terhubung secara seri pada


supply bolak-balik 10 volt. Sebagai dua kapasitor secara seri, muatan Q pada
mereka adalah sama, tetapi tegangan mereka akan berbeda dan berkaitan dengan
nilai-nilai kapasitansi mereka, sebagai V = Q/C.

Rangkaian pembagi tegangan dapat dibangun dari komponen reaktif


semudah mereka dibangun dari resistor karena keduanya mengikuti aturan pembagi
tegangan. Ambil rangkaian pembagi tegangan kapasitif ini, misalnya.

Tegangan di setiap kapasitor dapat dihitung dalam beberapa cara. Salah satu
cara tersebut adalah untuk menemukan nilai reaktansi kapasitif dari masing-masing
kapasitor, total impedansi rangkaian, arus rangkaian dan kemudian
menggunakannya untuk menghitung penurunan tegangan, misalnya:

Contoh Soal
13

Dengan menggunakan dua kapasitor 10uF dan 22uF dalam rangkaian seri di atas,
hitung penurunan tegangan rms pada masing-masing kapasitor ketika mengalami
tegangan sinusoidal 10 volt rms pada 80Hz.
Reaktansi Kapasitif dari kapasitor 10uF

Reaktansi Kapasitif dari kapasitor 22uF

Total reaktansi kapasitif rangkaian seri – Perhatikan bahwa reaktansi seri


ditambahkan 13ersama-sama seperti resistor dalam seri.

atau:

Arus Rangkaian

Maka penurunan tegangan pada masing-masing kapasitor seri pembagi tegangan


kapasitif adalah:
VC1 = I x XC1 = 34.5mA x 200Ω = 6.9V
VC2 = I x XC2 = 34.5mA x 90Ω = 3.1V

Ketika nilai kapasitor berbeda, nilai kapasitor yang lebih kecil akan mengisi sendiri
ke tegangan yang lebih tinggi dari nilai kapasitor yang lebih besar, dan dalam
contoh kami di atas ini adalah masing-masing 6,9 dan 3,1 volt.
Karena Hukum Kirchoff 2 – Tegangan berlaku untuk ini dan setiap rangkaian seri
14

yang terhubung, jumlah total penurunan tegangan individu akan sama nilainya
dengan tegangan supply, VS dan 6.9 + 3.1 memang sama dengan 10 volt.
Perhatikan bahwa rasio tegangan turun pada dua kapasitor yang terhubung dalam
rangkaian pembagi tegangan kapasitif seri akan selalu tetap sama terlepas dari
frekuensi supply.
Kemudian dua tegangan turun dari 6,9 volt dan 3,1 volt di atas dalam contoh
sederhana kami akan tetap sama bahkan jika frekuensi supply ditingkatkan dari
80Hz ke 8000Hz seperti yang ditunjukkan.
B. Rangkaian resonansi
Rangkaian resonansi adalah rangkaian dasar di dalam rangkaian frekuensi
radio. Rangkaian ini dapat ditemui di pemancar, penerima, filter, dan lain-lain.
Rangkaian resonansi ideal terdiri dari komponen L dan C ideal, yang dihubungkan
secara seri atau paralel. Untuk rangkaian praktis, L dan C akan mengandung unsur
resistif, R. Komponen resistif ini akan meredam sinyal. Jika pada rangkaian
resonansi ideal faktor kualitasnya tak berhingga, maka pada rangkaian praktis
faktor kualitasnya akan berhingga.

Hubungan seri atau paralel dari L dan C yang membentuk rangkaian resonansi
disebut resonator. Pada frekuensi tinggi (microwave), resonator direalisasikan
dengan elemen terdistribusi, yaitu berupa saluran transmisi (kabel sesumbu, saluran
strip, atau saluran mikrostrip). Pada pelajaran ini kita hanya akan membahas
resonator (rangkaian resonansi) yang terdiri dari R, L, dan C.

2.1 Rangkaian Resonansi Seri

Rangkaian resonansi seri diperlihatkan pada Gambar 3.1, terdiri dari komponen
R, L, dan C yang dihubungkan secara seri. Komponen R merupakan bagian resistif
dari L dan/atau C.
15

Zin
C

Gambar 2.1 Rangkaian resonansi seri

Jika pada rangkaian tersebut diberikan arus sinusoidal, maka akan terjadi
disipasi daya pada R, dan penyimpanan energi magnetik pada L dan energi listrik
pada C. Energi yang disimpan dalam bentuk energi listrik dan energi magnetik
dinyatakan dengan

We  14 VCVCC
Wm  14 LII 

dengan VC adalah tegangan pada kapasitor, sedangkan I adalah arus pada rangkaian.
Tanda astrik (*) menunjukkan konjugat kompleks. Jika reaktansi kapasitif adalah
XC = 1/jC, maka

I
VC  IX C 
jC

sehingga We = II*/(42C). Daya disipasi pada resistor adalah

Pl  12 II  R

Dengan demikian, impedansi masukan rangkaian

Pl  2 j (Wm  We ) 1
Z in  
 R  jL  j (2.1)
1
2
II C

Pada keadaan resonansi, energi yang tersimpan dalam bentuk energi listrik sama
dengan energi magnetik sehingga impedansi masukan akan murni resistif.
Frekuensi sinyal pada keadaan resonansi ini disebut frekuensi resonansi, f0 = 0/2,
16

dengan satuan herzt (Hz);  disebut frekuensi anguler dengan satuan radian/detik.
Dari (3.1) diperoleh frekuensi resonansi

1
f0  (2.2)
2 LC

Rangkaian ini bersifat resistif hanya pada frekuensi resonansi. Jika frekuensi
berubah, maka impedansi rangkaian tidak lagi resistif, tapi akan kompleks, dengan
sifat reaktif induktif atau kapasitif. Parameter yang berhubungan dengan sifat
selektivitas rangkaian adalah faktor kualitas, Q. Definisi umum untuk faktor
kualitas adalah

 (energi yang tersimpan dalam sistem)


Q (2.3)
rugi - rugi energi perdetik dalam sistem

Pada keadaan resonansi, We = Wm, maka energi total yang tersimpan dalam sistem
adalah 2We atau 2Wm. Jadi faktor kualitas rangkaian resonansi seri adalah
0 L 1
Q  (2.4)
R 0CR

Untuk rangkaian ideal, nilai resistansi sama dengan nol sehingga tidak terjadi
disipasi pada resistor. Dengan demikian, nilai R menunjukkan nilai redaman dari
rangkaian, demikian juga dengan Q.

Di sekitar frekuensi resonansi, katakanlah  = 0 + , impedansi masukan


dapat dinyatakan menjadi

1 1
Zin  R  jL  j  R  j0 L  jL  j
C 0   C

Dengan pendekatan 1/(0 + )  (1  /0)/0, dan j0L = j/0C, maka


impedansi masukan dapat ditulis menjadi

 1 
Zin  R  jL1  2  Zin  R  j 2L (2.5)
  LC 
 0 

karena 02LC = 1. Dinyatakan dengan faktor kualitas, (3.5) menjadi


17

  
Zin  R1  j 2Q  (2.6)
 0 

Gambar 3.2 memperlihatkan plot impedansi Zin sebagai fungsi dari /0. Gambar
3.2a adalah plot dari |Zin|, dan Gambar 3.2b plot dari fasa Zin. Ketika |Zin| naik
menjadi 1,41 dari nilai minimumnya, fasanya – 45o untuk   0 dan + 45o untuk
  0. Dari (3.6), fasa Zin diperoleh dari tan1 (2Q/0) =  45o, atau


2Q 1
0

dan, karena fractional bandwidth, FBW = 2/0, maka

0 1
Q  (2.7)
2 FBW

1,41R

(a) (b)

Gambar 2.2 Plot Zin terhadap /0; (a) |Zin| ; (b) fasa (Zin)

Hubungan ini memberikan definisi lain untuk faktor kualitas, yaitu bahwa Q
merupakan kebalikan dari factional bandwidth, antara titik-titik dengan |Zin| sebesar
1,41R.

Resistor pada Gambar 2.1 adalah bagian dari rangkaian resonansi, yaitu
merupakan bagian dari L atau C, atau dari keduanya. Oleh sebab itu faktor kualitas
pada (3.4) disebut unloaded Q. Jika rangkaian resonansi ini dihubungkan dengan
rangkaian luar yang menyerap daya juga, maka dia (rangkaian luar tersebut)
menjadi beban bagi rangkaian resonansi. Efek pembebanan ini dapat
direpresentasikan dengan penambahan resistansi eksternal Rext, yang dihubungkan
secara seri dengan R. Dengan demikian faktor kualitasnya disebut loaded Q dan
18

dinyatakan dengan QL. Dinyatakan dengan faktor kualitas eksternal dan unloaded
Q, loaded Q menjadi

1 1 1
  (2.8)
QL Qu Qext

dengan

0 L 1
Qext   (2.9)
Rext 0CRext

Contoh 1

Sebuah rangkaian resonansi seri terdiri dari induktansi, L = 10 nH, dan kapasitor
ideal 100 pF. Induktansi mengandung resistansi sebesar 0,1 . Tentukanlah (a)
frekuensi resonansi rangkaian, faktor kualitas rangkaian, dan bandwidth rangkaian.
(b) Jika rangkaian tersebut dihubungkan dengan sumber dan beban yang ber-
resistansi masing-masing 10 , tentukanlah faktor kualitas dan bandwidth
rangkaian.

Solusi

(a) frekuensi resonansi, faktor kualitas, dan bandwidth rang-kaian, masing-


masing dicari sebagai berikut:

1 1
f0    159 MHz
2 LC 2 10 1010
8

0 L 159 106 108


Qu    15,9  16
R 0,1

1
FBW   0,0625  BW  f 0  FBW  10 MHz
Qu

(b) loaded Q dan bandwith rangkaian


19

Rext  20,
0 L
Qext   0,0795
Rext

maka,

Qu Qext
QL   0,079
Qu  Qext

f0
BW   12,6 MHz
QL

2.2 Rangkaian Resonansi Paralel

Rangkaian resonansi paralel diperlihatkan pada Gambar 2.3. Resistor paralel


merupakan bagian dari induktansi atau kapasitansi. Resistansi ini sebenarnya
terhubung seri dengan induktor atau kapasitor, tapi dengan transformasi dari seri ke
paralel (atau sebaliknya) diperoleh resistor yang paralel dengan L dan C. Hal ini
akan kita bahas pada seksi berikutnya.

Dengan cara yang sama seperti pada rangkaian resonansi seri, frekuensi
resonansi rangkaian diperoleh

1
f0  (2.10)
2 LC

dan faktor kualitas

R
Q  0CR (2.11)
0 L

R L C
Zin

Gambar 2.3 Rangkaian resonansi parallel


20

Impedansi masukan dari rangkaian resonansi di sekitar frekuensi resonansi,


dengan pendekatan yang sama seperti pada rangkaian resonansi seri, adalah

R
Zin  (2.12)
1  j 2Q  0

Kurva respons frekuensi dari Zin diperlihatkan pada Gambar 2.4. Gambar 2.4a
adalah respons |Zin| sedangkan Gambar 2.4b memperlihatkan respons fasanya.

(a)
(b)

Gambar 2.4 Plot Zin terhadap /0; (a) |Zin| ; (b) fasa (Zin)

Hubungan antara faktor kualitas dengan bandwidth untuk rangkaian resonansi


paralel sama seperti pada rangkaian resonanasi seri, dan diberikan oleh (2.7).
Persamaan (2.8) juga berlaku untuk rangkaian resonansi paralel, dengan faktor
kualitas eksternal

Rext
Qext   0CRext (2.12)
0 L

dan Rext adalah kombinasi paralel dari resistansi-resistansi eksternal, juga dihubung
paralel dengan rangkaian resonansi.

Contoh 2

Rancanglah sebuah rangkaian resonansi paralel dengan menggunakan induktor


dengan faktor kualitas 80 dan kapasitor ideal. Diinginkan faktor kualitas terbebani
(loaded Q) sebesar 30 pada frekuensi resonansi 100 MHz. Diketahui resistansi
sumber dan beban masing-masing 1000 .
21

Solusi

Soal pada contoh 2.2 ini digambarkan pada Gambar 2.5.

RS

R L C RL

Gambar 2.5 Rangkaian untuk contoh 3.2

Pada contoh ini kita harus menentukan R, L, dan C berdasarkan data yang ada.
Berdasarkan data yang ada,

Rext  1000 // 1000  500 

dan faktor kualitas eksternal diperoleh dari (2.8), yaitu

Qu QL 80  30
Qext    48
Qu  QL 50

Dengan menggunakan (2.12) induktansi dan kapasitansi didapat

Rext 500
L   16,6 nH
0Qext 2 108  48

Qext 48
C   152,8 pF
0 Rext 2 108  500

Dengan menggunakan (2.11) diperoleh resistansi paralel

R  0 LQu  2 108 16,6 109  80  834,4 

2.3 Transformasi Seri-Paralel

Seperti telah disebutkan, resistansi parasitik pada induktor dan kapasitor


terhubung secara seri. Dengan transformasi seri-paralel, kita dapat mentransformasi
22

rangkaian seri menjadi rangkaian paralel. Gambar 3.6 memperlihatkan transformasi


ini.

Ls Cs

Rp Lp Rp Cp
Rs Rs

Gambar 2.6 Transformasi seri-paralel

Untuk rangkaian seri, impedansi dapat dinyatakan dengan

Z s  Rs  jX s

Tanda plus untuk reaktansi induktif, dan tanda minus untuk reaktansi papasitif.
Untuk rangkaian parelel

 jRp X p R p X 2p R 2p X p
Zp   j
R p  jX p R 2p  X 2p R 2p  X 2p

karena kedua rangkaian tersebut merupakan dual, maka keduanya harus sama.
Begitu juga faktor kualitas kedua rangkaian tersebut sama. Jadi Qs = Qp = Q. Dari
(2.11), Q = Rp/Xp. Dengan demikian,

Rp  Rs (1  Q2 ) (2.13)

dan


X p  X s 1  1 Q2  (2.14)

Untuk Q yang besar ( 10), Xp  Xs sehingga Lp  Ls dan Cp  Cs, juga

Rp  Q2 Rs , Q  10 (2.15)

Contoh 3
23

Sebuah induktor 100 nH pada 100 MHz memiliki resistansi seri 10 . Tentukan
faktor kualitas induktor tersebut. Kemudian transformasikan menjadi komponen
paralel.

Solusi

Faktor kualitas untuk induktor adalah

X s 2 108 107
Qs    6,28  Q p
Rs 10

Komponen paralelnya

Rp  Rs (1  Q2 )  10(1  6,282 )  404,4 

Lp  Ls (1  1/ Q2 )  100(1  1/ 6,282 )  102,5 nH

Atau

Rp 404,4
Lp    102,5 nH
0Q 2 108  6,28

2.4 Rugi-rugi Sisipan (Insertion Loss)

Insertion loss atau rugi-rugi sisipan, merupakan rugi-rugi yang terjadi jika kita
sisipkan sebuah blok di antara sumber dan beban. Pada rangkaian resonansi, rugi-
rugi sisipan diakibatkan oleh adanya disipasi pada rangkaian resonansi. Jadi
pengaruh faktor kualitas dari rangkaian menyebabkan timbulnya rugi-rugi sisipan.
Gambar 3.7 memperlihatkan sebuah sumber dengan resistansi sumber RS dihu-
bungkan dengan sebuah beban RL.

RS

VS RL VL

Gambar 2.7 Sumber yang terhubung dengan beban langsung


24

Tegangan yang diserap beban adalah

RL V
VL  VS  VL  S , jika RL  RS (2.16)
RL  RS 2

Jika sekarang kita sisipkan rangkaian resonansi paralel, dengan faktor kualitas Qu,
maka pada keadaan resonansi, resistansi beban menjadi

0 LQu RL
RL  R p // RL   RL
RL  0 LQu

sehingga

RL
VL  VS (2.17)
RL  RS

dan rugi-rugi sisipan (insertion loss) dinyatakan dengan

V 
IL  20 log  L  (2.18)
 VL 

Gambar 2.8 memperlihatkan rangkaian yang disisipi rangkaian resonansi paralel


pada keadaan resonansi.

RS

VS Rp RL V’L

Gambar 2.8 Rangkaian ekivalen pada keadaan resonansi

Contoh 4

Sebuah sumber dengan resistansi 1000  dihubungkan dengan beban 1000 


juga. Di antara sumber dan beban ini disisipkan rangkaian resonansi paralel yang
terdiri dari induktor 50 nH, faktor kualitas 100, dan kapasitor ideal 25 pF[chris
bowick].
25

Solusi

Tanpa rangkaian resonansi, VL = 0,5VS. Rangkaian resonansi akan ber-resonansi


pada frakuensi

1 1
0    894,4 rad/detik
LC 50 10  25 1012
9

dan

Rp  0 LQ  4472 

sehingga

RL  R p // RL  817,3 

RL
VL  VS  0,45VS

RL  RS

Dengan demikian

0,45
IL  20 log  0,92 dB
0,5

2.5 Transformasi Impedansi

Pada contoh 2.2, untuk rangkaian resonansi paralel, resistansi eksternal (beban
dan sumber) akan menurunkan faktor kualitas dan menaikkan bandwidth. Dengan
impedansi sumber dan beban yang rendah, faktor kualitas akan turun secara drastis.
Dengan demikian, akan sangat sulit merancang sebuah rangkaian dengan faktor
kualitas yang tinggi.

Metoda yang digunakan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan


mentransformasi impedansi sumber dan beban sehingga terlihat oleh rangkaian
resonansi impedansinya menjadi besar. Ada dua rangkaian yang dapat
26

mentransformasi impedansi beban (sumber), yaitu rangkaian kapasitor ter-tap dan


rangkaian induktor ter-tap.

2.5.1 Rangkaian Kapasitor ter-tap

Gambar 2.9 memperlihatkan rangkaian kapasitor ter-tap. Pada rangkaian


tersebut, kapasitor mentransformasi impedansi beban RL menjadi RL, dengan
menganggap komponen rangkaian resonansi berupa komponen ideal.

C1
L
R’L C2 RL

Gambar 2.9 Transformator kapasitor ter-tap

Rangkaian paralel antara RL dan C2 kita ubah menjadi rangkaian seri dengan
mengunakan transformasi paralel ke seri. Gunakan (2.13) dan (2.14) diperoleh

RL
Rs  (2.19)
1  Q p2

 1  Q p2 
Cs  C2   (2.20)
 Q p2 
 

dengan Qp = 0C2RL. Hasil transformasi ini diperlihatkan pada Gambar 2.10a.


Gambar 2.10b ekivalen dengan Gambar 2.10a, dengan kapasitor

C1Cs
Ceki  (2.21)
C1  Cs

C1 Cs Ceki

L Rs L Rs
R’L R’L

(a) (b)
27

Gambar 2.10 Rangkaian transformasi antara

Kemudian Gambar 2.10b, antara Ceki dan Rs kita transformasi kembali menjadi
rangkaian paralel sehingga diperoleh hasil akhir transformasi pada Gambar 2.11,
dan

RL
Rs  (2.22)
1  Q12

dengan Q1, untuk rangkaian berfaktor kualitas tinggi, adalah

RL
Q1  (3.23)
0 L

L C R’L

Gambar 2.11 Hasil akhir transformasi

Dari (3.19) dan (3.22) kita peroleh pernyataan untuk Rs. Dengan demikian kita
dapat menentukan Qp dinyatakan dalam Q1.

Qp 
RL
RL

1  Q12  1 (2.24)

Frekuensi resonansi rangkaian, dengan faktor kualitas tinggi, adalah

1 1
02   (2.25)
LC  L
2
RL2 LC

dengan C = Ceki, merupakan kombinasi seri dari C1 dan Cs. Dengan pendekatan ini,
kita substitusikan frekuensi resonansi pada (2.25) ke (2.23), didapatkan

f0
Q1  0CRL  (2.26)
f

Di sini f adalah bandwidth dalam Hz, dan f0 frekuensi resonansi rangkaian (juga
dalam Hz).
28

Prosedur Perancangan Transformator C ter-tap

Sebagai rangkuman untuk perancangan rangkaian transformer kapasitor ter-tap,


disini kita rangkumkan tahap-tahap perancangan:

1. Tentukan faktor kualitas rangkaian yang diinginkan, berdasarkan frekuensi


resonansi dan bandwidth rangkaian. Gunakan (2.26).

2. Tentukan nilai kapasitor rangkaian, setelah Q1 ditentukan, dengan


menggunakan (2.26).

3. Hitung nilai induktansi induktor, berdasarkan frekuensi resonansi dan nilai


kapasitor yang diperoleh pada langkah 2. Gunakan (2.25).

4. Hitung Qp dengan menggunakan (2.24).

5. Tentukan C2 dengan persamaan

Qp
C2  (2.27)
0 RL

6. Hitung Cs dengan menggunakan (2.20).

7. Terakhir hitung C1 menggunakan (2.21).


29

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Tegangan tinggi dalam dunia teknik tenaga listrik adalah semua tegangan yang
dianggap cukup tinggi oleh teknisi listrik sehingga diperlukan pengujian dan
pengukuran tegangan tinggi yang semuanya bersifat khusus dan memerlukan
teknik-teknik tertentu (subjektif), atau dimana gejala-gejala tegangan tinggi mulai
terjadi (objektif). Batas yang menyatakan kapan suatu tegangan dapat dikatakan
tinggi H.V (High Voltage), dan kapan sudah arus disebut tinggi sekali E.H.V (Extra
High Voltage) serta Ultra tinggi U.H.V (Ultra High Voltage).
Terdapat tiga jenis tegangan tinggi yaitu tegangan tinggi bolak-balik (AC),
tegangan tinggi searah (DC), dan tegangan tinggi impuls. Tegangan tinggi memiliki
berbagai manfaat dan aplikasi antara lain untuk sumber tenaga listrik untuk
menyuplai kebutuhan listrik, pengujian bahan isolasi, kebutuhan studi dan
penelitian di Laboratorium, penyerap elektrostatis, pembangkit plasma, dan lain –
lain.
Dalam menghasilkan tegangan tinggi dapat menggunakan peralatan
pembangkit tegangan tinggi bolak-balik (AC), peralatan pembangkit tegangan
tinggi searah (DC) dan peralatan pembangkit tegangan tinggi impuls. Akan tetapi,
peralatan pembangkit tegangan tinggi yang ada sekarang ini masih dalam sistem
yang besar, susah dalam pengoperasiannya, dan memakan biaya yang mahal.

B. Saran
Sejalan dengan simpulan di atas, penulis merumuskan saran sebagai berikut.
1. Dosen hendaknya menguasai konsep PTT AC untuk mengembangkan
kemampuan profesionalitas
2. Pembaca
30

DAFTAR PUSTAKA

Cuthe.Ethica. (2014) Bab 3 Rangkaian Resonansi [Online]. Tersedia:


https://www.scribd.com/document/210961430/Bab-3-Rangkaian-Resonansi [26
Oktober 2019]

Hermanto, Yenny (2017) Pembangkit Tegangan Tinggi. DocPlayer [Online].


Tersedia: https://docplayer.info/62961744-Pembangkitan-tegangan-tinggi.html
[10 Oktober 2019]

Puti, Nabila. (2015, 22, Mei) Pembangkitan Tegangan Tinggi AC dan DC. Her
Blocknote [Online]. Tersedia:
http://nabilazisputri.blogspot.com/2015/05/pembangkitan-tegangan-tinggi-ac-dan-
dc.html [9 Oktober 2019].

Renna.Nousseva. (2014) Resonansi Listrik (rlc) [Online]. Tersedia:


https://www.slideshare.net/noussevarenna/resonansi-listrik-rlc [26 Oktober 2019]

Ruangguru.(2018) Penjelasan Rangkaian Seri RLC pada Arus Bolak-Balik


[Online]. Tersedia: https://blog.ruangguru.com/penjelasan-rangkaian-seri-rlc-
pada-arus-bolak-balik [26 Oktober2019].

Anda mungkin juga menyukai