Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saluran pencernaan adalah sekumpulan alat-alat tubuh yang berfungsi
menerima makanan dan minuman, mencernanya menjadi nutrien, menyerap serta
mengeluarkan sisa-sisa proses tersebut. Saluran pencernaan dimulai dari mulut
sampai dubur yang panjangnya mencapai kurang lebih 10 meter. Saluran
pencernaan mulai dari mulut, gigi, lidah, lambung, usus dampai ke dubur. Sistem
pencernaan adalah organ yang seringkali mudah terkena gangguan sehingga
timbul berbagai masalah penyakit pencernaan.
Penting bagi perawat untuk mampu menerapkan asuhan keperawatan yang
telah di pelajari. Setelah mempelajari bab bab sebelumnya. Maka pembahasan kita
kali ini mengenai asuhan keperawatan hirscchprung yang terjadi pada anak. Dari
pembahasan ini mahasiswa atau pembaca pada umumnya mendapat gambaran
tentang pokok pokok tindakan keperawatan yang diberikan pada penderita
hirschprng.
Pada tahun 1888 (herald hirschprung hidup pada tahun 1830-1916), ahli
penyakit anak asal Denmark melaporkan dua kasus bayi meninggal dengan perut
kembung oleh kolon yang sangat melebar dan penuh massa feses, penyakit ini
kemudian dinamakan dengan Hirschsprung. Penyakit ini disebut juga dengan
megakolon kongenitum dan merupakan kelainan yang sering ditemukan sebagai
salah satu penyebab obstruksi usus pada neonates. pada penyakit Hirschsprung
tidak ditemukan pleksus mienterik atau pleksus di lapisan otot dinding usus
(plexus myentericus = Auerbach), akibatnya bagian usus yang terkena tidak dapat
mengembang.
Setiap anak yang mengalami konstipasi sejak lahir, tanpa
mempertimbangkan usia, dapat menderita penyakit Hirschprung. Penyakit ini
timbul pada neonates baik sebagai obstruksi usus besar atau timbul kemudian
sebagai konstipasi kronik. Penyakit ini sebagaian besar ditemukan pada bayi
cukup bulan dan merupakan kelainan bawaan tunggal.Kelainan ini jarang sekali
ditemukan pada anak premature atau disertai dengan kelainan bawaan lain (Staf
3
Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1996). Behrman (1996) menyebutkan
bahwa penyakit Hirschsprung mungkin dibarengi dengan cacat bawaan lain,
termasuk Sindrom Down, Sindrom Laurence-Moon-barbe-Bieldi, sindrom
Wardenbrug, dan kelainan kardiovaskuler.
Prognosis penyakit Hirschsprung yang diterapi dengan bedah umumnya
memuaskan, sebagian besar penderita berhasil mengeluarkan feses
(kontinensia). Masalah setelah pembedahan yang dapat ditemukan adalah
enterokolitis berulang, striktur, prolapse, abses perianal, dan pengotoran feses.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah “HIRSCHSPRUNG” ini adalah sebagai
berikut:
1. Apakah definisi dari Hirschsprung?
2. Apa etiologi dari Hirschsprung ?
3. Apa saja klasifikasi Hirschsprung?
4. Apa saja tanda dan gejala Hirschsprung ?
5. Bagaimana patofisiologi dari Hirschsprung ?
6. Apa saja pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk Hirschsprung?
7. Apa penatalaksanaan yang dapat diberikan pada pasien Hirschsprung?
8. Apa pencegahan dari penyakit Hirschsprung?
C. Tujuan
Adapun tujuan dalam makalah “HIRSCHSPRUNG” ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui definisi Hirschsprung.
2. Untuk mengetahui etiologi Hirschsprung.
3. Untuk mengetahui klasifikasi Hirschsprung.
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala Hirschsprung.
5. Untuk mengetahui patofisiologi Hirschsprung.
6. Untuk mengetahui pemeriksaan Hirschsprung.
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan Hirschsprung.
8. Untuk mengetahui pencegahan Hirschsprung.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Penyakit hisprung merupakan suatu kelainan kongenital yang disebabkan
oleh obstruksi mekanis dari motilitas atau pergerakan bagian usus yang tidak
adekuat. Penyakit hisprung atau mega kolon adalah penyakit yang disebabkan
oleh tidak adekuatnya motilitas pada usus sehingga tidak ada evakuasi usus
spontan dan tidak mampunyai spinkter rektum berelaksasi.
Penyakit ini merupakan keadaan usus besar (kolon) yang tidak mempunyai
persarafan (Aganglionik). Jadi, karena ada bagian dari usus besar (mulai dari anus
kearah atas) yang tidak mempunyai persarafan (ganglion), maka terjadi
“kelumpuhan” usus besar dalam menjalankan fungsinya sehingga usus menjadi
membesar (megakolon). Panjang usus besar yang terkena berbeda-beda untuk
setiap individu.
Penyakit Hisprung merupakan suatu kelainan bawaan berupa
aganglionosis usus yang dimulai dari sfingter ani internal kearah proksimal
dengan panjang yang bervariasi dan termasuk anus sampai rektum. Juga dikatakan
sebagai suatu kelainan kongenital dimana tidak terdapatnya sel ganglion
parasimpatis dari pleksus auerbach di kolon. Keadaan upnormal tersebut yang
dapat menimbulkan tidak adanya peristaltik dan evakuasi usus secara spontan,
sfingter rektum tidak dapat berileksasi, tidak mampu mencegah keluarnya feses
secara spontan, kemudian dapat menyebabkan isi usus terdorong kebagian sekmen
yang tidak ada ganglion dan akhirnya feses dapat terkumpul pada bagian tersebut
sehingga dapat menyebabkan dilatasi usus proksimal (A.Aziz Alimul Hidayat,
2006).
B. Etiologi
1. Penyebab penyakit hisprung belum diketahui. Namun, kemungkinan ada
keterlibatan faktor genetik. Anak laki-laki lebih banyak terkena penyakit
hisprung dibandingkan anak perempuan (4:1). (Sodikin, 2011)
5
2. Mungkin karena kegagalan sel-sel krista naturalis untuk bermigrasi ke dalam
dinding usus suatu bagian saluran cerna bagian bawah termasuk kolon dan
rektum. Akibatnya tidak ada ganglion parasimpatis (aganglion) di daerah
tersebut, sehingga menyebabkan peristaltik usus menghilang sehingga
profulsi feses dalam lumen terlambat serta dapat menimbulkan terjadinya
distensi dan penebalan dinding kolon di bagian proksimal sehingga timbul
gejala obstruktif usus akut, atau kronis tergantung panjang usus yang
mengalami aganglion.
C. Klasifikasi
Hisprung dibedakan berdasarkan panjang segmen yang terkena, hisprung
dibedakan menjadi dua tipe berikut :
1. Segmen pendek
Segmen pendek aganglionosis mulai dari anus sampai sigmoid, merupakan
70% kasus penyakit Hirschprung dan lebih sering ditemukan pada anak laki-laki
dibanding anak perempuan. Pada tipe segmen pendek yang umum, insidenya 5
kali lebih besar pada laki-laki dibanding wanita dan kesempatan bagi saudara laki-
laki dari penderita anak untuk mengalami penyakit ini adalah 1 dalam 20.
2. Segmen panjang
Daerah aganglionosis dapat melebihi sigmoid, bahkan kadang dapat
menyerang seluruh kolon atau sampai usus halus. Anak laki-laki dan perempuan
memiliki peluang yang sama, terjadi pada 1 dari 10 kasus tanpa membedakan
jenis kelamin (Sodikin, 2011)
6
kemungkinan ada riwayat keterlambatan keluarnya mekonium selama 3 hari atau
bahkan lebih mungkin menandakan terdapat obstruksi rektum dengan distensi
abdomen progresif dan muntah. sedangkan pada anak lebih besar kadang-kadang
ditemukan keluhan adanya diare atau anterokolitis kronik yang lebih menonjol
daripada tanda-tanda obstipasi.
Terjadinya diare yang berganti ganti dengan konstipasi merupakan hal
yang tidak laim. Apabila disertai dengan komplikasi enterokolitis, anak akan
mengeluarkan feses yang bear dan mengandung darah serta sangat bau, dan
terdapat peristaltic dan bising usus yang nyata.
Sebagaian besar dapat ditemukan pada minggu pertama kehidupan,
sedangkan yang lain ditemukan sebagai kasus konstipasi kronik dengan tingkat
keparahan yang meningkat sesuai dengan pertumbuhan umur anak. pada anak
yang lebih tua biasanya terdapat konstipasi kronik disertai anoreksia dan
kegagalan pertumbuhan. (Sodikin, 2011)
Gejala Penyakit Hirshsprung adalah obstruksi usus letak rendah, bayi
dengan Penyakit Hirshsprung dapat menunjukkan gejala klinis sebagai berikut.
Obstruksi total saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan ketidakadaan
evakuasi mekonium. Keterlambatan evakuasi mekonium diikuti obstruksi
konstipasi, muntah dan dehidrasi. Gejala ringan berupa konstipasi selama
beberapa minggu atau bulan yang diikuti dengan obstruksi usus akut. Konstipasi
ringan entrokolitis dengan diare, distensi abdomen dan demam. Adanya feses
yang menyemprot pada colok dubur merupakan tanda yang khas.
Gejala Penyakit Hirshprung menurut Cecily Lynn Betz, 2009 :
1. Masa neonatal (baru lahir-11bulan)
a. Gagal mengeluarkan mekonium dalam 24 - 48 jam setelah lahir
b. Muntah berisi empedu
c. Enggan minum (Menyusu)
d. Distensi abdomen
2. Masa Bayi dan anak - anak (1-3 tahun)
a. Konstipasi
b. Diare berulang
c. Tinja seperti pita dan berbau busuk
7
d. Distensi abdomen
e. Adanya masa difecal dapat dipalpasi.
f. Gagal tumbuh.
g. Biasanya tampak kurang nutrisi dan anemia.
E. Patofisiologi
Istilah kongenital aganglion megakolon menggambarkan adanya
kerusakan primer dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding submukosa
colon distal. Segmen aganglionik hampir selalu ada dalam rektum dan bagian
proksimal pada usus besar. Ketidakadaan ini menimbulkan ke abnormalan atau
tidak adanya gerakan tenaga pendorong (peristaltik) dan tidak adanya evakuasi
usus konstan serta spinkter rektum tidak dapat berelaksasi sehingga mencegah
keluarnya feses secara normal yang menyebabkan adanya akumulasi pada usus
dan distensi pada saluran cerna. Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak
pada megakolon. (Cecily Lynn Betz, 2009)
Semua ganglion pada intramural pleksus dalam usus berguna untuk kontrol
kontraksi dan relaksasi peristaltik secara normal. Isi usus mendorong ke segmen
aganglionik dan feses terkumpul didaerah tersebut menyebabkan terdilatasinya
bagian usus yang proksimal terhadap daerah itu karena terjadi obstruksi dan
menyebabkan dibagian kolon tersebut melebar.
F. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada masa neonatus biasanya tidak dapat menegakkan
diagnosis, hanya memperlihatkan adanya distensi abdomen dan/atau spasme anus.
Imperforata ani letak rendah dengan lubang perineal kemungkinan memiliki
gambaran serupa dengan pasien Hirschsprung. Pemeriksaan fisik yang saksama
dapat membedakan keduanya. Pada anak yang lebih besar, distensi abdomen yang
disebabkan adanya ketidakmampuan melepaskan flatus jarang ditemukan
Differensial.
2. Pemeriksaan Colok Dubur
8
Pada penderita Hirschsprung, pemeriksaan colok anus sangat penting
untuk dilakukan. Saat pemeriksaan ini, jari akan merasakan jepitan karena lumen
rektum yang sempit, pada saat ditarik akan diikuti dengan keluarnya udara dan
mekonium (Feses) yang menyemprot. (Sodikin, 2011)
3. Pemeriksaan Laboratorium
A. Kimia Darah: Pada kebanyakan pasien temuan elektrolit dan panel renal
biasanya dalam batas normal. Anak dengan diare memiliki hasil yang sesuai
dengan dehidrasi. Pemeriksaan ini dapat membantu mengarahkan pada
penatalaksanaan cairan dan elektrolit
B. Darah Rutin: Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui hematokrit dan
platelet preoperatif.
C. Profil Koagulasi: Pemeriksaan ini dilakukan untuk memastikan tidak ada
gangguan pembekuan darah yang perlu dikoreksi sebelum operasi dilakukan.
G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan terapeutik
Penatalaksanaan pembedahan bertujuan untuk:
Memperbaiki bagian yang aganglionik diusus besar
Membebaskan dari obstruksi
Mengembalikan motilitas usus besar sehingga normal
Mengembalikan fungsi spinkter ani internal
9
penarikan usus besar yang normal bagian akhir Diana mukosa anganglionik telah
diubah.
Prosedur Duhamel :
Penarikan kolon normal kearah bawah dan menganastomosiskannyadibelakang
usus aganglionik.
Prosedur Swenson :
Dilakukan anastomosis endtoend pada kolon berganglion dengan saluran anal
yang dibatasi.
Prosedur soave :
Dinding otot dari segmen rektum dibiarkan tetap utuh. Kolon yang bersaraf
normal ditarik sampai ke anus.
H. Pencegahan
Pencegahan penyakit hirscprung dapat dilakukan dengan memberikan makanan
dan minuman yang mengandung nutrisi yang baik saat ibu hamil, tidak merokok
dan minum alkohol, serta menjaga kondisi ibu dalam masa kehamilan.
1. Pencegahan primer
Pencegahan primer pada penderita hirprung dapat dilakukan dengan cara:
Health promotion
Penyakit hisprung merupakan penyakit yang disebabkan oleh pengaruh
genetik tidak terlepas dari pola konsumsi serta asupan gizi dari ibu hamil
sehingga ibu hamil kandungan menginjak usia tiga bulan disarankan berhati-
hati terhadap obat-obatan, makanan yang diawetkan dan alkohol yang dapat
memberikan pengaruh terhadap kelainan tersebut. Pada tahap helth promotion
ini, sebagai pencegahan tingkat pertama (primary prevention) adalah perlunya
perhatian terhadap pola konsumsi sejak dini terutama sejak masa awal
kehamilan. Meghindari konsumsi makanan yang bersifat karsinogenik,
mengikuti penyuluhan mengenai konsumsi gizi seimbang serta olah raga dan
istirahat yang cukup.
Spesific protection
Pada tahap ini pencegahan dilakukan walaupun belum dapat diketahui
adanya kelainan maupun tanda-tanda yang berhubungan dengan penyakit
10
hisprung. Pencegahan lebih mengarah pada perlindungan terhadap ancaman
agent penyakit misalnya melakukan akses pelayanan Antenatal Care (ANC)
terutama pada skrining ibu hamil berisiko tinggi, imunisasi ibu hamil,
pemberian tablet tambahan darah dan pemeriksaan rutin sebagai upaya deteksi
dini obstetric dengan komplikasi.
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan guna mengetahui adanya penyakit hisprung dan
menegkkan diagnosa sedini mungkin. Keterlambatan diagnosa dapat
menyebabkan berbaga komplikasi yang merupakan penyebab kematian seperti
enterokolitis, perforasi usus, dan sepsi. Berbagai teknologi tersedia untuk
menegakkan diagnosis penyakit hisprung. Dengan melakukan anamnesis yang
cermat, pemeriksaan fisik, pemeriksaan radiografik, serta pemeriksaan patologi
anatomi biopsi isap rektum, dan pemeriksaan colok dubur
3. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier lebih mengarah kepada perawatan pada pasien hisprung untuk
penatalaksanaan perawatan yang dilakukan oleh tenaga medis yang profesional.
agar tidak terjadi komplikasi lanjut.
Persiapan prabedah rutin antara lain lavase kolon, antibiotik, infus intravena, dan
pemasangan tuba nasogastrik, sedangkan penatalaksanaan perawatan pascabedah
terdiri atas perawatan luka, perawatan kolostomi, observasi terhadap distensi
abdomen, fungsi kolostomi, peritonitis, ileus paralitik, dan peningkatan suhu.
Selain melakukan persiapan serta penatalaksanaan pascabedah, perawatan juga
perlu memberikan dukungan pada orang tua, karena orang tua harus belajar
bagaimana merawat anak dengan suatu kolostomi, dan bagaimana menggunakan
kantung kolostomi.
11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus
Seorang anak M (pr) berusia 1 th dibawa ibunya ke rumah sakit pada tanggal 5
Juni 2015 dikarenakan perutnya kembung dan tidak bisa BAB sehingga perut
anaknya membesar. Anaknya juga susah untuk makan. ibu mengatakan, anaknya
baru bisa BAB jika diberi obat lewat dubur. Setelah mendapatkan pelayanan
sudah tidak muntah dan sudah bisa BAB, jadi sudah sembuh, mestinya boleh
pulang, ibu bingung karena dokter umum membolehkan pulang dan rawat jalan
tapi dokter spesialis anak belum boleh karena sekalian mau di operasi.
A. Pengkajian
Data Bayi
Nama : By. M
Jenis kelamin : perempuan
Tanggal Lahir : 19 Mei 2014
Tanggal MRS : 05 Juni 2015
BB/PB : 2900 g/ 54cm
Dx medis : Hirsprung
Data Ibu
Nama : Ny. K
Pekerjaan : Tidak kerja
Pendidikan : SLTA
Alamat : Kedinding Tengah SBY
Nama ayah : Tn T
Pekerjaan : PT PAL
Pendidikan : SLTA
12
Keluhan utama
Tidak bisa BAB sehingga perut anak besar sehingga tidak mau makan dan minum
Riwayat penyakit sekarang
Kembung, pasien muntah setelah minum susu, muntah berupa susu yang
diminum, muntah sejak 3 hari yang lalu.
Riwayat penyakit sebelumnya
Lahir spontan ditolong dokter, langsung boleh pulang, tidak ada kelainan.
Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada saudara yang sakit seperti ananknya
Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda vital
b. Tekanan darah : 90/60 mmhg
c. Denyut nadi : 114 x/menit
d. Suhu tubuh : 36,5C
e. RR : 40 x/menit
Pemeriksaan persistem
B1 (Breathing) : normal
B2 (Blood) : normal
B3 Brain : normal
B4 Bladder : normal
B5 Bowel : kembung, bising usus 10x/ menit, muntah, peningkatan
Nyeri abdomen
B6 Bone : normal
Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1. DS : Tidak dapat Konstipasi
Ibu mengatakan : mengeluarkan
-Perut anaknya kembung dan sulit BAB feses
-Anaknya baru bisa BAB jika diberi obat lewat dubur.
DO :
Perut pasien terlihat kembung.
a. Lingkar abdomen 39 cm.
13
b. Bising usus 10×/mnt
2. DS : Gejala terkait Gangguan
Ibu Mengatakan perut anaknya membesar dan sering penyakit Rasa
menangis nyaman
DO :
- iritabel (nyeri perut), peningkatan nyeri tekan
abdomen)
- Tampak distensi abdomen.
- Lingkar abdomen 39 cm.
- Suhu aksila 36,5°C
Diagnosa
1. Konstipasi berhubungan dengan tidak dapat mengeluarkan feses yang di tandai
dengan perut kembung, Lingkar abdomen 39 cm dan Bising usus 10×/mnt
2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit ditandai
dengan perut membesar dan sering menangis
3. Kesiapan peningkatan nutrisi berhubungan dengan Kurang asupan makanan
ditandai dengan terlihat lemas dan bibir pucat.Intervensi
14
4. Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status terkini yang ditandai
dengan expresi bingung
Intervensi
Konstipasi berhubungan dengan tidak dapat mengeluarkan feses yang di tandai
dengan perut kembung, Lingkar abdomen 39 cm dan Bising usus 10×/mnt
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam Pasien
memperlihatkan frekuensi kotoran yang dibuktikan oleh indikator sebagai
berikut: (sebutkan 1-5: tidak adekuat, sedikit adekuat, cukup adekuat, adekuat,
sangat adekuat)
Kriteria Hasil :
Bowel Continance
- konsistensi kotoran dengan skala 5 (tidak mengalami gangguan),
- jumlah kotoran (kembung) dengan skala 5 (tidak mengalami gangguan).
Intervensi Rasional
Bowel Management Bowel Management
1. Memonitoring perubahan 1. Memudahkan perawat dalam
frekuensi konsistensi bentuk memantau perkembangan kondisi stres
volume dan warna isi perut. 2. Memudahkan perawat dalam
2. Memonitoring tanda dan gejala mengontrol tanda & gejala konstipasi
konstipasi. 3. Membantu mempelancarkan BAB
3. Memasukkan supositori ke rectal 4. Untuk membantu memenuhi kebutuhan
4. Memberitahuakan kepada ibu gizi pasien
pasien untuk memberikan
makanan tinggi serat
Impaction Management
Impaction Management 1. Memudahkan perawat dalam
1. Memonitoring Tanda dan gejala mengetahui tanda dan gejala konstipasi
konstipasi 2. Memudahkan perawat dalam
2. Memonitor perubahan BAB memantau perubahan kondisi pasien
mencakup frekuensi, 3. 3 Memudahkan perawat dalam
Konsistensi, bentuk, dan warna. mengetahui kondisi isi perut
15
3. Memonitor isi perut 4. Mengetahui kondisi pasien
4. Konsultasi dengan dokter sebuah 5. Pemahaman yang cukup bagi
kerusakan di frekuensi dari isi keluarga bagimana makanan masuk
perut 6. Untuk mempermudah mengetahui
5. Memberi pelajaran kepada tanda dan gejala dari radang selaput
keluarga bagaimana makanan perut
masuk 7. 7. Untuk mengetahui faktor penyebab
6. Memonitor tanda dan gejala dari konstipasi
radang selaput perut
7. Identifikasi faktor apa penyeba
dari konstipasi
Intervensi Rasional
Pain Management Pain Management
1. Pasien Bekerja sama dengan tenaga 1. Untuk mengetahui obat yang
kesehatan untuk memilih dan digunakan untuk meredekan nyeri
menerapkan menggunakan obat 2. Untuk Mengetahui bahwa obat-
ukuran pembebasan sakit. obatan ini yang di gunakan untuk
2. Pasien disediakan obat untuk pereda rasa nyeri
penghilang rasa sakit yang optimal 3. Untuk meredakan rasa nyeri
dengan obat penghilang sakit yang 4. Agar mengetahui tingkat nyeri
16
ditentukan pasien.
3. Menerapkan penggunaan obat tanpa
rasa sakit.
4. Kaji tingkat nyeri pasien, catat dan
menginformasikan kepada tenaga
kesehatan yang lain bekerjasama
dengan pasien.
Intervensi Rasional
Infant Nutrition Infant Nutrition
1. Instruksikan orang tua untuk 1. Anjurkan Ibu pasien untuk
memilihkan tiga makanan sehat memberikan makanan sehat
2. Instruksikan orang tua untuk 2. Agar tidak terjadi ketergantungan
menghindari minuman buah dan pada minuman
membumbui susu 3. Anjurkan Ibu pasien untuk
3. Instruksikan orang tua untuk memberikan makan
membolehkan memberi makanan
pada anak Weight Management
1 Pemahaman yang cukup bagi
17
Weight Management keluarga kondisi medis yang
1. Diskusikan dengan orang tua mempengaruhi berat/beban
kondisi-kondisi yang medis yang 2 Anjurkan ibu pasien untuk
boleh mempengaruhi berat/beban mengubah menu makanan
2. Tentukan keinginan individu untuk 3 Kolaborasikan mengkonsumsi air
mengubah makan kebiasaan setiap hari untuk memperlancarkan
3. Dorong individu untuk BAB.
mengkonsumsi sejumlah air cukup 4. Agar nutrisi dalam tubuh seimbang
sehari-hari
4. Membantu mengembangkan rencana
makanan seimbang yang konsisten
dengan kebutuhan tenaga
Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status terkini yang ditandai dengan
expresei bingung
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam Pasien memperlihatkan
Level Ansietas yang dibuktikan oleh indikator sebagai berikut : (sebutkan 1-5:
tidak adekuat, sedikit adekuat, cukup adekuat, adekuat, sangat adekuat)
Kriteria Hasil :
Anxiety Level
- Serangan Panik menunjukkan skala 5 (tidak mengalami gangguan)
- Distress Menunjukkan skala 5 (tidak mengalami gangguan)
Intervensi Rasional
Conseling Conseling
1. membantu pasien untuk 1. Memudahkan perawat dalam
mengidentifikasi situasi atau mengidentifikasi situasi atau masalah
masalah yang menyebabkan yang menyebabkan kesusahan
kesusahan 2. Memudahkan untuk mendapatkan
2. menyediakan informasi berdasar informasi
fakta sebagaimana diperlukan dan 3. Memberikan pemahaman bagi
sesuai keluarga untuk membantu
18
3. mengungkapkan pengalaman diri perkembangan kepercayaan orang tua
sendiri untuk membantu pasien bahwa tidak akan terjadi apa
perkembangan kepercayaan orang apa
tua pasien bahwa tidak akan terjadi
apa apa
Implementasi
19
ditentukan
3. R/meminumkan kepada si anak
Menerapkan penggunaan obat tanpa rasa sakit.
4. R/nyeri berkurang
Kaji tingkat nyeri pasien, catat dan
menginformasikan kepada tenaga kesehatan yang lain
bekerjasama dengan pasien.
5. R/mengetahui tingka nyeri si anak
No Tanggal/Jam Tindakan Keperawatan
3. 05 Juni 2019 1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang makanan yang
14.00 WIB bergizi
2. R/ pasien tidak bermasalah dengan menu makanan
Kaji tentang status gizi pasien
3. R/ ibu px kooperatif
Memonitori kebutuhan nutrisi bayi yang diperlukan.
4. R/ px terlihat tercukupi kebutuhan nutrisi
Mengobservasi input dan output.
20
Evaluasi
No Tanggal/jam Evaluasi
1. 09 Juni 2019/ 08.00 WIB S: Ibu pasien mengatakan anaknya bisa mengeluarkan
sedikit feses
O: - Kondisi px sedikit membaik dari sebelumyna
A: Masalah Teratasi sebagian
P: Intervensi 1 dan 3 dilanjutkan
I: Memeriksa perubahan frekuensi konsistensi bentuk
volume dan warna isi perut, Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk pemberian memakan makanan yang tinggi
serat kembali
E: Frekuensi Konsistensi bentuk dan warna feses
tampak lebih normal, pasien mulai mau memakan
makanan yang tinggi serat
R: Intervensi 1 di modifiasi ulang
No Tanggal/jam Evaluasi
2. 09 Juni 2019/ 10.00 WIB S: Ibu pasien mengatakan nyeri perut berkurang
O: Anak sudah jarang menangis
A: Masalah Teratasi sebagian
P: Intervensi 2 dan 3 dilanjutkan
I: Menganjurkan pasien untuk melakukan istirahat,
dan mengalihkan rasa nyeri si pasien kembali
E: Anak sudah bisa beistirahat dengan tenang dan
anak sudah tidak menangis lagi.
R: Masalah teratasi, Intervensi di hentikan
21
No Tanggal/jam Evaluasi
3. 09 Juni 2019/ 14.00 WIB S: Ibu pasien mengatakan nafsu makan anaknya
meningakat
O: Anak doyan makan
Berat badan meningkat
Sudah tidak terlihat lemas dan pucat
A: Masalah Teratasi
P: Intervensi dihentikan
No Tanggal/jam Evaluasi
4. 09 Juni 2019/ 16.00 WIB S: Ibu pasien mengatakan sudah lebih baik dan lebih
mengerti
O: wajah ibu pasien terlihat tenang
A: Masalah Teratasi
P: Intervensi dihentikan
22
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hirschsprung atau mega kolon adalah penyakit yang disebabkan oleh tidak
adekuatnya motilitas pada usus sehingga tidak ada evakuasi usus spontan dan
tidak mampunya spinkter rektum berelaksasi. Kelainan Hirschsprung terjadi
karena adanya permasalahan pada persarafan usus besar paling bawah, mulai anus
hingga usus di atasnya. Biasanya bayi akan bisa BAB karena adanya tekanan dari
makanan setelah daya tampung di usus penuh. Tetapi pada hirschsprung ini tidak
baik bagi usus bayi. Penumpukan yang terjadi berminggu-minggu atau bahkan
berbulan-bulan akan menimbulkan pembusukan yang lama kelamaan dapat
menyebabkan adanya radang usus hingga kanker usus.
Menurut beberapa teori penyebab penyakit ini belum diketahui, namun ada juga
beberapa teori menjelaskan penyebabnya. Maka, di karenakan penyakit ini
kebanyakan menyerang neonatus, pada saat ibu hamil harus
mengonsumsimakanan dan minuman yang mengandung nutrisi serta menjaga
kondisi ibu selama masa kehamilan.
B. SARAN
Dengan terbentuknya makalah tentang hirschsprung dan asuhan keperawatan ini
diharapkan kepada para pembaca mampu untuk memahami dan mempelajari
materi ini dengan baik.
23
DAFTAR PUSTAKA
24