Makalah Periopentive Anak 2
Makalah Periopentive Anak 2
KELOMPOK : III
1. DARNIATI MUDA
2. ALVARYS ALVYN SALEKY
3. FITRI HADAD
4. ELVINY KATHARINA SEPE
5. NURAEDA JOSAN
6. LISA
7. SINTIA UDIN
S1 KEPERAWATAN
Jelaskan pada orang tua mengapa diperlukan pembedahan, antisipasi hasil yang akan
terjadi, risiko dan keuntungan yang ada.
Bedakan antara kasus yang memerlukan tindakan bedah kedaruratan dan kasus bedah
elektif:
hipovolemia/dehidrasi:
Tindakan:
- berikan cairan Dextrose 5%/garam normal 1/3, atau Ringer Laktat
- kebutuhan cairan rumatan:
10 Kg I: 100ml/kg BB/24 jam
10 Kg II: 50 ml/kg BB/24jam
10 Kg III: 25ml/kgBB/24jam
contoh:
Pasien 24 kg, kebutuhan cairan adalah 10x100 + 10x50 + 4x25 = 1600 ml/24jam
Jumlah defisit cairan pada:
- dehidrasi ringan 5% x BB (dalam gram)
- dehidrasi sedang 10% x BB
- dehidrasi berat 15% x BB .
contoh:
Bayi 4 kg dengan kasus bedah kedaruratan dengan dehidrasi sedang yang akan
dioperasi dalam waktu 6 jam, maka kebutuhan cairannya adalah :
Kebutuhan cairan dehidrasi = 10% x 4000 g = 400 ml
Kebutuhan cairan rumatan 6 jam = (4 x 100ml) x 6/24 = 100 ml
Kebutuhan total cairan selama 6 jam = 500 ml
Kateter uretra harus terpasang dan produksi urin dipantau (n=½ ml - 2ml/kgBB)
Jalan napas
o Diameter jalan napas yang kecil membuat anak rentan terhadap obstruksi jalan
napas sehingga sering memerlukan intubasi untuk melindungi jalan napas
selama pembedahan
o Ukuran pipa endotrakea Sebagai alternatif, panduan kasar untuk pasien
berumur lebih dari 2 tahun dengan kondisi gizi normal dapat menggunakan
formula berikut:
o Indikator kasar lainnya untuk menghitung ukuran yang tepat bagi pasien
adalah dengan mengukur diameter jari kelingking pasien. Selalu sediakan pipa
satu ukuran lebih besar atau lebih kecil. Pipa yang non-cuffed akan mengalami
sedikit kebocoran udara. Dengar irama paru dengan stetoskop setelah intubasi
untuk memastikan suara napas seimbang pada kedua paru.
Hipotermia
Anak lebih mudah kehilangan suhu badan dibandingkan orang dewasa karena mereka
relatif memiliki wilayah permukaan yang lebih besar dan perlindungan tubuh yang
tidak baik terhadap panas. Hal ini sangat penting, karena hipotermi dapat
memengaruhi metabolisme obat, anestesi dan koagulasi darah.
o Cegah hipotermi di ruang bedah dengan mematikan pendingin,
menghangatkan ruangan (buat suhu ruangan > 28°C ketika melakukan
pembedahan pada bayi atau anak kecil) dan menyelimuti bagian terbuka badan
pasien
o Gunakan cairan hangat (tetapi jangan terlalu panas)
o Hindari prosedur yang memakan waktu (>1 jam), kecuali jika pasien dapat
dijaga tetap hangat
o Awasi suhu badan pasien sesering mungkin sampai selesai pembedahan.
Hipoglikemia
Bayi dan anak berisiko terhadap hipoglikemia karena keterbatasan kemampuan
mereka dalam memanfaatkan lemak dan protein untuk mensintesis glukosa.
o berikan infus glukosa selama anestesi untuk menjaga kadar gula darah. Pada
sebagian besar pembedahan pada anak, selain pembedahan minor, berikan
larutan Ringer laktat ditambah glukosa 5% (atau glukosa 4% dengan NaCl
0.18%) dengan kecepatan 5 ml/kgBB/jam sebagai tambahan untuk mengganti
hilangnya cairan.
Kehilangan darah
Anak memilki volume darah yang lebih kecil dibandingkan orang dewasa. Oleh sebab
itu kehilangan sedikit volume darah dapat mengancam jiwa pasien.
o hitung jumlah darah yang hilang selama operasi dengan tepat
o pertimbangkan transfusi darah jika darah yang hilang melebihi 10% volume
darah (lihat tabel 37).
o siapkan persediaan darah di ruang operasi sebagai antisipasi bila terjadi
kehilangan darah.
Penatalaksanaan Post Operative
A. DEFENISI
Definisi Post Operasi Post Operasi adalah masa setelah dilakukan pembedahan yang
dimulai saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan dan berakhir sampai evaluasi
selanjutnya (Uliyah & Hidayat, 2008). Tahap pasca-operasi dimulai dari memindahkan
pasien dari ruangan bedah ke unit pascaoperasi dan berakhir saat pasien pulang.
Pasca pembedahan, anak umumnya memerlukan lebih banyak cairan daripada sekedar
cairan rumatan. Anak yang menjalani bedah perut memerlukan 150% kebutuhan dasar
(lihat bagian 10.1.2) dan bahkan lebih banyak lagi jika timbul peritonitis. Cairan infus
yang biasa dipakai adalah Ringer laktat dengan glukosa 5% atau larutan setengah
garam normal dengan glukosa 5%. Larutan garam normal dan Ringer laktat tidak
mengandung glukosa dan dapat mengakibatkan risiko hipoglikemia, dan pemberian
jumlah besar larutan glukosa 5% tidak mengandung sodium,sehingga dapat
menimbulkan risiko hiponatraemia (lihat lampiran 4).
Awasi status cairan dengan ketat
o Catat cairan masuk dan keluar (infus, aliran dari NGT, jumlah urin) setiap 4-6
jam
o Jumlah urin merupakan indikator paling sensitif untuk mengukur status cairan
Jumlah urin normal: bayi 1–2 ml/kgBB/jam, anak 1 ml/kgBB/jam
Jika curiga terjadi retensi urin, pasang kateter. Hal ini dapat membantu
mengukur jumlah urin yang keluar tiap jam, yang sangat berguna pada
anak yang sakit sangat berat. Curigai retensi urin jika buli-buli
membengkak dan anak tidak bisa kencing.
Nutrisi
Sebagian besar kondisi pembedahan meningkatkan kebutuhan kalori atau mencegah
asupan gizi yang adekuat. Banyak anak yang membutuhkan tindakan operasi berada
dalam kondisi lemah. Gizi yang kurang baik mempengaruhi reaksi pasien terhadap
cedera dan menghambat penyembuhan luka.