MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Teknik Tegangan Tinggi
Oleh :
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SILIWANGI
2019
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt. karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya penulis telah mampu menyelesaikan makalah berjudul
“Pembangkit Tegangan Tinggi AC”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Teknik Tegangan Tinggi.
1. Bapak Asep Andang, M.T., selaku dosen pengampu mata kuliah yang telah
membantu penulis selama penyusunan makalah ini;
2. Bapak Muhammad Aris, M.T., selaku asisten dosen mata kuliah yang telah
membantu penulis selama penyusunan makalah ini;
3. rekan-rekan seangkatan yang telah memotivasi penulis untuk menyelesaikan
penyusunan makalah ini;
4. semua pihak yang tidak bisa penulis sebut satu persatu.
Makalah ini bukanlah karya yang sempurna karena masih memiliki banyak
kekurangan, baik dalam hal usu maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh
sebab itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik makalah ini. Akhirnya
semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca. Aamiin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Simpulan ................................................................................... 29
B. Saran ......................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 30
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Yang dimaksud dengan tegangan tinggi dalam dunia teknik tenaga listrik
adalah semua tegangan yang dianggap cukup tinggi oleh teknisi listrik sehingga
diperlukan pengujian dan pengukuran tegangan tinggi yang semuanya bersifat
khusus dan memerlukan teknik-teknik tertentu (subjektif), atau dimana gejala-
gejala tegangan tinggi mulai terjadi (objektif). Batas yang menyatakan kapan suatu
tegangan dapat dikatakan tinggi H.V (High Voltage), dan kapan sudah arus disebut
tinggi sekali E.H.V (Extra High Voltage) serta Ultra tinggi U.H.V (Ultra High
Voltage).
Pengetahuan mengenai tegangan tinggi telah mengalami perkembangan
yang pesat. Terdapat tiga jenis tegangan tinggi yaitu tegangan tinggi bolak-balik
(AC), tegangan tinggi searah (DC), dan tegangan tinggi impuls. Studi mengenai
tegangan tinggi memiliki cakupan yang cukup luas seperti pembangkitan tegangan
tinggi, teknik isolasi, gejala tembus listrik, fenomena tegangan tinggi, medan listrik.
Tegangan tinggi memiliki berbagai manfaat dan aplikasi antara lain untuk sumber
tenaga listrik untuk menyuplai kebutuhan listrik, pengujian bahan isolasi,
kebutuhan studi dan penelitian di Laboratorium, penyerap elektrostatis, pembangkit
plasma, dan lain – lain.
Untuk menghasilkan tegangan tinggi dapat menggunakan peralatan
pembangkit tegangan tinggi bolak-balik (AC), peralatan pembangkit tegangan
tinggi searah (DC) dan peralatan pembangkit tegangan tinggi impuls. Akan tetapi,
peralatan pembangkit tegangan tinggi yang ada sekarang ini masih dalam sistem
yang besar, susah dalam pengoperasiannya, dan memakan biaya yang mahal. Selain
itu pembangkit tegangan tinggi AC yang ada umumnya memiliki frekuensi rendah
(50 Hz). Untuk itu dibutuhkan sebuah alat pembangkit tegangan tinggi AC
frekuensi tinggi yang memiliki dimensi tidak terlalu besar, mudah dioperasikan,
dan tidak memakan biaya yang mahal.
1
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan rumusan
masalah sebagai berikut.
1. Apakah yang dimaksud dengan PTT AC?
2. Bagaimana trafo uji tegangan tinggi?
3. Bagaimana rangkaian resonansi seri?
4. Bagaimana rangkaian resonansi paralel?
C. Tujuan Makalah
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan
untuk mengetahui dan mendeskripsikan:
1. Penjelasan PTT AC;
2. Trafo uji tegangan tinggi;
3. Rangkaian resonansi seri
4. Rangkaian resonansi paralel.
D. Kegunaan Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara
teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis dan praktis makalah ini diharapkan
bermanfaat bagi:
1. penulis,sebagai wahana penambah pengetahuan dan konsep keilmuan
khususnya tentang pembangkit tegangan tinggi ac;
2. pembaca/dosen, sebagai media informasi tentang pembangkit tegangan tinggi
ac.
E. Prosedur Makalah
Makalah ini disusun dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode
yang digunakan adalah metode desktiptif. Melalui metode ini penulis akan
menguraikan masalah yang dibahas secara jelas dan komprehensif. Data teoritis
dalam makalah ini dikumpulkan dengan teknik studi pustaka, artinya penulis
mengambil data melalui kegiatan membaca berbagai literatur yang relevan dengan
tema makalah.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Trafo uji tegangan tinggi merupakan trafo satu fasa. Rating trafo uji
disesuaikan dengan benda uji yang umumnya bersifat kapasitif. Jika Ct adalah
kapasitansi benda uji dan Vn adalah tegangan rms (root mean square) nominal suplai
tegangan uji, maka rating nominal Pn, untuk perancangan dapat dihitung dengan
persamaan berikut:
4. Trafo daya:
a. <1000kVA - 1000pF
tegangan dan lain-lain. Secara praktis nilai k tidak lebih dari 2. Kita dapat
menghitung arus nominal dari persamaan (2.2) untuk tegangan uji berbeda, Ci
berbeda dan faktor keamanan k.
Dari estimasi ini, nilai arus berada pada kisaran beberapa 10 mA untuk
tegangan uji 100kV sampai beberapa ampere untuk tegangan uji MV. Meskipun
arus ini tidak terlalu tinggi dan nominal daya cukup besar. peralatan uji harus tetap
sekecil mungkin karena keterbatasan ruang dan harga peralatan uji tegangan tinggi
yang sangat mahal. Trafo uji sangat jarang beroperasi dalam waktu panjang, secara
umum panas lebih belitan tegangan rendah disebabkan oleh beban. Sementara
belitan tegangan tinggi dibuat dengan dimensi berlebih karena alasan mekanis dan
sangat jarang mengalami panas berlebih.
Trafo uji tegangan tinggi secara umum tidak mengalami masalah dengan
pendinginan karena umumnya dioperasikan dalam waktu singkat dan efek gaya
magnetik dapat diabaikan. Oleh sebab itu konstruksi trafo uji tegangan tinggi sangat
ditentukan oleh isolasi belitan. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya trafo uji
tegangan tinggi adalah trafo satu fasa dengan frekuensi sesuai dengan frekuensi
benda uji (60 atau 50 hz). Terkadang dipergunakan untuk frekuensi tinggi pada
tegangan rating. Untuk pengujian trafo, dipergunakan frekuensi rendah untuk
menghindari saturasi inti besi. Dengan pertimbangan kesulitan isolasi dan
pertimbangan ekonomi, belitan tegangan tinggi umumnya dapat dilsolasi sampai
dengan beberapa 100 kv. Sehingga untuk tegangan yang lebih tinggi dipergunakan
rangkaian trafo bertingkat (cascade).
5
Pada rangkaian satu tingkat, trafo memiiiki fluks utama bersama yang artinya
hanya terdiri dari sebuah inti besi. Pada Gambar 2.1 terlihat trafo memiliki belitan
transfer (4) yang memiliki jumlah belitan yang sama dengan belitan primer (2). inti
besi (1) diketanahkan, belitan primer diletakkan antara inti dan belitan sekunder (3).
Belitan transfer terletak pada potensial sekunder yang tidak diperlukan jika trafo uji
dioperasikan pada rangkaian satu tingkat tetapi akan dipergunakan pada rangkaian
bertingkat.
Dalam hal ini, X10: Reaktansi belitan primer ; R1: Tahanan belitan primer; RFe:
Rugi besi; XH: Reaktansi utama; X2o: Reaktansi belitan sekunder dari sisi primer;
R’2: Tahanan belitan sekunder dari sisi primer; C’E: Kapasitansi belitan.
Vhs : 13,2 kV
Ihs : 960 A
Phs:2,5 kW
Sehingga diperoleh:
Dengan hasil tersebut diperoleh rangkaian pengganti trafo seperti terlihat pada
Gambar 2.4
4. Rangkaian Bertingkat
berat keseluruhan peralatan uji akan terbagi dalam unit-unit tunggal. Hal ini
memudahkan dalam transportasi dan perangkaian unit-unit pengujian.
Pada Gambar. 2.6 beban ditandai dengan P yang merupakan perkalian tegangan
dan arus untuk setiap belitan. Untuk trafo uji tiga tingkat, kVA luaran adalah 3P
sehingga setiap belitan "2" membawa arus I : P/V. Jadi hanya belitan primer trafo
III yang terbebani dengan P, tetapi daya ini diambil dari belitan transfer trafo II.
Oleh sebab itu primer tingkat II terbebani 2P. Artinya total daya 3P harus disediakan
oleh primer trafo I, sehingga diperlukan dimensi yang tepat untuk belitan primer
dan belitan transfer.
Sebuah trafo uji bertingkat mempunyai prinsip yang sama dengan trafo dengan
tiga belitan. Dengan mengabaikan arus magnetisasi dan rugi daya pada belitan, trafo
10
ini dapat digambarkan hanya dengan reaktansi ketiga belitan. Reaktansi ini dapat
diperoleh dengan percobaan hubung singkat. Rangkaian pengganti untuk n tingkat
trafo uji digambarkan pada Gambar.2.7. Reaktansi hubung singkat Xres dari
I2H Xres adalah jumlah daya dari masing-masing tingkat. Indeks v adalah tanda dari
tingkat-tingkat yang diamati. Arus yang mengalir pada setiap tingkat dapat
dinyatakan sebagai:
Semua arus yang mengalir dapat dinyatakan dalam bentuk arus IH. Sehingga:
11
Dengan menyulih persamaan (2.7) dan persamaan (2.8) pada persamaan (2.4) dan
membaginya dengan I2H, maka diperoleh :
1) Kabel ukur harus kabel koaksialn yang konduktor luarnya ditanahkan.Hal ini
dimaksudkan untuk mencegah pengaruh induksi dari pembagi tegangan
terhadap inti kabel.
2) Untuk mengurangi pengaruh induksi pembagi tegangan terhadap osiloskop,
maka jarak osiloskop dan pembagi tegangan harus relatif jauh.
3) Sebaiknya osiloskop diberi perisai (shielding) untuk mencegah pengaruh
induksi dari pembagi tegangan terhadap tampilan osiloskop.
Tegangan di setiap kapasitor dapat dihitung dalam beberapa cara. Salah satu
cara tersebut adalah untuk menemukan nilai reaktansi kapasitif dari masing-masing
kapasitor, total impedansi rangkaian, arus rangkaian dan kemudian
menggunakannya untuk menghitung penurunan tegangan, misalnya:
Contoh Soal
13
Dengan menggunakan dua kapasitor 10uF dan 22uF dalam rangkaian seri di atas,
hitung penurunan tegangan rms pada masing-masing kapasitor ketika mengalami
tegangan sinusoidal 10 volt rms pada 80Hz.
Reaktansi Kapasitif dari kapasitor 10uF
atau:
Arus Rangkaian
Ketika nilai kapasitor berbeda, nilai kapasitor yang lebih kecil akan mengisi sendiri
ke tegangan yang lebih tinggi dari nilai kapasitor yang lebih besar, dan dalam
contoh kami di atas ini adalah masing-masing 6,9 dan 3,1 volt.
Karena Hukum Kirchoff 2 – Tegangan berlaku untuk ini dan setiap rangkaian seri
14
yang terhubung, jumlah total penurunan tegangan individu akan sama nilainya
dengan tegangan supply, VS dan 6.9 + 3.1 memang sama dengan 10 volt.
Perhatikan bahwa rasio tegangan turun pada dua kapasitor yang terhubung dalam
rangkaian pembagi tegangan kapasitif seri akan selalu tetap sama terlepas dari
frekuensi supply.
Kemudian dua tegangan turun dari 6,9 volt dan 3,1 volt di atas dalam contoh
sederhana kami akan tetap sama bahkan jika frekuensi supply ditingkatkan dari
80Hz ke 8000Hz seperti yang ditunjukkan.
B. Rangkaian resonansi
Rangkaian resonansi adalah rangkaian dasar di dalam rangkaian frekuensi
radio. Rangkaian ini dapat ditemui di pemancar, penerima, filter, dan lain-lain.
Rangkaian resonansi ideal terdiri dari komponen L dan C ideal, yang dihubungkan
secara seri atau paralel. Untuk rangkaian praktis, L dan C akan mengandung unsur
resistif, R. Komponen resistif ini akan meredam sinyal. Jika pada rangkaian
resonansi ideal faktor kualitasnya tak berhingga, maka pada rangkaian praktis
faktor kualitasnya akan berhingga.
Hubungan seri atau paralel dari L dan C yang membentuk rangkaian resonansi
disebut resonator. Pada frekuensi tinggi (microwave), resonator direalisasikan
dengan elemen terdistribusi, yaitu berupa saluran transmisi (kabel sesumbu, saluran
strip, atau saluran mikrostrip). Pada pelajaran ini kita hanya akan membahas
resonator (rangkaian resonansi) yang terdiri dari R, L, dan C.
Rangkaian resonansi seri diperlihatkan pada Gambar 3.1, terdiri dari komponen
R, L, dan C yang dihubungkan secara seri. Komponen R merupakan bagian resistif
dari L dan/atau C.
15
Zin
C
Jika pada rangkaian tersebut diberikan arus sinusoidal, maka akan terjadi
disipasi daya pada R, dan penyimpanan energi magnetik pada L dan energi listrik
pada C. Energi yang disimpan dalam bentuk energi listrik dan energi magnetik
dinyatakan dengan
We 14 VCVCC
Wm 14 LII
dengan VC adalah tegangan pada kapasitor, sedangkan I adalah arus pada rangkaian.
Tanda astrik (*) menunjukkan konjugat kompleks. Jika reaktansi kapasitif adalah
XC = 1/jC, maka
I
VC IX C
jC
Pl 12 II R
Pl 2 j (Wm We ) 1
Z in
R jL j (2.1)
1
2
II C
Pada keadaan resonansi, energi yang tersimpan dalam bentuk energi listrik sama
dengan energi magnetik sehingga impedansi masukan akan murni resistif.
Frekuensi sinyal pada keadaan resonansi ini disebut frekuensi resonansi, f0 = 0/2,
16
dengan satuan herzt (Hz); disebut frekuensi anguler dengan satuan radian/detik.
Dari (3.1) diperoleh frekuensi resonansi
1
f0 (2.2)
2 LC
Rangkaian ini bersifat resistif hanya pada frekuensi resonansi. Jika frekuensi
berubah, maka impedansi rangkaian tidak lagi resistif, tapi akan kompleks, dengan
sifat reaktif induktif atau kapasitif. Parameter yang berhubungan dengan sifat
selektivitas rangkaian adalah faktor kualitas, Q. Definisi umum untuk faktor
kualitas adalah
Pada keadaan resonansi, We = Wm, maka energi total yang tersimpan dalam sistem
adalah 2We atau 2Wm. Jadi faktor kualitas rangkaian resonansi seri adalah
0 L 1
Q (2.4)
R 0CR
Untuk rangkaian ideal, nilai resistansi sama dengan nol sehingga tidak terjadi
disipasi pada resistor. Dengan demikian, nilai R menunjukkan nilai redaman dari
rangkaian, demikian juga dengan Q.
1 1
Zin R jL j R j0 L jL j
C 0 C
1
Zin R jL1 2 Zin R j 2L (2.5)
LC
0
Zin R1 j 2Q (2.6)
0
Gambar 3.2 memperlihatkan plot impedansi Zin sebagai fungsi dari /0. Gambar
3.2a adalah plot dari |Zin|, dan Gambar 3.2b plot dari fasa Zin. Ketika |Zin| naik
menjadi 1,41 dari nilai minimumnya, fasanya – 45o untuk 0 dan + 45o untuk
0. Dari (3.6), fasa Zin diperoleh dari tan1 (2Q/0) = 45o, atau
2Q 1
0
0 1
Q (2.7)
2 FBW
1,41R
(a) (b)
Gambar 2.2 Plot Zin terhadap /0; (a) |Zin| ; (b) fasa (Zin)
Hubungan ini memberikan definisi lain untuk faktor kualitas, yaitu bahwa Q
merupakan kebalikan dari factional bandwidth, antara titik-titik dengan |Zin| sebesar
1,41R.
Resistor pada Gambar 2.1 adalah bagian dari rangkaian resonansi, yaitu
merupakan bagian dari L atau C, atau dari keduanya. Oleh sebab itu faktor kualitas
pada (3.4) disebut unloaded Q. Jika rangkaian resonansi ini dihubungkan dengan
rangkaian luar yang menyerap daya juga, maka dia (rangkaian luar tersebut)
menjadi beban bagi rangkaian resonansi. Efek pembebanan ini dapat
direpresentasikan dengan penambahan resistansi eksternal Rext, yang dihubungkan
secara seri dengan R. Dengan demikian faktor kualitasnya disebut loaded Q dan
18
dinyatakan dengan QL. Dinyatakan dengan faktor kualitas eksternal dan unloaded
Q, loaded Q menjadi
1 1 1
(2.8)
QL Qu Qext
dengan
0 L 1
Qext (2.9)
Rext 0CRext
Contoh 1
Sebuah rangkaian resonansi seri terdiri dari induktansi, L = 10 nH, dan kapasitor
ideal 100 pF. Induktansi mengandung resistansi sebesar 0,1 . Tentukanlah (a)
frekuensi resonansi rangkaian, faktor kualitas rangkaian, dan bandwidth rangkaian.
(b) Jika rangkaian tersebut dihubungkan dengan sumber dan beban yang ber-
resistansi masing-masing 10 , tentukanlah faktor kualitas dan bandwidth
rangkaian.
Solusi
1 1
f0 159 MHz
2 LC 2 10 1010
8
1
FBW 0,0625 BW f 0 FBW 10 MHz
Qu
Rext 20,
0 L
Qext 0,0795
Rext
maka,
Qu Qext
QL 0,079
Qu Qext
f0
BW 12,6 MHz
QL
Dengan cara yang sama seperti pada rangkaian resonansi seri, frekuensi
resonansi rangkaian diperoleh
1
f0 (2.10)
2 LC
R
Q 0CR (2.11)
0 L
R L C
Zin
R
Zin (2.12)
1 j 2Q 0
Kurva respons frekuensi dari Zin diperlihatkan pada Gambar 2.4. Gambar 2.4a
adalah respons |Zin| sedangkan Gambar 2.4b memperlihatkan respons fasanya.
(a)
(b)
Gambar 2.4 Plot Zin terhadap /0; (a) |Zin| ; (b) fasa (Zin)
Rext
Qext 0CRext (2.12)
0 L
dan Rext adalah kombinasi paralel dari resistansi-resistansi eksternal, juga dihubung
paralel dengan rangkaian resonansi.
Contoh 2
Solusi
RS
R L C RL
Pada contoh ini kita harus menentukan R, L, dan C berdasarkan data yang ada.
Berdasarkan data yang ada,
Qu QL 80 30
Qext 48
Qu QL 50
Rext 500
L 16,6 nH
0Qext 2 108 48
Qext 48
C 152,8 pF
0 Rext 2 108 500
Ls Cs
Rp Lp Rp Cp
Rs Rs
Z s Rs jX s
Tanda plus untuk reaktansi induktif, dan tanda minus untuk reaktansi papasitif.
Untuk rangkaian parelel
jRp X p R p X 2p R 2p X p
Zp j
R p jX p R 2p X 2p R 2p X 2p
karena kedua rangkaian tersebut merupakan dual, maka keduanya harus sama.
Begitu juga faktor kualitas kedua rangkaian tersebut sama. Jadi Qs = Qp = Q. Dari
(2.11), Q = Rp/Xp. Dengan demikian,
Rp Rs (1 Q2 ) (2.13)
dan
X p X s 1 1 Q2 (2.14)
Rp Q2 Rs , Q 10 (2.15)
Contoh 3
23
Sebuah induktor 100 nH pada 100 MHz memiliki resistansi seri 10 . Tentukan
faktor kualitas induktor tersebut. Kemudian transformasikan menjadi komponen
paralel.
Solusi
X s 2 108 107
Qs 6,28 Q p
Rs 10
Komponen paralelnya
Atau
Rp 404,4
Lp 102,5 nH
0Q 2 108 6,28
Insertion loss atau rugi-rugi sisipan, merupakan rugi-rugi yang terjadi jika kita
sisipkan sebuah blok di antara sumber dan beban. Pada rangkaian resonansi, rugi-
rugi sisipan diakibatkan oleh adanya disipasi pada rangkaian resonansi. Jadi
pengaruh faktor kualitas dari rangkaian menyebabkan timbulnya rugi-rugi sisipan.
Gambar 3.7 memperlihatkan sebuah sumber dengan resistansi sumber RS dihu-
bungkan dengan sebuah beban RL.
RS
VS RL VL
RL V
VL VS VL S , jika RL RS (2.16)
RL RS 2
Jika sekarang kita sisipkan rangkaian resonansi paralel, dengan faktor kualitas Qu,
maka pada keadaan resonansi, resistansi beban menjadi
0 LQu RL
RL R p // RL RL
RL 0 LQu
sehingga
RL
VL VS (2.17)
RL RS
V
IL 20 log L (2.18)
VL
RS
VS Rp RL V’L
Contoh 4
Solusi
1 1
0 894,4 rad/detik
LC 50 10 25 1012
9
dan
Rp 0 LQ 4472
sehingga
RL R p // RL 817,3
RL
VL VS 0,45VS
RL RS
Dengan demikian
0,45
IL 20 log 0,92 dB
0,5
Pada contoh 2.2, untuk rangkaian resonansi paralel, resistansi eksternal (beban
dan sumber) akan menurunkan faktor kualitas dan menaikkan bandwidth. Dengan
impedansi sumber dan beban yang rendah, faktor kualitas akan turun secara drastis.
Dengan demikian, akan sangat sulit merancang sebuah rangkaian dengan faktor
kualitas yang tinggi.
C1
L
R’L C2 RL
Rangkaian paralel antara RL dan C2 kita ubah menjadi rangkaian seri dengan
mengunakan transformasi paralel ke seri. Gunakan (2.13) dan (2.14) diperoleh
RL
Rs (2.19)
1 Q p2
1 Q p2
Cs C2 (2.20)
Q p2
C1Cs
Ceki (2.21)
C1 Cs
C1 Cs Ceki
L Rs L Rs
R’L R’L
(a) (b)
27
Kemudian Gambar 2.10b, antara Ceki dan Rs kita transformasi kembali menjadi
rangkaian paralel sehingga diperoleh hasil akhir transformasi pada Gambar 2.11,
dan
RL
Rs (2.22)
1 Q12
RL
Q1 (3.23)
0 L
L C R’L
Dari (3.19) dan (3.22) kita peroleh pernyataan untuk Rs. Dengan demikian kita
dapat menentukan Qp dinyatakan dalam Q1.
Qp
RL
RL
1 Q12 1 (2.24)
1 1
02 (2.25)
LC L
2
RL2 LC
dengan C = Ceki, merupakan kombinasi seri dari C1 dan Cs. Dengan pendekatan ini,
kita substitusikan frekuensi resonansi pada (2.25) ke (2.23), didapatkan
f0
Q1 0CRL (2.26)
f
Di sini f adalah bandwidth dalam Hz, dan f0 frekuensi resonansi rangkaian (juga
dalam Hz).
28
Qp
C2 (2.27)
0 RL
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Tegangan tinggi dalam dunia teknik tenaga listrik adalah semua tegangan yang
dianggap cukup tinggi oleh teknisi listrik sehingga diperlukan pengujian dan
pengukuran tegangan tinggi yang semuanya bersifat khusus dan memerlukan
teknik-teknik tertentu (subjektif), atau dimana gejala-gejala tegangan tinggi mulai
terjadi (objektif). Batas yang menyatakan kapan suatu tegangan dapat dikatakan
tinggi H.V (High Voltage), dan kapan sudah arus disebut tinggi sekali E.H.V (Extra
High Voltage) serta Ultra tinggi U.H.V (Ultra High Voltage).
Terdapat tiga jenis tegangan tinggi yaitu tegangan tinggi bolak-balik (AC),
tegangan tinggi searah (DC), dan tegangan tinggi impuls. Tegangan tinggi memiliki
berbagai manfaat dan aplikasi antara lain untuk sumber tenaga listrik untuk
menyuplai kebutuhan listrik, pengujian bahan isolasi, kebutuhan studi dan
penelitian di Laboratorium, penyerap elektrostatis, pembangkit plasma, dan lain –
lain.
Dalam menghasilkan tegangan tinggi dapat menggunakan peralatan
pembangkit tegangan tinggi bolak-balik (AC), peralatan pembangkit tegangan
tinggi searah (DC) dan peralatan pembangkit tegangan tinggi impuls. Akan tetapi,
peralatan pembangkit tegangan tinggi yang ada sekarang ini masih dalam sistem
yang besar, susah dalam pengoperasiannya, dan memakan biaya yang mahal.
B. Saran
Sejalan dengan simpulan di atas, penulis merumuskan saran sebagai berikut.
1. Dosen hendaknya menguasai konsep PTT AC untuk mengembangkan
kemampuan profesionalitas
2. Pembaca
30
DAFTAR PUSTAKA
Puti, Nabila. (2015, 22, Mei) Pembangkitan Tegangan Tinggi AC dan DC. Her
Blocknote [Online]. Tersedia:
http://nabilazisputri.blogspot.com/2015/05/pembangkitan-tegangan-tinggi-ac-dan-
dc.html [9 Oktober 2019].