Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

KIE IUD

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kontrasepsi
dan Keluarga Berencana

Disusun Oleh :
Kelompok 4

FITRIA NINGSIH
SILMI AULIA GUSTI
YESI GUSTI

Dosen MK :
dr. Desmiwarti, SpOG (K)

PRODI S2 KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS ANDALAS PADANG
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Segala puji penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan

karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “KIE IUD”.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada makalah Kontrasepsi dan Keluarga

Berencana yang diampu oleh dr. Desmiwarti, Sp.OG (K) program pascasarjana ilmu

kebidanan Universitas Andalas Padang.

Kami berharap makalah ini dapat dijadikan sumber referensi oleh tenaga kesehatan

khususnya Bidan.

Penulis meyakini di dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan

sehinggga kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk perbaikan isi dan kualitas makalah

ini.

Padang, Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah..........................................................................................................1
1.2. Tujuan Penulisan....................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI..................................................................................................................3
2.1. Konsep Konseling..................................................................................................................3
2.1.1. Pengertian Konseling.....................................................................................................3
2.1.2. Tujuan Konseling...........................................................................................................3
2.1.3. Prinsip Konseling...........................................................................................................4
2.1.4. Keuntungan Konseling...................................................................................................4
2.1.5. KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) (BKKBN, 2011).........................................4
2.1.6. Hak Pasien.....................................................................................................................4
2.1.7. Sikap Petugas Kesehatan dalam Melakukan Konseling yang Baik (Affandi, 2011):......5
2.1.8. Langkah-langkah Langkah – langkah konseling KB (SATU TUJU)..............................6
2.1.9. Dimana dan Siapa Saja yang Harus Memberikan Informasi dan Konseling..................7
2.2. Informed Choice dan Informed Consent................................................................................8
2.2.1 Informed Choice............................................................................................................8
2.2.2 Persetujuan Tindakan Medis (Informed Consent)..........................................................9
2.3. Kontrasepsi IUD (Intra Uterine Device)..............................................................................10
2.3.1. Pengertian....................................................................................................................10
2.3.2. Syarat Umum...............................................................................................................11
2.3.3. Jenis-Jenis IUD............................................................................................................12
2.3.4. Mekanisme kerja..........................................................................................................16
2.3.5. Keuntungan dan kelemahan IUD.................................................................................17
2.3.6. Penilaian dari macam-macam efek samping yang timbul............................................18
2.3.7. Indikasi/ Persyaratan Pemakaian IUD..........................................................................20
2.3.8. Waktu pemasangan IUD..............................................................................................20
2.3.9. Pemasangan dan Pencabutan IUD................................................................................21
2.4. Konseling dan langkah pemasangan dan pencabutan IUD...................................................22
2.4.1 Konseling dan langkah pemasangan IUD....................................................................22
2.4.3 Jobsheet konseling IUD menggunakan ABPK.............................................................26
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................32

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Masalah laju pertumbuhan penduduk di Indonesia yang semakin meningkat


dengan cukup cepat, perlu mendapatkan perhatian khusus dari semua pihak. Dampak
yang akan ditimbulkan dari permasalahan laju pertumbuhan penduduk adalah
rendahnya tingkat pendidikan, tingkat kesehatan yang rendah, semakin sempitnya
lapangan pekerjaan, dan rendahnya perekonomian di sebagian keluarga. Dalam kurun
waktu 4 tahun, mulai dari tahun 2010 sampai tahun 2014 penduduk di Indonesia
mengalami pertambahan penduduk sebanyak 1,40% (Badan Pusat Statistik Indonesia,
2015)
Pemerintah Indonesia telah merancangkan berbagai program untuk upaya
menangani pengendalian laju pertumbuhan penduduk melalui pengaturan kelahiran
atau keluarga berencana. Pemerintah menetapkan kebijakan tentang Keluarga
Berencana (KB) yang mengarah pada Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)
salah satunya adalah kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD), yang keefektifannya
sangat diprioritaskan oleh BKKBN. Hal ini dikarenakan tingkat keefektifannya cukup
tinggi yaitu 0,1-1 kehamilan per 100 perempuan (BKKBN, 2015. Hal:
15).Kontrasepsi IUD memiliki keunggulan dibandingkan dengan kontrasepsi lain,
diantaranya adalah pemasangan tidak memerlukan medis teknis yang sulit, kontrol
medisyang ringan, penyulit tidak terlalu berat. IUD juga dapat menimbulkan efek
samping seperti terdapat perdarahan (Spotting dan 2menometroragia), keputihan,
sehingga menguras protein tubuh dan liang senggama terasa lebih basah, tali AKDR
(Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) dapat menimbulkan perlukaan portio uteri dan
menganggu hubungan seksual (Manuaba, 2010)
Selain itu kegiatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) yang dilakukan
kepada masyarakat belum mampu mengubah nilai tentang jumlah anak ideal yang
diinginkan maupun perilaku masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kontrasepsi
sesuai kebutuhan.
Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan Keluarga
Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi (KR). Dengan melakukan konseling

1
berarti petugas membantu klien dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi
yang akan digunakan sesuai dengan pilihannya. Disamping itu dapat membuat klien
merasa lebih puas. Konseling yang baik juga akan membantu klien dalam
menggunakan kontrasepsinya lebih lama dan meningkatkan keberhasilan KB.
Konseling juga akan mempengaruhi interaksi antara petugas dan klien karena dapat
meningkatkan hubungan dan kepercayaan yang sudah ada (Affandi, 2011).
Seringkali konseling diabaikan dan tidak dilaksanakan dengan alasan petugas
tidak mempunyai waktu dan tidak menyadari pentingnya konseling. Padahal dengan
konseling klien akan lebih mudah mengikuti nasihat provider. Konseling adalah
proses yang berjalan dan menyatu dengan semua aspek pelayanan Keluarga
Berencana dan bukan hanya informasi yang diberikan dan dibicarakan pada satu
kesempatan yakni pada saat pemberian pelayanan. Teknik konseling yang baik dan
informasi yang memadai harus diterapkan dan dibicarakan secara interaktif sepanjang
kunjungan klien dengan cara yang sesuai dengan budaya yang ada. Selanjutnya
dengan informasi yang lengkap dan cukup akan memberikan keleluasaan kepada klien
dalam memutuskan untuk memilih kontrasepsi (Informed Choice) yang akan
digunakannya (Affandi,2011).

1.2. Tujuan Penulisan

1.2.1 Untuk mengetahui konsep konseling


1.2.2 Untuk mengetahui informed choise dan informed consent
1.2.3 Untuk mengetahui alat kontrasepsi IUD
1.2.4 Untuk mengetahui tentang konseling dan langkah pemasangan IUD

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. Konsep Konseling


2.1.1. Pengertian Konseling
Konseling merupakan proses pemberian informasi obyektif dan
lengkap,dilakukan secara sistematik dengan panduan komunikasi interpersonal,
teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik yang bertujuan untuk
membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi,
dan menentukan jalan keluar atau upaya mengatasi masalah tersebut. Proses
pemberian bantuan seseorang kepada orang lain dalam membuat suatu keputusan
atau memecahkan suatu masalah melalui pemahaman terhadapfakta-fakta, harapan,
kebutuhan dan perasaan-perasaan klien. Proses melalui satu orang membantu orang
lain dengan komunikasi, dalam kondisi saling pengertian bertujuan untuk
membangun hubungan, orang yang mendapat konseling dapat mengekspresikan
pikiran & perasaannya dengan cara tertentu sesuai dengan situasi, melalui
pengalaman baru, mamandang kesulitan objektif sehingga dapat menghadapi
masalah dengan tidak terlalu cemas dan tegang. Jadi konseling kebidanan adalah
bantuan kepada orang lain dalam bentuk wawancara yang menuntut adanya
komunikasi, interaksi yang mendalam danusaha bersama antara konselor (bidan)
dengan konseli (klien) untuk mencapai tujuan konseling yang dapat berupa
pemecahan masalah, pemenuhan kebutuhan ataupun perubahan tingkah laku/ sikap
dalam ruang lingkup pelayanan kebidanan” (Affandi, 2011).

2.1.2. Tujuan Konseling


1. Meningkatkan penerimaan
2. Menjamin pilihan yang cocok
3. Menjamin penggunaan cara yang efektif
4. Menjamin kelangsungan yang lebih lama

3
2.1.3. Prinsip Konseling
Prinsip konseling KB meliputi: percaya diri/confidentiality,
Tidak memaksa/voluntary choice, Informed consent, Hak klien /clien’t rights dan
Kewenangan / empowerment.

2.1.4. Keuntungan Konseling


Konseling KB yang diberikan pada klien memberikan keuntungan kepada
pelaksana kesehatan maupun penerima layanan KB. Adapun keuntungannya adalah
(BKKBN, 2011):
1. Klien dapat memilih metode kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhannya.
2. Puas terhadap pilihannya dan mengurangi keluhan atau penyesalan.
3. Cara dan lama penggunaan yang sesuai serta efektif.
4. Membangun rasa saling percaya.
5. Mengormati hak kliendan petugas.
6. Menambah dukungan terhadap pelayananKB.
7. Menghilangkan rumor dan konsep yang salah.

2.1.5. KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi)


1. Komunikasi: penyampaian pesan secara langsung/ tidak langsung melalui
saluran komunikasi kepada penerima pesan untuk mendapatkan efek.
2. Informasi: keterangan, gagasan maupun kenyataan yang perlu diketahui
masyarakat (pesan yang disampaikan).
3. Edukasi: proses perubahan perilaku ke arah yang positif. Pendidikan kesehatan
merupakan kompetensi yang dituntut dari tenaga kesehatan karena salah satu
peranan yang harus dilaksanakan dalam setiap memberikan pelayanan
kesehatan.

2.1.6. Hak Pasien


Pasien sebagai calon maupun akseptor KB mempunyai hak sebagai berikut:
1. Terjaga harga diri dan martabatnya.
2. Dilayani secara pribadi (privasi) dan terpeliharanya kerahasiaan.
3. Memperoleh informasi tentang kondisi dan tindakan yang akan dilaksanakan.
4. Mendapat kenyamanan dan pelayanan terbaik.
5. Menerima atau menolak pelayanan atau tindakan yang akan dilakukan.
6. Kebebasan dalam memilih metode yang akan digunakan.

2.1.7. Sikap Petugas Kesehatan dalam Melakukan Konseling yang Baik:


1. Memperlakukan klien dengan baik

4
Petugas bersikap sabar, memperlihatkan sikap menghargai setiap klien,
dan menciptakan satu rasa percaya diri sehingga klien dapat berbicara secara
terbuka dalam segala hal termasuk masalah-masalah pribadi sekalipun. Petugas
menyakinkan klien bahwa ia tidak akan mendiskusikan rahasia klien dengan
orang lain.
2. Interaksi antara petugas dan klien
Petugas harus mendengarkan, mempelajari dan menanggapi keadaan klien
karena setiap klien mempunyai kebutuhan dan tujuan reproduksi yang berbeda.
Petugas harus mendorong agar klien berani berbicara dan bertanya.
3. Memberikan informasi yang baik pada klien
Mendengarkan apa yang disampaikan klien sehingga mengetahui apa
yang dibutuhkan oleh setiap klien. Petugas harus menggunakan bahasa yang
mudah dimengerti klien dalam memberikan informasi.
4. Menghindari pemberian informasi yang berlebihan
Memberikan infomasi sesuai kebutuhan klien sehingga tidak
menyebabkan kesulitan bagi klien dalam mengingat informasi yang penting,
akibat kelebihan informasi. Ketika memberikan informasi petugas harus
memberikan waktu bagi klien untuk berdiskusi bertanya dan berpendapat.
5. Tersedianya metode yang diinginkan klien
Petugas membantu klien membuat keputusan mengenai pilihannya dan
harus tanggap terhadap pilihan klien dengan mendorong klien untuk berfikir
melihat persamaan yang ada dan membandingkankan antara kontrasepsi
tersebut, sehingga klien mempunyai pilihan kontrasepsi sesuai pilihannya dan
klien akan menggunakan kontrasepsi tersebut lebih lama dan lebih efektif.
6. Membantu klien untuk mengerti dan mengingat
Petugas memberi contoh alat kontrasepsi dan menjelaskan kepada klien
agar memahaminya dengan memperlihatkan bagaimana cara-cara
penggunaannya melalui media cetak seperti flip chart, pamflet, poster, atau
halaman bergambar. Sehingga akan membantu klien mengingat akan apa yang
harus dilakukan juga dapat memberitahu kepada orang lain. Petugas juga perlu
melakukan penilaian bahwa klien telah mengerti atau belum (Affandi, 2011).

5
2.1.8. Langkah-langkah Langkah – langkah konseling KB (SATU TUJU)

Dalam memberikan konseling kepada calon klien KB, hendaknya petugas


dapat menerapkan enam langkah yang sudah dikenal dengan kata kunci SATU
TUJU, sebagai berikut (Affandi, 2011):
SA : Sapa dan Salam kepada klien secara terbuka dan sopan. Berikan perhatian
sepenuhnya kepada mereka dan berbicara di tempat yang nyaman serta terjamin
privasinya. Yakinkan klien untuk membangun rasa percaya diri. Tanyakan kepada
klien apa yang perlu dibantu serta jelaskan pelayanan apa yang dapat diperolehnya.
T : Tanyakan pada klien informasi tentang dirinya. Bantu klien untuk berbicara
mengenai pengalaman Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, tujuan,
kepentingan,harapan, serta keadaa kesehatan dan kehidupan keluarganya. Tanyakan
kontrasepsi yang diinginkan oleh klien. Berikan perhatian kepada klien apa yang
disampaikan klien sesuai dengan kata-kata, gerak isyarat dan caranya. Coba
tempatkan diri kita di dalam hati klien. Perlihatkan bahwa kita memahami. Dengan
memahami pengetahuan,kebutuhan dan keinginan klien, kita dapat membantunya.
U : Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beri tahu apa pilihan reproduksi
yang paling mungkin,,termasuk pilihan beberapa jenis kontrasepsi. Bantulah klien
pada jenis kontrasepsi yang paling dia ingini, serta jelaskan alternatif kontrasepsi
lain yang mungkin diingini oleh klien.
TU : BanTUlah klien menentukan pilihannya. Bantulah klien berpikir mengenai apa
yang paling sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya. Doronglah klien untuk
menunjukkan keinginannya dan mengajukan pertanyaan. Tanggapilah secara
terbuka. Petugas membantu klien mempertimbangkan kriterian dan keinginan klien
terhadap setiap jenis kontrasepsi. Tanyakan juga apakah pasangannya akan
memberikan dukungan dengan pilihan tersebut. Jika memungkinkan diskusikan
mengenai pilihan tersebut kepada pasangannya. Pada akhirnya yakinkan bahwa klien
telah membuat suatu keputusan yang tepat. Petugas dapat menanyakan : Apakah
anda sudah memutuskan pilhan jenis kontrasepsi? Atau apa jenis kontrasepsi terpilih
yang akan digunakan?
J : Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunaan kontrasepsi pilihannya. Setelah
klien memilih jenis kontrasepsinya,jika diperlukan, perlihatkan alat atau obat
kontrasepsinya. Jelaskan bagaimana alat atau obat kontrasepsi tersebut digunakan
dan bagaimana cara penggunaannya. Sekali lagi doronglah klien untuk bertanya dan

6
petugas menjawab secara jelas dan terbuka. Beri penjelasan juga tentang manfaat
ganda metode kontrasepsi, misalnya kondom yang dapat mencegah infeksi menular
seksual (IMS). Cek pengetahuan klien tentang penggunaan kontrasepsi pilihannya
dan puji klien apabila dapat menjawab dengan benar.
U : Perlunya dilakukan kunjungan Ulang. Bicarakan dan buatlah perjanjian kapan
klien akan kembali untuk melakukan pemeriksaan lanjutan dan permintaan
kontrasepsi jika dibutuhkan . Perlu juga selalu mengingatkan klien untuk kembali
apabila terjadi suatu masalah.

2.1.9. Dimana dan Siapa Saja yang Harus Memberikan Informasi dan Konseling
Kenyataan yang ada dilapangan adalah tidak semua sarana kesehatan dapat
dijangkau oleh klien. Oleh karena itu tempat pelayanan konseling untuk melayani
masyarakat yang membutukannya dapat dilakukan pada 2 (dua) jenis tempat
pelayanan konseling, yaitu (Affandi, 2011):
1. Konseling KB dilapangan (non klinik)
Konseling ini dilaksanakan oleh para petugas dilapangan yaitu PPLKB,
PLKB, PKB, PPKBD, SU PPKBD, dan kader yang sudah dapat pelatihan
konseling dan berstandar. Tugas utama dipusatkan pada pemberian informasi
KB, baik dalam kelompok kecil maupun secara perorangan. Adapun informasi
yang dapat diberikan mencakup :
a. Pengertian manfaat perencanaan keluarga.
b. Proses terjadinya kehamilan/ reproduksi sehat.
c. Informasi berbagai kontrasepsi yang lengkap dan benar meliputi cara kerja,
manfaat, kemungkinan efek samping, komplikasi, kegagalan,
kontraindikasi, tempat kontrasepsi bisa diperoleh, rujukan, serta biaya.

2. Konseling KB di klinik
Konseling ini dilaksanakan oleh petugas medis dan para medis terlatih
diklinik yaitu dokter, bidan, perawat, serta bidan di desa. Pelayanan konseling di
klinik dilakukan agar diberikan secara perorangan diruangan khusus. Layanan
konseling di klinik dilakukan untuk melengkapi dan sebagai pemantapan hasil
konseling dilapangan, sebagai berikut (Affandi, 2011):
a Memberikan informasi KB yang lebih rinci sesuai dengan kebutuhan klien.

7
b Memastikan bahwa kontasepsi pilihan klien telah sesuai dengan kondisi
kesehatannya.
c Membantu klien memilih kontrasepsi lain, seandainya yang dipilih ternyata
sesuai dengan kondisi kesehatannya.
d Merujuk klien seandainya kontrsepsi yang dipilih tidak tersedia diklinik
atau jika klien membutuhkan bantuan medis dari ahli seandainya
pemeriksaan ditemui masalah kesehatan lain.
e Memberikan konseling pada kunjungan ulang untuk memastikan bahwa
klien tidak mengalami keluhan dalam penggunaan kontrasepsi pilihannya

2.2. Informed Choice dan Informed Consent

2.2.1 Informed Choice


Klien yang informed choice akan lebih baik menggunakan KB karena:
1. Informed choice adalah suatu kondisi /calon peserta KB yang memilih
kontrasepsi didasari oleh pengetahuan yang cukup setelah mendapat
informasi KIP/K.
2. Memberdayakan para klien untuk melakukan informed choice adalah
kunci yang baik menuju pelayanan KB yang berkualitas.
3. Bagi calon peserta KB baru, informed choice merupakan proses
memahami kontrasepsi yang akan dipakainya.
4. Bagi peserta KB apabila mengalami gangguan efek samping, komplikasi
dan kegagalan tidak terkejut karena sudah mengerti kontrasepsi yang akan
dipilihnya.
5. Bagi peserta KB tidak akan terpengaruh oleh rumor yang timbul
dikalangan masyarakat.
6. Bagi peserta KB apabila mengalami gangguan efek samping, komplikasi
akan cepat berobat ke tempat pelayanan.
7. Bagi peserta KB yang informed choice berarti akan terjaga kelangsungan
kontrasepsinya.
Sebagamana telah dijelaskan bahwa dalam setiap pelayanan profesi yang
diberikan bidan harus selalu memberi kesempatan pasien untuk memilih
(informed choice) dan memberi persetujuan (informed consent). Dalam
pelayanan KB hal ini tetap berlaku karena bidan harus menjelaskan
keuntungan dan kerugian setiap jenis alat kontrasepsi dengan jujur dan netral,
tidak memaksakan suatu metode kontrasepsi tertentu. Mengingat bahwa belum
ada satu metode kontrasepsi yang aman dan efektif 100% maka dengan

8
melakukan informed choice dan informed consent selain merupakan
perindungan bagi bidan sebagai pemberi pelayanan (provider) juga membatu
dampak rasa aman dan nyaman bagi pasien sebagai penerima jasa. Rasa aman
dan nyaman mengurangi terjadinya efek samping (side effect) (Affandi, 2011).
Setiap pemakaian kontrasepsi harus memperhatikan hak-hak reproduksi
individu dan pasangannya, sehingga harus diawali dengan pemberian
informasi yag lengkap. Informasi yang diberikan kepada calon atau klien KB
tersebut harus disampaikan selengkap-lengkapnya, jujur dan benar tentang
metode kontrasepsi yang akan digunakan oleh calon atau klien KB tersebut
(Affandi, 2011).

2.2.2 Persetujuan Tindakan Medis (Informed Consent)


Jika kontrasepsi yang dipilih klien memerlukan tindakan medis, surat
Persetujuan Tindakan Medis (informed Consent) diperlukan. Yang dimaksud
dengan informed consent adalah persetujuan yang diberikan oleh klien atau
keluargaya atas dasar informasi dan penjelasan mengenai tindakan medis yang
akan dilakukan terhadap klien tersebut. Setiap tindakan medis yag
mengandung resiko harus dengan persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh
yang berhak memberikan persetujuan, yaitu klien yang bersangkutan dalam
keadaan sadar dan sehat mental (Affandi, 2011).
Informasi yang diberikan kepada calon / klien KB harus disampaikan
selengkap - lengkapnya, jujur dan benar tentang metode kontrasepsi yang
akan diadakan oleh calon / klien KB tersebut. Dalam memberikan informasi
penting sekali adanya komunikasi verbal antara dokter dan klien. Ada
anggapan bahwa banyak klien sering melupakan informasi lisan yang telah
diberikan oleh dokter atau bidan. Maka dari itu untuk mencegah hal tersebut
perlu diberikan pula informasi tertulis (Affandi, 2011). Dengan dilakukannya
tindakan medis termasuk kontrasepsi mantap, maka perlunya izin dari kedua
belah pihak. Berbeda dengan tindakan medis lainnya yang hanya memerlukan
izin dari pihak yang akan mengalami tindakan tersebut.
Daftar Tilik Untuk Petugas, Pada halaman belakang lembar persetujuan
tindakan medis terdapat daftar tilik untuk petugas yang digunakan untuk
mengingatkan petugas adanya beberapa aspek yang harus dijelaskan beberapa
klien melalui beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan metode kontrasepsi

9
Metode Operasi Pria/Wanita, implan, dan AKDR (cara kerja, kontraindikasi,
efek samping, komplikasi, kegagalan, keuntungan atau kerugian, jadwal atau
tempat kunjungan ulang, persyaratan MOP/WOW dan rekanalisasi serta
keberhasilannya, resiko pencabutan AKDR atau implan dan jadwal
pencabutannya, serta kategori pencabutan AKDR/Implan).
Catatan Tindakan Dan Pernyataan. Setelah calon peserta dan
pasangannya menandatangani inform consent, pelayanan kontrasepsi
dilakukan. Pada halaman belakang lembar persetujuan tindakan medis terdapat
catatan tindakan dan pernyataan oleh dokter/bidan/perawat yang melakukan
tindakan. Catatan tindakan dan pernyataan tersebut memuat catatan tindakan
yang dilakukan yaitu metode keberhasilan tindakan, waktu, serta pernyataan
dari petugas bahwa pelayanan yang diberikan sudah sesuai dengan standar
(Affandi, 2011).

2.3. Kontrasepsi IUD (Intra Uterine Device)


2.3.1. Pengertian
Menurut Handayani (2010) AKDR atau yang sering disebut juga Intra
Uterin Devices (IUD) suatu alat atau benda yang dimasukkan kedalam rahim
yang sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang, dapat dipakai oleh semua
perempuan usia reproduktif.
IUD (Intra Uterine Device) adalah atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR) merupakan alat kontrasepsi terbuat dari plastik yang flesibel dipasang
dalam rahim. Kontrasepsi yang paling ideal untuk ibu pasca persalinan dan
menyusui adalah tidak menekan produksi ASI yakni Alat Kontarsepsi Dalam
rahim (AKDR)/Intra Uterine Device (IUD), suntikan KB yang 3 bulan,
minipil dan kondom (BkkbN,2014).
Ibu perlu ikut KB setelah persalinan agar ibu tidak cepat hamil lagi
(minimal 3-5 tahun) dan punya waktu merawat kesehatan diri sendiri, anak
dan keluarga. Kontrasepsi yang dapat digunakan pada pasca persalinan dan
paling potensi untuk mencegah mis opportunity berKB adalah Alat
Kontrasepsi Dalam rahim (AKDR) atau IUD pasca plasenta, yakni pemasangan
dalam 10 menit pertama sampai 48 jam setelah plasenta lahir (atau sebelum
penjahitan uterus/rahim pada pasca persalinan dan pasca keguguran di fasilitas

10
kesehatan, dari ANC sampai dengan persalinan terus diberikan penyuluhan
pemilihan metode kontrasepsi. Sehingga ibu yang setelah bersalin atau
keguguran, pulang ke rumah sudah menggunakan salah satu kontrasepsi (BkkbN,
2014)

2.3.2. Syarat Umum


Menurut Siswosudarmo dkk (2001), sebagaimana alat kontrasepsi pada
umumnya, AKDR harus memenuhi beberapa syarat yaitu:
a. Kemampuannya untuk mencegah kehamilan
Kemampuan mencegah bagi AKDR yang inert berbanding lurus dengan
luas permukaan endometrium yang kontak dengan bahan.
b. Tidak mudah lepas spontan (ekspulsi)
Salah satu masalah yang ada pada AKDR yang menyebabkan angka
kegagalan naik adalah ketidakmampuannya untuk tetap berada dalam
rongga rahim.
c. Kemudahannya untuk dipasang
AKDR harus dapat dipasang tanpa anestesi dan tanpa menimbulkan rasa
sakit. Salah satu faktor yang menentukan mudah tidaknya AKDR
dipasang adalah lebarnya kanalis servikalis.
d. Mudah untuk dilepas
Sebagaimana saat memasang, AKDR harus dapat dilepas dengan mudah
tanpa menimbulkan rasa sakit. Minimal efek samping, serta mudah untuk
mendeteksi bahwa AKDR masil terletak ditempatnya
e. Bahan dasar
Bahan dasar pembuatkan AKDR bersifat sangat fleksibel, bisa diregang,
dibengkokkan sedemikian rupa mengikuti insertor dan akan kembali ke
bentuk semula setelah menempati cavum uteri.

2.3.3. Jenis-Jenis IUD


Menurut Arum (2011) jenis-jenis Intra Uterine Device (IUD) adalah
sebagai berikut:
1. IUD CuT-380 A
Bentuknya kecil, kerangka dari plastik yang fleksibel, berbentuk

11
huruf T diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu).
2. IUD lain yang beredar di Indonesia ialah NOVA T (Schering)
Menurut Hartanto (2008) IUD yang banyak dipakai di Indonesia dewasa
ini dari jenis unmedicated adalah Lippes Loop dan dari jenis Medicated adalah
Cu-T 380 A, Multiload 375 dan Nova-T.

a. Lippes Loop
IUD Lippes Loop terbuat dari bahan polietilen, berbentuk spiral, pada
bagian tubuhnya mengandung barium sulfat yang menjadikannya radio
opaque pada pemeriksaan dengan sinar-X.
Menurut Proverawati (2010) IUD Lippes Loop bentuknya seperti spiral
atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol dan dipasang benang
pada ekornya. Lippes Loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda ukuran panjang
bagian atasnya. Adapun tipe dari Lippes Loops adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1. Jenis dan Ukuran Lippes Loops


Macam Loop Panjang Berat Warna Benang
LL A 22,5 cm 290 mgr Hitam
LL B 27,5 cm 526 mgr Biru
LL C 30,0 cm 615 mgr Kuning
LL D Putih
IUD jenis Lippes Loops mempunyai angka kegagalan yang rendah.
Keuntungan lain dari jenis ini ialah bila terjadi perforasi jarang menyebabkan
luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastik (Proverawati,
2010).
b. Cu T 380 A
IUD Cu – T 380 A terbuat dari bahan polietilen berbentuk huruf T
dengan tambahan bahan Barium Sulfat. Pada bagian tubuh yang tegak, dibalut
tembaga sebanyak 176 mg tembaga dan pada bagian tengahnya masing-
masing mengandung 68,7 mg tembaga, dengan luas permukaan 380 ± 23m2.
Ukuran bagian tegak 36 mm dan bagian melintang 32 mm, dengan diameter 3
mm. pada bagian ujung bawah dikaitkan benang monofilamen polietilen
sebagai kontrol dan untuk mengeluarkan IUD.
c. Multiload 375

12
IUD Multiload 375 (ML 375) terbuat dari polipropilen dan mempunyai
2 2
luas permukaan 250 mm atau panjang 375 mm kawat halus tembaga yang
membalut batang vertikalnya untuk menambah efektifitas. Ada tiga jenis
ukuran multi load yaitu standar, small, dan mini. Bagian lengannya didesain
sedemikian rupa sehingga lebih fleksibel dan meminimalkan terjadinya
ekspulsi.

d. Nova – T
2
IUD Nova-T mempunyai 200 mm kawat halus tembaga dengan bagian
lengan fleksibel dan ujung tumpul sehingga tidak menimbulkan luka pada
jaringan setempat pada saat dipasang.
e. Cooper-7
IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan
pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan
ditambahkan gulungan kawat tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan
2
200 mm fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga halus pada jenis
Copper-T (Proverawati, 2010)

13
Gambar . Jenis-Jenis IUD

Jenis kontrasepsi IUD pasca salin aman dengan menggunakan


IUD Cu T (copper T), sedangkan jenis non copper memerlukan penundaan
sampai 6 minggu sehingga tidak cocok untuk pasca salin (BkkbN, 2014).
Menurut Suparyanto (2011) IUD terdiri dari IUD hormonal
dan non hormonal.
1. IUD Non-hormonal
Pada saat ini IUD telah memasuki generasi ke-4. Karena itu
berpuluh-puluh macam IUD telah dikembangkan. Mulai dari generasi
pertama yang terbuat dari benang sutra dan logam sampai generasi plastik
(polietilen) baik yang ditambah obat atau tidak.

14
a. Menurut bentuknya IUD dibagi menjadi 2:
1) Bentuk terbuka (Open Device): Misalnya: Lippes Loop, CUT,
Cu-7. Marguiles, Spring Coil, Multiload, Nova-T.
2) Bentuk tertutup (Closed Device): Misalnya: Ota-Ring, Altigon,
dan Graten ber-ring.
b. Menurut Tambahan atau Metal
1) Medicated IUD: Misalnya: Cu T 200 (daya kerja 3 tahun), Cu
T 220 (daya kerja 3 tahun), Cu T 300 (daya kerja 3 tahun), Cu T
380 A (daya kerja 8 tahun), Cu-7, Nova T (daya kerja 5 tahun),
ML-Cu 375 (daya kerja 3 tahun). Pada jenis Medicated IUD
angka yang tertera di belakang IUD menunjukkan luasnya kawat
halus tembaga yang ditambahkan, misalnya Cu T 220 berarti
2
tembaga adalah 220 mm . Cara insersi: Withdrawal.

2) Unmedicated IUD: Misalnya: Lippes Loop, Marguiles, Saf-T


Coil, Antigon. Cara insersi Lippes Loop: Push Out. Lippes
Loop dapat dibiarkan in-utero untuk selama-lamanya sampai
menopause, sepanjang tidak ada keluhan persoalan bagi
akseptornya. IUD yang banyak dipakai di Indonesia dewasa ini
dari jenis Un Medicated yaitu Lippes Loop dan yang dari jenis
Medicated Cu T, Cu-7, Multiload dan Nova-T.

2. IUD yang mengandung hormonal


a. Progestasert –T = Alza T, dengan daya kerja 18 bulan dan dilakukan
dengan teknik insersi: Plunging (modified withdrawal).
1) Panjang 36 mm, lebar 32 mm, dengan 2 lembar benang ekor
warna hitam.
2) Mengandung 38 mg progesteron dan barium sulfat, melepaskan
65 µg progesteron setiap hari.
3) Tabung insersinya berbentuk lengkung.
b. Mirena
Mirena adalah IUD yang terbuat dari plastik, berukuran kecil,

15
lembut, fleksibel, yang melepaskan sejumlah kecil levonogestrel
dalam rahim. Mirena merupakan plastik fleksibel berukuran 32 mm
berbentuk T yang diresapi dengan barium sulfat yang membuat mirena
dapat terdeteksi dalam pemeriksaan rontgen. Mirena berisi sebuah
reservoir silindris, melilit batang vertikal, berisi 52 mg levonorgestrel
(LNG).
Setelah penempatan dalam rahim, LNG dilepaskan dalam dosis
kecil (20g/hari)pada awalnya dan menurun menjadi sekitar (10g/hari
setelah 5 tahun) melalui membran polydimethylsiloxane ke dalam
rongga rahim. Pelepasan hormon yang rendah menyebabkan efek
sampingnya rendah. Keunggulan dari IUD ini adalah efektivitasnya
tinggi, dengan tingkat kesakitan lebih pendek dan lebih ringan. Mirena
merupakan sebuah pilihan alternatif yang tepat untuk wanita yang tidak
dapat mentoleransi estrogen untuk kontrasepsinya. Mengurangi frekuensi
ovulasi (Rosa, 2012).
Cara kerja mirena melakukan perubahan pada konsistensi
lendir serviks. Lendir serviks menjadi lebih kental sehingga
menghambat perjalanan sperma untuk bertemu sel telur. Menipiskan
endometrium, lapisan dinding rahim yang dapat mengurangi
kemungkinan implantasi embrio pada endometrium. Setelah mirena
dipasang 3 sampai 6 bulan pertama, menstruasi mungkin menjadi tidak
teratur. Mirena dapat dilepas dan fertilitas dapat kembali dengan segera
(Rosa, 2012)

2.3.4. Mekanisme kerja


Mekanisme kerja yang pasti dari kontrasepsi IUD belum diketahui.
Ada beberapa mekanisme kerja kontrasepsi IUD yang telah diajukan (Hartanto,
2008):
1. Timbulnya reaksi radang lokal yang non spesifik di dalam cavum uteri
sehingga implantasi sel telur yang telah dibuahi terganggu.
2. Di samping itu, dengan munculnya leukosit PMN, makrofag, foreign body
giant cells, sel mononuklear dan sel plasma yang dapat mengakibatkan lisis
dari spermatozoa atau ovum dan blastokista.

16
3. Produksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan
terhambatnya implantasi.
4. Gangguan atau terlepasnya blastokista yang telah berimplantasi di
dalam endometrium.
5. Pergerakan ovum yang bertambah cepat di dalam tuba fallopii.
6. Immobilisasi spermatozoa saat melewati cavum uteri

Menurut Syaifuddin dkk (2006), cara kerja AKDR adalah:


a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii.
b. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
c. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun
AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi
perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi.
d. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus

2.3.5. Keuntungan dan kelemahan IUD


1. Keuntungan (Handayani, 2010; Proverawati, 2010):
a. Sebagai kontrasepsi, mempunyai efektivitas yang tinggi
b. Sangat efektif 0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun
pertama (1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan)
c. AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.
d. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak
perlu diganti)
e. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat- ingat
f. Tidak memprngaruhi hubungan seksual
g. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk
hamil
h. Tidak ada efeksamping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380 A)
i. Tidak mempengaruhi kualitas ASI
j. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus
(Apabila tidak terjadi infeksi).
k. Dapat digunakan sampai menoupose (1 tahun atau lebih setelah haid
terakhir).
l. Tidak ada interaksi dengan obat-obatan.

17
m. Membantu mencegah terjadinya kehamilan ektopik
2. Kelemahan Kontrasepsi IUD
a. Tidak mencegah Infeksi Menular Seksual (IMS), termasuk HIV/AIDS.
b. Tidak baik digunakan oleh perempuan yang sering berganti-ganti
pasangan atau yang menderita IMS.
c. Penyakit Radang Panggul (PRP) terjadi sesudah perempuan dengan IMS
menggunakan AKDR.
d. Diperlukan prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik dalam
pemasangan AKDR
e. Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas
kesehatan terlatih yang harus melakukanya
f. Perempuan harus memeriksakan posisi benang dari waktu kewaktu,untuk
melakukan ini perempuan harus bisa memasukkan jarinya kedalam
vagina. Sebagian perempuan ini tidak mau melakukanya

2.3.6. Penilaian dari macam-macam efek samping yang timbul


a. Perubahan siklus haid
Perubahan siklus haid (umumnya pada 8 bulan pertama dan akan berkurang
setelah 3 bulan), haid lebih lama dan lebih banyak, perdarahan (spotting) antar
menstruasi, saat haid lebih sakit
1) Penilaian
a) Perdarahan pervaginam berupa bercak (spotting)
b) Perdarahan pervaginam di luar siklus haid (metroragia)
c) Perdarahan haid lebih lama atau lebih banyak dari biasanya.
2) Penyebab
Kerja enzim plasmin yang berkonsentrasi di jaringan selaput lendir rahim.
Enzim ini bersifat menghancurkan fibrin yang berguna untuk pembekuan
darah.
b. Infeksi
1) Penilaian
a) Nyeri di daerah perut bawah
b) Keputihan yang berbau
c) Demam
d) Nyeri pada waktu bersetubuh
2) Penyebab
Peradangan bisa terjadi akibat pemasangan AKDR yang tidak steril
c. Keputihan
1) Penilaian
Keluarnya cairan tidak berwarna, tidak berbau dan tidak gatal dari vagina
dan dapat timbul setelah pemasangan IUD.
2) Penyebab
Adanya infeksi yang terbawa pada waktu pemasangan IUD.
d. Ekspulsi IUD
1) Penilaian

18
IUD teraba di dalam vagina
2) Penyebab
a) Ukuran IUD terlalu kecil/ terlalu besar
b) Letak IUD kurang sempurna di dalam rahim
e. Perforasi IUD
1) Penilaian
a) Benang tidak ditemukan
b) Sewaktu dilaksanakan sondage, tidak ditemukan IUD dalam Rahim
2) Penyebab
a) Tindakan pemasangan tidak sesuai prosedur pemasangan
b)Waktu pemasangan IUD mengalami kesulitan sehingga dilakukan
dengan paksaan
c) Cara memasukkan alat pendorong ke dalam rongga rahim dengan arah
yang salah

f. Nyeri/ kram pada perut bagian bawah


1) Penilaian
Setelah pemasangan dapat timbul rasa nyeri seperti mules dank ram atau
sakit pinggang terutama hari pertama setelah pemasangan, biasanya hilang
dalam 1-2 hari.
2) Penyebab
a) Psikis
b) Letak IUD yang salah yaitu IUD tidak sesuai dengan rongga Rahim
c) IUD merangsang pembekuan prostaglandin pada waktu haid yang
menimbulkan rasa nyeri
g. Rasa nyeri pada alat kelamin
1) Penilaian
Rasa nyeri pada ujung alat kelamin sesuai pada waktu senggama
2) Penyebab
Benang IUD terlalu panjang

2.3.7. Indikasi/ Persyaratan Pemakaian IUD


Menurut Arum (2011) yang dapat menggunakan IUD adalah sebagai berikut:
1. Usia reproduktif
2. Keadaan multipara
3. Menginginkan penggunaan kontrasepsi jangka panjang
4. Menyusui dan menginginkan menggunakan kontrasepsi
5. Tidak menyusui bayinya
6. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
7. Risiko rendah dari IMS

19
8. Tidak menghendaki metode hormonal
9. Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari

2.3.8. Waktu pemasangan IUD


IUD pasca plasenta aman dan efektif, tetapi tingkat ekspulsinya lebih
tinggi dibandingkan ekspuls i≥4 minggu pasca persalinan. Eskpulsi
dapat diturunkan dengan cara melakukan insersi IUD dalam 10 menit
setelah ekspulsi plasenta, memastikan insersi mencapai fundus uteri, dan
dikerjakan oleh tenaga medis dan paramedis yang terlatih dan
berpengalaman. Jika 48 jam pasca persalinan telah lewat, insersi IUD
ditunda sampai 4 minggu atau lebih pasca persalinan. IUD 4 minggu
pasca persalinan aman dengan menggunakan IUD copper T, sedangkan
jenis non copper memerlukan penundaan sampai 6 minggu pasca persalinan.
Pelayanan KB pasca persalinan yang dilakukan oleh bidan, mengacu
pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1464/MENKES/Per/IX/2010,
Pasal 12 tentang ijin dan penyelenggaraan praktik bidan, dimana dinyatakan
bahwa bidan dapat : 1) memberikan penyuluhan dan konseling
kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana. 2)
memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom, dan dalam Pasal 13
dinyatakan bahwa bidan berwenang memberikan pelayanan : 1) pemberian
alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim dan
memberikan alat kontrasepsi bawah kulit. 2) pelayanan tersebut hanya dapat
diberikan oleh bidan yang terlatih (Kemenkes RI, 2014).

2.3.9. Pemasangan dan Pencabutan IUD


IUD dapat dipasang dalam keadaan berikut :
1. Sewaktu haid sedang berlangsung
Dilakukan pada hari-hari pertama atau pada hari-hari terakhir haid.
Keuntungan IUD pada waktu ini antara lain ialah :
a. Pemasangan lebih mudah oleh karena serviks pada waktu itu
agak terbuka dan lembek.
b. Rasa nyeri tidak seberapa keras.
c. Perdarahan yang timbul sebagai akibat pemasangan tidak

20
seberapa dirasakan.
d. Kemungkinan pemasangan IUD pada uterus yang sedang hamil
tidak ada.
Kerugian IUD pada waktu haid sedang berlangsung antara lain :
a. Infeksi dan ekspulsi lebih tinggi bila pemasangan dilakukan saat
haid.
b. Dilatasi canalis cervikal adalah sama pada saat haid maupun pada
saat mid - siklus (Hartanto, 2008).
2. Sewaktu pasca salin
Bila pemasangan IUD tidak dilakukan dalam waktu seminggu setelah
bersalin, menurut beberapa sarjana, sebaiknya IUD ditangguhkan
sampai 6 - 8 minggu postpartum oleh karena jika pemasangan IUD
dilakukan antara minggu kedua dan minggu keenam setelah partus,
bahaya perforasi atau ekspulsi lebih besar.
3. Sewaktu post abortum
Sebaiknya IUD dipasang segera setelah abortus oleh karena dari segi
fisiologi dan psikologi waktu itu adalah paling ideal. Tetapi, septic
abortion merupakan kontraindikasi.
4. Beberapa hari setelah haid terakhir
Dalam hal yang terakhir ini wanita yang bersangkutan dilarang untuk
bersenggama sebelum IUD dipasang. Sebelum pemasangan IUD
dilakukan, sebaiknya diperlihatkan kepada akseptor bentuk IUD yang
dipasang, dan bagaimana IUD tersebut terletak dalam uterus setelah
terpasang. Dijelaskan bahwa kemungkinan terjadinya efek samping
seperti perdarahan, rasa sakit, IUD keluar sendiri (Sarwono, 2005)

2.4. Konseling dan langkah pemasangan dan pencabutan IUD

2.4.1 Konseling dan langkah pemasangan IUD


NO LANGKAH / KEGIATAN
KONSELING AWAL
1. Sapa klien dengan ramah, perkenalkan diri anda dan tanyakan tujuan
kedatangannya
2. Berikan informasi umum tentang Keluarga Berencana
3. Berikan informasi tentang jenis kontrasepsi yang tersedia dan resiko serta
keuntungan dari masing- masing kontrasepsi termasuk perbedaan antara kontap

21
dan metode reversibel :
- Tunjukkan dimana dan bagaimana alkon tersebut digunakan
- Jelaskan bagaimana cara kerja
- Jelaskan kemungkinan efek samping dan masalah kesehatan lain yang mungkin
akan dialami
4. Jelaskn apa yang bisa diperoleh
KONSELING METODE KHUSUS
1. Berikan jaminan akan kerahasian yang diperlukan klien
2. Kumpulakan data -data pribadi klien ( nama, alamat, dsb )
3. Tanyakan tujuan KB yang diinginkan (apakah klien ingin mengatur jarak kelahiran
atau ingin membatasi jumlah anaknya )
4. Tanyakan agama/kepercayaan yang dianut klien yang mungkin menentang
penggunaan salah satu metode KB
5. Diskusikan kebutuhan, pertimbangan dan kekhawatiran klien dengan sikap yang
simpatik
6. Bantulah klien untuk memilih metode yang tepat
7. Bila klien memilih AKDR :Jelaskan kemungkinan-kemungkinan efek samping
AKDR Cu T 380 A, sampai benar-benar dimengerti oleh klien
KONSELING PRA PEMASANGAN & SELEKSI KLIEN
1. Lakukan seleksi klien (anamnesa) secara cermat untuk memastikan tidak ada
2. masalah kondisi kesehatan sebagai pemakai AKDR
Tanyakan Riwayat kesehatan Reproduksi :
 Tanggal haid terakhir, lama haid, pola perdarahan haid
 Paritas dan riwayat persalinan yang terakhir
 Riwayat kehamilan ektopik
 Nyeri yang hebat setiap haid
 Anemia yang berat ( Hb < 9 gr % atau Hm < 30 )
 Riwayat infeksi sistem genital ( ISG ), penyakit hubungan seksual ( PHS ) atau
infeksi panggul
 Berganti – ganti pasangan ( Risiko ISG tinggi )
 Kanker serviks
3. Jelaskan bahwa perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan panggul dan jelaskan apa
yang akan dilakukan dan persilahkan klien untuk mengajukan pertanyaan (Khusus
untuk klien calon akseptor IUD, bila klien memilih metode kontrasepsi lain tidak
perlu pemeriksaat panggul kecuali curiga hamil)
4. Pastikan klien sufdah mengosongkan kandung kencingnya dan mencuci
kemaluannya menggunakan sabun
5. Cuci tangan dengan air dan sabun keringkan dengan kain bersih
6. Tolong klien naik ke meja pemeriksaan
7. Palpasi daerah perut dan periksa apakah ada nyeri, benjolan atau kelainan lainnya
didaerah supra pubik
PEMERIKSAAN PANGGUL
1. Kenakan kain penutup pada klien untuk pemeriksaan panggul
2. Atur lampu yang terang untuk melihat serviks
3. Pakai sarung tangan yang sudah di DTT
4. Atur peralatan dan bahan-bahan yang akan dipakai dalam wadah steril atau DTT
5. Lakukan inspeksi pada Genitalia Eksterna
6. Palpasi kelenjar Skene dan Bartolini, amati adanya nyeri atau ”discharge”
7. Masukkan Spekulum vagina

22
8. Lakukan pemeriksaan spekulum :
- Periksa adanya lesi atau keputihan pada vagina
- Inspeksi serviks
Bila ada sekret vagina yang mencurigakan, dilakukan pemeriksaan spesimen. Bila
tidak, dilakukan pembersihan vagina, porsio dan sekitarnya dengan khasa + larutan
betadine.
9. Keluarkan spekulum dengan hati-hati dan letakkan kembali pada tempat semula
dengan tidak menyentuh peralatan lain yang belum digunakan
10. Lakukan pemeriksaan bimanual :
- Pastikan gerakan serviks bebas
- Tentukan besar dan posisi uterus
- Pastikan tidak ada kehamilan
- Pastikan tidak ada infeksi atau tumor pada adneksa
11. Lakukan pemeriksaan retrovaginal bila ada indikasi :
- Kesulitan menentukan besar uterus retroversi
- Adanya tumor pada Cavum Douglasi
12. Celupkan sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5% kemudian buka dan rendam
dalam keadaan terbalik
TINDAKAN PRA PEMASANGAN
1. Jelaskan proses pemasangan AKDR dan apa yang akan klien rasakan pada saat
proses pemasangan dan setelah pemasangan dan persilahkan klien untuk
mengajukan pertanyaan.
2. Masukkan lengan AKDR Cu T380A di dalam kemasan sterilnya :
 Buka sebagian plastik penutupnya dan lipat kebelakang
 Masukkan pendorong kedalam tabung inserter tanpa menyentuh benda tidak
steril
 Letakkan kemasan pada tempat yang datar
 Selipkan karton pengukur dibawah lengan AKDR
 Pegang kedua ujung lengan AKDR dan dorong tabung inserter sampai ke
pangkal lengan sehingga lengan akan melipat
 Setelah lengan melipat sampai menyentuh tabung inserter, tarik tabung inserter
dari bawah lipatan lengan
 Angkat sedikit tabung inserter, dorong dan putar untuk memasukkan lengan
AKDR yang sudah terlipat tersebut ke dalam tabung inserter.
 Pastikan cincin biru sejajar dengan arah lengan AKDR, cocokkan dengan
ukuran kavum uteri
 Pastikan ujung pendorong menyentuh ujung AKDR
 AKDR siap diinsersikan ke kavum uteri
TINDAKAN PEMASANGAN AKDR
1. Pakailah sarung tangan yang baru
2. Pasanglah spekulum vagina untuk melihat serviks
3. Usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptik 2 sampai 3 kali
4. Jepit serviks dengan tenakulum secara hati-hati (takik pertama)
5. Masukkan sonde uterus dengan teknik “Tidak menyentuh” (no touch tehnique)
yaitu secara hati-hati memasukkan sonde ke dalam kavum uteri dengan sekali
masuk tanpa menyentuh dinding vagina ataupun bibir spekulum.
6. Tentukan posisi dan kedalaman kavum uteri dan keluarkan sonde
7. Ukur kedalaman kavum uteri pada tabung inserter yang masih berada di dalam
kemasan sterilnya dengan menggeser leher biru pda tabung inserter, kemudian

23
buka seluruh plastik penutup kemasan
8. Angkat tabung AKDR dari kemasannya tanpa menyetuh permukaan yang tidak
steril, hati-hati jangan sampai pendorongnya terdorong.
9. Pegang tabung AKDR dengan leher biru dalam posisi horisontal (sejajar lengan
AKDR). Sementara melakukan tarikan hati-hati pada tenakulum, masukkan tabung
inserter ke dalam uterus sampai leher biru menyentuh serviks atau sampai terasa
adanya tahanan.
10. Pegang serta tahan tenakulum dan pendorong dengan satu tangan
11. Lepaskan lengan AKDR dengan menggunakan teknik withdrawl yaitu menarik
keluar tabung inserter sampai pangkal pendorong dengan tetap menahan pendorong
12. Keluarkan pendorong, kemudian tabung inserter didorong kembali ke serviks
sampai leher biru menyentuh serviks atau terasa adanya tahanan
13. Keluarkan sebagian dari tabung inserter dan gunting benang AKDR kurang lebih 3-
4 cm
14. Keluarkan seluruh tabung inserter, buang ke tempat sampah terkontaminasi
15. Lepaskan tenakulum dengan hati-hati, rendam dalam larutan klorin 0,5%
16. Periksa serviks dan bila ada perdarahan dari tempat bekas jepitan tenakulum, tekan
dengan kasa selama 30-60 detik
17. Keluarkan spekulum dengan hati-hati, rendam dalam larutan klorin 0,5%
TINDAKAN PASCA PEMASANGAN
1. Rendam semua peralatan yang sudah dipakai dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit untuk dekontaminasi
2. Buang bahan-bahan yang sudah tidak dipakai lagi (kasa, sarung tangan sekali
pakai) ke tempat yang sudah disediakan (tempat sampah medik)
3. Celupkan kedua tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan klorin
0,5%, buka dalam keadaan terbalik dan rendam dalam klorin 0,5%
4. Cuci tangan dengan air dan sabun
5. Pastikan klien tidak mengalami kram hebat dan amati selama 15 menit sebelum
memperbolehkan klien pulang
KONSELING PASCA PEMASANGAN
1. Ajarkan klien bagaimana cara memeriksa sendiri benang AKDR dan kapan harus
dilakukan
2. Jelaskan pada klien apa yang harus dilakukan bila mengalami efek samping
3. Beritahu kapan klien harus datang kembali ke klinik untuk kontrol
4. Ingatkan kembali masa pemakaian AKDR Cu T 380A adalah 10 tahun
5. Yakinkan klien bahwa ia dapat datang ke klinik setiap saat bila memerlukan
konsultasi, pemeriksaan medik atau bila menginginkan AKDR tersebut dicabut.
6. Minta klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang telah diberikan
7. Lengkapi rekam medik dan kartu AKDR untuk klien

2.4.2 Konseling dan langkah pencabutan IUD


NO. LANGKAH/KEGIATAN
KONSELING PRA PENCABUTAN
1. Sapa klien dengan ramah dan perkenalkan diri anda
2. Tanyakan tujuan dari kunjungannya
3. Tanyakan apa alasannya ingin mencabut AKDR tersebut dan jawab semua
pertanyaannya
4. Tanyakan tujuan dari Keluarga Berencana selanjutnya (apakah klien ingin

24
mengatur jarak kelahiran atau ingin membatasi jumlah anaknya)
5. Jelaskan proses pencabutan AKDR dan apa yang akan klien rasakan pada saat
proses pencabutan dan setelah pencabutan
TINDAKAN PRA PENCABUTAN
1. Pastikan klien sudah mengosongkan kandung kencingnya dan mencuci
kemaluannya mengguakan sabun.
2. Bantu Klien naik ke meja pemeriksaan
3. Cuci tangan dengan air sabun , keringkan dengan kain bersih
4. Pakai sarung tangan baru yang telah di DTT
5. Atur peralatan dan bahan-bahan yang akan dipakai dalam wadah steril atau DTT
TINDAKAN PENCABUTAN
1. Lakukan pemeriksaan bimanual :
 Pastikan gerakan serviks bebas
 Tentukan besar dan posisi uterus
 Pastikan tidak ada infeksi atau tumor pada adneksa
2. Pasang spekulum vagina untuk melihat serviks
3. Usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptik 2 sampai 3 kali
4. Jepit benang yang dekat dengan klem.
5. Tarik keluar benang dengan mantap tetapi hati-hati untuk mengeluarkan AKDR
6. Tunjukkan AKDR tersebut pada klien, kemudian rendam dalam klorin 0,5 %
7. Keluarkan spekulum dengan hati-hati
TINDAKAN PASCA PENCABUTAN
1. Rendam semua peralatan yang sudah dipakai dalam larutan klorin 0.5% selama
10 menit untuk dekontaminasi
2. Buang bahan-bahan yang sudah tidak dipakai lagi (kas, sarung tangan sekali
pakai ) ketempat yang sudah disediakan
3. Celupkan kedua tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan
0.5 %, kemudian lepaskan dalam keadaan terbalik dan rendam dalam klorin
tersebut
4. Cuci tangan dengan air dan sabun
5. Amati selama 5 menit sebelum memperbolehkan klien pulang
KONSELING PASCA PENCABUTAN
1. Diskusikan apa yang harus dilakukan bila klien mengalami masalah ( misalnya
pendarahan yang lama atau rasa nyeri pada perut / panggul )
2. Minta klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang diberikan
3. Jawab semua pertanyaan klien
4. Ulangi kembali keterangan tentang pilihan kontrasepsi yang tersedia dan resiko
serta keuntungan dari masing-masing alat kontrasepsi bila klien ingin tetap
mengatur jarak kelahiran atau ingin membatasi jumlah anaknya
5. Bantu klien untuk menentukan alat kontrasepsi yang baru atau berikan alat
kontrasepsi sementara sampai klien dapat memutuskan alat kontrasepsi baru
yang akan dipakai
6. Buat rekam medik tentang pencabutan AKDR

2.4.3 Jobsheet konseling IUD menggunakan ABPK

No Prosedur Gambar

25
1 Sapa klien dengan ramah dan perkenalkan
identitas anda.

Key point :Buat klien merasa nyaman


untuk berkomunikasi dengan bidan.

2 Menanyakan identitas klien

Key point :Utamakan identitas inti (Nama,


Umur, Agama, Pendidikan,Pekerjaan, Alamat)
3 Menanyakan apakah klien sudah memiliki anak

Key point : Untuk mengetahui apakah klien


masih menantikan anak pertama, gunakan bahasa
yang tidak menyinggung klien
4 Menanyakan apakah klien telah mempunyai
anak seorang atau lebih dan belum
m enginginkan anak lagi dalam waktu dekat ini.

Key point : Berhubungan dengan efektifitas


penggunaan AKDR (Berjangka waktu lama) .
5 Menanyakan apakah klien menginginkan
kontrasepsi jangka panjang yang paling efektif,
tapi belum mau menggunakan kontap pada saat
ini.

Key point : Pastikan Klien memahami


penjelasan yang diberikan
6 Menanyakan apakah klien Mempunyai
kesulitan dalam memakai metode barier atau
mengingat memakan pil KB setiap hari dan
menginginkan suatu metode yang lebih
mudah.

Key point : Mencari alternatif tebaik untuk


memudahkan klien dengan metode AKDR
7 Menanyakan apakah klien Sedang menyusui.

Key point : Penggunaan AKDR tidak


mempengaruhi kualitas ASI, sehingga aman
digunakan untuk ibu menyusui

26
8 Menanyakan apakah klien lebih menyukai
metode non hormonal karena klien adalah
seorang perokok berat, berumur > 35 tahun
,atau dengan tekanan darah tinggi, diabetes atau
sakit kepala yang parah.

keypoint : Sebagai penguatan bagi klien, karena


hal-hal tersebut merupakan kontraindikasi
penggunaan kontrasepsi hormonal.
9 Menanyakan apakah klien pernah memakai
AKDR di masa yang lalu.

Key point : Untuk mengetahui adaptasi tubuh


klien terhadap metode AKDR.
10 Menanyakan serta mencatat pertanyaan-
pertanyaan untuk menentukan apakah klien
cocok untuk memakai AKDR :
a. Tanggal haid terakhir, lama haid dan pola
perdarahan haid
b. Paritas dan riwayat persalinan
yang terakhir
c. Riwayat kehamilan ektopik
d. Nyeri yang hebat setiap haid
e. Anemia yang berat (Hb < 9 gr% atau
hematokrit <30)
f. Riwayat Infeksi Sistem Genital (ISG),
Penyakit Hubungan Seksual (PHS)atau
infeksi panggul
g. Berganti-ganti pasangan
h. Kanker serviks
i. Gejala penyakit jantung vascular atau
congenital

Key point :Pastikan bahasa yang digunakan Jelas,


dan dapat dipahami oleh klien, perhatikan
pemilihan bahasa, hindari menggunakan kalimat-
kalimat yang akan menyingung perasaan klien.
Konseling Pra Tindakan

Key point : Diberikan jika klien sudah melewati tahap


penapisan, dan memenuhi persyaratan penggunaan
metode AKDR

27
1 Menjelaskan keuntungan dan kerugian dari
penggunaan AKDR

Keuntungan :
a. AKDR dapat efektif setelah
pemasangan
b. Metode jangka panjang
c. Sangat efektif karena tidak perlu lagi
mengingat- ngingat
d. Tidak mempengaruhi hubungan seksual
e. Tidak mempengaruhi kualitas & volumeASI

Key point : kecuali pada AKDR dengan


hormon (Mirena)

f. Dapat segera dipasang setelah


melahirkan atau sesudah abortus.
Key point : 48 jam pertama setelah
melahirkan dan abortus. Atau tundahingga 4
minggu setelah melahirkan

g. Dapat digunakan sampai menopause


Key point :Untuk meyakinkan,lepas AKDR
setelah satu tahun dari haid terakhir

h. Tidak ada interaksi dengan obat-obatan

Kerugian :
a. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
Key point : sarankan untuk menggunakan
kondom untuk mencegah IMS
b. Tidak baik digunakan pada perempuan
dengan IMS atau perempuan yang sering
berganti pasangan
c. Klien tidak dapat melepas AKDR oleh
dirinya sendiri. Petugas kesehatan terlatih
yang harus melepaskan AKDR

Key point : Pastikan klien memahami apa


yang disampaikan, Jangan mengarahkan
pilihan klien, biarkan klien memutuskan sendiri
pilihannya.
2 Menjelaskan efek samping dari
penggunaanAKDR
a. Perubahan siklus haid (umumnya pada
3bulan pertama dan akan berkurangsetelah 3
bulan)
b. Haid lebih lama dan banyak
c. Perdarahan (spotting) di

28
antaramenstruasi
d. Saat haid lebih sakit

Key point : Jangan menggunakan kalimat-kalimat


berlebihan, sampaikan apa adanya,agar klien
memahami efek samping yangmungkin terjadi
dari penggunaan metode AKDR
3 Menjelaskan prosedur pemasangan AKDR,
jika klien belum mendapatkan penjelasan
sebelumnya.

Key point : Jika klien sudah mendapatkan


informasi mengenai AKDR, pastikan bahwa
informasi tersebut “benar”. Berikan pertanyaan
untuk mengetahui pemahaman klien.
Konseling Pasca Tindakan

Key point : Diberikan setelah pemasangan


AKDR dilakukan, sebaiknya dilakukan dalam kondisi
kliensudah turun dari tempat tidur. Dan pastikan klien
mendengarkan informasi yang disampaikan.
1 Memberitahukan jadwal kunjungan ulang
setelah 3 sampai 6 minggu pemasangan AKDR.

Key point: Atau setelah masa haid


berikutnya. Untuk mengetahui apakah AKDR
masih ditempatnya dan untuk mengetahui
apakah terdapat tanda-tanda infeksi
2 Mengajarkan klien bagaimana cara
memeriksa sendiri benang AKDR

Key point: Pemeriksaan dilakukan


denganmemasukkan jari telunjuk ke dalam
vagina,dengan tujuan untuk meraba
benang dari AKDR
4 Menganjurkan klien untuk memeriksa
benang AKDR secara rutin, selama bulan pertama
menggunakan AKDR,periksalah terutama
setelah haid.

Key point : setelah haid, kemungkinan AKDR


akan sedikit mengalami penurunan akibat
keluarnya darah haid, sehingga sebaiknya
dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui
keberadaan AKDR.

29
4 Memberitahukan bahwa Setelah bulan pertama
pemasangan, hanya perlu memeriksa keberadaan
benang setelah haid apabila mengalami :
a. Kram/kejang di perut bagian bawah
b. Perdarahan (spotting) di antara haid
atau setelah senggama
b. Nyeri setelah senggama atau
apabila pasangan mengalami tidak nyaman
selama melakukan hubungan seksual

Key point : Jelaskan alasannya kepada klien,


agar klien lebih memperhatikan kondisi-kondisi
tersebut
5 Menjelaskan bahwa Copper T-380A perlu dilepas
setelah 10 tahun pemasangan, tetapi dapat
dilakukan lebih awal apabila diinginkan klien.

Key point : Jelaskan bahwa meskipun


dapat bertahan 10 tahun, klien
boleh meminta pencabutan AKDR sesuai
dengan keinginan klien. Dan jelaskan bahwa
AKDR tidak mempengaruhi kesuburan.
6 Meminta klien untuk Kembali ke klinik apabila :
a. Tidak dapat meraba tali AKDR
b. Merasakan bagian yang keras dari AKDR
c. AKDR terlepas
d. Siklus terganggu/meleset
e. Terjadi pengeluaran cairan dari vagina
yang mencurigakan
f. Adanya infeksi

Key point : Gunakan kalimat yang


mudahdipahami, pastikan klien mengerti dan
mengingat informasi yang disampaikan
7 Menanyakan apakah masih ada hal yang
ingin ditanyakan atau di diskusikan oleh klien

Key point: Komunikasi dua arah,


berikan kesempatan pada klien untuk
mengungkapkan pertanyaan mengenai hal-hal
yang belum dipahami

8 Meminta klien untuk mengulang kembali


informasi yang telah disampaikan.

Key point : Terutama mengenai informasi-


informasi penting yang harus diingat oleh klien

30
9 Amati klien hingga 15 menit setelah
pemasangan, sebelum memperbolehkanklien untuk
pulang.

Key point : pemasangan IUD dapat


menimbulkan perasaan tidaknyaman bagiklien,
pastikan klien sudah dalam kondisi yang baik
ketika meninggalkan tempat pelayanan
10 Mendokumentasikan Asuhan

31
DAFTAR PUSTAKA

Affandi. 2011. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.

Arum dan Sujiyatini. 2011. Panduan Lengkab KB Terkini. Nuha Medica: Yogyakarta.
Proverawati

Handayani, Sri. 2010, Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana, Yogyakarta, Pustaka
Rihama, hlm 139

Manuaba. 2010. Ilmu kebidanan Penyakit Kandungan dan KB . Jakarta : EGC.

Siswodarmo, R, Emilia,O. 2008. Obstetri Fisiologi. Cetakan Pertama. Pustaka


Cendekia:Jogjakarta

32

Anda mungkin juga menyukai