Anda di halaman 1dari 9

KELAS : 17A

KELOMPOK : III

1. DARNIATI MUDA
2. ALVARYS ALVYN SALEKY
3. FITRI HADAD
4. ELVINY KATHARINA SEPE
5. NURAEDA JOSAN
6. LISA
7. SINTIA UDIN

S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MEGA REZKY

TAHUN AJARAN 2019/2020


Penatalaksanaan Preoperative (Sebelum Operasi )
A. DEFENISI

Keperawatan pre operatif merupakan tahapan awal dari keperawatan perioperatif.


Kesuksesan tindakan pembedahan secara keseluruhan sangat bergantung pada fase ini.
Hal ini disebabkan fase ini merupakan awal yang menjadi landasan untuk kesuksesan
tahapan-tahapan berikutnya. Kesalahan yang dilakukan pada tahap ini akan berakibat
fatal pada tahap berikutnya. Pengakajian secara integral dari fungsi pasien meliputi
fungsi fisik biologis dan psikologis sangat diperlukan untuk keberhasilan dan kesuksesan
suatu operasi.
Anak dan orang tuanya harus disiapkan untuk menghadapi prosedur pembedahan yang
diperlukan dan memberikan persetujuan terhadap prosedur tersebut.

 Jelaskan pada orang tua mengapa diperlukan pembedahan, antisipasi hasil yang akan
terjadi, risiko dan keuntungan yang ada.
 Bedakan antara kasus yang memerlukan tindakan bedah kedaruratan dan kasus bedah
elektif:

Faktor yang dihadapi:

 hipovolemia/dehidrasi:

Tindakan:
- berikan cairan Dextrose 5%/garam normal 1/3, atau Ringer Laktat
- kebutuhan cairan rumatan:
10 Kg I: 100ml/kg BB/24 jam
10 Kg II: 50 ml/kg BB/24jam
10 Kg III: 25ml/kgBB/24jam
contoh:
Pasien 24 kg, kebutuhan cairan adalah 10x100 + 10x50 + 4x25 = 1600 ml/24jam
Jumlah defisit cairan pada:
- dehidrasi ringan 5% x BB (dalam gram)
- dehidrasi sedang 10% x BB
- dehidrasi berat 15% x BB .
contoh:
Bayi 4 kg dengan kasus bedah kedaruratan dengan dehidrasi sedang yang akan
dioperasi dalam waktu 6 jam, maka kebutuhan cairannya adalah :
Kebutuhan cairan dehidrasi = 10% x 4000 g = 400 ml
Kebutuhan cairan rumatan 6 jam = (4 x 100ml) x 6/24 = 100 ml
Kebutuhan total cairan selama 6 jam = 500 ml
Kateter uretra harus terpasang dan produksi urin dipantau (n=½ ml - 2ml/kgBB)

 Hipotermia: pasien dihangatkan


 Kembung obstruksi: pasang NGT
 Asidosis: koreksi dikerjakan bila dehidrasi telah selesai dilakukan
 Infeksi: antibiotik dapat diberikan, baik sebagai pengobatan maupun profilaksis.

B. KASUS BEDAH ELEKTIF

 Pastikan pasien sehat secara medis untuk menjalani pembedahan.


 Siapkan darah untuk transfusi bila diperkirakan jenis operasi akan mengakibatkan
perdarahan yang cukup banyak, umumnya packed red cell 20 ml/kgBB cukup
memadai.
 Koreksi anemia pada pasien yang tidak harus segera menjalani pembedahan.
 Pasien dengan hemoglobinopati yang memerlukan tindakan bedah dan anestesi,
memerlukan penanganan khusus. Silakan lihat buku standar pediatri untuk lebih
jelasnya.
 Periksa bahwa pasien berada pada kondisi gizi yang baik. Gizi yang baik penting
untuk menyembuhkan luka.
 Periksa bahwa perut pasien kosong sebelum memberikan anestesi umum
o Bayi berumur 12 bulan: tidak boleh diberi makanan padat selama 8 jam, susu
formula 6 jam, cairan jernih 4 jam atau ASI 4 jam sebelumpembedahan
o Jika pasien harus berpuasa lebih lama (> 6 jam) berikan cairan intravena yang
mengandung glukosa.
 Pemeriksaan laboratorium pra pembedahan biasanya tidak begitu perlu, namun,
lakukan hal berikut jika memungkinkan:
o Bayi < 6 bulan: periksa Hb atau Ht
o Anak 6 bulan–12 tahun:
 bedah minor (misalnya herniotomi) – tidak perlu dilakukan
pemeriksaan
 bedah mayor - periksa Hb atau Ht
o pemeriksaan lainnya sesuai indikasi
 Antibiotik pra-pembedahan harus diberikan untuk:
o kasus infeksi dan kontaminasi:
 pembedahan perut: ampisilin (25–50 mg/kgBB IM/IV empat kali
sehari), gentamisin (7.5 mg/kgBB IV/IM sekali sehari) dan
metronidazol (7.5 mg/kgBB tiga kali sehari) sebelum dan 3-5 hari
setelah pembedahan
 pembedahan saluran kemih: ampisilin (25–50 mg/kgBB IV/IM empat
kali sehari), dan gentamisin (7.5 mg/kgBB IV/IM sekali sehari)
sebelum dan 3-5 hari setelah pembedahan
o anak dengan risiko endokarditis (pasien PJB atau RHD) yang harus menjalani
prosedur perawatan gigi, mulut, saluran pernapasan dan kerongkongan
 beri amoksisilin 50 mg/kgBB per oral sebelum pembedahan atau, jika
tidak bisa minum, berikan ampisilin 50 mg/kgBB IV 30 menit sebelum
pembedahan.
PENATALAKSANAAN OPERATIVE (SELAMA OPERASI)
A. DEFENISI
Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan
membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan tubuh ini
umumnya dilakukan dengan membuat sayatan.Setelah bagian yang akan ditangani
ditampilkan dilakukan tindakan perbaikan yang akan diakhiri dengan penutupan dan
penjahitan luka (Syamsuhidajat, 2010).
Pertimbangan khusus

 Jalan napas
o Diameter jalan napas yang kecil membuat anak rentan terhadap obstruksi jalan
napas sehingga sering memerlukan intubasi untuk melindungi jalan napas
selama pembedahan
o Ukuran pipa endotrakea Sebagai alternatif, panduan kasar untuk pasien
berumur lebih dari 2 tahun dengan kondisi gizi normal dapat menggunakan
formula berikut:
o Indikator kasar lainnya untuk menghitung ukuran yang tepat bagi pasien
adalah dengan mengukur diameter jari kelingking pasien. Selalu sediakan pipa
satu ukuran lebih besar atau lebih kecil. Pipa yang non-cuffed akan mengalami
sedikit kebocoran udara. Dengar irama paru dengan stetoskop setelah intubasi
untuk memastikan suara napas seimbang pada kedua paru.

 Hipotermia
Anak lebih mudah kehilangan suhu badan dibandingkan orang dewasa karena mereka
relatif memiliki wilayah permukaan yang lebih besar dan perlindungan tubuh yang
tidak baik terhadap panas. Hal ini sangat penting, karena hipotermi dapat
memengaruhi metabolisme obat, anestesi dan koagulasi darah.
o Cegah hipotermi di ruang bedah dengan mematikan pendingin,
menghangatkan ruangan (buat suhu ruangan > 28°C ketika melakukan
pembedahan pada bayi atau anak kecil) dan menyelimuti bagian terbuka badan
pasien
o Gunakan cairan hangat (tetapi jangan terlalu panas)
o Hindari prosedur yang memakan waktu (>1 jam), kecuali jika pasien dapat
dijaga tetap hangat
o Awasi suhu badan pasien sesering mungkin sampai selesai pembedahan.

 Hipoglikemia
Bayi dan anak berisiko terhadap hipoglikemia karena keterbatasan kemampuan
mereka dalam memanfaatkan lemak dan protein untuk mensintesis glukosa.
o berikan infus glukosa selama anestesi untuk menjaga kadar gula darah. Pada
sebagian besar pembedahan pada anak, selain pembedahan minor, berikan
larutan Ringer laktat ditambah glukosa 5% (atau glukosa 4% dengan NaCl
0.18%) dengan kecepatan 5 ml/kgBB/jam sebagai tambahan untuk mengganti
hilangnya cairan.

 Kehilangan darah
Anak memilki volume darah yang lebih kecil dibandingkan orang dewasa. Oleh sebab
itu kehilangan sedikit volume darah dapat mengancam jiwa pasien.
o hitung jumlah darah yang hilang selama operasi dengan tepat
o pertimbangkan transfusi darah jika darah yang hilang melebihi 10% volume
darah (lihat tabel 37).
o siapkan persediaan darah di ruang operasi sebagai antisipasi bila terjadi
kehilangan darah.
Penatalaksanaan Post Operative

A. DEFENISI

Definisi Post Operasi Post Operasi adalah masa setelah dilakukan pembedahan yang
dimulai saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan dan berakhir sampai evaluasi
selanjutnya (Uliyah & Hidayat, 2008). Tahap pasca-operasi dimulai dari memindahkan
pasien dari ruangan bedah ke unit pascaoperasi dan berakhir saat pasien pulang.

Komunikasikan kepada keluarga pasien mengenai hasil pembedahan, masalah yang


dihadapi selama pembedahan dan kemungkinan yang akan terjadi pasca pembedahan.

Segera setelah pembedahan


Nilai ulang kebutuhan ICU/NICU

 pastikan pasien pulih dari pengaruh anestesi


o awasi tanda vital – frekuensi napas, denyut nadi dan, jika perlu, tekanan darah
setiap 15–30 menit hingga kondisi pasien stabil
 hindari susunan letak ruang yang mengakibatkan pasien dengan risiko tinggi tidak
terawasi dengan baik.
 lakukan pemeriksaan dan tangani tanda vital yang tidak normal.

Tatalaksana pemberian cairan

 Pasca pembedahan, anak umumnya memerlukan lebih banyak cairan daripada sekedar
cairan rumatan. Anak yang menjalani bedah perut memerlukan 150% kebutuhan dasar
(lihat bagian 10.1.2) dan bahkan lebih banyak lagi jika timbul peritonitis. Cairan infus
yang biasa dipakai adalah Ringer laktat dengan glukosa 5% atau larutan setengah
garam normal dengan glukosa 5%. Larutan garam normal dan Ringer laktat tidak
mengandung glukosa dan dapat mengakibatkan risiko hipoglikemia, dan pemberian
jumlah besar larutan glukosa 5% tidak mengandung sodium,sehingga dapat
menimbulkan risiko hiponatraemia (lihat lampiran 4).
 Awasi status cairan dengan ketat
o Catat cairan masuk dan keluar (infus, aliran dari NGT, jumlah urin) setiap 4-6
jam
o Jumlah urin merupakan indikator paling sensitif untuk mengukur status cairan
 Jumlah urin normal: bayi 1–2 ml/kgBB/jam, anak 1 ml/kgBB/jam
 Jika curiga terjadi retensi urin, pasang kateter. Hal ini dapat membantu
mengukur jumlah urin yang keluar tiap jam, yang sangat berguna pada
anak yang sakit sangat berat. Curigai retensi urin jika buli-buli
membengkak dan anak tidak bisa kencing.

Mengatasi rasa sakit/nyeri

 Rasa sakit ringan


o Beri parasetamol (10–15 mg/kgBB tiap 4–6 jam) diminumkan atau per rektal.
Parasetamol oral dapat diberikan beberapa jam sebelum pembedahan atau per
rektal pada saat pembedahan selesai.
 Nyeri hebat
o Beri infus analgetik narkotik (suntikan IM menyakitkan untuk pasien): Morfin
sulfat 0.05–0.1 mg/kgBB IV setiap 2–4 jam.

Nutrisi
Sebagian besar kondisi pembedahan meningkatkan kebutuhan kalori atau mencegah
asupan gizi yang adekuat. Banyak anak yang membutuhkan tindakan operasi berada
dalam kondisi lemah. Gizi yang kurang baik mempengaruhi reaksi pasien terhadap
cedera dan menghambat penyembuhan luka.

 beri makan pasien sesegera mungkin setelah pembedahan


 beri makanan tinggi kalori yang mengandung cukup protein dan suplemen vitamin
 gunakan NGT untuk yang sulit menelan
 pantau perkembangan berat badan.

Masalah umum pasca pembedahan

 Takikardi (lihat tabel 38)


Mungkin disebabkan oleh nyeri, hipovolemi, anemia, demam, hipoglikemi, dan
infeksi
o periksa pasien
o kaji ulang kondisi pasien sebelum dan selama pembedahan
o awasi respons pasien terhadap pemberian obat pereda rasa sakit, bolus cairan
intravena, oksigen dan transfusi
o bradikardi pada pasien harus dipertimbangkan sebagai tanda hipoksia hingga
terbukti sebaliknya.
 Demam
Dapat disebabkan oleh cedera jaringan, infeksi luka, atelektasis, infeksi saluran kemih
(dari pemasangan kateter), flebitis (pada tempat kateter intravena), atau infeksi terkait
lain (misalnya malaria).
Lihat bagian 3.4 dan bagian 9.3.2 yang berisi informasi mengenai diagnosis dan
prinsip perawatan luka.
 Jumlah urin sedikit
Mungkin disebabkan oleh hipovolemi, retensi urin, atau gagal ginjal. Jumlah urin
yang sedikit hampir selalu disebabkan oleh tidak cukupnya resusitasi cairan.
o Periksa pasien
o Periksa kembali catatan pemberian cairan
o Jika dicurigai hipovolemi, beri larutan garam normal (10–20 ml/kgBB) dan
ulangi sesuai kebutuhan
o Jika dicurigai terjadi retensi urin (anak gelisah dan dalam pemeriksaan buli-
buli penuh) - pasang kateter.

Anda mungkin juga menyukai