Dosen Pengajar ;
Asisten Dosen ;
Ahmad Samudra Ilman Huda, A.Md.
Salman Adzan Alkamil, A.Md.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. Karena atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini dibuat sebagai tugas
mata kuliah Teknologi Pengelolaan dan Pemanfaatan Limbah Domestik dan Industri
tentang Pembuatan Pupuk Cair Organik dari Air Limbah Tahu.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan yang terjadi, baik dalam bentuk penulisan kata-kata maupun
kalimat yang kurang baku. Saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami terima
demi kesempurnaan makalah ini dan agar tidak terulang lagi di tugas selanjutnya.
Demikianlah makalah yang kami susun semoga bermanfaat bagi kita semua, atas
perhatiannya kami mengucapkan terima kasih.
Penyusun
i
Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor
Teknik & Manajemen Lingkungan
DAFTAR ISI
ii
Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor
Teknik & Manajemen Lingkungan
BAB I. PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah memahami proses dan tahapan pembuatan pupuk
cair organik dari air limbah tahu, dan mengukur parameter suhu dan pH pupuk cair
organic air limbah tahu, serta membandingkan pupuk cair organik air limbah tahu dengan
konsentrasi mollase yang berbeda.
1.3. Manfaat
3.2 Pembahasan
Praktikum pembuatan pupuk cair menggunakan bahan dasar limbah tahu, molase, dan
EM-4. Limbah tahu adalah bahan atau materi buangan yang timbul akibat kegiatan produksi
tahu, yang sudah tidak dimanfaatkan lagi. Limbah yang dihasilkan berupa limbah padat dan
cair. Limbah padat berupa ampas kedelai. Limbah cair berupa sisa air perendaman, sisa air
tahu yang tidak menggumpal, serta limbah cair keruh berwarna kuning muda keabu-abuan
yang apabila dibiarkan akan berubah menjadi hitam dan berbau busuk (Nurhasan,
Pramudyanto 1991).
Pada umumnya limbah tahu yang berbentuk cair dibuang ke perairan sehingga
mengakibatkan dampak buruk bagi kualitas air yaitu mengakibatkan bau busuk pada sungai
atau tempat disekitar pembuangan limbah cair tahu tersebut. Namun limbah cair tahu juga
dapat memberikan nilai positif jika dapat memaksimalkan berbagai potensi yang ada pada
limbah cair. Pengelolaan limbah dalam industri pembuatan tahu merupakan salah satu dari
contoh teknik pengelolaan limbah secara waste to product yaitu menggunakan kembali
limbah industri tahu sebagai bahan baku produk baru yang memiliki nilai tambah. Upaya
yang dapat dilakukan adalah pengolahan limbah cair tahu ini menjadi kecap tahu, pupukcair,
dan bahan bakar biogas serta dapat juga dilakukan untuk menghasilkan asam yang dapat
digunakan kembali untuk proses penggumpalan susu tahu atau biasa disebut biang.
Limbah cair tahu dari hasil analisis mengandung zat-zat karbohidrat, protein, lemak dan
mengandung unsur hara yaitu N, P, K, Ca, Mg, dan Fe. Jika dilihat Kandungan unsur hara
dalam limbah tahu ini, maka berpotensi untuk dikembangkan sebagai pupuk cair. Limbah cair
tahu dapat dijadikan alternatif baru yang digunakan sebagai pupuk sebab di dalam limbah
cair tahu tersebut memiliki ketersediaan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman (Saenab S,
Mimien H I A, Fatchur R, Arifah N A 2018).
Aktivator mikroba memiliki peranan penting karena digunakan untuk mempercepat
pertumbuhan kompos. EM-4 merupakan kultur campuran mikroorganisme yang
menguntungkan dan bermanfaat bagi kesuburan tanah maupun pertumbuhan dan produksi
tanaman, serta ramah lingkungan. Mikroorganisme yang ditambahkan akan membantu
Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor
Teknik & Manajemen Lingkungan
memperbaiki kondisi biologis tanah dan dapat membantu penyerapan unsur hara. EM-4
mengandung mikroorganisme fermentasi dan sintetik yang terdiri dari bakteri asam laktat
(Lactobacillus sp), bakteri fotosintetik (Rhodopseudomonas sp), Actinomycetes sp,
Streptomicetes sp, dan ragi (yeast) atau yang sering digunakan dalam pembuatan tahu
(Utomo 2007).
EM-4 mempunyai beberapa manfaat diantaranya memperbaiki sifat fisik, kimia, dan
biologis tanah, meningkatkan ketersediaan nutrisi dan senyawa organik pada tanah,
mempercepat pengomposan sampah organik atau kotoran hewan, membersihkan air limbah
dan meningkatkan kualitas air pada perikanan, dan menyediakan unsur hara yang dibutuhkan
tanaman dan meningkatkan produksi tanaman serta menjaga kestabilam produksi (Utomo
2007).
Sebagai sumber energi atau makanan bagi bakteri, pada tahap awal sebelum proses
fermentasi diperlukan molase. Molase ini dapat diganti gula putih atau merah. Dari ketiga
bahan tersebut, molase adalah sumber terbaik daripada gula puyih dan merah. Molase
mengandung asam amino yang lebih baik daripada yang lainnya (Indrianti Y H, Prasetya W
2017).
Hasil yang tertara dari tabel 1 merupakan hasil setelah difermentasi selama empat hari.
Pembuatan pupuk cair dilakukan pada proses anaerob, maka dari itu perlu difermentasi
selama empat hari. Setiap pengamatan, pupuk cair diaduk dengan tujuan menghomogenkan
sifat-sifat dalam pupuk. Terjadi kenaikan suhu pada hari ke 5 dapat dikarenakan adanya
aktifivas mikroba. Suhu akhir padapupuk cair adalah 27oC. pH akhir yang didapat adaah 3,
pupuk yang baik memiliki nilai pH 4 (Sufianto 2014).
Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor
Teknik & Manajemen Lingkungan
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum diketahui proses pebuatan pupuk cair, yaitu yang
pertama adalah melarutkan molase dengan air limbah tahu lalu ditambahkan dengan EM-4.
Setelah semua homogen maka dimasukkan ke dalam botol air mineral 1,5 liter yang telah
dibungkus plastik, diamkan selama seminggu, dan amati perubahan suhu dan pH. Suhu
akhir pada produk pupuk cair adalah 27oC dan pH 3.
DAFTAR PUSTAKA
[PP] Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Baku Mutu Air
Limbah.
Indrianti Y H, Prasetya W. 2017. Cara Mudah dan Cepat Membuat Kompos. Depok (ID)
: Penebar Swadaya.
Kaswinarni F. 2007. Kajian Teknis Pengolahan Limbah Padat dan Cair Industri Tahu
[Thesis]. Semarang (ID) : Program Studi Ilmu Lingkungan Universitas.
Mulyani O. 2007. Studi Perbandingan Tanaman Eceng Gondok (Eichhornia crassipes)
Sebagai Pre-Treatment Pengolahan Air Minum pada Air Selokan Mataram.
Yogyakarta (ID) : UII
Nurhasan, Pramudyanto. 1991. Pemanfaatan limbah cair tahu untuk produksi enzimα-
amilase dari Bacillus amyloliquefaciens [Skripsi]. Yogyakarta (ID): Fakultas
Teknologi Pertaian, Universitas Gadjah Mada.
Sufianto. 2014. Analisis mikroba pada cairan sebagai pupuk cair limbah organik dan
aplikasinya terhadap tanaman pokcoy. Jurnal Gamma. Volume 9 (2): Halaman 77-
94)
Utomo, A.S. 2007. Pembuatan Kompos dengan Limbah Organik. Jakarta: CV Sinar
Cemerlang Abadi.
Yudhistira B, Martina A, Rohula U. 2016. Karakteristik limbah cair industri tahu dengan
koagulan yang berbeda. Journal of Sustainable Agriculture. Volume 31 (2):
Halaman 137-145.