Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infeksi nosokomial saat ini merupakan salah satu penyebab meningkatnya angka

kesakitan ( morbidity) dan angka kematian (mortality ) di rumah sakit. Sehingga

menjadi masalah kesehatan baru, baik di negara berkembang maupun di negara

maju. Angka kejadian infeksi nosomial telah menjadi tolak ukur mutu pelayanan

rumah sakit.

Pengendalian infeksi nosokomial, pada hakekatnya ditujukan pada tindakan

pencegahan. Factor yang memegang peranan penting dalam tindakan

pencegahan infeksi nosokomial adalah factor petugas atau perawat sehingga

perlu mendapatkan perhatian dalam menjalankan tugasnya , terutama

pengetahuan tentang tindakan septic dan aseptic.

Untuk meningkatkan budaya keselamatan pasien melalui pengendalian infeksi

nosokomial perlu meningkatkan kesadaran semua petugas kesehatan akan

kebersihan tangan, misalnya selalu mencuci tangan secara efektif ( baik dan

benar) sesuai dengan ketentuan yang ada . pendalaman terhadap praktek mencuci

tangan pada perawat dan petugas kesehatan lainnya, meliputi kepatuhan, lama

cuci tangan, frekuensi, efektifitas masing-masing anti mikroba.

Pelayanan keperawatan merupakan suatu upaya untuk membantu individu baik

sakit maupun sehat, dari lahir sampai meninggal dalam bentuk peningkatan

1
pengetahuan, kemauan dan kemampuan yang dimiliki sehingga individu tersebut

dapat menjalankan kegiatan sehari-hari secara optimal. Pelayanan keperawatan

erat kaitannya dalam rangka penyembuhan pasien. Daya tahan tubuh yang lemah

sangat rentan terhadap penyakit melalui masuknya mikroba atau transmisi

mikroba ke penderita yang berasal dari sekitar penderita, dimana penderita

menjalani proses asuhan keperawatan.

Cara cuci tangan merupakan tindakan utama dalam pengendalian infeksi

nosokomial.

Cuci tangan adalah kegiatan dengan air mengalir ditambah sabun atau sabun

antiseptic yang bertujuan untuk meminimalkan atau menghilangkan mikro

organism ditangan dan mencegah perpindahan mikro organisme ( infeksi silang)

dari lingkungan ke pasien dan dari pasien ke petugas.

Penerapan “ lima moment cuci tangan “ pendekatan membutuhkan pemahaman

tetang konsep-konsep kunci dari kawasan pasien, tempat perawatan kesehatan,

dan situs-situs penting karena masing-masing dari indikasi kebersihan lima

moment untuk membersihkan tangan. Konsep-konsep ini telah dilaksanakan di

seluruh dunia dalam pengaturan dimana pasien dirawat sebagai pasien rawat inap

di rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya.

2
B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan

yang akan diteliti adalah Analisis tingkat kepatuhan perawat terhadap Standar

Operasional cuci Tangan perawat di RSUD Kepahiang pada bulan tahun 2017

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mampu Analisis Tingkat Kepatuhan Perawat Terhadap Standar Prosedur

Operasional Cuci Tangan Perawat di RSUD Kepahiang tahun 2017.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

• seluruh Perawat RSUD Kepahiang patuh terhadap cuci tangan

• untuk memenuhi syarat kenaikan pangkat fungsional dari perawat

pertama manjadi perawat muda

• Tujuan melakukan cuci tangan dengan baik dan steril supaya kita tidak

terjangkit penyakit seperti diare dan cacingan. Perilaku hidup sehat harus

ditanamkan dari sejak kecil.

D. Metode Penulisan

1. Bab I

Merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat penelitian.

3
2. Bab II

Bab II ini merupakan landasan teori cuci tangan dan perawat

3. Bab III

Merupakan metode penelitian

4. Bab IV

Merupakan hasil dari penelitian

5. Bab V

Merupakan Bab pembahasan

Bab. VI

Merupakan Bab Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran

E. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain yaitu

1. Bagi perawat

Agar terdorong untuk meningkatkan kepatuhan cuci tangan agar dapat

mengurangi terjadinya infeksi di RSUD Kepahiang

2. Bagi Rumah Sakit

Penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dan evaluasi tentang pelayanan

berkaitan dengan tingkat kepatuhan perawat terhadap Standar Operasional

Prosedur cuci tangan di RSUD Kepahiang

3. Bagi Instansi Pendidikan

4
Hasil penelitian ini dapat dijadikan evidence based practice dalam rangka

meningkatkan kepatuhan cuci tangan

4. Bagi peneliti selanjutnya

Dijadikan data dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut terkait

kepatuhan cuci tangan

5. Bagi peneliti

Meningkatkan kepatuhan tentang cuci tangan

5
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Cuci Tangan

1. Pengertian cuci tangan

Mencuci tangan adalah salah satu tindakan sanitasi dengan

membersihkan tangan dan jari jemari dengan menggunakan air ataupun

cairan lainnya oleh manusia dengan tujuan untuk menjadi bersih, sebagai

bagian dari ritual keagamaan, ataupun tujuan-tujuan lainnya.Perilaku

mencuci tangan berbeda dengan perilaku cuci tangan yang merujuk pada kata

kiasan.

Mencuci tangan baru dikenal pada akhir abad ke 19 dengan tujuan

menjadi sehat saat perilaku dan pelayanan jasa sanitasi menjadi penyebab

penurunan tajam angka kematian dari penyakit menular yang terdapat pada

negara-negara kaya (maju). Perilaku ini diperkenalkan bersamaan dengan ini

isolasi dan pemberlakuan teknik membuang kotoran yang aman dan

penyediaan air bersihdalam jumlah yang mencukupi.

2. Tujuan cuci tangan

Tujuan dari cuci tangan adalah

1. Meminimalkan atau menghilangkan mikro organism

6
2. Mencegah tansmisi mikroorganisme dari petugas ke pasien dari

pasien ke petugas, dari pasien ke pasien serta lingkungan sekitar

pasien.

3. Tindakan utama untuk pencegahan dan pengendalian infeksi.

3. Prosedur cuci tangan

Ada beberapa macam prosedur cuci tangan yaitu :

1. Pembersihan Tangan dengan sabun dan air ( Handwash )

Langkah – langkah :

1. Buka perhiasan yang digunakan, basahi tangan dengan air

mengalir

2. Tuangkan sabun ke telapak tangan 3 – 5 cc

3. Ratakan dengan kedua telapak tangan

4. Gosok punggung dan sela-sela jari jari tangan kiri dengan tangan

kanan dan sebaliknya

5. Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari

6. Jari-jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci dan saling

digosokkan

7. Gosok ibu jari kiri dengan gerakan berputar dalam genggaman

tangan kanan dan lakukan sebaliknya

7
8. Gosok telapak tangan kiri dengan memutar ujung jari-jari kanan

dan sebaliknya

9. Bilas kedua tangan dengan air mengalir

10. Keringkan kedua tangan dengan tissue sekali pakai

11. Gunakan bekas tissue tersebut untuk menutup kran air

12. Sekarang tangan sudah aman (Prosedur dilakukan 40 – 60 detik)

8
2. Pembersihan Tangan dengan Cairan Antiseptik (Handrub)

Langkah – langkah :

1. Tuangkan larutan antiseptik bebasis alkohol ke telapak tangan

sebanyak 3 - 5 cc

2. Gosok kedua telapak tangan hingga merata

3. Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan

kanan dan sebaliknya

4. Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari

5. Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci dan saling

digosokkan

6. Gosok ibu jari kiri dengan gerakan berputar dalam genggaman

tangan kanan dan lakukan sebaliknya

7. Gosok telapak tangan kiri dengan memutar ujung jari-jari kanan

dan sebaliknya

8. Sekarang tangan sudah aman (Prosedur dilakukan 20 – 30 detik)

3. Cara Pembersihan Tangan Bedah (Surgical Handwash)

Langkah – langkah :

1. Buka semua perhiasan yang digunakan, termasuk cincin, gelang

dan jam tangan

9
2. Basahi tangan dengan air mengalir.

3. Gunakan cairan antiseptik

4. Cuci tangan dan lengan bawah secara menyeluruh dan bilas

dengan air mengalir.

5. Gunakan sekali lagi cairan antiseptik, sebarkan ke seluruh

permukaan tangan dan lengan bawah

6. Mulai dengan tangan, gunakan pembersih kuku untuk

membersihkan daerah bawah kuku kedua tangan

7. Bersihkan kuku secara menyeluruh, kemudian jari- jari, sela-sela

jari, telapak tangan dan punggung tangan

8. Cuci tiap jari seakan – akan mempunyai empat sisi

9. Berikutnya scrub daerah pergelangan tangan pada tiap tangan

10. Setelah seluruh pergelangan tangan telah di scrub, bagian lengan

bawah juga di scrub, pastikan gerakan dari bawah lengan menuju

siku

11. Ulangi pada lengan satunya, dari lengan bawah menuju siku

12. Bilas tangan dan lengan bawah secara menyeluruh, pastikan

tangan di tahan lebih tinggi dari siku

13. Biarkan sisa air menetes melalui siku

14. Keringkan dengan handuk steril

15. Sekarang tangan sudah aman (Prosedur dilakukan 2 – 5 menit)

10
4. waktu mencuci tangan

5 saat melakukan praktek kebersihan tangan

1. Sebelum kontak dengan pasien

2. Sebelum tindakan aseptik

3. Setelah terkena cairan tubuh pasien beresiko

4. Setelah kontak dengan pasien

5. Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien

5. Manfaat mencuci tangan

Manfaat yang diperoleh apabila kita mencuci tangan dengan air bersih dan

sabun yaitu:

11
a. Dengan penggunaan sabun yang lebih serta air bersih yang cukup

akanmenurunkan insidendiare pada anak dan bayi usia enam sampai

delapan belas bulan.

b. Mencuci tangan dengan air bersih dan sebelum menyiapkan makanan

efektif menurunkaninsidendiare.

c. Tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman.

Dari hasil studi oleh Khan (1982) tentang manfaat mencuci tangan

dengan sabun sesudah buang air besar, sebelum makan dan menyiapkan

makanan membuktikan bahwa perilaku tersebut merupakan cara yang

efektif untuk menurunkan insidens penyakit.

B. Perawat

1. Pengertian perawat

Perawat adalah seseorang yang memiliki kemampuan serta

kewenangan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang

diperoleh melalui pendidikan keperawatan (UU Kesehatan No. 23 tahun

1992, dikutip oleh La Ode Jumadi Gaffar, 1993:23). Ada juga pengertian

perawat menurut PP No.32 thn 1966 tentang tenaga kesehatanPerawat adalah

seseorang yang telah lulus dan mendapatkan ijazah dari pendidikan kesehatan

yang diakui pemerintah. Tenaga keperawatn sendiri adalah perawat dan

bidan.

12
Sedangkan keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan

professional yang merupakan bagian integral pelayanan kesehatan

berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan meliputi aspek biologi, psikologi,

social dan spiritual yang bersifat komprehensif, ditujukan kepada individu,

keluarga dan masyarakat yang sehat maupun sakit mencakup siklus hidup

manusia untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal (La Ode Jumadi

Gaffar, 1999:18).

Pelayanan keperawatan adalah pelayanan esensial yang diberikan oleh

perwat terhadap individu, keluarga dan masyarakat yang mempunyai masalah

kesehatan. Pelayanan yang dibeikan adalah untuk mencapai derajat kesehatan

semaksimal mungkin sesuai potensi yang dimiliki dalam menjalankan

kegiatan dibidang promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan

menggunakan proses keperawatan sebagai metode ilmiah keperawatan

(Nasrul Effendy, 1998:7).

2. Peran Perawat

sebelum mengetahui peran perawat professional itu apa saja, kita harus

memahami dulu apa pangertian dari peran, sedangkan untuk penhgertian

perawat sudah dijelaskan diatas. Berikut ada 2 macam pengertian peran :

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain

terhadap seseorang, sesuai kedudukannya dalam suatu system dimana semua

13
itu dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar profesi

keperawatan yang bersifat konstan.

Peran juga bisa diartikan bentuk perilaku yang diharapkan dari

seseorang pada situasi social tertentu (Kozier B, 1995;21).

Setelah mengetahui apa pengertian peran dan perawat, maka sebaiknya

kita mengetahui macam – macam elemen peran perawat. Ada 8 macam peran

dari perawat, diantaranya :

 Peran perawat sebagi Kordinator

 Peran perawat sebagai Konselor

 Peran perawat sebagai Pelaksana

 Peran perawat sebagai Kolaborator

 Peran perawat sebagai Pendidik

 Peran perawat sebagai Pembaharu

 Peran perawat sebagai Konsultan

 Peran perawat sebagai Advocat

14
BAB III

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik yaitu penelitian yang

dilakukan untuk mendapatkan analisis tingkat kepatuhan cuci tangan perawat di

RSUD Kepahiang Tahun 2017.

Rancangan yang digunakan adalah belah lintang (cross sectional) karena

penelitian menekankan waktu pengamatan atau obsevasi data hanya sekali saja pada

saat penelitian. Teknik pengambilan sampel dengan accidental sampling. Accidental

sampling adalah metode pengambilan sampel dengan memilih siapa yang kebetulan

ada/ dijumpai yang melakukan cuci tangan pada perawat klinik di RSUD Kepahiang

Tahun 2017 dilakukan di rawat jalan, rawat inap, penunjang medis, dari 01 Oktober

sampai dengan 31 Oktober 2017

Variabel dalam peneliatian ini adalah tingkat kepatuhan cuci tangan perawat,

dengan sub variable yaitu tingkat kepatuhan perawat terhadap stantar operasional

prosedur cuci tangan dan lima moment cuci tangan yang dilakukan oleh perawat

RSUD Kepahiang adalah tindakan melakukan prosedur cuci tangan yang dilakukan

perawat menggunakan prosedur cuci tangan enam langkah. Tingkat kepatuhan cuci

tangan ini akan diukur kualitasnya sesuai dngan standar penelitian dan dilakukan di

rawat jalan, rawat inap, penunjang medis, dari bulan 01 Oktober sampai dengan 31

Oktober 2017. Skala yang dilakukan pada variabel ini adalah skala ordinal.

15
BAB IV

HASIL PENELITIAN

Data hasil penelitian dari sebaran distribusi frekuensi dapat diketahuai pada tabel

dibawah ini:

Tabel 1.1 Analisis tingkat kepatuhan cuci tangan perawat dengan metode hand wash

dan hand rub

Standard
Tingkat kepatuhan
Interval skor Frekuensi Persen

Baik 76-100 26 63.4 %

Sedang 51-75 15 36.6 %

Rendah 26-50 0 0%

Buruk 0-25 0 0%

Total 41 100 %

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 41 responden di dapat 26

Responden (63.4%) melakukan metode Hand wash dan hand rub dengan criteria

Baik, dan 15 Responden (36.6 %) termasuk criteria Sedang.

16
Tabel 1.2 Analisis lima moment cuci tangan perawat pada bulan Oktober di RSUD

Kepahiang Tahun 2017

Indikator Kriteria kesempatan Frekuensi %

Sebelum kontak dengan Melakukan 30 75


40
Pasien Tidak melakukan 10 25

Sebelum melakukan Melakukan 41 100

tindakan atau resiko terkena Tidak melakukan 41


0 0
cairan tubuh

Setelah melakukan tindakan Melakukan 41 100

atau resiko terkena cairan Tidak melakukan 41


0 0
tubuh

Setelah kontak dengan Melakukan 35 87.5


40
Pasien Tidak melakukan 5 12.5

Setelah kontak dengan Melakukan 0 0


0
lingk. Sekitar pasien Tidak melakukan 0 0

Berdasarkan tabel 1.2 diketahui bahwa dari 40 perawat yang mendapat kesempatan

melakukan cuci tangan dengan baik pada momen ke 1, ada 30 perawat (75%),

sedangkan perawat tidak melakukan sebanyak 10 orang (25%). Pada momen ke 2 dan

3, dari 41 perawat yang mendapatkan kesempatan untuk cuci tangan semuanya

(100%) melakukan cuci tangan. Dan pada momen ke 4 dari 40 orang perawat yang

17
mendapatkan kesempatan cuci tangan ada 35 perawat (87.5%) yang melakukan

dengan baik, sedangkan perawat tidak melakukan sebanyak 5 orang (12.5%).

sedangkan pada momen ke 5 pada saat pengambilan sampel tidak ada yang

melakukan kesempatan tersebut.

18
BAB V

PEMBAHASAN

Pada BAB ini menunjukkan bahwa dari 40 perawat yang mendapat kesempatan

melakukan cuci tangan dengan baik pada momen ke 1, ada 30 perawat (75%),

sedangkan perawat tidak melakukan sebanyak 10 orang (25%). Pada momen ke 2 dan

3, dari 41 perawat yang mendapatkan kesempatan untuk cuci tangan semuanya

(100%) melakukan cuci tangan. Dan pada momen ke 4 dari 40 orang perawat yang

mendapatkan kesempatan cuci tangan ada 35 perawat (87.5%) yang melakukan

dengan baik, sedangkan perawat tidak melakukan sebanyak 5 orang (12.5%).

sedangkan pada momen ke 5 pada saat pengambilan sampel tidak ada yang

melakukan kesempatan tersebut.

Hasil menunjukkan bahwa perawat yang melakukan cuci tangan dengan

metode hand wash dan hand rub Standar Operasional Prosedur ( SOP) cuci tangan di

RSUD Kepahiang dengan keriteria baik sebanyak 37 (90.24 %) dan 4 (9.76%)

termasuk kriteria sedang Hasil tersebut menunjukkan analisis bahwa semakin banyak

perawat yang membersihkan tangan dengan metode hand wash atau hand rub di

harapkan dapat mencegah terjadinya infeksi nosokomial.

19
Hasil penelitian yang mendukung menunjukkan bahwa ada hubungan yang

bermakna antara pengetahuan perawat tentang cuci tangan dengan penerapan

prosedur cuci tangan nilai r = 0.530, p value = 0.002 yaitu semakin baik pengetahuan

mencuci tangan dan semakin baik pula penerapan prosedur cuci tangan. Persamaan

dan penelitian yang digunakan peneliti terletak pada variabel yang digunakan yaitu

cross sectional.

Prosedur cuci tangan perawat berdasarkan lima moment cuci tangan secara

keseluruhan, didapatkan bahwa perawat tidak melakukan prosedur bersih/steril,

bersentuhan dengan cairan tubuh pasien dan bersentuhan dengan lingkungan. Jika

prosedur tersebut tidak dilakukan tentunya dapat beresiko perpindahan dan

penyebaran organism dengan sangat mudah melalui tangan perawat kepasien atau

sebaliknya. Perawat hanya melakukan prosedur cuci tangan yang paling penting yaitu

melakukan cuci tangan sebelum bersentuhan dengan pasien dan setelah bersentuhan

dengan pasien.

Jika alas an perawat dari lima moment cuci tangan tersebut sudah cukup

dilakukan dengan dua tahap, dan dapat mencegah penyebaran mikroorganisme maka

dengan demikian seluruh perawat melaksanakan prosedur dengan patuh. Namun jika

prosedur tersebut harus diklakukan seluruhnya maka sebagian besar perawat

dinyatakan tidak patuh. Kepatuhan dalam melakukan cuci tangan sebagai upaya

untuk mencegah timbulnya penyakit dari mikroorganisme atau kotoran dengan

menjaga kebersihan dengan baik. Perawat melakukan prosedur tentunya didasari

20
adanya pengetahuan dan latar belakang pendidikan kesehatan, sehingga berupaya

dengan maksimal untuk meningkatkan kesehatan.

Berdasarkan hasil observasi dari 5 momen dalam cuci tangan yang

berhubungan dengan tingkat kepatuhan perawat dalam cuci tangan, terdapat beberapa

hal yang tidak di lakukan perawat dengan sempurna. Hasil penilaian cuci tangan

metode hand wash dan hand rub diketahui nilai kurang dari 100 berkisar 01 sampai

dengan 99 artinya perawat mengerjakan tidak sempurna dan tidak mengerjakan.

Prosedur cuci tangan yang tidak dikerjakan dengan sempurna yaitu momen cuci

tangan ke 1

Kepatuhan perawat yang kurang tentu akan menimbulkan berbagai masalah

dalam penanganan pasien dan kesehatan perawat itu sendiri. Salah satu permasalahan

yang dapat timbul adalah kejadian MRSA (Methicillin-Resistant Staphilococcus

Aureus).penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa prosedur cuci tangan yang tidak

standard dan tidak menggunakan masker dapat meningkatkan angka kejadian MRSA

melalui proses transmisi.

Prosedur cuci tangan perawat berdasarkan lima moment cuci tangan dan

prosedur hand wash dan hand rub sebagian besar sudah dilakukan dengan baik oleh

perawat di RSUD Kepahiang. Perawat melakukan cuci tangan sebelum bersentuhan

dengan pasien, dengan demikian seluruh perawat melaksanakan prosedur dengan

patuh. Prosedur hand wash dan hand rub sebagian besar sudah dilakukan dengan

21
baik, untuk mencegah timbulnya penyakit dari mikroorganisme atau kotoran dengan

menjaga kebersihan dengan baik. Pengetahuan dan latar belakang pendidikan

kesehatan yang dimiliki perawat dapat mempengaruhi prilaku perawat melaksanakan

prosedur tersebut untuk meningkatkan kesehatan.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan bahwa sebagian

besar perawat memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang cuci tangan. Sebagian

responden bertugas diruang rawat inap, selebihnya bekerja di kamar bedah, UGD,

ICU. Sebagian besar responden bekerja diruang yang tersedia fasilitas tempat cuci

tangan. Sebagian besar responden patuh dalam melakukan cuci tangan. Penelitian

yang dilakukan juga menunjukkan hasil penelitian terdapat hubungan yang bermakna

antara factor pengetahuan, ketersediaan tenaga kerja, dan masa kerja dengan

kepatuhan melakukan Hand Higiene dimana masing-masing factor mempunyai nilai

P < taraf kekeliruan ( alpha 0.005).

Berdasarkan hasil penelitian ini dan teori para ahli serta penelitian

sebelumnya membuktikan bahwa analisis tingkat kepatuhan perawat terhadap Standar

Operasional Prosedur ( SOP) cuci tangan di RSUD Kepahiang dengan kriteria patuh,

hal ini ditunjukkan bahwa semua perawat mencuci tangan sebelum bersentuhan

dengan pasien dan setelah bersentuhan dengan pasien. Sebab, hal penting yang harus

diketahui dan dilaksanakan oleh petugas medis agar tidak terjadi transmisi mikroba

pathogen ke penderita saat mengerjakan prosedur dan tindakan medis serta perawatan

yaitu, perawat diharapkan selalu berada dalam kondisi sehat. Setiap mengerjakan

22
prosedur dan tindakan harus membiasakan diri mencuci tangan serta tindakan

kebersihan lainnya, menggunakan perlengkapan perlindungan diri sesuai kebutuhan

dengan cara yang tepat.

BAB VI

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan

bahwa perawat yang melakukan cuci tangan dengan menggunakan hand wash

dan hand rub sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) cuci tangan di RSUD

Kepahiang dengan kriteria Baik.selain itu bahwa analisis tingkat kepatuhan

perawat terhadap Standar Operasional Prosedur (SOP) cuci tangan di RSUD

23
Kepahiang diketahui perawat cenderung melaksanakan dengan sempurna pada

saat melakukan cuci tangan dengan metode Hand wash dan hand rub.

B. SARAN

Mengacu dari hasil penelitian, analisis data dan bersarkan kesimpulan yang telah

diambil, maka berikut ini adalah:

1. Bagi Instansi

Hasil penelitian ini untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada

pasien di RSUD Kepahiang dan untuk dasar penentuan kebijakan operasional

rumah sakit dalam penerapan mencuci tangan untuk mencegah infeksi

nosokomial.

2. Bagi perawat

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bagi profesi keperawatan dalam

menindaklanjuti hasil penelitian ini dengan mengkaji factor lainnya, serta

membuat pelatihan yang tepat untuk meningkatkan kepatuhan petugas

kesehatan khususnya perawat sendiri dalam melaksanakan hand hygiene.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan referensi untuk melakukan

penelitian selanjutnya tentang kepatuhan melakukan cuci tangan bukan hanya

24
perawat tetapi kepatuhan melakukan cuci tangan oleh petugas kesehatan

lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

http://fourseasonnews.blogspot.com/2012/06/pengertian-mencuci-tangan.html

http://vhypurple.blogspot.com/2010/11/peran-perawat-sebagai-pelaksana.html

http://adelinecalonperawat.blogspot.com/2009/03/sap-penyuluhan-cuci-tangan.html

Komite PPI RSUD Kepahiang tahun 2016.Standart Prosedur Operasional


Pencegahan dan Pengendalian Infeksi RSUD Kepahiang.

PPI RSUD Kepahiang (2017). Kepatuhan Hand Hygiene di RSUD Kepahiang.

25
Parhusip. (2005). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Infeksi Nosokomial
Serta Pengendaliannya Di BHG.UPF. Paru RS. Dr. Pirngadi/Lab.
Penyakit Paru FK-USU Medan.7.

Rohani, H. (2010). Panduan Praktik Keperawatan Nosokomial.Yogyakarta: Citra Aji


Parama.

Sari, D. P. (2009). Hubungan Antara Pengetahuan Perawat Tentang Mencuci


Tangan Dengan Penerapan Prosedur Cuci Tangan Di Bangsal
Dewasa RSUD Muntilan, Skripsi belum dipublikasikan,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.

26

Anda mungkin juga menyukai